Vous êtes sur la page 1sur 59

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

DI DESA PUNTIK DALAM KECAMATAN MANDASTANA


KABUPATEN BARITO KUALA

DI SUSUN OLEH :
ERI JULIANA
1614901210733

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


PROGRAM PROFESI NERS B
BANJARMASIN, 2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat penting,
karena dengan memiliki hidup yang sehat seseorang dapat berkarya dan
menikmati kehidupan di dunia ini secara lebih wajar.Indonesia sebagai
salah satu Negara yang saat ini sedang berkembang, telah berupaya
merencanakan program pemerintah Indonesia sehat 2015, dengan salah
satu kebijakan adalah menekankan kesehatan sebagai titik
sentralpembangunan Nasional (Erwin Ramadhani Pratama Putra, 2013).

Tujuan dari pembangunan kesehatan tersebut adalah untuk meningkatkan


kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal (Wahit Iqbal
Mubaraq, 2006). Sesuai dengan tujuan dari pembangunan kesehatan,
keluarga merupakan bagian yang tidak dapat terlepaskan, karena keluarga
merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih
individu, yang hidup bersama dan berinteraksi serta mempunyai peran
masing-masing dengan tujuan mempertahankan budaya, meningkatkan
perkembangan fisik, psikologis dan sosial anggota keluarga (Depkes,
2000).

Keluarga mempunyai peran dan fungsi yang begitu penting dalam


membentuk anggota keluarga sebagai manusia yang sehat bio-psiko-sosial
dan spiritual, maka keluarga dapat dijadikan titik sentral dari pelayanan
keperawatan karena diyakini keluarga yang sehat akan mempunyai
anggota keluarga yang sehat dan mewujudkan masyarakat yang sehat.
Keluarga memiliki tahap perkembangan sama seperti manusia memiliki
siklus kehidupan yang dimulai dari lahir sampai dengan meninggal dan
tahap keluarga juga demikian, dimulai dari keluarga yang baru menikah
dan diakhiri dengan tahap perkembangan keluarga usia lanjut. Pada tahap
perkembangan keluarga usia lanjut, keluarga mempunyai tugas untuk
mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga yang saling
menyenangkan pasangan, mempertahankan pengaturan hidup yang
memuaskan dan adaptasi dengan perubahan-perubahan yang akan terjadi
seperti kehilangan pasangan dan penurunan fungsi tubuh (Sulistyo, A,
2012).

Keluarga menempati posisi diantara individu dan masyarakat, sehingga


dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga, perawat
mendapat dua keuntungan sekaligus. Keuntungan pertama adalah
memenuhi kebutuhan individu, dan keuntungan kedua adalah memenuhi
kebutuhan masyarakat. Dalam pemberian pelayanan kesehatan, perawat
harus memperhatikan nilai – nilai dan budaya keluarga, sehingga keluarga
dapat menerima.

Pelayanan keperawatan di rumah merupakan pelayanan keperawatan yang


diberikan di tempat tinggal klien dan keluarga sehingga klien tetap
memiliki otonomi untuk memutuskan hal – hal yang terkait dengan
masalah kesehatannya. Perawat yang melakukan keperawatan di rumah
bertanggung jawab untuk meningkatkan kemampuan keluarga untuk
mencegah penyakit dan pemeliharaan kesehatan. Namun, di Indonesia
belum ada lembaga ataupun organisasi perawat yang mengatur pelayanan
keperawatan di rumah secara administratif. Perawatan yang diberikan di
rumah – rumah khususnya oleh perawat komunitas masih bersifat sukarela,
belum ada pengaturan terhadap imbalan atas jasa yang diberikan.
Pengalaman belajar klinik memberikan kemampuan kepada mahasiswa
untuk memperoleh pengalaman nyata asuhan keperawatan keluarga pada
keluarga yang mengalami masalah kesehatan dengan penerapan berbagai
konsep dan teori keperawatan keluarga serta proses keperawatan sebagai
pendekatan.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mendapatkan pengetahuan dan gambaran secara nyata dalam
melaksanakan asuhan keperawatan keluarga secara langsung dan
komperhensif meliputi aspek bio-psiko-sosial-spiritual dengan
pendekatan proses keperawatan Keluarga.

1.2.2 Tujuan Khusus


1.2.2.1 Dapat melakukan pengkajian keperawatan pada Keluarga
1.2.2.2 Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada
Keluarga
1.2.2.3 Dapat menentukan rencana keperawatan pada Keluarga
1.2.2.4 Dapat melaksanakan tindakan keperawatan yang sesuai
dengan perencanaan pada Keluarga.
1.2.2.5 Dapat melaksanakan evaluasi hasil asuhan keperawatan
yang telah dilaksanakan pada Keluarga
1.2.2.6 Dapat mendokumentasikan asuhan keperawatan
Keluarga yang telah dilaksanakan pada Keluarga
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS

2.1.KONSEP KELUARGA
2.1.1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu
tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung
karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan
dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama
lain dan di dalam peranannya masing-masing dan menciptakan serta
mempertahankan suatu kebudayaan. (Salvicion G Bailon dan
Aracelis Maglaya 1989).

2.1.2. Tipe Keluarga


2.1.2.1 Keluarga inti (Nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri
dari ayah, ibu, dan anak-anak.
2.1.2.2 Keluarga besar (Exstended family) yaitu keluarga inti
ditambah dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek,
keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
2.1.2.3 Keluarga berantai (serial family) yaitu keluarga yang terdiri
dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan
merupakan satu keluarga inti
2.1.2.4 Keluarga duda/janda (single family) yaitu keluarga yang
terjadi karena perceraian atau kematian.
2.1.2.5 Keluarga berkomposisi (Composite) yaitu keluarga yang
perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama
2.1.2.6 Keluarga kabitas (Cahabitation) yaitu dua orang menjadi
satu tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.
2.1.3. Peranan Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar
pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam
posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari
oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan
masyarakat.

Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai


berikut:
2.1.3.1 Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan
sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi
rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari
kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat lingkungannya.
2.1.3.2 Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh
dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah
satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai
masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu
dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarganya.
2.1.3.3 Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai
dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial
dan spiritual.

2.1.4. Tugas Keluarga


Dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut:
2.1.4.1 Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
2.1.4.2 Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam
keluarga.
2.1.4.3 Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan
kedudukannya masing-masing.
2.1.4.4 Sosialisasi antar anggota keluarga.
2.1.4.5 Pengaturan jumlah anggota keluarga.
2.1.4.6 Pemeliharaan ketertiban anggota keluarganya,
2.1.4.7 Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat
yang lebih luas.
2.1.4.8 Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.

2.1.5. Fungsi Keluarga


Fungsi yang dijalankan keluarga adalah:
2.1.5.1 Fungsi afektif. Mengkaji gambaran diri anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki keluarga, dukungan
keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, kehangatan
pada keluarga dan keluarga mengembangkan sikap saling
menghargai.
2.1.5.2 Fungsi sosialisasi. Bagaimanaa interaksi atau hubungan
dalam keluarga dan sejauhmana anggota keluarga belajar
disiplin, norma atau budaya dan perilaku.
2.1.5.3 Fungsi perawatan kesehatan. Sejauhmana keluarga
menyediakan makanan, pakaian dan perlindungan terhadap
anggota yang sakit. Pengetahuan keluarga mengenai sehat-
sakit, kesanggupan keluarga melakukan pemenuhan tugas
perawatan keluarga yaitu :
a. Mengenal masalah kesehatan: sejauhmana keluarga
mengenal fakta-fakta dari masalah kesehatan meliputi
pengertian, tanda dan gejala, penyebab dan yang
mempengaruhi serta persepsi keluarga terhadap masalah.
b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan
yang tepat : sejauhmana keluarga mengerti mengenai
sifat dan luasnya masalah, apakah masalah dirasakan,
menyerah terhadap masalah yang dialami, takut akan
akibat dari tindakan penyakit, mempunyai sikap negative
terhadap masalah kesehatan, dapat menjangkau fasilitas
kesehatan yang ada, kurang percaya terhadap tenaga
kesehatan dan mendapat informasi yang salah terhadap
tindakan dalam mengatasi masalah.
c. Merawat anggota keluarga yang sakit: sejauhmana
keluarga mengetahui keadaan penyakitnya, mengetahui
tentang sifat dan perkembangan perawatan yang
dibutuhkan, mengetahui sumber-sumber yang ada dalam
keluarga (anggota keluarga yang bertanggung jawab,
keuangan, fasilitas fisik, psikososial), mengetahui
keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan
dan sikap keluarga terhadap yang sakit.
d. Memelihara lingkungan rumah yang sehat: sejauhmana
mengetahui sumber-sumber keluarga yang dimiliki,
keuntungan/manfaat pemeliharaan lingkungan,
mengetahui pentingnya hygiene sanitasi dan
kekompakan antar anggota keluarga.
e. Menggunakan fasilitas atau pelayanan kesehatan di
masyarakat : apakah keluarga mengetahui keberadaan
fasilitas kesehatan, memahami keuntungan yang
diperoleh dari fasilitas kesehatan, tingkat kepercayaan
keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas
kesehatan tersebut terjangkau oleh keluarga
2.1.5.4 Fungsi reproduksi. Mengkaji berapa jumlah anak,
merencanakan jumlah anggota keluarga, metode apa yang
digunakan keluarga dalam mengendalikan jumlah anggota
keluarga.
2.1.5.5 Fungsi ekonomi. Mengkaji sejauhmana keluarga memenuhi
kebutuhan sandang, pangan dan papan, dan memanfaatkan
sumber yang ada di masyarakat dalam upaya meningkatkan
status kesehatan keluarga.

