Vous êtes sur la page 1sur 9

NAMA : MUHAMMAD SOFIULLAH

NIM : 21315073

MATA KULIAH : ASPEK HUKUM TEKNIK SIPIL

QUIS

1) Apa yang anda ketahui tentang prinsip pembangunan berwawasan lingkungan?


Jawab:
Menurut Hartono (2009:114) pembangunan berwawasan lingkungan pada dasarnya
adalah suatu upaya pembangunan yang berjalan berkesinambungan atau pembangunan
berkelanjutan, yaitu suatu suatu proses pembangunan yang memanfaatkan sumber daya
alam dan sumber daya manusia sebesar-besarnya, dengan menyerasikan sumber daya
alam dengan manusia sebagai subjek dan objek dalam pembangunan. Dalam Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 1997 Pasal 1 Butir 3 berbunyi bahwa “pembangunan
berwawasan lingkungan adalah upaya sadar dan berencana menggunakan serta mengelola
sumber daya secara bijaksana dalam pembangunan yang berkesinambungan untuk
meningkatkan mutu hidup generasi masa kini dan masa depan”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pembangunan berwawasan lingkungan adalah suatu


upaya untuk melestarikan lingkungan dengan diadakannya suatu pembangunan yang
didasari oleh sumber daya alam dan berada pada tempat yang indah dan sejuk jauh dari
berbagai macam polusi guna untuk menjaga kelestarian alam dan membantu peningkatan
sumber daya alam yang hampir rusak untuk meningkatkan mutu hidup generasi masa kini
dan masa depan.

Dalam Garis Besar Haluan Negara atau yang sering disebut GBHN dalam Siaahan
(2004:235-238), terdapat garis yang jelas mengenai prinsip berwawasan lingkungan yang
dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Dalam rangka pembangunan, sumber daya alam harus digunakan secara rasional.
Maksudnya dalam suatu rangka pemapatan bangunan yang berwawasan lingkungan
disini sumber daya alam harus digunakan secara rasional atau secara lebih terperinci
agar nanti kedepannya sumber daya alam yang sekarang kita gunakan untuk
pembangunan tidak akan habis dengan sia-sia dan dapat digunakan untuk generasi
yang akan mendatang juga.
2. Pemanfaatan sumber daya harus diusahakan untuk tidak merusak lingkungan hidup.
Tentu saja pemnafaatan sumber daya memang harus diusahakan semaksimal mungkin
agar tidak merusak lingkungan hidup, jadi dalam pengelolaan sumber daya kita harus
memperhatikan prinsip yang telah ditetapkan agar nantinya kita mengetahui mana
yang harus kita gunakan dan mana yang tidak perlu kita gunakan.
3. Harus dilaksanakan dengan kebijaksanaan menyeluruh dengan memperhitungkan
kebutuhan generasi yang akan datang. Maksudnya sumber daya alam harus digunakan
secara irit tetapi dapat memuaskan masyarakat, intinya kita sebagai pemakain sumber
daya alam tidak boleh terlalu boros karena nantinya akan berdampak tidak baik bagi
generasi yang akan datang.
4. Memperhatikan hubungan kait-mengait dan ketergantungan antara berbagai masalah.
Maksudnya disini kita harus memperhatikan hubungan antara berbagai masalah kita
harus dapat menyelesaikan suatu masalah secara bijak dan saling tolong-menolong
agar nantinya kita tidak terjerumus dalam suatu masalah yang tidak dapat dipecahkan.

