Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
HIPERTENSI SEKUNDER
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
pada Bagian/SMF Kardiologi dan Kedokteran Vaskular RSUDZA/FK Unsyiah
Banda Aceh
Oleh:
Pembimbing:
dr. Novita, Sp.JP-FIHA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya, penulisan laporan kasus ini telah dapat penulis
selesaikan. Selanjutnya shalawat dan salam penulis panjatkan kepangkuan Nabi
Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia dari alam kegelapan ke
alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Hipertensi adalah salah satu penyakit yang paling umum di dunia dan
merupakan faktor resiko mayor terjadinya stroke, miokard infark, vaskular disease
dan gagal ginjal kronik. Meskipun banyak penelitian yang luas dalam beberapa
dekade terakhir ini tetapi etiologi dari kebanyakan kasus orang dewasa yang
mengalami hipertensi masih belum diketahui dan kurangnya pengetahuan
masyarakat luas untuk mengontrol tekanan darah. Mengingat morbiditas dan
mortalitas yang disebabkan oleh hipertensi tinggi, maka pencegahan dan
pengobatan hipertensi merupakan tantangan penting bagi petugas kesehatan.
Untungnya, kemajuan dan ujicoba dalam penelitian dalam pemahaman
patofisiologi hipertensi dan penatalaksanaan terhadap penyakit ini meluas.
Data epidemiologis menunjukan bahwa dengan meningkatnya populasi usia
lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan
bertambah. Dimana baik hipertensi sitolik dan diastolic sering timbul pada lebih
dari separuh orang yang berusia >65 tahun. Selain itu, laju pengendalian tekanan
darah yang dahulu terus meningkat, dalam dekade terakhir tidak menunjukan
kemajuan lagi (pola kurva mendatar), dan pengendalian tekanan darah ini hanya
mencapai 34% dari seluruh pasien hipertensi.
Sampai saat ini, data hipertensi yang lengkap sebagian besar dari negar-
negara yang sudah maju. Data dari The National Health and Nutrition
Examination Survey (NHNES) menunjukan bahwa dari tahu 1999-2000, insiden
hipertensi pada orang dewasa adalah sekitar 29-31%, yang berarti terdapat 58-65
juta orang hipertensi di Amerika, dan terjadi peningkatan 15 juta dari data
NHNES III tahun 1988-1991. Hipertensi esensial sendiri merupakan 90% dari
seluruh dari seluruh kasus hipertensi.
BAB II
LAPORAN KASUS
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama:
Tekanan darah tinggi
a. Status Present
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tekanan Darah : 160/90 mmHg
Nadi : 92 x/menit, reguler
Frekuensi Nafas : 18x/menit
Temperatur : 36,7 0C
Berat Badan : 73kg
Tinggi badan : 165cm
b. Status General
Kulit
Warna : Sawo Matang
Turgor : Kembali Cepat
Ikterus : (-)
Anemia : (-)
Sianosis : (-)
Edema : (-)
Kepala
Bentuk : Kesan Normocepali
Rambut : Bewarna hitam, alopesia (-)
Mata : Cekung (-), Reflek cahaya (+/+), Sklera ikterik (-/-),
Conj.palpebra inf pucat (-/-)
Telinga : Sekret (-/-), Perdarahan (-/-)
Hidung : Sekret (-/-), Perdarahan (-/-), NCH (-/-)
Mulut
Bibir : Pucat (-), Sianosis (-)
Gigi Geligi : Karies (-)
Lidah : Beslag (-), Tremor (-)
Mukosa : Basah (+)
Tenggorokan : Tonsil dalam batas normal
Faring : Hiperemis (-)
Leher
Bentuk : Kesan simetris
Kel. Getah Bening : Kesan simetris, Pembesaran (-)
Peningkatan TVJ : R+2 cmH2O
Axilla : Pembesaran KGB (-)
Thorax
Thorax depan
1. Inspeksi
Bentuk dan Gerak : Normochest, pergerakan simetris
Tipe Pernafasan : Abdominal-thorakal
Retraksi : (-)
2. Palpasi
Stem Fremitus Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Normal Normal