2.1.6. Bentuk Keluarga


Ada dua macam bentuk keluarga dilihat dari bagaimana keputusan
diambil, yaitu berdasarkan lokasi dan berdasarkan pola otoritas.
1. Berdasarkan lokasi
a. Adat utrokal, yaitu adat yang memberi kebebasan kepada
sepasang suami istri untuk memilih tempat tinggal, baik itu
di sekitar kediaman kaum kerabat suami ataupun di sekitar
kediaman kaum kerabat istri.
b. Adat verilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang
suami istri diharuskan menetap di sekitar pusat kediaman
kaum kerabat suami.
c. Adat uxurilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa
sepasang suami istri harus tinggal di sekitar kediaman kaum
kerabat istri.
d. Adat bilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang
suami istri dapat tinggal di sekitar pusat kediaman kerabat
suami pada masa tertentu, dan di sekitar pusat kediaman
kaum kerabat istri pada masa tertentu pula (bergantian).
e. Adat nonlocal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang
suami istri dapat menempati tempat yang baru, dalam arti
kata tidak berkelompok bersama kaum kerabat suami
maupun istri.
f. Adat avunkulokal, yaitu adat yang mengharuskan sepasang
suami istri untuk menetap di sekitar tempat kediaman
saudara laki-laki ibu (avunculus) dari pihak suami.
g. Adat natalokal, yaitu adat yang menentukan bahwa suami
dan istri masing-masing hidup terpisah dan masing-masing
dari mereka juga tinggal di sekitar pusat kaum kerabatnya
sendiri.
2. Berdasarkan pola otoritas
a. Patriarkal, yaitu otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh
laki-laki (laki-laki tertua, umumnya ayah).
b. Matriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh
perempuan (perempuan tertua, umumnya ibu).
c. Equalitarium, yakni suami dan istri berbagi otoritas secara
seimbang.

2.1.7. Subsistem sosial


Terdapat tiga jenis subsistem dalam keluarga, yakni subsistem
suami-istri, subsistem orang tua-anak, dan subsistem sibling (kakak-
adik). Subsistem suami-istri terdiri dari seorang laki-laki dan
perempuan yang hidup bersama dengan tujuan eksplisit membangun
keluarga. Pasangan ini menyediakan dukungan mutual satu dengan
yang lain dan membangun sebuah ikatan yang melindungi subsistem
tersebut dari yang ditimbulkan oleh kepentingan maupun kebutuhan
dari subsistem-subsistem lain. Subsistem orang tua-anak terbentuk
sejak kelahiran seorang anak dalam keluarga, subsistem ini meliputi
transfer nilai dan pengetahuan dan pengenalan akan tanggung jawab
terkait dengan relasi orang tua dan anak.

2.1.8. Tahap dan tugas perkembangan keluarga


2.1.8.1 Tahap perkembangan keluarga
a. Tahap I : Pasangan yang baru menikah
1. Mencipta atau membina hubungan yang harmonis
saling menguntungkan Family Planing
2. Setelah dua individu mengikat hubungan dengan satu
perkawinan mereka harus mempersiapkan untuk
hidup bersama saling belajar menyesuaikan diri dan
memulai kegiatan rutin secara bersama.
3. Pasangan mulai merencanakan kapan mereka
menginginkan anak.
b. Tahap II : Dimulai dengan kelahiran anak pertama
sampai 30 bulan, Adaptasi menjadi orang tua, memenuhi
kebutuhan-kebutuhan bayi atau anak.
1. Kelahiran anak membawa anggota baru
2. Mempelajari dan menerima pertumbuhan dan
perkembangan anak usia pra sekolah, persiapan
kelahiran berikutnya.
c. Tahap III : Keluarga dimana anak pertama usia pra
sekolah (30 bln-6thn).
Mengasuh anak,menyesuaikan atau menyediakan anak
usia Pra sekolah,persiapan kelahiran anak berikutnya.
d. Tahap IV : Keluarga dengan anak pertama usia sekolah
(6-13 tahun).
Salah satu tugas dari orang tua ada tahap ini sosialisai
anak, mendorong anak, mencapai prestasi sekolah, dan
memelihara hubungan perkawinan yang harmonis.
e. Tahap V : Keluarga dengan anak pertama usia remaja
(13-20 tahun).
Menjaga keseimbangan tanggung jawab bagi remaja,
pada tahap ini sering terjadi konflik antara orang tua
remaja.
f. Tahap VI: Keluarga dengan anak pertama usia dewasa
muda (anak pertama meningalkan rumah untuk
membina keluarga baru sampai anak terakhir).
Melepaskan anak untuk membina perkawinan, biasanya
ibu lebih sulit untuk menerimanya, sedangkan bapak
kariernya sudah memuncak dan lebih banyak
menghabiskan waktu untuk bekerja.
g. Tahap VII : Orang tua dengan anak usia pertengahan
(mulai anak terakhir meninggalkan rumah).
Menjalin kembali hubungan perkawinan, membina
hubungan dengan generasi baru.
h. Tahap VIII : Tahap akhir dari siklus keluarga, keluarga
usia tua (salah satu/ keduanya pensiun, salah satu
meninggal dan pada akhirnya keduanya meninggal
dunia). Penyesuaian terhadap pensiun, pasangan
meninggal dunia. Duvall (1997, dalam Friedman, 2010).

2.1.9. Keluarga resiko tinggi


Keluarga beresiko tinggi adalah keluarga yang kemungkinan besar
menimbulkan stress yang berlebihan terhadap orang tua dan
keluarga. Stresor-stresor yang menimbulkan keluarga beresiko
tinggi, berasal dari ibu (seperti dari ibu yang masih remaja), anak
(seperti seorang anak yang menderita sakit yang membahayakan
hidup),atau lingkungan keluarga (seperti bencana lokal) (Friedman,
2010).

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, yang


menjadi prioritas utama adalah keluarga-keluarga yang tergolong
risiko tinggi dalam bidang kesehatan, meliputi :
2.1.9.1. Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur
dengan masalah sebagai berikut :
a. Tingkat sosial ekonomi keluarga rendah.
b. Keluarga kurang atau tidak mampu mengatasi masalah
kesehatan sendiri.
c. Keluarga dengan keturunan yang kurang baik/ keluarga
dengan penyakit keturunan.
2.1.9.2. Keluarga dengan ibu risiko tinggi kebidanan, waktu hamil :
a. Umur ibu (16 tahun atau lebih dari 35 tahun).
b. Menderita kekurangan gizi/ anemia.
c. Menderita hipertensi.
d. Primipara atau multipara.
e. Riwayat persalinan dan komplikasi.
2.1.9.3 Keluarga dimana anak menjadi risiko tinggi, karena :
a. Lahir premature/ BBLR.
b. Berat badan sukar naik.
c. Lahir dengan cacat bawaan.
d. ASIibu kurang, sehingga tidak mencukupi kebutuhan
bayi.
e. Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam
bayi/anaknya.
2.1.9.4 Keluarga mempunyai masalah dalam hubungan antara
anggota keluarga
a. Anak yang tidak dikehendaki dan pernah dicoba untuk
digugurkan.
b. Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga
dan sering timbul cekcok dan ketegangan.
c. Ada anggota keluarga yang sering sakit.
d. Salah satu orang tua (suami/istri meninggal, cerai atau
lari meninggalkan keluarga). (Effendy, 2004).