Secara historis, perkembangannya prinsip-prinsip dasar dalam pengelolaan


lingkungan hidup di Indonesia sangat dipengaruhi oleh prinsip-prinsip yang tertuang
dalam Deklarasi Stockhom, Deklarasi Rio maupun Deklarasi Johanessburg. Berdasarkan
pengajian terhadap ketiga deklarasi tersebut, maka dapat ditemukan berbagai prinsip dan
konsep pengelolaan lingkungan hidup dalam rangka pembangunan berkelanjutan yang
berlaku secara universal, seperti:

1. Hak atas lingkungan hidup yang sehat.


2. Keadilan antar dan inter generasi.
3. Kedaulatan negara atas sumber daya alam.
4. Pencegahan kerusakan lingkungan hidup.
5. Prinsip kehati-hatian.
6. Kewajiban bekerja sama atas dasar semangat persaudaraan dunia.
7. Warisan umat manusia
8. Peran masyarakat
9. Hak mendapatkan informasi
10. Analisis mengenai dampak lingkungan dan pengumuman dalam pengambilan
keputusan
11. Penyelesaian sengketa secara damai.

Menurut Sudharto P.Hadi (2001) dalam Pongtuluran (2015:29-31), mengemukakan


bahwa terdapat 4 prinsip umum dalam pembangunan berwawasan lingkungan, yaitu:

1. Pemenuhan kebutuhan dasar baik materi maupun nonmateri. Pemenuhan kebutuhan


materi sangat penting karena kemiskinan dipandang sebagai penyebab maupun hasil
dari penurunan kualitas lingkungan. Kerusakan lingkungan menyebabkan timbulnya
kemiskinan dan penurunan kualitas hidup, karena masyarakat tidak lagi memiliki
sumber daya alam yang bisa dijadikan aset untuk menopang kehidupan. Kebutuhan
nonmateri yang dicerminkan dalam suasana keterbukaan, bebas dari rasa tertekan
serta demokratis, merupakan syarat penting bagi masyarakat untuk bisa mengambil
bagian, karena sesunguhnya masyarakat adalah para pakar lokal dalam arti lebih
memahami kondisi dan karakter lingkungan disekitar tempat tinggal mereka.
2. Pemeliharaan lingkungan. Berkaitan dengan pemeliharaan lingkungan ada 2 prinsip
penting, yaitu prinsip konservasi dan mengurangi konsumsi. Pemeliharaan lingkungan
hidup sebenarnya sangat terkait dengan prinsip pemenuhan kebutuhan manusia,
bahkan jika kerusakan sudah sedemikian parah, maka akan mengancam eksistensi
manusia itu sendiri. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa penyebab pencemaran dan
kerusakan lingkungan adalah salah satu bentuk pelanggaran Hak Asasi Manusia
(HAM). Oleh karena itu, konservasi dimaksudkan untuk perlindungan lingkungan.
Sedangkan prinsip mengurangi konsumsi bermakna ganda. Pertama, mengurangi
konsumsi ditunjukkan pada negara maju sehubungan dengan pola konsumsi
merupakan seruan yang ditunjukkan kepada siapa saja (sebagai individu), baik di
negara maju maupun di negara berkembang agar mengurangi beban bumi.
3. Keadilan sosial. Berkaitan dengan keadlian, prinsip keadilan masa kini menunjukan
perlunya pemerataan dalam prinsip pembangunan. Keadilan masa kini berdimensi
luas, termasuk didalamnya pengalokasian sumber daya alam antara daerah pusat.
Sedangkan keadilan masa depan berarti perlunya solidaritas antar generasi. Hal ini
menunjukkan perlunya pengakuan akan adanya keterbatasan sumber daya alam yang
harus diatur penggunaannya agar tidak mengorbankan kepentingan generasi yang
akan datang.
4. Penentuan nasib sendiri. Penentuan nasib sendiri meliputi prinsip terwujudnya
masyarakat mandiri. Masyarakat mandiri (self relient community) adalah masyarakat
yang mampu mengambil keputusan sendiri atas hal-hal yang berkaitan dengan nasib
masa depannya. Hal ini termasuk penentuan alokasi sumber-sumber daya alam.
Sedangkan prinsip partisipasi demokratis adalah adanya keterbukaan dan transparansi.
Dengan memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk mengambil keputusan yang
menyangkut nasib mereka, maka masyarakat akan merasa menjadi bagian dari proses
tersebut. Oleh sebab itu tumbuh rasa memiliki dan pada gilirannya bisa diperoleh
suatu manfaat atas perubahan yang terjadi di sekitar mereka.