Lap. Paru tengah Normal Normal
Lap. Paru bawah Normal Normal
3. Perkusi
Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Sonor Sonor
Lap. Paru tengah Sonor Sonor
4. Auskultasi
Suara Pokok Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Vesikuler Vesikuler
Lap. Paru tengah Vesikuler Vesikuler
Lap. Paru bawah Vesikuler Vesikuler
Suara Tambahan Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Rh (-), Wh (-) Rh (-), Wh (-)
Lap. Paru tengah Rh (-), Wh (-) Rh (-), Wh (-)
Lap. Paru bawah Rh (-), Wh (-) Rh (-), Wh (-)
Thoraks Belakang
1. Inspeksi
Bentuk dan Gerak : Normochest, pergerakan simetris
Tipe pernafasan : Abdominal-thorakal
Retraksi : (-)
2. Palpasi
Stem Fremitus Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Normal Normal
Lap. Paru tengah Normal Normal
Lap. Paru bawah Normal Nomal
3. Perkusi
Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Sonor Sonor
Lap. Paru tengah Sonor Sonor
Lap. Paru bawah Sonor Sonor
4. Auskultasi
Suara pokok Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Vesikuler Vesikuler
Lap. Paru tengah Vesikuler Vesikuler
Lap. Paru bawah Vesikuler Vesikuler
Suara tambahan Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Rh (-), Wh (-) Rh (-), Wh (-)
Lap. Paru tengah Rh (-), Wh (-) Rh (-), Wh (-)
Lap. Paru bawah Rh (-), Wh (-) Rh (-), Wh (-)
Jantung
Inspeksi :
Palpasi : Iktus cordis teraba di ICS IV LMCS
Perkusi : Batas batas jantung atas = ICS II LPSD
Batas jantung kanan = ICS IV LPSD
Batas jantung kiri = ICS V LMCS 2 jari ke lateral
Auskultasi : Area trikuspid dan mitral = BJ 1 > BJ 2
Area aorta dan pulmonal = BJ 2 > BJ 1
Murmur diastolik (-)
Abdomen
Inspeksi : Sikatrik (-), massa (-)
Palpasi : Distensi (-), Undulasi (-)
Perkusi : Tympani, Shifting Dullnes (-)
Auskultasi : Peristaltik usus (+)
Ekstremitas
Ekstremitas Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Sianotik - - - -
Edema - - - -
Ikterik - - - -
Gerakan Aktif Aktif Aktif Aktif
Tonus otot Normotonus Normotonus Normotonus Normotonus
Sensibilitas N N N N
Atrofi otot - - - -
- Hipertensi Stage II
- Chronic Kindey Disease Satge V
2.6 Penatalaksanaan
Bed rest
Valsartan 1x80mg
Amlodipin 1x5mg
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.2 Definisi
Hipertensi adalah tekanan darah yang meningkat dengan sistolik
≥140mmHg atau diastolik ≥90mmHg.2
3.3 Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah peningkatan tekanan darah di atas normal untuk
usianya karena penyebab klinis yang sebelumnya terdeteksi. Penyebab utama
umum tekanan darah tinggi sekunder adalah, penyakit ginjal, penyakit endokrin,
koarktasio aorta, kehamilan, dan obat-obatan. Kegagalan ginjal kronis dan akut
yang ditandai dengan kegagalan penghilangan cairan. Oleh karena itu, ada
akumulasi cairan, peningkatan volume darah, dan peningkatan tekanan darah.
Kortisol meningkatkan tekanannan darah, denyut jantung dan merelokasi darah
dari sirkulasi perifer ke organ-organ vital. Penyakit Cushing adalah karena sekresi
berlebihan kortisol. Sindrom conns adalah karena sekresi berlebihan dari
aldosteron. Aldosteron mempertahankan cairan. Koarktasio dari aorta menghasil
di aliran vena balik yang buruk terhadap sensor tekanan rendah dan menaikan
tekanan darah sekunder.2
1. Jika tekanan darah sistol dan diastol pasien berada pada kategori yang
berbeda, maka resiko kardiovaskuler, keputusan pengobatan dan
perkiraan efektivitas pengobatan difokuskan pada kategori dengan nilai
lebih tinggi.