Proses keperawatan adalah tingkat perawatan kesehatan


masyarakat yang diajukan atau dipusatkan pada keluarga
sebagai unit atau kesatuan yang dirawat dengan sehat
sebagai tujuan melalui perawatan sebagai sarana/penyalur.
(effendy1998:38)
2.1.10. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga
Asuhan keparawatan pada keluarga merupakan bagian penting
dalam upaya menyelesaikan masalah yang dihadapi sasaran, baik
sebagai sasaran keluarga sendiri, sasaran individu maupun sasaran
kelompok bahkan sasaran yang lebih luas yaitu masyarakat.

Tahap-tahap dalam proses keperawatan saling bergantungan satu


sama lainnya dan bersifat dinamis, dan disusun secara sistematis
untuk menggambarkan perkembangan dari tahap, dengan tahap-
tahap sebagai berikut:
2.1.10.1 Pengkajian
Adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh
perawat untuk mengukur keadaan klien dan keluarga
dengan memakai norma-norma kesehatan keluarga
maupun sosial, yang merupakan sistem yang berintegrasi
dan kesanggupan untuk mengatasinya.

Untuk mendapatkan data keluarga yang akurat perlu


sumber informasi dari anggota keluarga yang paling
mengetahui keadaan keluarga dan biasanya adalah
ibu.Sedangkan informasi tentang potensi keluarga dapat
diperoleh dari pengambilan keputusan dalam keluarga,
biasanya adalah kepala keluarga, atau kadang-kadang
orangtua. Pengumpulan data dapat dilakukan melalui
cara :
a. Wawancara
Yang berkaitan dengan hal-hal yang perlu diketahui,
baik aspek fisik, mental, sosial budaya, ekonomi,
kebiasaan, lingkungan, dan sebagainya.
b. Observasi
Pengamatan terhadap hal-hal yang tidak perlu
ditanyakan, karena sudah dianggap cukup melalui
pengamatan saja, diantaranya yang berkaitan dengan
lingkungan fisik, misalnya ventilasi, penerangan,
keberhasilan dan sebagainya.
c. Studi Dokumentasi
Studi berkaitan dengan perkembangan kasus anak dan
dewasa, diantaranya melalui kartu menuju sehat, kartu
keluarga dan catatan-catatan kesehatan lain.
d. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan terhadap anggota keluarga yang
mempunyai masalah kesehatan dan keperawatan,
berkaitan dengan keadaan fisik misalnya kehamilan
dan tanda-tanda penyakit. Data-data yang
dikumpulkan meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Data Umum
a) Kepala keluarga dan komposisi keluarga
b) Tipe keluarga
c) Suku bangsa dan agama
d) Status sosial ekonomi keluarga
e) Aktivitas rekreasi keluarga
2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga.
a) Tahap perkembangan keluarga
b) Tugas perkembangan keluarga yang belum
terpenuhi
c) Riwayat kesehatan keluarga inti
3. Data Lingkungan
a) Karakteristik rumah
b) Karakteristik tetangga dan komunitasnya
c) Mobilitas geografis keluarga
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan
masyarakat
4. Sistem pendukung keluarga
a) Struktur keluarga
b) Struktur peran
c) Nilai dan norma keluarga
d) Pola komunikasi keluarga
e) Struktur kekuatan keluarga
5. Fungsi keluarga
a) Fungsi ekonomi
b) Fungsi mendapatkan status social
c) Fungsi pendidikan
d) Fungsi sosialisasi
e) Fungsi keperawatan. Tujuan dari fungsi
keperawatan :
1) Mengetahui kemampuan keluarga untuk
mengenal masalah kesehatan
2) Mengetahui kemampuan keluarga dalam
mengambil keputusan mengenal
tindakan kesehatan yang tepat
3) Mengetahui sejauh mana kemampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit
4) Mengetahui kemampuan keluarga
memelihara/memodifikasi lingkungan
rumah yang sehat
5) Mengetahui kemampuan keluarga
menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan dimasyarakat
f) Fungsi religious
g) Fungsi rekreasi
h) Fungsi reproduksi
i) Fungsi afeksi
6. Stress dan koping keluarga
a) Stresor jangka pendek dan jangka panjang
b) Kemampuan keluarga berespon terhadap
stressor
c) Strategi koping yang digunakan
d) Disfungsi strategi adaptasi
7. Pemeriksaan keluarga
Pemeriksaan kesehatan pada individu anggota
keluarga meliputi pemeriksaan kebutuhan dasar
individu, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang yang perlu.
8. Harapan keluarga
Perlu dikaji harapan keluarga terhadap perawat
(petugas kesehatan) untuk membantu
menyelesaikan masalah kesehatan yang terjadi.
2.1.10.2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah kesehatan keluarga dapat
menggambarkan keadaan kesehatan dan status kesehatan
keluarga, karena merupakan hasil dari pemikiran dan
pertimbangan yang mendalam tentang situasi kesehatan,
lingkungan, nilai, norma, kultur yang dianut oleh
keluarga mengacu pada tipologi masalah kesehatan dan
keperawatan serta berbagai alasan dari ketidakmampuan
keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas keluarga
dalam bidang kesehatan.
Tipologi diagnosis keperawatan keluarga dibedakan
menjadi tiga kelompok, yaitu:
a. Diagnosis aktual adalah masalah keperawatan yang
sedang dialami oleh keluarga dan memerlukan
bantuan dari perawat dengan cepat. Yang termasuk
didalamnya adalah :
1. Keadaan sakit, apakah sesudah atau sebelum
diagnose
2. Kegagalan dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak yang tidak sesuai dengan
pertumbuhan normal.
b. Diagnosis resiko tinggi (ancaman kesehatan) adalah
masa keperawatan yang belum terjadi tetapi tanda
untuk menjadi masalah keperawatan aktual dapat
terjadi dengan cepat apabila tidak segera mendapat
bantuan perawat.
c. Diagnosa potensial adalah suatu keadaan sejahtera dan
keluarga ketika keluarga telah mampu memenuhi
kemampuan kesehatannya dan mempunyai sumber
penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat
ditingkatkan.

2.1.10.3. Prioritas Masalah


Dalam menyusun prioritas masalah kesehatan dan
keperawatan keluarga harus didasarkan pada beberapa
kriteria sebagai berikut :
a. Sifat masalah dikelompokkan menjadi:
1. Keadaan tidak atau kurang sehat
2. Ancaman kesehatan
3. Keadaan sejahtera
b. Kemungkinan masalah dapat diubah adalah
kemungkinan keberhasilan untuk mengurangi masalah
atau mencegah masalah bila dilakukan intervensi
keperawatan dan kesehatan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan:
1. Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi, dan
tindakan untuk menangani masalah
2. Sumber daya keluarga : fisik, keuangan, tenaga
3. Sumber daya perawat : pengetahuan, keterampilan,
waktu
4. Sumber daya lingkungan : fasilitas, organisasi dan
dukungan
c. Potensi masalah untuk dicegah adalah sifat dan
beratnya masalah yang akan timbul dan dapat
dikurangi atau dicegah melalui tindakan keperawatan
dan kesehatan. Yang perlu diperhatikan:
1. Lamanya masalah yang berhubungan dengan
jangka waktu
2. Tindakan yang sedang dijalankan atau yang tepat
untuk memperbaiki masalah
3. Adanya kelompok yang beresiko untuk dicegah
agar tidak aktual dan menjadi parah
d. Masalah yang menonjol adalah cara keluarga melihat
dan menilai masalah dalam hal beratnya dan diatasi
melalui intervensi keperawatan, perawat perlu menilai
persepsi atau bagaimana keluarga menilai masalah
keluarga tersebut. Dalam menentukan prioritas
kesehatan dan keperawatan keluarga perlu disusun
skala prioritas sebagai berikut:
Tabel Skala Prioritas Dalam Menyusun Masalah
Kesehatan Keluarga

No. Kriteria Nilai Bobot


Sifat masalah
Skala : Ancaman kesehatan 3 1
1 Tidak atau kurang sehat 2
Krisis 1
Kemungkinan masalah yang dapat
diubah 2
2 Skala : dengan mudah 2
Hanya sebagian 1
Tidak dapat 0
Potensi masalah dapat dicegah
tinggi 1
3 Skala : tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1
Menonjolnya masalah
Skala : masalah berat harus 2 1
4 ditangani
Masalah tidak perlu ditangani 1
Masalah tidak dirasakan 0

