Vous êtes sur la page 1sur 15

CASE PRESENTATION II

KONJUNGTIVITIS BAKTERIAL OD
PSEUDOFAKIA OD

Oleh :
Farihant Masruro
H1A 014 023

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN MATA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROVINSI NTB
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
2018

1
BAB I

PENDAHULUAN

Konjungtivitis adalah proses inflamasi akibat infeksi atau non-infeksi pada


konjungtiva yang ditandai dengan dilatasi vaskular, infiltrasi seluler, dan eksudasi.
Konjungtivitis yang disebabkan oleh mikro-organisme (terutama virus dan kuman
atau campuran keduanya) ditularkan melalui kontak dan udara. 1
Konjungtivitis adalah penyakit mata yang dapat terjadi pada orang dewasa
dan anak anak. Di Negara maju seperti Amerika, telah diperhitungkan bahwa 6 juta
penduduknya telah terkena konjungtivitis akut1 dan diketahui insiden konjungtivitis
bakteri sebesar 135 per 10.000 penderita, baik pada anak-anak maupun pada dewasa
dan juga lansia. Insidensi konjungtivitis di Indonesia saat ini menduduki tempat
kedua (9,7%) dari 10 penyakit mata utama. Di Indonesia penyakit ini masih banyak
terdapat dan paling sering dihubungkan dengan kondisi lingkungan yang tidak
Hygiene. Hygiene adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitik beratkan
pada usaha kesehatan perseorangan atau manusia beserta lingkungan tempat orang
tersebut berada. 1
Secara umum penyebab tersering konjungtivitis bakterial adalah
mikroorganisme gram positif yaitu: Staphylococcus aureus, Streptococcus
pneumonia, Streptococcus viridians, dan Staphylococcus epidermidis. Konjungtivitis
dapat juga disebabkan oleh mikroorganisme gram negatif, diantaranya Escherichia
coli, Klebsiella pneumonia, Serratia marcescens, Proteus, Enterobacter, dan
Pseudomonas species. Pada anak-anak penyebab tersering adalah Haemophilus
influenza, Streptococcus pneumonia, dan Moraxella species. 4
Namun sebagian besar kasus akut konjungtivitis bakteri didiagnosis, 5-10

paling patogen sering yaitu Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenza dan


Staphylococcus aureus. 3

2
Dalam waktu 12 sampai 48 jam setelah infeksi mulai, mata menjadi merah
dan nyeri. Jika tidak diobati bisa terbentuk ulkus kornea, abses, perforasi mata bahkan
kebutaan. Untuk mengatasi konjungtivitis bisa diberikan tablet, suntikan maupun
tetes mata yang mengandung antibiotik.1
Konjungtivitis bakteri sering hilang dengan sendirinya, tetapi arus bukti
menunjukkan bahwa antibiotik topikal membantu mempercepat pemulihan dari
penyakit yang membatasi diri ini. Antibiotik topikal digunakan untuk pengobatan
konjungtivitis bakteri memiliki tingkat keberhasilan baik.2

3
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Adek. K
Usia : 16 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Cakra, Mataram
Agama : Hindu
Pekerjaan : Pelajar
Tanggal pemeriksaan : 21 Juni 2018
RM : 125076

II. SUBYEKTIF
a. Keluhan Utama
Mata merah pada mata kanan.
b. Riwayat Penyakit Sekarang.
Pasien datang ke Poliklinik Mata RSUD Provinsi NTB dengan keluhan mata
merah disertai rasa gatal, perih, mengganjal serta berair pada mata sebelah
kanan. Keluhan mata merah sudah dirasakan sejak 5 hari yang lalu. Pasien
mengaku saat bangun tidur terdapat kotoran mata yang cukup banyak
sehingga mata terasa lengket dan susah untuk dibuka. Pasien juga
mengeluhkan pada malam hari mata terasa panas dan jika terkena cahaya
mata terasa silau. Keluhan melihat pelangi saat melihat sinar atau lampu
disangkal, keluhan melihat ganda disangkal. Keluhan demam, pusing, mual,
muntah, radang tenggorokan, lemas pada badan dan sendi disangkal. Pasien
mengaku adanya riwayat penggunaan kacamata. Penggunaan kontak lens
disangkal.