2) Uraikan macam-macam unsur atau komponen yang terdapat pada perjanjian konstruksi!
Jawab:
Kontrak atau perjanjian konstruksi adalah ikatan perjanjian antara pemilik proyek
dengan pelaksana proyek yang disusun berdasarkan penawaran harga dan kesepakatan
untuk membangun suatu proyek berdasarkan gambar rencana dan spesifikasi, dengan
jumlah biaya dan waktu penyelesaian tertentu, yang dituangkan dalam suatu dokumen
terdiri dari: persyaratan kontrak, spesifikasi, gambar, BQ, penawaran harga, surat
penunjukan dan surat perjanjian.

Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 pula, diatur mengenai kontrak kerja
konstruksi, sebagai landasan adanya hubungan antar subyek hokum pelaku jasa
konstruksi atau pengadaan barang/jasa. Letak keterhubungan tersebut ada pada konsep
perjanjian antar subyek hukum dalam proyek jasa konstruksi, pelaksanaan, dan
pengawasan. Kontrak kerja konstruksi diartikan sebagai keseluruhan dokumen yang
mengatur hubungan hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam
penyelenggaraan pekerjaan konstruksi (Pasal 1 angka 5).

Di dalam kontrak kerja konstruksi terdapat beberapa substansi kontrak menurut Pasal
22 ayat (2), UU No. 18 Tahun 1999, yakni:
1. Para pihak, yang memuat secara jelas identitas para pihak.
2. Rumusan pekerjaan, yang memuat uraian yang jelas dan rinci tentang lingkup kerja,
nilai pekerjaan, dan batasan waktu pelaksanaan.
3. Masa pertanggungan dan/atau pemeliharaan, yang memuat tentang jangka waktu
pertanggungan dan/atau pemeliharaan yang menjadi tanggung jawab penyedia jasa.
4. Tenaga ahli, yang memuat ketentuan tentang jumlah, klasifikasi dan kualifikasi tenaga
ahli untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi.
5. Hak dan kewajiban, yang memuat hak pengguna jasa untuk memperoleh hasil
pekerjaan konstruksi serta kewajibannya untuk memenuhi ketentuan yang
diperjanjikan serta hak penyedia jasa untuk memperoleh informasi dan imbalan jasa
serta kewajibannya melaksanakan pekerjaan konstruksi.
6. Cara pembayaran, yang memuat ketentuan tentang kewajiban pengguna jasa dalam
melakukan pembayaran hasil pekerjaan konstruksi.
7. Cidera janji, yang memuat ketentuan tentang tanggungjawab dalam hal salah satu
pihak tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana diperjanjikan.
8. Penyelesaian perselisihan, yang memuat ketentuan tentang tata cara penyelesaian
perselisihan akibat ketidaksepakatan.
9. Pemutusan kontrak kerja konstruksi, yang memuat ketentuan tentang pemutusan
kontrak kerja konstruksi yang timbul akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban salah
satu pihak.
10. Keadaan memaksa (force majeure), yang memuat ketentuan tentang kejadian yang
timbul di luar kemauan dan kemampuan para pihak, yang menimbulkan kerugian bagi
salah satu pihak.
11. Kegagalan bangunan, yang memuat ketentuan tentang kewajiban penyedia jasa
dan/atau pengguna jasa atas kegagalan bangunan.
12. Perlindungan pekerja, yang memuat ketentuan tentang kewajiban para pihak dalam
pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja serta jaminan sosial.
13. Aspek lingkungan, yang memuat kewajiban para pihak dalam pemenuhan ketentuan
tentang lingkungan.

