Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Praktik Klinik Keperawatan II Prodi DIV
Keperawatan Semester Empat.
Disusun oleh
Mahasiswa
Praktik:
Andri Susilowati
NIM.
P07120213009
Heryuni Prastiwi
NIM.
P07120213019
Mengesahkan Mengetahui
Timpenilai angka kredit Direktur RSUDKabKaranganyar
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan hidayah-Nya penulis mampu menyelesaikan Asuhan Keperawatan Perioperatif pada
Ny.S dengan Kistoma Ovari di Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
tanpa halangan apapun.
Penulisan asuhan keperawatan ini bertujuan untuk memenuhi tugas Praktik Klinik
Keperawatan II DIV Keperawatan semester empat. Penulis menyadari bahwa penulisan
asuhan keperawatan ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Untuk itu penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Suprapto,SST selaku pembimbing lapangan di Instalasi Bedah Sentral RSUP dr.
Soeradji Tirtonegoro
2. Surantono, APP., M.Kes.. selaku pembimbing akademik
3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan asuhan keperawatan ini.
Dalam penulisan asuhan keperawatan ini penulis menyadari bahwa masih
terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi
penyempurnaan asuhan keperawatan ini. Semoga penulisan asuhan keperawatan ini
bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ovarium mempunyai fungsi dan peranan yang penting sebagai organ
reproduksi khususnya bagi wanita , namun dalam fungsi dan peranannya
terdapat masalah yang patut untuk diperhatikan. Masalah tersebut adalah kista
ovarium, potensinya dapat menyerang kaum wanita pada umumnya. Namun
pada hegemoni sekarang ini kaum wanita kurang atau bahkan tidak
memperhatikan hal-hal yang berkaitan sehingga resiko timbul kista ovarium
menjadi tinggi. Demikian juga etiologi dari kista ovarium juga sangat erat
dengan aktifitas sehari-hari menjadi faktor pendukung kerentanan individu
terkena kista ovarium.
Tahun 2008 WHO (World Health Organization) telah memaparkan bahwa
kista ovarium merupakan penyebab kematian utama pada kasus keganasa
ginekologi. Kista ovarium juga merupakan kanker kelima yang sering menjadi
penyebab kematian pada wanita setelah setelah kanker paru-paru, kolorental,
payudara dan pankreas. Angka insiden pada wanita di bawah 50 tahun sebanyak
5,3/100.000 dan meningkat menjadi 41,4/100 pada wanita di atas 50 tahun.
Resiko yang paling ditakuti dari kista ovarium yaitu mengalami degenerasi
keganasan, disamping itu bisa juga mengalami torsi atau terpuntir sehingga
menimbulkan nyeri akut, perdarahan, atau infeksi.
Pengobatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan
bedah. Jika ukuran lebar kista kurang dari 5 cm, dan tampak terisi oleh cairan
atau fisilogis pada pasien muda yang sehat, kontrasepsi oral dapat digunakan
untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kista. Sekitar 98 % lesi
yang terjadi pada wanita yang berumur 29 tahun dan yang lebih muda adalah
jinak. Setelah usia 50 tahun, hanya 50 % yang jinak. Perawatan pascaoperatif
setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium adalah serupa dengan
perawatan setelah pembedahan abdomen, dengan satu pengecualian.Penurunan
tekanan intraabdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar
biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat. Komplikasi ini dapat
dicegah sampai suatu tingkat dengan memberikan gurita abdomen yang ketat.
Begitu tingginya resiko terjadi kista ovarium mengharuskan setiap kaum
wanita meningkatkan perhatian dan kewaspadaan terhadap segala yang berkaitan
mengenai kista ovarium. Sehingga peran perawat dalam health educator sangat
diperlukan yaitu menjelaskan, mengajarkan, memberi arahan serta memberi
asuhan keperawatan yang sesuai terhadap penanganan klien dengan kista
ovarium.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan perioperatif pada pasien dengan kistoma
ovari
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menguasai konsep dasar asuhan keperawatan perioperatif
pada pasien dengan kistoma ovari
b. Mampu melakukan pengkajian, menganalisa, menentukan diagnosa
keperawatan, dan membuat intervensi keperawatan.
c. Mampu memberikan tindakan keperawatan yang diharapkan
dapat mengatasi masalah keperawatan pada kasus tersebut.