Skoring :
1. Tentukan skor untuk setiap kriteria
2. Skor dibagi dengan angka dan dikalikan dengan
bobot
3. Jumlah skor untuk semua kriteria
4. Skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk seluruh
bobot

e. Penyusunan Prioritas Diagnosa Keperawatan


1. Ketidaksanggupan mengenal masalah kesehatan
keluarga disebabkan karena:
a) Kurang pengetahuan/ketidaktauan fakta
b) Rasa takut akibat masalah yang diketahui
c) Sifat dan falsafah hidup
2. Ketidaksanggupan keluarga mengambil keputusan
dalam melakukan tindakan yang tepat, disebabkan
karena:
a) Tidak memahami mengenai sifat, berat dan
luasnya masalah
b) Masalah kesehatan tidak begitu menonjol
3. Keluarga tidak sanggup memecahkan masalah
karena kurang pengetahuan dan kurangnya sumber
daya manusia.
a) Ketidakcocokan pendapat dari anggota keluarga
b) Tidak sanggup memilih tindakan diantara
beberapa pilihan
c) Tidak tahu tentang fasilitas kesehatan yang ada
d) Takut dari akibat tindakan
e) Sikap negative terhadap masalah kesehatan
f) Fasilitas kesehatan tidak terjangkau
g) Kurang percaya terhadap petugas dan lembaga
kesehatan
4. Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang
sakit disebabkan karena:
a) Tidak mengetahui keadaan penyakit
b) Tidak mengetahui tentang perawatan yang
dibutuhkan
c) Kurang/tidak ada fasilitas yang diperlukan
untuk perawatan
d) Tidak seimbang sumber daya yang ada dalam
keluarga.
e) Konflik
f) Sikap dan pandangan hidup
5. Ketidaksanggupan memelihara lingkungan rumah
yang dapat mempengaruhi kesehatan dan
perkembangan pribadi anggota keluarga,
disebabkan karena:
a) Sumber keluarga tidak cukup
b) Kurang dapat melihat keuntungan dan manfaat
memelihara kebersihan rumah
c) Ketidaktauan pentingnya fasilitas lingkungan
d) Sikap dan pandangan hidup
e) Ketidak kompakan keluarga karena sifat
mementingkan diri sendiri, tidak ada
kesepakatan, acuh terhadap yang mempunyai
masalah
6. Ketidakmampuan menggunakan sumber
dimasyarakat guna memelihara kesehatan,
disebabkan karena:
a) Tidak tahu bahwa fasilitas kesehatan itu ada
b) Tidak memahami keuntungan yang diperoleh
c) Kurang percaya pada petugas kesehatan dan
lembaga kesehatan
d) Pengalaman yang kurang baik dari petugas
kesehatan
e) Rasa takut pada akibat dari tindakan
2.1.10.4. Perencanaan Keperawatan Keluarga
Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan
tindakan yang ditentukan oleh perawat untuk
dilaksanakan dalam pemecahan masalah kesehatan /
keperawatan yang telah diidentifikasikan (Effendy,
1995).
2.2 Konsep Dasar Hipertensi

2.2.1 Definisi
Hipertensi adalah suatu kondisi di mana pembuluh darah terus-
menerus mengalami peningkatan tekanan. Darah dibawa dari
jantung ke seluruh bagian tubuh melalui pembuluh darah. Setiap
kali jantung berdetak maka akan memompa darah ke dalam
pembuluh darah. Tekanan darah dibuat oleh kekuatan darah yang
mendorong terhadap dinding pembuluh darah (arteri). Semakin
tinggi tekanan semakin keras jantung harus memompa (WHO,
2013)

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat


melebihi batas normal. Batas tekanan darah normal bervariasi
sesuai dengan usia (Pradana, 2012).

Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik


sedikitnya 140 mmHg atau tekanan Diastolic sedikitnya 90 mmHg.
Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung,
tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit syaraf, ginjal
dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar
resikonya. (Price A.,2015)

2.2.2 Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan:
1) Hipertensi Primer (esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui
penyebabnya. Faktor yang mempengaruhinya yaitu: genetik,
lingkungan,hiperaktifitas saraf simpatis sistem renin,
angiotensin dan peningkatan Na+ Ca intraseluler. Faktor-faktor
yang meningkatkan resiko : obesitas, merokok, alkohol, dan
polisitemia.

2) Hipertensi Sekunder
Penyebab yaitu : penggunaan estrogen, penyakit ginjal,
sindrom cushing dan hipertensi yang berhubungan degan
kehamilan.

Hipertensi pada lanjut usia dibedakan atas :


1) Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari
140 mmHg dan tekanan Diastolik sama atau lebih besar dari 90
mmHg.
2) Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih
besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari
90 mmHg.

2.2.3 Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi menurut WHO
1. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama
dengan 140 mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90
mmHg
2. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-
149 mmHg dan diastolik 91-94 mmHg
3. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar
atau sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau
sama dengan 95mmHg.
Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the Detection
and Treatment of Hipertension
1. Diastolik
a. < 85 mmHg : Tekanan darah normal
b. 85 – 99 : Tekanan darah normal tinggi
c. 90 -104 : Hipertensi ringan
d. 105 – 114 : Hipertensi sedang
e. >115 : Hipertensi berat
2. Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg)
a. < 140 mmHg : Tekanan darah normal
b. 140 – 159 : Hipertensi sistolik perbatasan
terisolasi
c. > 160 : Hipertensi sistolik teriisolasi

Krisis hipertensi adalah Suatu keadaan peningkatan tekanan darah


yang mendadak (sistole ≥180 mmHg dan/atau diastole ≥120
mmHg), pada penderita hipertensi, yg membutuhkan
penanggulangan segera yang ditandai oleh tekanan darah yang
sangat tinggi dengan kemungkinan timbulnya atau telah terjadi
kelainan organ target (otak, mata (retina), ginjal, jantung, dan
pembuluh darah). Tingginya tekanan darah bervariasi, yang
terpenting adalah cepat naiknya tekanan darah. Dibagi menjadi dua
yaitu :
1) Hipertensi Emergensi
Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera
dengan obat antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan
organ target akut atau progresif target akut atau progresif.
Kenaikan TD mendadak yg disertai kerusakan organ target yang
progresif dan di perlukan tindakan penurunan TD yg segera
dalam kurun waktu menit/jam.
2) Hipertensi Urgensi
Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang
bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ
target progresif bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau
kerusakan organ target progresif dan tekanan darah perlu
diturunkan dalam beberapa jam. Penurunan TD harus
dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam (penurunan tekanan
darah dapat dilaksanakan lebih lambat (dalam hitungan jam
sampai hari).

2.2.4 Manifestasi klinis


Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri
oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial
tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam
kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien


yang menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing
Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis,
Kesadaran menurun.

Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :


a. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg
b. Sakit kepala
c. Pusing / migraine
d. Rasa berat ditengkuk
e. Penyempitan pembuluh darah
f. Sukar tidur
g. Lemah dan lelah
h. Nokturia
i. Azotemia
j. Sulit bernafas saat beraktivitas

2.2.5 Patofisiologi dan Pathway


Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke
bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis
ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke
bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitif
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang


pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal
juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi.
Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke
ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan
structural dan fungsional pada system pembuluh perifer
bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada
usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta
dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi
volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan
perifer (Smeltzer, 2001).

Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya


“hipertensi palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga
tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo, 1999).

Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang


diteruskan ke sel jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan
tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada ginjal, maka akan
mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan
Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen
II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah,
sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat
meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan retensi
natrium. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan
darah. Dengan peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan
kerusakan pada organ-organ seperti jantung (Suyono, Slamet.
1996).
Pathway

2.2.6 Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan
dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah
140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
a. Terapi tanpa Obat  Terapi tanpa obat digunakan sebagai
tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif
pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi:
1) Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
 Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5
gr/hr
 Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
2) Penurunan berat badan
3) Penurunan asupan etanol
4) Menghentikan merokok
5) Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang
dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang
mempunyai empat prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu
isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda,
berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik antara
60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut
nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan
berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan
Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik
5 x perminggu.
6) Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi
meliputi :
1) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk
menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai
keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap
tidak normal.Penerapan biofeedback terutama dipakai
untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala
dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti
kecemasan dan ketegangan.
2) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang
bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau
kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat
belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )

Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan


pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan
pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan
hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
b. Terapi obat

2.2.7 Pemeriksaan penunjang


1. Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :
1) Pemeriksaan yang segera seperti :
 Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji
hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko
seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
 Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi
tentang perfusi / fungsi ginjal.
 Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah
pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan
hipertensi).
 Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan
adanya aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek
samping terapi diuretik.
 Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum
dapat menyebabkan hipertensi
 Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar
dapat mengindikasikan pencetus untuk/ adanya
pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
 Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat
menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
 Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji
aldosteronisme primer (penyebab)
 Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan
disfungsi ginjal dan ada DM.
 Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi
faktor resiko hipertensi
 Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan
hiperadrenalisme
 EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat
adanya hipertrofi ventrikel kiri ataupun gangguan
koroner dengan menunjukan pola regangan, dimana
luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda
dini penyakit jantung hipertensi.
 Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu
setelah pengobatan terlaksana) untuk menunjukan
destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran
jantung.
2) Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari keadaan klinis dan
hasil pemeriksaan yang pertama) :
 IVP : Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi
seperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal / ureter.
 CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
 IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti:
Batu ginjal,perbaikan ginjal.
 Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah
neurologi: Spinal tab, CAT scan.
 (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan
sesuai kondisi klinis pasien.

2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


2.3.1 Pengkajian
a. Aktivitas / istirahat
Gejala :
 Kelemahan
 Letih
 Napas pendek
 Gaya hidup monoton
Tanda :
 Frekuensi jantung meningkat
 Perubahan irama jantung
 Takipnea
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner/ katup, penyakit serebrovaskuler
Tanda :
 Kenaikan TD
 Nadi : denyutan jelas
 Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia
 Bunyi jantung : murmur
 Distensi vena jugularis
 Ekstermitas : perubahan warna kulit, suhu dingin
(vasokontriksi perifer), pengisian kapiler mungkin lambat
c. Integritas Ego
Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi,
euphoria, marah, faktor stress multiple (hubungsn, keuangan,
pekerjaan)
Tanda :
 Letupan suasana hati
 Gelisah
 Penyempitan kontinue perhatian
 Tangisan yang meledak
 otot muka tegang (khususnya sekitar mata)
 Peningkatan pola bicara
d. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (infeksi,
obstruksi, riwayat penyakit ginjal)
e. Makanan / Cairan
Gejala :
 Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan
tinggi garam, lemak dan kolesterol
 Mual
 Muntah
 Riwayat penggunaan diuretik
Tanda :
 BB normal atau obesitas
 Edema
 Kongesti vena
 Peningkatan JVP
 Glikosuri
f. Neurosensori
Gejala :
 Keluhan pusing / pening, sakit kepala
 Episode kebas
 Kelemahan pada satu sisi tubuh
 Gangguan penglihatan (penglihatan kabur, diplopia)
 Episode epistaksis
Tanda :
 Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir
atau memori (ingatan)
 Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
 Perubahan retina optik
g. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala :
 nyeri hilang timbul pada tungkai
 sakit kepala oksipital berat
 nyeri abdomen
h. Pernapasan
Gejala :
 Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas
 Takipnea
 Ortopnea
 Dispnea nocturnal proksimal
 Batuk dengan atau tanpa sputum
 Riwayat merokok
Tanda :
 Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan
 Bunyi napas tambahan (krekles, mengi)
 Sianosis
i. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : Episode parestesia unilateral transien
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan
dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi,
hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan,
ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
3. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral
4. Cemas berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya
hipertensi yang diderita klien
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
informasi tentang proses penyakit.

2.3.3 Rencana Keperawatan


1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan
konduksi elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x
shift di resiko penurunan curah jantung tidak terjadi
Kriteria hasil :
 Mempertahankan/meningkatkan curah jantung adekuat
yang dibuktikan oleh TD/nadi dalam rentang normal,
haluaran urin adekuat, nadi teraba sama, status mental
biasa.
 Menunjukkan penurunan frekuensi/tak adanya disritmia.
 Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan kerja
miokardia.
Intervensi :
1) Raba nadi (radial, femoral, dorsalis pedis) catat frekuensi,
keteraturan, amplitudo dan simetris.
2) Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, irama. Catat
adanya denyut jantung ekstra, penurunan nadi.
3) Pantau tanda vital dan kaji keadekuatan curah
jantung/perfusi jaringan.
4) Tentukan tipe disritmia dan catat irama : takikardi;
bradikardi; disritmia atrial; disritmia ventrikel; blok
jantung
5) Berikan lingkungan tenang. Kaji alasan untuk membatasi
aktivitas selama fase akut.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan


antar suplai oksigen, kelemahan umum, tirah baring
lama/imobilisasi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x
shift di harapkan klien dapat bertoleransi dengan aktivitas
Kriteria hasil :
 Klien akan berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan.
 Memenuhi perawatan diri sendiri.
 Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat
diukur, dibuktikan oleh menurunnya kelemahan dan
kelelahan
Intervensi :
1) Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas,
khususnya bila klien menggunakan vasodilator, diuretic
dan penyekat beta.
2) Catat respons kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat
takikardi, disritmia, dipsnea, berkeringat dan pucat.
3) Evaluasi peningkatan intoleransi aktivitas.
4) Implementasi program rehabilitasi jantung/aktivitas
(kolaborsi).

3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan peningkatan


tekanan vaskuler serebral
Tujuan keperawatan : setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1 x shift rasa nyaman terpenuhi setelah diberikan
perawatan dan pengobatan.
Kriteria hasil :
 Melaporkan rasa nyerinya berkurang

Intervensi keperawatan :

1) Kaji terhadap nyeri dengan skala 0-5.


Rasional : pasien melaporkan nyeri biasanya diatas tingkat
cedera.
2) Bantu pasien dalam identifikasi faktor pencetus.
Rasional : nyeri dipengaruhi oleh; kecemasan, ketegangan,
suhu, distensi kandung kemih dan berbaring lama.
3) Berikan tindakan kenyamanan.
Rasional : memberikan rasa nayaman dengan cara membantu
mengontrol nyeri.
4) Dorong pasien menggunakan tehnik relaksasi.
Rasional : memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan
rasa kontrol.
5) Berikan obat antinyeri sesuai pesanan.
Rasional : untuk menghilangkan nyeri otot atau untuk
menghilangkan kecemasan dan meningkatkan istirahat
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Ny. M DENGAN HIPERTENSI
DI DESA PUNTIK DALAM KECAMATAN MANDASTANA

1. DATA KELUARGA

Nama Kepala Ny. M Bahasa Sehari-hari Jawa dan Bahasa Indonesia


Keluarga
Alamat Rumah & Desa Puntik Dalam Jarak Yankes 100 meter
Telp. Terdekat
Agama & Suku Islam/ Jawa Alat Transportasi Sepeda
DATA ANGGOTA KELUARGA

Hu Pendidi Status Status Alat


Pekerja TTV
N b Um J kan Gizi Imunis Bantu
Nama Suku an Saat (TD,N,S,P
o dgn ur K Terakhi (TB,B asi Prostes
Ini )
KK r B,BMI) Dasar a
1. Ny. KK 58 P Jawa SD - 60 kg 170/90 Tidak Tidak
M tahu mmhg lengkap ada
n N:
89x/menit
RR :
18x/menit
S: 36,7 C
2. Ny. K Ibu 80 P Jawa SD - 35 kg TD: Tidak Tidak
tahu 110/70 lengkap ada
n mmHg
N:
76x/menit
RR :
20x/menit
S : 36,5 C
LANJUTAN
Status
Penampil Riwayat Penyakit / Analisis Masalah Kesehatan
No Nama Kesehatan
an Umum Alergi Individu
Saat Ini
1. Ny. M Baik Sakit Tidak ada Ada
2. Ny. K Baik Sehat Tidak ada Tidak ada
2. DATA PENGKAJIAN INDIVIDU YANG SAKIT (Terlampir)
3. DATA PENUNJANG KELUARGA

Rumah Dan Sanitasi Lingkungan PHBS di Rumah Tangga :


Kondisi Rumah :
Rumah klien terbuat dari kayu. Ada terdapat 1 Jika ada Bunifas, Persalinan ditolong oleh
kamar tidur dan wc jenis closet yang di dalam Tenaga Kesehatan :
rumah. Halaman klien tampak tumbuh banyak Tidak ada
rumput
Jika ada Bayi, Memberi ASI Eksklusif :
Ventilasi : Tidak ada
Ventilasi klien baik, terlihat dari adanya 2
jendela yang selalu terbuka pada pagi hari Jika ada Balita, Menimbang Balita tiap
sehingga memungkinkan cahaya matahari bulan :
untuk masuk. Tidak ada

Pencahayaan Rumah : Menggunakan Air Bersih untuk Makan &


Dalam pencahayaan rumah klien baik karena Minum :
adanya listrik dan juga cahaya matahari dapat Ya, klien menggunakan air yang sudah
masuk melalui jendela dan pintu rumah. direbus untuk makan dan minum

Menggunakan Air Bersih untuk Kebersihan


Diri :
Klien menggunakan air PDAM untuk
mandi dan mencuci pakaian
Saluran Buang Limbah :
Saluran buang limbah klien kurang karena Mencuci tangan dengan air bersih & sabun :
aliran air limbah mengalir langsung ke arah Klien kadang-kadang mencuci tangan
belakang rumah. menggunakan sabun.

