Vous êtes sur la page 1sur 9

ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN PASIEN HIDRONEFROSIS

Disusun Oleh :
1. Diniatul Uluwiyah
2. Bagus E.M
3. Dandy Setyono
4. Lia Noviyanti
5. Meysari D.I
6. Ni’matun F.
7. Yasmi

AKADEMI KEPERAWATAN KRIDA HUSADA KUDUS


Jl. Lambao No. 1 Singocandi Kec. Kota. Kab. Kudus
2006 / 2007
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam keadaan normal, air kemih mengalir dari ginjal dengan tekanan
yang sangat rendah. Jika aliran air kemih tersumber, maka air kemih akan
mengalir kembali ke dalam tabung-tabung kecil di dalam ginjal (tubulus
renalis) dan ke dalam daerah pusat pengumpulan air kemih (pelvis renalis) dan
hal ini akan menyebabkan ginjal menggembung dan menekan jaringan ginjal
yang rapuh.
Pada akhirnya, tekanan hidronefrosis yang menetap dan berat akan
merusak jaringan ginjal sehingga secara perlahan ginjal akan kehilangan
fungsinya.

B. Tujuan
1. Sebagai syarat untuk memenuhi tugas dalam proses perkuliahan
2. Agar mahasiswa mengetahui lebih lanjut tentang hidronefrosis
3. Agar mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat

C. Metode Penulisan
Dalam penulisan asuhan keperawatan ini penulis menggunakan metode
studi pustaka yaitu suatu metode yang menggunakan sistem pengambilan
materi dari berbagi literatur yang berhubungan dengan hidronefrosis.

D. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan askep penulis membagi dalam 4 bab :
Bab I : Pendahuluan, meliputi : latar belakang, tujuan, metode penulisan
dan sistematika penulisan
Bab II : Tinjauan Teori, meliputi : pengertian, etiologi, manifestasi klinik,
patofisiologi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, prognosis,
pathway, diagnosa keperawatan, intervensi.
Bab III : Penutup, meliputi : kesimpulan, saran.
Daftar Pustaka
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan kaliks ginjal pada salah satu atau
kedua ginjal akibat adanya obstruksi. (Brunner & Suddarth, 2002 : 1442).
Hidronefrosis adalah dilatasi pelvis renalis dan calycas, serta atrofi
progresif dan pembesaran kristik ginjal, dapat pula disertai pelebaran ureter
(hidroureter). (Patologi, UI, 1973 : 276).
Hidronefrosis adalah penggembungan ginjal akibat tekanan balik
terhadap ginjal karena aliran air kemih tersumbat. (www.medicastore.co.id)

B. Etiologi
1. Obstruksi
a. Oleh sebab-sebab di dalam saluran kemih (intraluminal, misalnya katup
kongenital pada ureter posterior, batu, tumor pelvis renalis, ureter,
vasica urinaria dan urethra, dsb).
b. Sebab-sebab yang terletak pada dinding saluran air kemih misalnya
hipertrofi otot dinding setempat, striktura ureter atau urethra.
c. Sebab-sebab dari luar, yang menekan pada saluran kemih, misalnya
oleh tumor sekitar saluran kemih, hiperplasi atau karsinoma prostat,
arteria renalis yang menekan ureter, fibrosis retroperitoneal, dsb.
2. Kelainan neuromuskuler, misalnya akibat spina bifida, paraplegi, tabes
dorsalis, sklerosis multipel, dsb.
3. Kehamilan
Pada kehamilan, terutama lebih jelas pada primipara, terjadi
pelebaran fisiologik pada ureter dan pelvis, kelainan ini reversibel dan
segera menghilang setelah partus. Selain disebabkan oleh tekanan mekanik
akibat pengaruh endokrin yang menyebabkan pgendunan otot polos seluruh
tubuh.
Kelainan ini sering lebih jelas di sebelah kanan.
4. Sebab-sebab yang tidak diketahui
Misalnya pada hidronefrosis idiopatik kongenital tidak ditemukan
kelainan. (Patologi UI, 1973 : 276)
C. Manifestasi Klinis
Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara bertahap.
Obstruksi akut dapat menimbulkan rasa sakit dipanggul dan punggung. Jika
terjadi infeksi, maka disuria, menggigil, demam dan nyeri tekan serta piuria
akan terjadi. Hamaturia dan piuria mungkin juga ada. Jika kedua ginjal
terkena, tanda dan gejala gagal kronik muncul. (Brunner & Suddarth, 2002 :
1443).
Tergantung pada penyebab penyumbatan, lokasi penyumbatan serta
lamanya penyumbatan. Jika penyumbatan timbul dengan cepat
(hidronefrosis akut), biasanya akan menyebabkan kolik renalis (nyeri yang
luar biasa di daerah antara tulang rusuk dan tulang panggul) pada sisi ginjal
yang terkena. Jika penyumbatan berkembang secara perlahan (hidronefrosis
kronis). Bisa tidak menimbulkan gejala atau nyeri tumpul di daerah antara
tulang rusuk dan tulang pinggul).
Sering ditemukan infeksi saluran kemih (terdapat nanah di dalam air
kemih), demam dan rasa nyeri di daerah kandung kemih atau ginjal.
Hidronefrosis juga bisa menimbulkan gejala saluran pencernaan yang
samar-samar seperti : mual, muntah dan nyeri perut. (www.medicastore.
com).