2. Hipertensi sistol terisolasi harus dikategorikan berdasarkan pada
hipertensi sistol-diastol ( tingkat 1, 2 dan 3 ). Namun tekanan diastol
yang rendah (60-70 mmHg) harus dipertimbangkan sebagai resiko
tambahan.
3. Nilai batas untuk tekanan darah tinggi dan kebutuhan untuk memulai
pengobatan adalah fleksibel tergantung pada resiko kardiovaskular
total. 4
Tabel 4. Klasifikasi menurut European Society of Hypertension
(ESH)
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
3.5 Patogenesis
Hipertensi esensial adalah penyakit multifaktor yang timbul terutama karena
interaksi antara faktor-faktor resiko tertentu. Faktor- faktor resiko yang
mendorong timbulnya kenaikan tekanan darah tersebut adalah :
1. Diet dan asupan garam, stress, ras, obesitas, merokok, genetik.
2. Sistem saraf simpatis
3. Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokontriksi
Endotel pembuluh darah berperan utama, tetapi remodeling dari endotel,
otot polos dan interstitium juga memberikan konstribusi akhir.
4. Pengaruh sistem otokrin setempat yang berperan pada sistem renin,
angiotensin dan aldostreon.3
3.6 Patofisiologi
2. Sistem Renin-Angiotensin
Renin merupakan enzim yang dihasilkan oleh sel jukstaglomelurar ginjal.
Berbagai faktor seperti status volume, asupan natrium dan stimulasi saraf simpatik
menentukan kecepatan sekresi renin. Hampir 20% pasien dengan hipertensi
esensial mengalami penekanan aktivitas renin. Sekitar 15% pasien mengalami
aktivitas renin di atas normal. Peningkatan plasma renin ini meningkatkan tekanan
arteri. Sistem Renin – Angiotensin adalah salah satu sistem endokrin penting yang
dapat mengatur tekanan darah secara efektif. Renin berperan mengubah
angiotensinogen menjadi angiotensin I, yang dengan cepat diubah menjadi
angiotensin II pada paru-paru oleh enzim pengubah angiotensin (Angiotensin
Converting Anzyme, ACE).4
Angiotensin II adalah vasokonstriktor kuat yang menyebabkan peningkatan
tekanan darah. Angiotensin II juga menstimulasi pelepasan aldosteron dari
bagaian glomerulus kelenjar adrenal yang menyebabkan retensi natrium dan air,
sehingga meningkatkan tekanan darah. Sistem renin lokal pada ginjal, jantung,
pembuluh arteri, dan renin angiotensin lokal epikrin atau sistem parakrin juga
berperan mengatur tekanan darah.4
4. Disfungsi Endotel
Sel endotel melepaskan faktor relaksasi dan faktor konstriksi yang
memperngaruhi tonus otot polos pembuluh darah dan juga berperan dalam
patofisiologi hipertensi esensial. Vasodilatasi akibat endotellium diatur oleh nitrit
oksida (NO) dan prostasiklin. Faktor konstriksi turunan endotel adalah endotelin-
1, prostanoid vasokonstriktor, angiotensin II dan anion superoksida. Pelepasan
faktor relaksasi dan kontraksi terjadi secara seimbang pada keadaan fisiologis.4
5. Bahan Vasoaktif
Banyak bahan vasoaktif yang terlibat pada pengaturan tekanan darah
normal. Bradikinin adalah vasodilator kuat yang diinaktivasi oleh ACE. Endotelin
adalah vasokonstriktor endotel yang kuat yang menghasilkan peningkatan tekanan
darah yang dipicu oleh makan asin/berkadar garam tinggi. Ini juga mengaktifkan
sistem renin-angiotensin lokal. Nitrit oksida yang dihasilkan oleh endotel arteri
dan vena menyebabkan vasodilatasi, peptide natriuretic atrial adalah hormone
yang dihasilkan dari atrium jantung yang berperan pada peningkatan volume
darah. Akibatnya natrium meningkat dan terjadi ekskresi air dari ginjal. Gangguan
pada sistem ini dapat menyebabkan retensi air sehinga menyebabkan hipertensi.