4
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengaku tidak pernah mengalami hal serupa, serta tidak
memiliki riwayat hipertensi, dan riwayat diabetes mellitus penyakit jantung,
asma, ataupun alergi disangkal. Pasien mengaku pernah melakukan operasi
katarak pada mata sebelah kanan 2 tahun yang lalu.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu dan ayah pasien mengalami penyakit atau keluhan serupa. Namun
riwayat diabetes mellitus, hipertensi, asma, ataupun jantung pada keluarga
disangkal.
e. Riwayat Pengobatan
Pasien tidak berani mengobati keluhan karena adanya riwayat operasi
katarak.
f. Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki alergi terhadap obat dan makanan.

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital :

 Tekanan darah : 120/80 mmHg

 Frekuensi napas : 16 x/menit

 Nadi : 88 x/menit

 Suhu : 36,5 0C

5
B. Status Ophthalmologis
No Pemeriksaan OD OS
1. Visus 6/40 6/6
Pinhole Tidak di evaluasi
2. Posisi Bola Mata Ortotropia Ortotropia
3. Pergerakan Bola Mata Baik ke segala Baik ke segala
arah arah

4 Lapang pandang

5. Palpebra Edema (+) (-)


Superior Hiperemi (+) (-)
Pseudoptosis (+) (-)
Entropion (-) (-)
Ektropion (-) (-)
Spasme (-) (-)
6. Palpebra Edema (+) (-)
Inferior Hiperemi (+) (-)
Entropion (-) (-)
Ektropion (-) (-)
7. Konjungtiva Hiperemi (+) (-)
Palpebra Cobble stone (-) (-)
Superior Sikatrik (-) (-)
Benda Asing (-) (-)
8. Konjungtiva Hiperemi (+) (-)
Cobble stone (-) (-)

6
Palbebra Sikatrik (-) (-)
Inferior Benda Asing (-) (-)
9. Konjungtiva Injeksi (+) (-)
Konjungtiva
Bulbi
dan Siliar
Pendarahan (-) (-)
Massa (-) (-)
Edema (-) (-)
10. Kornea Bentuk Cembung Cembung
Kejernihan Jernih Jernih
Permukaan Licin Licin
Sikatrik (-) (-)
Benda Asing (-) (-)
Massa (-) (-)
11. Bilik Mata Kedalaman Kesan dalam Kesan dalam
Depan Hifema (-) (-)
Hipopion (-) (-)
12. Iris Warna Coklat Coklat

Bentuk Bulat dan regular Bulat dan regular


13. Pupil Bentuk Bulat, ukuran Bulat, ukuran
±4mm ±4mm

14. Lensa Kejernihan Jernih Jernih


15. TIO Palpasi Kesan normal Kesan normal

16 Funduskopi Fundus Tidak dievalusi Tidak dievaluasi


refleks

7
C. Foto Pasien

Gambar kedua mata pasien

8
Gambar mata kanan pasien

Gambar mata kiri pasien

9
BAB III
IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA KASUS

A. Identifikasi Masalah
Berdasarkan data medis pasien diatas, ditemukan beberapa permasalahan.
Adapun permasalahan medis yang terdapat pada pasien adalah :
SUBJECTIVE
a. Mata merah,
b. Gatal,
c. Nyeri,
d. Terasa mengganjal dan
e. Mata berair
f. Fotopobia
OBJECTIVE
Pemeriksaan status lokalis pada mata kanan dan kiri didapatkan :
 Visus OD 6/40, visus OS 6/6
Pemeriksaan status lokalis pada palpebra superior didapatkan :
- Mata kanan hiperemis
Pemeriksaan status lokalis pada konjungtiva didapatkan :
- Injeksi konjungtiva pada mata kanan
OD OS

Mata kanan didapatkan Mata kiri normal


injeksi konjungtiva

10
B. Analisa Kasus

Mata merah dapat disebabkan oleh pelebaran pembuluh darah


konjungtiva atau episklera yang terjadi pada peradangan mata akut. Selain itu
mata merah juga dapat disebabkan oleh pecahnya salah satu dari arteri
konjungtiva posterior dan arteri siliar anterior, misalnya pada hematom
subkonjungtiva. Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan mata merah yaitu
konjungtivitis, skleritis, keratitis, ulkus kornea, uveitis anterior, endoftalmitis dan
glaukoma akut.
Pasien menyatakan keluhannya diawali dengan kontak langsung dengan
ayahnya yang mengalami hal serupa. Hal ini menjadi salah satu faktor risiko
eksternal yang terjadi pada pasien. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh salah
satunya bakteri. Ketika kontak langsung dengan ayahnya yang juga mengalami
hal serupa port d’entry kuman akan sangat mudah masuk ke dalam mata yang
akibatnya mengganggu flora normal sehingga timbul infeksi pada konjungtiva.
Kuman yang masuk ke mata dapat menyebabkan peningkatan sensibilitas
konjungtiva serta mukus membran, sehingga terjadi perangsangan refleks
lakrimasi sehingga dapat menimbulkan tearing serta vasodilatasi pada pembuluh
darah yang ada pada subkonjungtiva sehingga nampak injeksi konjungtiva.