D. Patofisiologi
Ginjal yag hidronefrotik mudah terkena infeksi, sehingga dapat
berubah menjadi pyanephrosis/ pyelonephiritis.
Makroskopik ginjal tampak membesar dan pelvis serta calyces
melebar. Papil-papil mendatar dan akhirnya menjadi berbentuk cangkir
serta membentuk bangunan kristik kecil-kecil, multilokuler dan
berhubungan dengan calyces dan pelvis melalui lubang-lubang yang lebar.
Kortek lambat laun menipis dan atrofik, hingga akhirnya hanya
berupa pita tipis.
Mikroskopik pada tingkat permulaan tampak dilatasi pada saluran
tubulus dengan sel epitel tubulus yang menjadi gepeng, tanpa kelainan pad
aglomerulus. Dilatasi ini terutama mengenai tubuli resti.
Pada tingkat lebih lanjut tubulus menjadi atrofik dan diganti oleh
jaringan ikat, kemudian juga glomerolus menjadi atrofik dan akhirnya
menghilang. Pada bentuk yang murni sabukan radang hanya sedikit sekali,
akan tetapi sebagaimana telah disebutkan diatas, ginjal hidronefrotik mudah
kena infeksi, sehingga terjadi pyelonephritis dan/ atau pyonephrosis serta
pyoureter. (Patologi UI, 276 – 277)
E. Pemeriksaan Penunjang
Dokter bisa merasakan adanya massa di daerah antra tulang rusuk dan
tulang pinggul, terutama jika ginjal sangat membesar.
Pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya kadar urea yang tinggi
karena ginjal tidak mampu membuang limbah metabolik ini.
Beberapa prosedur digunakan untuk mendiagnosa hidronefrosis :
1. USG memberikan gambaran ginjal, ureter dan kandung kemih
2. Urografi intravena, bisa menunjukkan aliran air kemih melalui ginjal
3. Sistoskopi, bisa melihat kandung kemih secara langsung
(www.medicastore.com)

F. Penatalaksanaan
Pada hidronefrosis akut
- Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri yang hebat, maka
air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan segera dikeluarkan (biasanya
melalui sebuah jarum yang dimasukkan melalui kulit).
- Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau terdapat batu, maka
bisa dipasang kateter pada pelvis renalis untuk sementara waktu.