Transpor natrium melintasi dinding sel pembuluh darah otot polos juga
diperkirakan mempengaruhi tekanan darah melalui interrelasinya dengan transport
kalsium.4
6. Sensitivitas Insulin
Pada pasien hipertensi, adanya kondisi resistensi insulin atau
hiperinsulinemia berperan dalam peningkatan tekanan arteri. Hal ini diperkirakan
merupakan bagian dari sindrom x atau sindrom Reaven. Dan disebabkan oleh
obesitas sentral, dyslipidemia dan tekanan darah tinggi. Kebanyakan dari populasi
dengan hipertensi mengalami resistensi insulin atau hiperinsulinemia. Peningkatan
tekanan arteri pada keadaan hiperinsulinemia kemungkinan disebabkan oleh 4
mekanisme, yaitu :
7. Faktor Genetik
Hipertensi merupakan salah satu gangguan genetik yang bersifat kompleks.
Hipertensi esensial biasanya terkait dengangen dan faktor genetik, dimana banyak
gen turut berperan pada perkembangan gangguan hipertensi. Seseorang yang
mempunyai riwayat keluarga sebagai pembawa (carrier) hipertensi mempunyai
resiko dua kali lebih besar untuk terkena hipertensi. Faktor genetik menyumbang
30% terhadap perubahan tekanan pada populasi yang berbeda. Sebanyak 50 gen
telah diketahui mempunyai keterkaitan dengan hipertensi.perubahan gaya hidup
seperti pola asupan makanan juga berperan penting dalam terjadinya hipertensi
pada keluarga. Gen yang berperan pada patofisiologi penyakit hipertensi adalah :
8. Faktor Intrauterine
Hipertensi pada remaja dipengaruh oleh berat badan saat lahir. Bukti
menunjukan bahwa kebanyakan bayi dengan berat badan rendah dapat mengalami
hipertensi pada masa remaja dan dewasanya dan biasanya terkait dengan beberapa
ketidknormalan metabolit seperti diabetes mellitus, hyperlipidemia dan obesitas.
Bayi dengan berat badan lahir rendah uang lahir dari ibu yang mempunyai
tekanan darah di atas rata-rata selama kehamilan juga dapat menderita hipertensi.4
1. Jantung
a. Hipertrofi ventrikel kiri
b. Angina atau Infark miokard
c. Gagal jantung
2. Otak
a. Stroke atau Transien Ischemic Attack
3. Penyakit ginjal kronis
4. Penyakit arteri perifer
5. Retinopati4
1. Merokok
2. Obesitas
3. Kurangnya aktivitas
4. Dyslipidemia
5. Diabetes mellitus
6. Mikroalbuminuria atau perhitungan LFG < 60 ml/menit
7. Umur ( laki-laki >55 tahun, perempuan 65 tahun)
8. Riwayat keluarga dengan penyakit jantung kardiovaskular premature (laki-
laki <55 tahun, perempuan < 65 tahun)4
Anamnesis meliputi :
3.9 Penatalaksanaan
1. Diuretik
Diuretik bekerja meningkatkan ekskresi natrium, air dan klorida sehingga
menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler. Akibtanya terjadi penurunan
curah jantung dan tekanan darah. Selain mekanisme tersebut, beberapa diuretic
juga menurunkan resistensi perifer sehingga menambah efek hipotensinya. Efek
ini diduga kuat akibat penurunan natrium di ruang interstitial dan di dalam sel otot
polos pembuluh darah yang selanjutnya menghambat influks kalsium. Hal ini
terlihat jelas pada diuretic tertentu seperti golongan tiazid yang mulai menunjukan
efek hipotensif pada dosis kecil sebelum timbulnya diuresis yang nyata. Pada
pemberian kronik curah jantung akan kembali normal, namun efek hipotensif
masih tetap ada. Efek ini diduga akibat penurunan resistensi perifer.8