d. Mampu mengungkapkan faktor-faktor yang menghambat dan
mendukung serta permasalahan yang muncul dari asuhan
keperawatan yang diberikan.
e. Mampu memberikan solusi kepada pasien melalui pemberian asuhan
keperawatan sesuai permasalahan yang muncul
C. Manfaat
1. Bagi Instansi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam pelaksanaan
praktek pelayanan keperawatan khususnya asuhan keperawatan perioperatif
pasien dengan fraktur tibia
2. Bagi Instansi Pendidikan
Sebagai bahan masukan dalam kegiatan dan proses belajar mengajar tentang
asuhan keperawatan perioperatif pasien dengan kistoma ovari yang dapat
digunakan sebagai acuan praktek mahasiswa keperawatan
3. Bagi Pembaca
Sebagai sarana untuk memperoleh dan menambah pengetahuan tentang
masalah pasien dengan kistoma ovari beserta penatalaksanaannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat tumbuh
di mana saja dan jenisnya bermacam-macam (Jacoeb, 2007).
Kista adalah suatu bentukan yang kurang lebih bulat dengan dinding tipis,
berisi cairan atau bahan setengah cair (Soemadi, 2006).
Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada indung
telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh semacam selaput
yang terbentuk dari lapisan terluar dari ovarium (Agusfarly, 2008).
B. Etiologi
Kista ovarium merupakan jenis yang paling sering terjadi terutama yang
bersifat non neoplastik, seperti kista retensi yang berasal dari korpus luteum. Tetapi
di samping itu ditemukan pula jenis yang merupakan neoplasma. Oleh karena itu
menurut Wiknjosastro (2005), kista ovarium dibagi dalam 2 golongan :
1. Non-neoplastik (fungsional)
a. Kista folikel
Kista ini berasal dari folikel yang menjadi besar semasa proses atresia
foliculi. Setiap bulan, sejumlah besar folikel menjadi mati, disertai
kematian ovum disusul dengan degenerasi dari epitel folikel. Pada masa
ini tampaknya sebagai kista-kista kecil. Tidak jarang ruangan folikel diisi
dengan cairan yang banyak, sehingga terbentuklah kista yang besar, yang
dapat ditemukan pada pemeriksaan klinis. Tidak jarang terjadi perdarahan
yang masuk ke dalam rongga kista, sehingga terjadi suatu haematoma
folikuler.
b. Kista lutein
Kista ini dapat terjadi pada kehamilan, lebih jarang di luar kehamilan.
Kista lutein yang sesungguhnya, umumnya berasal dari corpus luteum
haematoma. Perdarahan ke dalam ruang corpus selalu terjadi pada masa
vascularisasi. Bila perdarahan ini sangat banyak jumlahnya, terjadilah
corpus luteum haematoma, yang berdinding tipis dan berwarna kekuning-
kuningan. Secara perlahan-lahan terjadi reabsorpsi dari unsur-unsur darah,
sehingga akhirnya tinggalah cairan yang jernih atau sedikit bercampur
darah. Pada saat yang sama dibentuklah jaringan fibroblast pada bagian
dalam lapisan lutein sehingga pada kista corpus lutein yang tua, sel-sel
lutein terbenam dalam jaringan-jaringan perut.
2. Neoplastik
a. Cystadenoma mucinosum
Jenis ini dapat mencapai ukuran yang besar. Ukuran yang terbesar yang
pernah dilaporkan adalah 328 pound. Tumor ini mempunyai bentuk bulat,
ovoid atau bentuk tidak teratur, dengan permukaan yang rata dan berwarna
putih atau putih kebiru-biruan.
b. Cystadenoma serosum
Jenis ini lebih sering terjadi bila dibandingkan dengan mucinosum, tetapi
ukurannya jarang sampai besar sekali. Dinding luarnya dapat menyerupai
kista mucinosum. Pada umumnya kista ini berasal dari epitel permukaan
ovarium (germinal ephitelium).
c. Kista dermoid
Tumor ini merupakan bagian dari teratoma ovary bedanya ialah bahwa
tumor ini bersifat kistik, jinak dan elemen yang menonjol ialah eksodermal.