Sumber Air Bersih : Melakukan pembuangan sampah pada


Sumber air bersih klien dari PDAM, bisa juga tempatnya :
dengan cara membeli. Untuk air minum klien Klien mengatakan biasanya sampah
menggunakan air yang sudah direbus. dikumpulkan di dalam kantong plastic lalu
apabila sudah banyak akan dibakar.
Jamban Memenuhi Syarat :
Ya, klien menggunakan jenis jamban closet. Menjaga lingkungan rumah tampak bersih :
Lingkungan rumah klien tidak terlalu bersih
Tempat Sampah : karena banyaknya rumput yang tumpuh di
Klien biasa mengumpulkan sampah di dalam halaman klien dan kadang-kadang tergenang
kantong plastic lalu kemudian dibakar. air apabila setelah hujan.

Rasio luas bangunan rumah dengan jumlah Mengkonsumsi lauk pauk tiap hari :
anggota keluarga 8m2/orang : Ya, klien mengkonsumsi lauk pauk yang
Rasio luas bangunan rumah klien sudah sesuai berbeda setiap hari, tetapi lebih sering
dengan jumlah anggota keluarga karena hanya mengkonsumsi telur.
klien dan ibunya yang tinggal di dalam rumah
tersebut. Menggunakan jamban sehat :
Ya, klien menggunakan jamban sehat jenis
kloset untuk BAB dan BAK

Memberantas jentik di rumah sekali


seminggu :
Klien biasanya membuang wadah-wadah
bekas yang dapat menampung genangan air.
Makan buah dan sayur tiap hari :
Tidak menentu, kadang-kadang klien
mengkonsumsi buah dan sayur.

Melakukan aktifitas fisik tiap hari :


Tidak, klien menganggap pergi memancing
adalah olahraga.

Tidak merokok di dalam rumah :


Tidak ada

4. Kemampuan Keluarga Melakukan Tugas Pemeliharaan Kesehatan Anggota


Keluarga
1) Adakah perhatian keluarga kepada anggotanya yang menderita sakit: : Ada
2) Apakah keluarga mengetahui masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya : Tidak,
karena apabila klien mengeluh sakit hanya diberikan obat-obat yang ada di warung.
3) Apakah keluarga mengetahui penyebab masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya :
Tidak
4) Apakah keluarga mengetahui tanda dan gejala masalah kesehatan yang dialami anggota dalam
keluarganya : Tidak
5) Apakah keluarga mengetahui akibat masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya bila
tidak diobati/ dirawat : Tidak
6) Pada siapa keluarga bisa menggali informasi tentang masalah kesehatan yang dialami anggota
keluarganya :
√ Keluarga Tetangga Kader √ Tenaga Kesehatan, Yaitu bidan desa.

7) Keyakinan keluarga tentang masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya: √ Tidak perlu
ditangani Karena akan sembuh sendiri biasanya √ Perlu berobat ke fasilitas Yankes
Tidak terpikir

8) Apakah keluarga melakukan upaya peningkatan kesehatan yang dialami keluarganya secara aktif :
Ya √ Tidak, klien kadang-kadang saja memeriksakan kesehatannya di pelayanan karena
biasanya apabila sakit klien meminum obat dari warung saja..

9) Apakah keluarga mengetahui kebutuhan pengobatan masalah kesehatan yang dialami anggota
keluarganya :
Ya √ Tidak, klien hanya mengetahui apabila sakit untuk mengkonsumsi obat yang diberikan
dari pelayanan kesehatan.

10) Apakah keluarga dapat melakukan cara merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan yang
dialaminya:
Ya √ Tidak, karena klien hanya tinggal berdua dengan ibunya, klien juga tidak terlalu
memperhatikan masalah kesehatannya.

11) Apakah keluarga dapat melakukan pencegahan masalah kesehatan yang dialami keluarganya :
Ya √ Tidak, karena klien tidak terlalu memperhatikan masalah kesehatannya

12) Apakah keluarga mampu memelihara atau memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan
anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan :
Ya √ Tidak

13) Apakah keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber di masyarakat untuk mengatasi masalah
kesehatan anggota keluarganya :
√Ya Tidak, Jelaskan .................................................................................
5. Hasil Pembinaan Berdasarkan Tingkat Kemandirian Keluarga

Kunjungan Pertama (K-1) : Kunjungan Keempat(K-4) :


Perawat : Mengkaji Perawat : Implementasi
Kunjungan Kedua (K-2) : Kunjungan Kelima(K-5) :
Perawat : Melengkapi pengkajian dan Perawat :Evaluasi
Memberikan Penyuluhan Kesehatan
Kunjungan Ketiga(K-3) : Kunjungan Keenam(K-6) :
Perawat : Implementasi Perawat :

6. Data Pengkajian Individu Yang Sakit Dalam Keluarga


Nama Individu Yang Sakit : Ny. M Diagnona Medik : Hipertensi

Sumber Dana Kesehatan : Mandiri Rujukan Dokter/ Rumah Sakit: -

Keadaan Umum Sirkulasi Cairan Perkemihan Pernapasan :


Kesadaran : kompos menthis Edema Bunyi Jantung Pola BAK 4-5x/hr Sianosis
GCS: 4, 5, 6 Asites Akral dingin : Hemat Uri Sekret/Slym
TD : 170/90 mm/hg Tanda Perdarahan : Poliuria Irama/Ireguler
F : 18 x/menit Purpura/ Hematom/ Petekie/ Oliguria Wheeting
S : 36,70C Hematemesis/ Melena/ Disuria Ronki
N : 89 x/menit Epitaksis Inkontinensia Otot bantu napas:
Takikardia Tanda Anemia : Retensi tidak ada
Bradikardia Pucat/ Konjungtiva Nyeri saat BAK: Alat bantu napas :
Tubuh teraba hangat Pucat/ Lidah pucat/ Bibir Kemampuan BAK : tidak ada
Menggigil Pucat/ Akral pucat Mandiri Dispnea
Tanda Dehidrasi Alat bantu : Tidak ada Sesak
Mata cekung/ Turgor kulit Gunakan Obat : Tidak Stidor
Berkurang/ bibir kering Kemampuan BAB :Mandiri krepirasi
Pusing Kesemutan Alat bantu : Tidak ada
Berkeringat Rasa haus
Pengisian kapiler>2 detik
Pencernaan Muskuloskeletal Neurosensori
Mual Muntah Kembung Tonus otot Fungsi Penglihatan : Fungsi Perabaan :
Nafsu Makan : baik Kontraktur Buram Kesemutan pada
Sulit menelan Fraktur .................................... .................................
Disphagia Nyeri otot/ tulang Tidak bisa melihat Kebas pada
Bau Nafas Drop Foot Lokasi Alat bantu .............
Kerusakan gigi/gusi/lidah ............................................. Parese Disorientasi
Geraham/rahang/palatum Tremor Jenis Visus Hakusinasi
Distensi Abdomen ............................................. Disartria
Bising Usus : 14x/menit Malaise/fatigue Fungsi Pendengaran : Amnesia
Konstipasi Atropi Paralis
Diare __x/hr Kekuatan otot Kurang jelas Refleks Patologis
Hemoroid, Grade ............................................ Tuli Kejang : sifat ..........
............................................. Postur tidak normal Lama ..............
Teraba Masa Abdomen ............................................ Alat bantu frekuensi
............................................. RPS Atas: Bebas ......................................
Stomatitis Warna (kanan/ kiri) Tinnitus Fungsi Penciuman :
RPS Bawah: Bebas Fungsi Perasa : Mampu
(kanan/ kiri) Mampu Terganggu
Terganggu

.............................................. Berdiri : Mandiri Kulit


Riwayat obat pencahar Berjalan : Mandiri Jaringan parut Memar Laserasi
Maag Alat Bantu : Tidak ada Ulserasi Pus ...........................................
Konsistensi Nyeri : Bulae/lepuh Perdarahan bawah
........................... Tidak/ Ya Krustae
Diet Khusus : ............................. Luka bakar kulit .........Derajat .........perubahan
Tidak/ Ya Warna .............
.............................. Decubitus : Grade............ Lokasi........................
Kebiasaan makan/minum :
Mandiri Tidur dan Istirahat
Alergi Makanan/ Minuman : Susah Tidur
Tidak Waktu Tidur
Alat Bantu : .............................................................................
Tidak Bantuan Obat
.............................................................................