A. Golongan Tiazid
Terdapat beberapa golongan obat yang termasuk golongan tiazid antara lain
hidroklorotiazid, bendroflumetiazid, klorotiazid dan diuretic lain yang memiliki
gugus aryl-sulfonamida (indapamid dan klortalidon). Obat golongan ini bekerja
dengan menghambat transport bersama (symport) Na-Cl di tubulus distal ginjal,
sehingga ekskresi Na+ dan Cl- meningkat.8
Efek samping diuretik kuat hampir sama dengan tiazid, kecuali bahwa diuretik
kuat menimbulkan hiperkalsiuria dan menurunkan kalsium darah, sedangkan
tiazid menimbulkan hipokalsiuria dan meningkatkan kalsium darah.8
C. Adrenolitik Sentral
Metildopa, klonidin, guanfasin, guanabenz, moksinidin, rilmedin. Yang
palimg sering digunakan adalah metildopa dan klonidin. Guanabenz dan
guanfasin sudah jarang digunakan dan analog klonidin yaitu moksonidin dan
rilmedin masih dalam penelitian.8
E. Penghambat Ganglion
Trimetafan, obat ini merupakan satu-satunya penghambat ganglion yang
digunakan, walaupun sudah semakin jarang. Kerjanya cepat dan singkat dan
digunakan untuk menurunkan tekanan darah pada :
1. Hipertensi darturat, anuerisma aorta
2. Untuk menghasilkan hipotensi yang terkendali selama operasi besar
3. Vasodilator8
4. Penghambat Sistem Renin-Angiotensin
A. Penghambat Angiotensin-Converting Enzyme (ACE-Inhibitor)
Kaptopril merupakan ACE-Inhibitor yang terutama dan banyak digunakan
untuk pengobatan hipertensi dan gagal jantung. Secara umum ACE-Inhibitor
dibedakan atas dua kelompok :
1. Yang bekerja langsung, contohnya kaptopril dan lisinopril
2. Prodrug, contohnya enalapril, kuinapril, perindopril, ramipril, silazapril,
benazepril, fosinopril dan lain-lain.8
5. Antagonis Kalsium
Antagonis kalsium menghambat influks kalsium pada sel otot polos,
pembuluh darah dan miokard. Di pembuluh darah, antagonis kalsium terutama
menimbulkan relaksasi ateriol, sedangkan vena kurang dipengaruhi. Penurunan
resistensi perifer ini sering diikuti oleh reflek takiradia dan vasokontriksi,
terutama bila menggunakan golongan dihidropiridin kerja pendek (nifedipin).8
Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang
dianjurkan JNC 7 :
Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara bertahap, dan
target tekanan darah dicapai secara progresif dalam beberapa minggu. Dianjurkan
untuk menggunakan obat antihipertensi dengan masa kerja panjang atau yang
memberikan efikasi 24 jam dengan pemberian sekali sehari. Pilihan apakah
memulai terapi dengan satu jenis obat antihipertensi atau dengan kombinasi
tergantung pada tekanan darah awal dan ada tidaknya komplikasi. Jika terapi
dimulai dengan satu jenis obat dan dalam dosis rendah, dan kemudian darah
belum mencapai target, maka langkah selanjutnya adalah meningkatnya dosis obat
tertentu, atau berpindah ke antihipertensi lain dengan rendah. Efek samping
umumnya bisa dihindari dengan menggunakan dosis rendah, baik tunggal maupun
kombinasi. Sebagian besar pasien memerlukan kombinasi obat antihipertensi
untuk mencapai target tekanan darah, tetapi kombinasi dapat meningkatkan biaya
pengobatan dan menurunkan kepatuhan pasien karena jumlah obat yang harus
diminum bertambah.8
BAB IV
PEMBAHASAN