Sel-selnya pada tumor ini sudah matang. Kista ini jarang mencapai ukuran
yang besar. Penyebabnya saat ini belum diketahui secara pasti. Namun ada
salah satu pencetusnya yaitu faktor hormonal, kemungkinan faktor resiko
yaitu :
C. Anatomi Fisiologi
1. Genetalia Eksterna
a. Mons veneris/pubis
Bagian yang menonjol diatas symfisis dan terdiri dari jaringan lemak.
b. Labia mayora
Berbentuk lonjong dan menonjol, terdiri dari jaringan lemak ke bawah dan
ke belakang kedua labia mayora bertemu membantuk komisura posterior.
c. Labia minora
e. Vulva
f. Hymen
2. Genetalia Interna
a. Vagina
b. Uterus
Berbentuk seperti buah advokat, sebesar telur ayam, terdiri dari 1) fundus
uteri, 2) korpus uteri, 3) serviks uteri merupakan bagian uterus terbesar
dan sebagai tempat janin berkembang.
c. Tuba fallopi
Berjalan ke arah lateral, mulai dari kornu uteri kanan kiri. Terdiri dari 4
bagian :
d. Ovarium
Ada 2 kiri dan kanan. Terdiri dari bagian luar (korteks) yang mengandung
folikel-folikel dan bagian dalam (medulla) yang berisi pembuluh darah,
serabut saraf, dari pembuluh limfe ovarium berhubungan dengan uterus
dengan ligamentum ovari prepium. Pembuluh darah ke ovarium adalah
untuk produksi hormon dan ovulasi atau ikut serta mengatur haid.
D. Patofisiologi
Kista menerima darah melalui suatu tungkai. Kadang-kadang dapat terjadi torsi
yang mengakibatkan gangguan sirkulasi. Gangguan ini dapat menyebabkan
pendarahan dalam kista dan perubahan degeneratif yang memudahkan timbulnya
perlekatan kista dengan omentum. Usus-usus dan peritonium parietal. Pada
pemeriksaan mikroskopis tampak dinding kista dilapisi oleh epitel torak tinggi
dengan inti dasar sel, terdapat diantaranya sel-sel yang membundar karena
tersilinder. Sel-sel epitel yang terdapat dalam satu lapisan mempunyai potensi untuk
tumbuh seperti struktur kelenjar-kelenjar. Kelenjar dapat menjadi kista baru yang
menyebabkan permukaan peritonium rongga perut dan dengan sekresinya
menyebabkan pseudomikroma peritonii.
Pada umumnya gejala yang ditimbulkan oleh kista ovarium berkaitan dengan
adanya benjolan/massa Intra Abdomen. Gejala yang ditimbulkan akibat pendesakan
tumor ke organ sekitarnya.aktivitas hormonal tumor/kista itu sendiri dan komplikasi
yang terjadi pada tumor tersebut paling sering penderita mengeluh adanya benjolan
pada perut bagian bawah yang semakin lama dirasakan semakin membesar. Tumor
dapat menekan organ seluruhnya seperti rectum, vesika urinaria sehingga penderita
mempunyai ganggun BAB dan BAK. Infeksi kandung kemih pada tumor yang
mendesak ureter akan terjadi penyumbatan aliran urine dari ginjal ke kandung
kemih. (Mansjoer, 2000)
E. Manifestasi Klinis
Kebanyakan wanita yang memiliki kista ovarium tidak memiliki gejala. Namun
kadang – kadang kista dapat menyebabkan beberapa masalah seperti :
3. Masa di perut bagian bawah dan biasanya bagian – bagian organ tubuh lainnya
sudah terkena.
7. Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat hamil.
9. Wanita post monopouse : nyeri pada daerah pelvik, disuria, konstipasi atau
diare, obstruksi usus dan asietas. (Wiknjosastro,2005)
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Laparaskopi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor apakah tumor
berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau
solid, dan dapatkah dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang
bebas dan yang tidak.