Mental Komunikasi dan Budaya Kebersihan Diri Perawatan Diri


Cemas Denial √ Gigi – Mulut kotor Sehari-hari
Marah Interaksi dengan keluarga: Mata Kotor Mandi : Mandiri
Takut Putus asa Baik Kulit Kotor Berpakaian : Mandiri
Depresi Berkomunikasi : Parenial/genital kotor Menyisir rambut :
Rendah diri Perilaku Lancar Hidung kotor Mandiri
Kekerasan Kegiatan sosial sehari-hari √ Kuku kotor
Respon pasca trauma .......... ............................................. Rambut-kepala kotor
Tidak mau melihat bagian .............................................
Tubuh yang rusak ................
Analisa Data

No. Data Problem Etiologi


1. Data Subjektif Kurang pengetahuan /informasi Ketidakmampuan keluarga
- Keluarga mengatakan tidak mengetahui tentang tentang penyakit (hipertensi) dalam mengenal penyakit
penyakit hipertensi. hipertensi pada Ny. M
- Keluarga Ny. M (klien) mengatakan klien tidak
merasakan masalah kesehatan walaupun TD klien di
atas normal
- Keluarga Ny. M (klien) mengatakan saat ini mata klien
agak kabur dan klien suka makan makanan yang
mengandung banyak garam

Data objektif
- Keluarga Ny. M tampak bertanya-tanya tentang
penyakit Hipertensi
- Keluarga bertanya tentang penyebab dan pencegahan
terhadap penyakit hipertensi
- Hasil Tanda-Tanda Vital
TD : 170/90 mmhg
N : 89x/menit
RR : 18x/menit
S: 36,7 C
2. Data Subjektif Resiko bertambah buruknya penyakit Ketidakmampuan keluarga
- Ny. M (klien) mengatakan sudah hampir 5 bulan klien hipertensi memodifikasi lingkungan
tidak memeriksakan kesehatan ke pelayanan kesehatan/
bidan desa.
- Ny. M (klien) mengatakan apabila merasa sakit minum
obat yang dibeli dari warung
- Ny. M (klien) mengatakan tidak tahu tentang makanan
yang harus dihindari.

Data objektif
- Klien terlihat di rumah saja
- Jarak antara rumah klien dan pelayanan kesehatan ±
100 meter
- Hasil Tanda-Tanda Vital
TD : 170/90 mmhg
N : 89x/menit
RR : 18x/menit
S: 36,7 C
Rumusan Prioritas Masalah
1. Kurang pengetahuan /informasi tentang penyakit (hipertensi) b/d
Ketidakmampuan keluarga dalam mengenal penyakit hipertensi pada Ny. M

No. Kriteria Skoring Pembahasan


1. Sifat masalah : 2/3 x 1 = 2/3 Masalah adalah
Potensial : 1 kurang/tidak sehat dan
Resiko : 2 memerlukan tindakan
Aktual : 3 yang tepat

2. Kemungkinan masalah ½x2=1 Keluarga mau mengikuti


dapat diubah : saran untuk mengikuti
Mudah : 2 penyuluhan
Sebagian : 1
Tidak dapat : 0

3. Potensial masalah 2/3 x 1 = 2/3 Masalah dapat dicegah


untuk dicegah : dengan cara sederhana
Tinggi : 3
Cukup : 2
Rendah : 1

4. Penonjolan masalah : ½x1=½ Keluarga menyadari


segera di tangani : 2 adanya masalah
tidak perlu di tangani : 1
masalah tidak di rasakan
:0
Total 2 1/6

2. Resiko bertambah buruknya penyakit hipertensi b/d ketidakmampuan keluarga


memodifikasi lingkungan.

No. Kriteria Skoring Pembahasan


1. Sifat masalah : 3/3 x 1 = 1 Saat ini Ny. M sudah
Potensial : 1 menderita hipertensi
Resiko : 2
Aktual : 3

2. Kemungkinan masalah 1/2 x 2 = 1 Dapat diubah tetapi


dapat diubah : hanya sebagian, karena
Mudah : 2 keluarga Ny. M belum
Sebagian : 1 ada rencana untuk
Tidak dapat : 0 memeriksakan
kesehatannya.
3. Potensial masalah 2/3 x 1 = 2/3 Sudah ada usaha untuk
untuk dicegah : memperbaiki masalah
Tinggi : 3 dengan mengurangi
Cukup : 2 makan makanan yang
Rendah : 1 tidak dianjurkan

4. Penonjolan masalah : 2/2 x 1 = 1 Keluarga kurang


segera di tangani : 2 menyadari adanya
tidak perlu di tangani : 1 masalah kesehatan
masalah tidak di rasakan
:0
Total 3/6

Prioritas Masalah
1. Kurangnya pengetahuan /informasi tentang penyakit (hipertensi) b/d
Ketidakmampuan keluarga dalam mengenal penyakit hipertensi pada Ny. M
2. Resiko bertambah buruknya penyakit hipertensi b/d ketidakmampuan keluarga
memodifikasi lingkungan.
PERENCANAAN KEPERAWATAN

Nama Individu / Ny. M Alamat: Desa Puntik Dalam Rt 5 Kec. Mandastana Kab. Barito Kuala
Keluarga / Kelompok
Penyakit / Masalah Hipertensi
Kesehatan

PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Ny. M


DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA EVALUASI
NO KEPERAWATAN RENCANA INTERVENSI
UMUM KHUSUS KRITERIA STANDAR
KELUARGA
1 Kurang pengetahuan Setelah 5x Setelah 5x Respon  Keluarga dapat  Bina hubungan saling percaya
/informasi tentang kunjungan ke instruksi verbal mengerti apa itu  Kaji tingkat pengetahuan
penyakit hipertensi b/d rumah, keluarga dapat penyakit hipertensi kelurga
Ketidakmampuan keluarga menyebutkan  Keluarga dapat  Beri penjelasan sederhana
keluarga dalam dapat tentang : kepada keluarga tentang
menyebutkan
penyakit hipertensi
mengenal penyakit mengetahui - Pengertian factor-faktor yang  Diskusikan dengan keluarga
hipertensi pada Ny. M mengenai penyakit menyebabkan cara penanganan hipertensi
penyakit hipertensi timbulnya penyakit  Berikan kesempatan pada
yang di derita dan factor- hipertensi keluarga untuk menanyakan
faktor yang  Keluarga dapat penjelasan yang telah diberikan
menyebabka memahami tentng  Berikan penjelasan ulang bila
n hipertensi ada penjelasan yang belum
akibat yang di
dimengerti
- Keluarga timbulkan dari
 Evaluasi secara singkat terhadap
dapat hipertensi
mengetahui  Keluarga dapat topic yang didiskusikan dengan
komplikasi menyebutkan cara keluarga
dari pencegahan  Memberikan pujian kepada
penyakit kemampuan yang diungkapkan
terjadinya
keluarga
hipertensi hipertensi
2 Resiko bertambah Setelah Setelah Respon 1. Keluarga mengerti  Jelaskan kepada keluarga
buruknya penyakit dilakukan 5 dilakukan Verbal bagaimana cara pengertian dan penyebab
hipertensi b/d kali tindakan merawat anggota hipertensi
ketidakmampuan kunjungan keperawatan keluarga yang kena  Jelaskan kepada keluarga cara
keluarga memodifikasi rumah, keluarga dapat hipertensi pencegahan dan perawatan dari
lingkungan keluarga menyebut 2. Keluarga dapat masalah kesehatan yang timbul
dapat tentang : mempraktekkan  Anjurkan kepada keluarga
merawat  Cara merawat cara melakukan untuk mengontrol makanan
anggota anggota senam hipertensi yang perlu dihindari
keluarga keluarga yang  Berikan penjelasan kepada
yang sakit sakit keluarga tentang senam
dan (hipertensi) hipertensi
mengetahui  Dapat  Anjurkan untuk keluarga
proses dan melakukan melakukan senam hipertensi
pencegahany Senam kepada klien
a hipertensi  Anjurkan kepada klien dan
secara mandiri keluarga untuk rutin
memeriksakan kesehatannya di
pelayanan kesehatan.
IMPLEMENTASI
TGL / Dx. KEPERAWATAN IMPLEMENTASI
WAKTU
Februari Kurang pengetahuan 1. Membina hubungan saling percaya
2018 /informasi tentang 2. Mengkaji tingkat pengetahuan kelurga
penyaki (hipertensi) 3. Memberi penjelasan sederhana kepada keluarga tentang penyakit hipertensi
b/d Ketidakmampuan 4. Mendiskusikan dengan keluarga cara penanganan hipertensi
keluarga dalam 5. Memberikan kesempatan pada keluarga untuk menanyakan penjelasan yang telah diberikan
mengenal penyakit 6. Memberikan penjelasan ulang bila ada penjelasan yang belum dimengerti
hipertensi pada Tn. S 7. Mengevaluasi secara singkat terhadap topic yang didiskusikan dengan keluarga
8. Memberikan pujian kepada kemampuan yang diungkapkan keluarga

