Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
NIM : 21315073
QUIS
Dalam Garis Besar Haluan Negara atau yang sering disebut GBHN dalam Siaahan
(2004:235-238), terdapat garis yang jelas mengenai prinsip berwawasan lingkungan yang
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Dalam rangka pembangunan, sumber daya alam harus digunakan secara rasional.
Maksudnya dalam suatu rangka pemapatan bangunan yang berwawasan lingkungan
disini sumber daya alam harus digunakan secara rasional atau secara lebih terperinci
agar nanti kedepannya sumber daya alam yang sekarang kita gunakan untuk
pembangunan tidak akan habis dengan sia-sia dan dapat digunakan untuk generasi
yang akan mendatang juga.
2. Pemanfaatan sumber daya harus diusahakan untuk tidak merusak lingkungan hidup.
Tentu saja pemnafaatan sumber daya memang harus diusahakan semaksimal mungkin
agar tidak merusak lingkungan hidup, jadi dalam pengelolaan sumber daya kita harus
memperhatikan prinsip yang telah ditetapkan agar nantinya kita mengetahui mana
yang harus kita gunakan dan mana yang tidak perlu kita gunakan.
3. Harus dilaksanakan dengan kebijaksanaan menyeluruh dengan memperhitungkan
kebutuhan generasi yang akan datang. Maksudnya sumber daya alam harus digunakan
secara irit tetapi dapat memuaskan masyarakat, intinya kita sebagai pemakain sumber
daya alam tidak boleh terlalu boros karena nantinya akan berdampak tidak baik bagi
generasi yang akan datang.
4. Memperhatikan hubungan kait-mengait dan ketergantungan antara berbagai masalah.
Maksudnya disini kita harus memperhatikan hubungan antara berbagai masalah kita
harus dapat menyelesaikan suatu masalah secara bijak dan saling tolong-menolong
agar nantinya kita tidak terjerumus dalam suatu masalah yang tidak dapat dipecahkan.
2) Uraikan macam-macam unsur atau komponen yang terdapat pada perjanjian konstruksi!
Jawab:
Kontrak atau perjanjian konstruksi adalah ikatan perjanjian antara pemilik proyek
dengan pelaksana proyek yang disusun berdasarkan penawaran harga dan kesepakatan
untuk membangun suatu proyek berdasarkan gambar rencana dan spesifikasi, dengan
jumlah biaya dan waktu penyelesaian tertentu, yang dituangkan dalam suatu dokumen
terdiri dari: persyaratan kontrak, spesifikasi, gambar, BQ, penawaran harga, surat
penunjukan dan surat perjanjian.
Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 pula, diatur mengenai kontrak kerja
konstruksi, sebagai landasan adanya hubungan antar subyek hokum pelaku jasa
konstruksi atau pengadaan barang/jasa. Letak keterhubungan tersebut ada pada konsep
perjanjian antar subyek hukum dalam proyek jasa konstruksi, pelaksanaan, dan
pengawasan. Kontrak kerja konstruksi diartikan sebagai keseluruhan dokumen yang
mengatur hubungan hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam
penyelenggaraan pekerjaan konstruksi (Pasal 1 angka 5).
Di dalam kontrak kerja konstruksi terdapat beberapa substansi kontrak menurut Pasal
22 ayat (2), UU No. 18 Tahun 1999, yakni:
1. Para pihak, yang memuat secara jelas identitas para pihak.
2. Rumusan pekerjaan, yang memuat uraian yang jelas dan rinci tentang lingkup kerja,
nilai pekerjaan, dan batasan waktu pelaksanaan.
3. Masa pertanggungan dan/atau pemeliharaan, yang memuat tentang jangka waktu
pertanggungan dan/atau pemeliharaan yang menjadi tanggung jawab penyedia jasa.
4. Tenaga ahli, yang memuat ketentuan tentang jumlah, klasifikasi dan kualifikasi tenaga
ahli untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi.
5. Hak dan kewajiban, yang memuat hak pengguna jasa untuk memperoleh hasil
pekerjaan konstruksi serta kewajibannya untuk memenuhi ketentuan yang
diperjanjikan serta hak penyedia jasa untuk memperoleh informasi dan imbalan jasa
serta kewajibannya melaksanakan pekerjaan konstruksi.
6. Cara pembayaran, yang memuat ketentuan tentang kewajiban pengguna jasa dalam
melakukan pembayaran hasil pekerjaan konstruksi.
7. Cidera janji, yang memuat ketentuan tentang tanggungjawab dalam hal salah satu
pihak tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana diperjanjikan.
8. Penyelesaian perselisihan, yang memuat ketentuan tentang tata cara penyelesaian
perselisihan akibat ketidaksepakatan.
9. Pemutusan kontrak kerja konstruksi, yang memuat ketentuan tentang pemutusan
kontrak kerja konstruksi yang timbul akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban salah
satu pihak.