3. Foto Rontgen
4. Parasentesis
Telah disebut bahwa fungsi pada asites berguna menentukan sebab asites. Perlu
diingatkan bahwa tindakan tersebut dapat mencemari cavum peritonei dengan
isi kista bila dinding kista tertusuk (Wiknjosastro, 2005)
G. Penatalaksanaan
1. Pengkajian
a. Biodata
3) Riwayat persalinan
4) Riwayat KB
5) Pengkajian abdomen
10) Periksa laporan operasi terhadap tipe anestesi yang diberikan dan
lamanya waktu di bawah anestesi.
e. Data penunjang
2) Terapi: terapi yang diberikan pada post operasi baik injeksi maupun
peroral
Pre Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis : Kista ovari
Intra Operasi
Post Operasi
A. PENGKAJIAN
Hari/tanggal : Rabu, 24 Juni 2015
Jam : 10.00 WIB
Tempat: IBS RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro
Metode : Wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, studi dokumen
Sumber data : Klien, tim kesehatan, status kesehatan klien
Oleh : Andri Susilowati, Heryuni Prastiwi
Rencana tindakan : Salpingooforektomi
Identitas Pasien :
Nama : Ny. S
Umur : 59 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Tegal Duwur, Wadung Getas, Wonosari Klaten
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
Diagnosa medis : Cistoma ovarii
Tanggal masuk : 18 Juni 2015
No. Rekam Medis : 85xxxx
1. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Klien mengatakan nyeri perut terasa seperti diiris-iris
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien masuk rumah sakit pada hari Kamis, 18 Juni 2015 dengan keluhan
utama nyeri perut bagian bawah selama 4 hari. Klien mengatakan nyeri
hilang timbul seperti diiris-iris, tidak ada penjalaran nyeri ke daerah lain.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan belum pernah mengalami penyakit sperti yang
dialaminya sekarang. Beberapa bulan yang lalu klien sering merasakan
sakit perut namun dianggap seperti sakit perut biasa sampai akhirnya
klien periksa ke rumah sakit.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga lain yang mengalami
penyakit serupa dengannya. Tidak ada anggota keluarga yang
mempunyai penyakit menular dan keturunan seperti TBC, asma, diabetes
mellitus, dll
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum: Klien nampak gelisah
b. Kesadaran : Compos mentis (E4,V5,M6)
c. Tanda Vital :
TD: 130/80 mmHg; N: 84 x/mnt; RR 20 x/mnt; S: 36, 70C,
d. Skor nyeri :
P: Nyeri meningkat ketika beraktivitas berat
Q: Nyeri seperti diiris-iris
R: Nyeri perut bagian bawah (kuadran 3,4) tidak ada penjalaran
S: Skala 5
T: Nyeri hilang dan timbul kurang dari 1 jam
e. Kepala
Inspeksi : bentuk kepala mechochepal, kulit kepala nampak bersih,
tidak adalesi, rambut beruban
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
f. Mata
Inspeksi : konjungtiva kemerahan, sclera putih, tidak bengkak,
pergerakan bola mata simetris
g. Telinga
Inspeksi : bentuk simestris, tidak ada gangguan fungsi
pendengaran
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
h. Hidung
Inspeksi : simetris, tidak ada secret
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
i. Mulut
Inspeksi : bibir tidak pecah-pecah, tidak ada stomatitis.
j. Wajah
Inspeksi : tidak ada lesi
k. Leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran tiroid
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
l. Kulit
Inspeksi : tidak kering
Palpasi : turgor kulit baik
m. Dada
1) Paru-paru
Inspeksi : simetris, tidak ada retraksi, tidak ada penggunaan otot
pernafasan tambahan
Palpasi : ekspansi dada maksimal, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : suara resonan
Auskultasi: suara vesikuler
2) Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak pada ICS ke-5 medial linea
midclavicularis sinistra
Palpasi : tidak ada pergeseran ictus cordis
Perkusi : tidak ada pelebaran batas jantung, suara redup
Auskultasi: suara jantung S1, S2, regular tidak ada suara tambahan
n. Abdomen
Inspeksi : simetris
Auskultasi : peristaltic 20 x/menit
Perkusi : kuadran 1 redup,kuadran 2 timpani, kuadran 3
redup, kuadran 4 timpani
Palpasi : tidak ada pembesaran hepar, nyeri tekan kuadran
3,4
o. Genitalia
Tidak terpasang kateter, bulu kemaluan sudah dicukur
p. Ekstremitas
1) Atas
Inspeksi : terpasang infus NaCl 20 tpm sejak 18 Juni 2015, tidak ada
edema, tidak ada kelainan jari
Palpasi : tidak adanyeri tekan
2) Bawah
Inspeksi : tidak ada edema, tidak ada lesi, tidak ada kelainan jari.