3) Jelaskan tujuan dari adanya Undang-Undang tentang bangunan gedung!


Jawab:
Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 Pasal 1 Ayat 1 menyatakan bahwa,
Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan
tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah
dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk
hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya,
maupun kegiatan khusus. Tujuan dari pengaturan bangunan gedung, yang tercantum pada
Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 Pasal 3 Ayat 1-3, diantaranya adalah:
1. Mewujudkan bangunan gedung yang fungsional dan sesuai dengan tata bangunan
gedung yang serasi dan selaras dengan lingkungannya.
2. Mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan gedung yang menjamin keandalan
teknis bangunan gedung dari segi keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan
kemudahan.
3. mewujudkan kepastian hukum dalam penyelenggaraan bangunan gedung.

4) Uraikan perbedaan antara status hak milik dengan status hak pakai dalam Undang-
Undang Agraria!
Jawab:
a. Hak Milik.
Hak milik menurut ketentuan pasal 20 Ayat (1) UUPA No.5 Tahun 1960 adalah
hak yang turun temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah
dengan mengingat ketentuan pasal 6, hak milik dikatakan merupakan hak yang turun
temurun karena hak milik dapat diwariskan oleh pemegang hak kepada ahli warisnya.
Hak milik sebagai hak yang terkuat berarti hak tersebut tidak mudah hapus dan
mudah diprtahankan terhadap gangguan dari pihak lain. Terpenuh berarti hak milik
memberikan wewenang yang paling luas dibandingkan dengan hak-hak yang lain.

Hanya WNI saja yang dapat memiliki hak ini. Khusus untuk badan hukum, hak
milik maupun syarat perolehannya ditetapkan oleh pemerintah. Penggunaan tanah
milik oleh bukan pemiliknya dibatasi dan diatur dengan perundang-undangan. Hak
milik dinyatakan bukan hak milik lagi ketika:

- Tanahnya jatuh kepada negara yang disebabkan karena pencabutan hak yang
diakibatkan tanahnya akan digunakan untuk kepentingan umum dan tentunya ada
proses ganti rugi.
- Adanya penyerahan secara sukarela oleh pemiliknya.
- Tanahnya ditelantarkan.
- Orang asing yang memperoleh hak milik karena pewarisan tanpa wasiat,
pencampuran harta karena perkawinan, WNI yang memiliki kewarganegaraan
lain.
- Terjadinya proses jual beli, pertukaran, penghibahan, pemberian dengan wasiat,
baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga memindahkan hak milik
kepada orang asing, WNI yang memiliki kewarganegaraan lain, atau kepada
badan hukum, atau
- Tanahnya musnah.
b. Hak Pakai
Hak pakai diatur dalam pasal 41-43 Undang-Undang N0.5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. Pasal 41 Ayat (1) UUPA menentukan sebagai
berikut: hak pakai adalah hak untuk menggunakan dan/atau memungut hasil dari
tanah yang dikuasai langsung oleh negara atau tanah milik orang lain, yang member
wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh
pejabat yang berwenang memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik
tanahnya yang bukan perjanjian sewa-menyewa atau perjanjian pengolahan tanah,
segala sesuatu asal tidak bertantangan dengan jiwa dan ketentuan-ketentuan undang-
undang. Hak pakai dapat diberikan:
- Selama jangka waktu tertentu atau selama tanahnya digunakan untuk keperluan
tertentu.
- Secara cuma-cuma, dengan pembayaran atau pemberian jasa berupa apapun.

Namun, pemberian hak pakai tersebut tidak boleh disertai dengan syarat-syarat
yang mengarah kepada unsur pemerasan. Hak pakai dapat dipunyai oleh:

- Warga Negara Indonesia;


- Orang asing yang berkedudukan di Indonesia;
- Badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di
Indonesia;
- Badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia.