Februari Resiko bertambah 1. Menjelaskan kepada keluarga pengertian dan penyebab hipertensi
2018 buruknya penyakit 2. Menjelaskan kepada keluarga cara pencegahan dan perawatan dari masalah kesehatan yang timbul
hipertensi b/d 3. Menganjurkan kepada keluarga untuk mengontrol makanan yang perlu dihindari
ketidakmampuan 4. Memberikan penjelasan kepada keluarga bagaimana cara melakukan senam hipertensi
keluarga memodifikasi 5. Menganjurkan untuk keluarga melakukan senam hipertensi bersama klien
lingkungan 6. Menganjurkan kepada keluarga dank lien untuk memeriksakan kesehatan rutin ke pelayanan
kesehatan.
Evaluasi (Catatan Perkembangan Keluarga)
No Tanggal Jam Evaluasi (SOAP) Paraf
Diagnosa
I 02 Feb S:
2018 Keluarga mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit hipertensi
O:
Klien dan keluarga belum mampu menjelaskan tentang penyakit hipertensi.
A:
Masalah belum teratasu
P:
Rencana keperawatan keluarga dilanjutkan

II 02 Feb S:
2018
Keluarga Ny. M mengatakan tidak mengetahui bagaimana perawatan pada
penderita hipertensi
O:

Klien dan keluarga tidak mampu menjelaskan tentang perawatan penderita


hipertensi
A:
Masalah belum teratasi
P:
Rencana keperawatan keluarga dilanjutkan
I 07 Feb S:
2018 Keluarga mengatakan mulai sedikit mengerti tentang penyakit hipertensi
O:
Klien dan keluarga belum mampu secara lengkap menjelaskan tentang
penyakit hipertensi
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Rencana Keperawatan Keluarga dilanjutkan

II 07 Feb S:
2018
Keluarga Ny. M mengatakan sudah mengetahui tentang makanan yang harus
dihindari pada penderita hipertensi
O:

Keluarga klien dapat menyebutkan makanan yang dihindari pada penderita


hipertensi
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Rencana keperawatan keluarga dilanjutkan

I 13 Feb S:
2018 Keluarga mengatakan mulai mengerti tentang penyakit hipertensi
O:
Klien dan keluarga dapat menjelaskan kembali penjelasan yang telah
diberikan mengenai hipertensi tetapi belum lengkap
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Rencana Keperawatan Keluarga dilanjutkan

II 13 Feb S:
2018
Keluarga dan Ny. M mengatakan belum mengetahui tentang senam
hipertensi
O:
Keluarga klien tampak memperhatikan penjelasan dari perawat.

A:
Masalah teratasi sebagian
P : Rencana keperawatan keluarga dilanjutkan
I 16 Feb S:
2018 Keluarga mengatakan mulai mengerti tentang penyakit hipertensi
O:
Klien dan keluarga dapat menjelaskan kembali penjelasan yang telah
diberikan mengenai hipertensi
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Rencana Keperawatan Keluarga dilanjutkan
II 16 Feb S:
2018
Keluarga Ny. M mengatakan akan mempelajari senam hipertensi dan akan
menjaga makanan.
O:
Keluarga klien tampak memperhatikan penjelasan dari perawat.

A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Rencana keperawatan keluarga dilanjutkan

I 20 Feb S:
2018 Keluarga mengatakan mulai mengerti tentang penyakit hipertensi
O:
Klien dan keluarga dapat menjelaskan kembali penjelasan yang telah
diberikan mengenai hipertensi
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Rencana Keperawatan Keluarga dilanjutkan
II 20 Feb S:
2018
Keluarga Ny. M mengatakan bersedia diajarkan senam hipertensi dan akan
menjaga pola makanan.
O:
Keluarga klien tampak memperhatikan penjelasan dari perawat.

A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Rencana keperawatan keluarga dilanjutkan
BAB 4
HASIL DAN IMPLEMENTASI

4.1 Hasil
Berdasarkan hal-hal yang telah disebutkan pada bab sebelumnya maka dapat
kami simpulkan sebagai berikut : Masalah keperawatan keluarga yang
muncul pada keluarga Tn.M dan Ny. Aantara lain adalah
4.1.1 Kurang pengetahuan /informasi tentang penyakit (hipertensi) b/d
Ketidakmampuan keluarga dalam mengenal penyakit hipertensi pada
Ny. M
4.1.2 Resiko bertambah buruknya penyakit hipertensi b/d
ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan.

4.2 Implementasi
4.2.1 Mengkaji pengetahuan keluarga tentang penyakit Hipertensi
4.2.2 Menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala Hipertensi
4.2.3 Menganjurkan keluarga untuk memeriksakan kesehatan ke
pelayanan kesehatan
4.2.4 Menjelaskan bagaimana cara pencegahan Hipertensi
4.2.5 Memberi informasi tentang menghindari makanan berpengawet
4.2.6 Menganjurkan kompres hangat pada daerah nyeri
4.2.7 Memberi penjelasan tentang akibat dari hipertensi
4.2.8 Membantu keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat
BAB 5
PENUTUP

5.1 Saran
Dari hasil pengamatan penulis masih ada masalah teratasi sebagian,maka
adapun saran yang disampaikan oleh penulis adalah sebagai berikut :
5.1.1. Kepada keluarga/lansia
5.1.1.2. Hendaknya keluarga memanfaatkan sebaik mungkin
kunjungan rumah yang dilakukan oleh petugas kesehatan.
Hendaknya keluarga melaksanakan perannya untuk
merawat anggota keluarga yang sakit sesuai anjuran
petugas kesehatan berdasarkan pada kemampuannya.
5.1.1.2. Keluarga hendaknya menanam tanaman obat keluarga
minimal dapat menggunakannya.
5.1.1.3. Klien pergi berobat ke sarana kesehatan secara teratur.
5.1.2. Kepada petugas kesehatan lansia (petugas puskesmas)
Karena klien anggota keluarga yang sakit berobat kurang
teratur,diharapkan petugas kesehatan dapat melakukan kunjungan
rumah yang lebih efektif. Dalam penentuan dan prioritas masalah
diharapkan bersama keluarga. Bila klien jarang datang ke
puskesmas, diharapkan petugas kesehatan keluarga dapat melakukan
kunjungan rumah.
DAFTAR PUSTAKA

Friedman, Marilyn M. 2010. Buku ajar keperawatan keluarga : Riset, Teori


danPraktek. EGC : Jakarta

Imam, S Dkk.2005. Asuhan Keperawatan Keluarga.Buntara Media: Malang

Mansjoer , Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke 3. Media


Aeusculapius.: Jakarta

Prince, Sylvia Anderson, 2015., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit., Ed. 6, EGC: Jakarta

Smeltzer, SC & Bare, BG, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth, Edisi 8 Vol 2, EGC: Jakarta.

Taylor M. Cynthia.2012.Diagnosis Keperawatan Dengan Rencana Asuhan. EGC


: Jakarta

Vous aimerez peut-être aussi