Palpasi :tidak ada nyeri tekan
q. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium tanggal 23 Juni 2015
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
PAKET DARAH RUTIN
Hb 11,4 g/dL 12,0-16,0
Eritrosit 5,32 10^6/uL 4,20-5,50
Leukosit 10,4 10^3/uL 4,8-10,8
Trombosit 468 10^3/Ul 150-450
Hematokrit 38,5 % 35-47
MCV 72,4 Fl 81-99
MCH 21,4 fL 27-31
MCHC 29,6 g/dl 33-37
DIEF COUNT
Neutrofil 69,9 % % 50-70%
Limfosit 25,2 % % 25-40%
MXD 4,9 % % 1,0-12,0 %
RDW 62,7 % fL 35,0-45,0 %
2) Pemeriksaan tanda tumor 19 juni 2015
Hasil12.97 U/ml
Nilai rujukan <= 35
Metode ELFA
Keterangan : hasil pemeriksaan dengan metrode yang berbeda, tidak
dapat dibandingkan satu sama lain. Hasil pemeriksaan tidak dapat
digunakan sebagai acuan utama ada atau tidaknya keganasan.
3) USG Abdomen tanggal 23 Juni 2015
Mild hidronefrosis bilateral, kistoma ovary bilateral, vesika urinaria
normal, liennormal, pancreas normal, v.felleanormal, hepar dalam
batas normal, tidak tampak acites.
r. Catatan pra operatif
Pasien datang pukul 09.00 WIB, pasien mengganti baju dengan baju
operasi, pasien melepas semua pakaian dibantu keluarga, pasien
mengatakan bahwa sudah puasa sejak pukul 12 malam, pasien terlihat
gelisah.
Analisa Data
Data Masalah Penyebab
DS: Nyeri akut Agen cidera biologis
1. Klien
mengatakan
nyeri perut
bagian bawah
selama 4 hari
tidak sembuh
2. Klien
mengatakan
nyeri timbul
hilang rasanya
seperti diiris-iris
DO:
1. P:Nyeri
meningkat ketika
beraktivitas berat
2. Q: Nyeri seperti
diiris-iris
3. R: Nyeri perut
bagian bawah
(kuadran 3,4)
tidak ada
penjalaran
4. S: Skala 5
5. T: Nyeri hilang
dan timbul
kurang dari 1
jam
3. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis ditandai dengan
DS:
1) Klien mengatakan nyeri perut bagian bawah selama 4 hari tidak
sembuh
2) Klien mengatakan nyeri timbul hilang rasanya seperti diiris-iris
DO:
1) P:Nyeri meningkat ketika beraktivitas berat
2) Q: Nyeri seperti diiris-iris
3) R: Nyeri perut bagian bawah (kuadran 3,4) tidak ada penjalaran
4) S: Skala 5
5) T: Nyeri hilang dan timbul kurang dari 1 jam
b. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan
tindakann operasi ditandai dengan
DS:
1) Klien mengatakan semalam tidak bisa tidur/sering terbangun
membayangkan operasi.
2) Klien menanyakan berapa lama saya dioperasi
3) Klien mengatakan deg-degan sebelum operasi
DO :
1) Ekspresi wajah nampak tegang
2) Nadi 86 x/menit
3) Jantung berdebar-debar
4. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1 Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Mengetahui kesadaran dan
berhubungan dengan keperawatan selama secara komprehenfif kondisi tubuh dalam batas
agen cidera biologis pasien di ruangan pre termasuk lokasi, noral atau tidak
operasi, diharapkan rasa karakteristik, durasi, 2. Tindakan nonfarmakologi
nyaman pasien meningkat. frekuensi, kualitas nyeri untuk menurunkan nyeri
2. Latih klien teknik relaksasi 3. Posisi nyaman mampu
Kriteria hasil : nyeri engurangi nyeri
a. Klien mampu 3. Berikan posisi yang nyaman 4. Mengetahui keefektivan
mengenali nyeri 4. Evaluasi keefektivan teknik manajemen nyeri
(skala, intensitas, control nyeri
frekuensi)
b. Klien mampu
mengontrol nyeri
dengan tekhnik non
farmakologi
c. Klien mengatakan
merasa nyaman
setelah nyeri
berkurang
2 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Bina hubungan saling 1. Hubungan saling percaya