Pengalihan hak guna pakai yang dikuasai Negara kepada pihak lain harus seizin
pejabat yang berwenang, sedangkan pengalihan hak pakai atas tanah milik hanya
dapat dilakukan kepada pihak lain jika dimungkinkan sebagaimana disebutkan dalam
perjanjian yang bersangkutan.

5) Uraikan latar belakang lahirnya izin pendirian bangunan atau IMB dalam kegiatan pra
konstruksi!
Jawab:
Pada zaman modern sekarang ini, banyak sekali dilakukan pembangunan dalam
berbagai sektor kehidupan. Pembangunan terjadi menyeluruh diberbagai tempat
hingga ke pelosok-pelosok daerah. Kegiatan pembangunan diharapkan dapat
menunjang perekonomian negara, sehingga dapat mewujudkan kesejahteraan umum.
Dalam hal ini pemerintahlah yang mempunyai tugas dan tanggungjawab untuk
mengusahakan kesejahteraan bagi warga negaranya. Dalam menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya itu, menyebabkan begitu banyak keterlibatan negara (pemerintah)
dalam kehidupan warga negaranya, tidak sebatas berinteraksi, tetapi sekaligus masuk
dalam kehidupan warganya. Pemerintah melaksanakan tugas negara, sementara di sisi
lain warga juga mempengaruhi pemerintah dalam menjalankan fungsi dan tugasnya.

Pada dasarnya mendirikan bangunan rumah adalah sebuah perbuatan yang


berbahaya, hal ini karena bangunan rumah merupakan tempat bagi manusia
beraktifitas sehari-hari, baik ketika di rumah maupun di kantor. Kriteria bahaya
tersebut muncul ketika bangunan tersebut memiliki syarat tertentu agar tidak roboh
dan mencelakai orang di dalam atau di sekitarnya. Berbagai macam usaha
pembangunan di kota telah dilaksanakan di Indonesia selama ini, namun secara umum
diketahui pula bahwa di balik hasil pembangunan fisik kota yang menunjang
kesejahteraan masyarakat, tidak sedikit pula dampak pembangunan yang dirasa
merugikan kehidupan fisik dan psikis masyarakat.

Bangunan didirikan dengan syarat pertimbangan dan perhitungan yang matang


mengenai bentuk struktur dan kekuatan struktur serta kekuatan bahan yang
digunakan. Dengan demikian bangunan tersebut akan kuat dan tidak rusak/roboh
mencelakai orang di dalamnya, oleh karena itu perlu peran pemerintah membuat
perizinan dalam mendirikan sebuah bangunan atau yang sekarang sudah kita kenal
dalam Izin Mendirikan Bangunan. Menurut Teguh Wicaksono, Izin Mendirikan
Bangunan atau disingkat IMB adalah izin untuk mendirikan, memperbaiki,
menambah, mengubah, atau merenovasi suatu bangunan, termasuk izin kelayakan
menggunakan bangunan atau untuk bangunan yang sudah berdiri yang dikeluarkan
oleh Pemerintah Daerah.

Dalam mendirikan bangunan sangat diperlukan perhitungan-perhitungan yang


teliti dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di daerahnya,
Bangunan yang didirikan tanpa adanya perhitungan mengenai kekuatan struktur dan
bahan maka akan mudah roboh dan menimbulkan bahaya bagi orang banyak. Dalam
rangka melindungi keselamatan masyarakat dari bahaya roboh/rusaknya bangunan
maka kegiatan pembangunan harus diawasi dari mulai perencanaan hingga
pelaksanaan pembangunannya. Pendirian bangunan boleh dilakukan tetapi dengan
syarat tertentu. Diantara syarat itu salah satunya adalah harus kuat dari segi konstruksi
dan bahan yang digunakan, apabila tidak dipenuhi maka kegiatan mendirikan
bangunan itu termasuk kategori membahayakan keselamatan masyarakat sehingga
Izin Mendirikan Bangunan tidak diberikan.

Vous aimerez peut-être aussi