10. Keadaan memaksa (force majeure), yang memuat ketentuan tentang kejadian yang
timbul di luar kemauan dan kemampuan para pihak, yang menimbulkan kerugian bagi
salah satu pihak.
11. Kegagalan bangunan, yang memuat ketentuan tentang kewajiban penyedia jasa
dan/atau pengguna jasa atas kegagalan bangunan.
12. Perlindungan pekerja, yang memuat ketentuan tentang kewajiban para pihak dalam
pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja serta jaminan sosial.
13. Aspek lingkungan, yang memuat kewajiban para pihak dalam pemenuhan ketentuan
tentang lingkungan.
4) Uraikan perbedaan antara status hak milik dengan status hak pakai dalam Undang-
Undang Agraria!
Jawab:
a. Hak Milik.
Hak milik menurut ketentuan pasal 20 Ayat (1) UUPA No.5 Tahun 1960 adalah
hak yang turun temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah
dengan mengingat ketentuan pasal 6, hak milik dikatakan merupakan hak yang turun
temurun karena hak milik dapat diwariskan oleh pemegang hak kepada ahli warisnya.
Hak milik sebagai hak yang terkuat berarti hak tersebut tidak mudah hapus dan
mudah diprtahankan terhadap gangguan dari pihak lain. Terpenuh berarti hak milik
memberikan wewenang yang paling luas dibandingkan dengan hak-hak yang lain.
Hanya WNI saja yang dapat memiliki hak ini. Khusus untuk badan hukum, hak
milik maupun syarat perolehannya ditetapkan oleh pemerintah. Penggunaan tanah
milik oleh bukan pemiliknya dibatasi dan diatur dengan perundang-undangan. Hak
milik dinyatakan bukan hak milik lagi ketika:
- Tanahnya jatuh kepada negara yang disebabkan karena pencabutan hak yang
diakibatkan tanahnya akan digunakan untuk kepentingan umum dan tentunya ada
proses ganti rugi.
- Adanya penyerahan secara sukarela oleh pemiliknya.
- Tanahnya ditelantarkan.
- Orang asing yang memperoleh hak milik karena pewarisan tanpa wasiat,
pencampuran harta karena perkawinan, WNI yang memiliki kewarganegaraan
lain.
- Terjadinya proses jual beli, pertukaran, penghibahan, pemberian dengan wasiat,
baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga memindahkan hak milik
kepada orang asing, WNI yang memiliki kewarganegaraan lain, atau kepada
badan hukum, atau
- Tanahnya musnah.
b. Hak Pakai
Hak pakai diatur dalam pasal 41-43 Undang-Undang N0.5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. Pasal 41 Ayat (1) UUPA menentukan sebagai
berikut: hak pakai adalah hak untuk menggunakan dan/atau memungut hasil dari
tanah yang dikuasai langsung oleh negara atau tanah milik orang lain, yang member
wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh
pejabat yang berwenang memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik
tanahnya yang bukan perjanjian sewa-menyewa atau perjanjian pengolahan tanah,
segala sesuatu asal tidak bertantangan dengan jiwa dan ketentuan-ketentuan undang-
undang. Hak pakai dapat diberikan:
- Selama jangka waktu tertentu atau selama tanahnya digunakan untuk keperluan
tertentu.
- Secara cuma-cuma, dengan pembayaran atau pemberian jasa berupa apapun.
Namun, pemberian hak pakai tersebut tidak boleh disertai dengan syarat-syarat
yang mengarah kepada unsur pemerasan. Hak pakai dapat dipunyai oleh:
Pengalihan hak guna pakai yang dikuasai Negara kepada pihak lain harus seizin
pejabat yang berwenang, sedangkan pengalihan hak pakai atas tanah milik hanya
dapat dilakukan kepada pihak lain jika dimungkinkan sebagaimana disebutkan dalam
perjanjian yang bersangkutan.
5) Uraikan latar belakang lahirnya izin pendirian bangunan atau IMB dalam kegiatan pra
konstruksi!
Jawab:
Pada zaman modern sekarang ini, banyak sekali dilakukan pembangunan dalam
berbagai sektor kehidupan. Pembangunan terjadi menyeluruh diberbagai tempat
hingga ke pelosok-pelosok daerah. Kegiatan pembangunan diharapkan dapat
menunjang perekonomian negara, sehingga dapat mewujudkan kesejahteraan umum.
Dalam hal ini pemerintahlah yang mempunyai tugas dan tanggungjawab untuk
mengusahakan kesejahteraan bagi warga negaranya. Dalam menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya itu, menyebabkan begitu banyak keterlibatan negara (pemerintah)
dalam kehidupan warga negaranya, tidak sebatas berinteraksi, tetapi sekaligus masuk
dalam kehidupan warganya. Pemerintah melaksanakan tugas negara, sementara di sisi
lain warga juga mempengaruhi pemerintah dalam menjalankan fungsi dan tugasnya.