dengan kurang keperawatan selama percaya mampu menciptakan suasana
pengetahuan tentang pasien di ruangan pre 2. Jelaskan tentang tindakan yang kooperatif
penatalaksanaan operasi, diharapkan dan efek anestesi yang 2. Klien lebih siap menghadapi
tindakan operasi kecemasan klien akan dilakukan tindakan apa yang akan
berkurang. 3. Instruksikan pada pasien dilakukan sehingga klien
untuk menggunakan mampu menerimanya
Kriteria hasil : tehnik relaksasi 3. Teknik relaksasi seperti
1. Klien tidak tampak 4. Dorong pasien untuk pengalihan perhatian
tegang mengungkapkan perasaan mengurangi kecemasan klien
2. Klien mampu dan persepsi 4. Pasien menyampaikan apa
mengungkapkan yang dirasakan untuk
penyebab kecemasan mengurangi beban
3. Klien mengetahui psikologis
tentang
penatalaksanaan
tindakanoperasi
5. Implementasi Evaluasi
Diagnosa Implementasi Evaluasi
Nyeri akut berhubungan Rabu, 24 Juni 2015 Rabu, 24 Juni 2015
dengan agen cidera 10.15 WIB 10.15 WIB
biologis ⁻ Mengajarkan pasien teknik relaksasi nyeri DS:
⁻ Menjelaskan manfaat relaksasi nafas dalam 1. Klien mengatakan nyeri sedikit
⁻ Membantu klien untuk mengatur posisi berkurang
tidur yang nyaman 2. Klien mengatakanmengalihkan rasa
⁻ Mengobservasi nyeri klien nyeri dengan berdoa
3. Klien mengatakan sudah nyaman tidur
dengan posisi tidur terlentang
DO :
1. P:Nyeri meningkat ketika beraktivitas
berat
Q: Nyeri seperti diiris-iris
R: Nyeri perut bagian bawah (kuadran
3,4) tidak ada penjalaran
S: Skala 4
T: Nyeri hilang dan timbul
A : Nyeri akut teratasi sebagian
P: Anjurkan klien melakukan nafas dalam bila
terasa nyeri
2. Diagnosa Keperawatan
a. PK perdarahan berhubungan dengan insisi bedah ditandai dengan
DS : -
DO :
1) Pasien dilakukan insisi pada bagian abdomen
2) Terdapat perdarahan pada area insisi
3) Darah yang keluar 600 cc
b. Ketidakefektivan bersihan jalan nafas berhubungan dengan produksi secret
berlebih ditandai dengan
DS: -
DO:
1) Klien dianestesi secara general
2) Klien dipasang intubasi selama 2 jam
3) Suara nafas ronchi setelah diekstubasi
c. Hipotermi berhubungan dengan pemajanan lingkungan yang dingin ditandai
dengan
DS: -
DO:
1) Suhu ruangan 20oC
2) Suhu klien berada dalam rentang 24-25 oC
d. Resiko syok hipovolemi berhubungan dengan perdarahan ditandai dengan
DS: -
DO:
1) Klien mengalami perdarahan pada lokasi insisi
2) Jumlah darahyang keluar 600 cc
3) Tekanan darah mengalami penurunan dari 133/92 mmHg menjadi 127/77
mmHg kemudian 77/38 mmHg dalam jam pertama operasi
3. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. PK perdarahan Setelah dilakukan 1. Pantau jumlah 1. Mengetahui banyaknya
berhubungan asuhan keperawatan perdarahan yang keluar darah yang keluar saat
dengan insisi selama pasien dioperasi, melalui daerah proses pembedahan melalui
bedah komplikasi perdarahan pembedahan tabung suction
tidak terjadi. 2. Pantau TTV klien secara 2. Mengetahui tanda-tanda
Kriteria hasil: berkala komplikasi perdarahan,
1. TTV klien dalam 3. Kolaborasi pemberian apakah nadi dan tekanan
batas normal hemostatik dalam batas normal atau
2. Tidak terjadi tidak
komplikasi 3. Penatalaksanaan secara
perdarahan farmakologi
Kriteria hasil :
1. Suhu tubuh dalam
batas normal (36,5 –
37,5 oC)
2. Nadi (60-100
x/menit) dan RR
dalam batas normal
4. Resiko syok Setelah dilakukan 1. Monitor nadi, 1. Mengetahui tanda awal syok