Pada hidronefrosis kronis


- Diatasi dengan mengobati penyebab dan mengurangi penyumbatan air kemih.
Ureter yang menyempit atau abnormal bisa diangkat melalui pembedahan dan
ujung-ujungnya disambungkan kembali.
Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk membebaskan ureter dari jaringan
fibrosa. Jika sambungan ureter tersumbat maka pengobatannya melalui :
1. Terapi hormonal untuk kanker prostat
2. Pembedahan
3. Melebarkan uretra dengan dilator
(www.medicastore.com)
Untuk mengurangi obstruksi, urin harus dialihkan melalui tindakan
nefrostomi atau tipe diversi lainnya. Infeksi ditangani dengan agent
antimikrobial karena sisa urine dalam kaliks menyebabkan infeksi dan
pielonefritis. Pasien disiapkan untuk pembedahan untuk mengangkat lesi
obstruktif (batu, tumor, obstruksi ureter). Jika salah satu ginjal rusak parah
dan fungsinya hancur, nefroktomi (pengangkatan ginjal) dapat dilakukan.
(Brunner & Suddarth, 2002 : 1443)
G. Patthway
Kelainan neuromuskuler
kehamilan
obstruksi saluran kemih

Aliran urin terhambat


Oliguria, anuria Endapan kristal
Urine reflek ke atas

Gangguan eliminasi Retensi urin


Mendesak ginjal

Gangguan nyaman nyeri


Hipronefrosis

Infeksi Pembedahan Gagal ginjal

Pyelonephritis/ Kurang pengetahuan Fungsi ginjal ↓


pyonephrosis
Edema anasarko
Resti penyebaran
infeksi Kelebihan volume
cairan

H. Fokus Pengkajian
1. Aktivitas/ istirahat
Keletihan, kelemahan, malaise
2. Sirkulasi
Edema jaringan umum
3. Eliminasi
Disuria, ragu-ragu, dorongan dan retensi (obstruksi, infeksi)
4. Makanan/ cairan
Peningkatan BB (edema)
5. Nyeri/ kenyamanan
Perilaku berhati-hati/ distraksi, gelisah

I. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi


DP I : Gangguan nyaman nyeri b.d retensi urin
Intervensi :
1. Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke staf terhadap
perubahan kejadian/ karakteristik nyeri.
2. Kaji skala nyeri
3. Berikan obat sesuai indikasi (narkotik, antipasmotik, korikosteroid)
DP II : Kurang pengetahuan b.d pembedahan
Intervensi :
1. Tekankan perlunya nutrisi yang baik : dorong konsumsi buah,
meningkatkan diet tinggi serat.
2. Diskusikan pembatasan aktivitas awal. Contoh menghindari mengangkat
berat, latihan keras, duduk/ mengendarai mobil terlalu lama, memanjat lebih
dari 2 tingkat tangga sekaligus.

DP III : Kelebihan volume cairan b.d edema anasarka


Intervensi :
1. Balance cairan
2. Timbang BB tiap hari
3. Kaji kulit, wajah area tergantung untuk edema

DP IV : Gangguan eliminasi BAK b.d obstruksi saluran kemih


Intervensi :
1. Catat keluaran urine : selidiki pe ↓ / penghentian aliran urine tiba-tiba.
2. Observasi dan catat warna urine. Perhatikan hematuri dan/ atau perdarahan
dari stoma

DP V : Resti penyebaran infeksi b.d phelonephritis


Intervensi :
1. Pantau TTV
2. Monitor tanda-tanda infeksi
3. Nutrisi adekuat
4. Kolaborasi pemberian antibiotik
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
- Hidronefrosis adalah dilatasi pelvis renalis dan calyces atrofi progresif dan
pembesaran kistik ginjal, dapat disertai pelebaran ureter.
- Gejala klinik bergantung kepada luasnya dan lamanya penyakit, bila
kelainannya unilateral sering tidak menimbulkan gejala.
- Hal ini sangat disayangkan, oleh karana bila dapat diketahui pada tingkat
permulaan, kelainan ini masih reversibel.

B. Saran
Sebagai perawat profesional, kita harus dapat memberikan pelayanan
semaksimal mungkin demi mencapai tujuan kesembuhan pasien dan pelayanan
tersebut, sesuai dengan prosedur keperawatan yang telah ditekankan.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart. 2002. Keperawatan Medikal Bedah 2 Edisi 8, Alih Bahasa dr. H.
Y Kuncoro. Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Doenges, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Cetakan I, Alih


Bahasa Monica Ester, Buku Kedokteran. EGC : Jakarta

Hermawan, Sutisno. 1973. Patologi. Jakarta : FKUI

www.medicastore.co.id

Vous aimerez peut-être aussi