C. Assessment

Diagnosis Banding :
- konjungtivitis alergi
- konjungtivitis virus
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, tanda dan gejala yang terdapat pada
pasien mengarahkan pada konjungtivitis. Penyebab konjungtivitis dapat beragam,
karenanya perlu dibedakan. Berikut adalah perbandingan komnjugtivitis berdasarkan

11
etiologinya untuk membantu mendiagnosis dan untuk menentukan terapi nantinya.

Sesuai dengan gejala dan tanda yang dialami pasien diagnosis kerja yaitu :
Konjungtivitis bacterial OD + Pseuodofakia OD

D. Planning

Usulan Pemeriksaan Lanjutan

- Pemeriksaan Slit Lamp


Pemeriksaan slit lamp dilakukan untuk menilai lebih jelas segmen anterior
mata.

12
- Pemeriksaan Swabbing
Pemeriksaan ini dilakukan dengan melakukan swab konjungtiva untuk
pewarnaan Gram, kultur, dan kepekaan untuk mengklarifikasi diagnosis,
khususnya lebih banyak lagi kasus yang parah atau refrakter.

Tatalaksana

- Antibiotic : Levopfloxacin eye drop 2 tetes setiap 4 jam OD

E. KIE
- Pasien diminta untuk menjaga higienisitas untuk meminimalkan penyebaran
infeksi seperti cuci tangan rutin dengan sabun, tidak mengusap mata, jangan
memakai tetes mata secara bersamaan dengan orang lain untuk menghindari
penularan.
- Bersihkan kotoran atau sekret mata dengan air bersih.
- Gunakan obat secara teratur sesuai ketentuan.

F. Prognosis
Prognosis pada pasien ini, meliputi : dubia ad bonam

13
BAB IV

RINGKASAN AKHIR

Pasien seorang perempuan berusia 15 tahun datang dengan keluhan mata


merah pada mata kanan dan disertai rasa gatal, perih, mengganjal serta berair.
Keluhan mata merah sudah dirasakan sejak 5 hari yang lalu. Pasien mengaku saat
bangun tidur terdapat kotoran mata yang cukup banyak sehingga mata terasa lengket
dan susah untuk dibuka. Pasien juga mengeluhkan pada malam hari mata terasa panas
dan jika terkena cahaya mata terasa silau. Pasien sebelumnya mengaku pernah
melakukan operasi katarak pada mata kanan. Pada pemeriksaan status lokalis
didapatkan visus OD 6/40 dan visus OS 6/6, tampak injeksi konjungtiva pada mata
kanan.
Pasien didiagnosis dengan konjungtivitis bacterial OD dan pseudofakia OD.
Dapat direncanakan untuk dilakukan pemeriksaan tambahan pada pasien yakni
pemeriksaan dengan slit lamp, dan pemeriksaan swabbing untuk mengetahui jenis
bakteri sehingga tatalaksana tepat. Penatalaksaan yang dipilih adalah Levopfloxacin
eye drop 2 tetes setiap 4 jam OD. Prognosis penglihatan pada pasien ini adalah dubia
ad bonam.

14
Daftar Pustaka

1. Ramadhanisa, A. 2014. Conjungctivitis Bakterial Treatment In Kota Karang


Village. J Medula Unila Volume 3 Nomor 2
2. Hutnik, C., et al. 2010. Bacterial conjunctivitis. Clinical Ophthalmology
2010:4 1451–1457
3. Sheikh, A., Brian, H. 2001. Topical antibiotics for acute bacterial
conjunctivitis: a systematic review. British Journal of General Practice
4. Lolowang, M., et al. 2014. Pola Bakteri Aerob Penyebab Konjungtivitis Pada
Penderita Rawat Jalan Di Balai Kesehatan Mata Masyarakat Kota Manado.
Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

15

Vous aimerez peut-être aussi