hipovolemi asuhan keperawatan pernafasan, suhu, dan 2. Memberikan oksigenasi
berhubungan selama pasien dioperasi, irama jantung adekuat pada jaringan
dengan perdarahan syok tidak terjadi 2. Pelihara kepatenan jalan 3. Memberikan intake cairan
nafas secara parenteral
Kriteria hasil: 3. Kolaborasi pemberian
1. Nadi dalam batas cairan intra vena
normal (60-100
x/menit)
2. Irama jantung
teratur
3. Frekuensi nafas
dalam batas normal
4. Irama nafas dalam
batas normal
4. Implementasi Evaluasi
No. Diagnosa Implementasi Evaluasi
PK perdarahan Rabu, 25 Juni 2015 Rabu, 25 Juni 2015
berhubungan dengan 11. 45 WIB 13.15 WIB
inssi bedah - Memantau jumlah perdarahan DS: -
yang keluar melalui pembedahan/ DO :
yang disuction 1. Jumlah darah yang keluar 600 cc
- Memantau TTV secara teratur 2. Nadi
11.00 = 92 x/menit
11.30 =90 x/menit
12.00 = 86 x/menit
12.30 = 84 x/menit
13.00 = 78 x/menit
3. Tekanan darah
11.00 = 133/92 mmHg
11.30 = 127/77 mmHg
12.00 = 77/38 mmHg
12.30 = 116/78 mmHg
13.00 = 102/62 mmHg
A: Komplikasi perdarahan tidak terjadi
P:
- Monitoring TTV dan tanda perdarahan di
ruang pemulihan
- Monitoring hasil pemeriksaan laboratorium
post operasi
- Kolaborasi pemberian anti perdarahan
2 Ketidakefektivan Rabu, 25 Juni 2015 Rabu, 25 Juni 2015
bersihan jalan nafas 13.00 WIB 13.15 WIB
berhubungan dengan - Kemposisikan kepala ekstensi DS: -
produksi secret berlebih - Memasang mayo DO:
- Melakukan suction 1. Suara nafas vesikuler
2. Secret telah dikeluarkan melalui suction
berwarna bening
A : Ketidakefektivan bersihan jalan nafas teratasi
sebagian
P : Pasang canule nasal di recovery room
1. Data
Pasien tiba di RR pukul 13.20 WIB, pasien sudah sadar, klien mampu
menggerakkan tangan,GCS: E3V4M3, pasien terpasang O2 3 lpm, TD : 127/82
mmHg, N: 72 x/mnt, R: 18 x/mnt, SaO2 : 96%,
Analisa Data
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko jatuh berhubungan dengan gangguan persepsi sensori karena anestesi
ditandai dengan
DS : Klien mengatakan merasa pusing
DO :
1. Pasien masih dibawah pengaruh general anestesi
2. Keadaan umum lemah
3. Pasien berbaring ditempat tidur
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Resiko jatuh Selama dirawat di Ruang 1. Posisikan pasien dengan 1. Posisi yang nyaman
berhubungan dengan pemulihan, diharapkan nyaman mencegah pasien bergerak-
gangguan persepsi resiko jatuh tidak terjadi. 2. Pasang restrain di sisi kanan gerak
sensori karena anestesi kiri klien untuk menjaga 2. Restrain meminimalkan
Kriteria hasil : keamanan klien. pasien terjatuh dari
- Rasa nyaman pasien 3. Berikan informasi pada brankar.
terpenuhi klien bahwa dirinya masih 3. Klien mampu
- Pasien terhindar dari berada dibawah pengaruh meminimalkan pergerakan
cidera anestesi yang bisa mencederainya
4. Implementasi Evaluasi
Diagnosa Implementasi Evaluasi
Resiko jatuh berhubungan Rabu, 25 Juni 2015 Rabu, 25 Juni 2015
dengan gangguan persepsi 13.20 WIB 13.20 WIB
sensori karena anestesi - Memposisikan klien di brankar DS: Klien mengatakan akan meminimalkan
- Memasang restrain di sisi kanan dan pergerakan yang dapat membahayakan dirinya di
kiri brankar
- Memberikan informasi pada klien DO:
bahwa dirinya masih berada dibawah - Pasien masih dibawah pengaruh general anestesi
pengaruh anestesi - Keadaan umum lemah
- Pasien berbaring ditempat tidur
- Restrain sudah terpasang
A : Risiko jatuh teratasi
P : Lanjutkan pemantauan pasien sampai pengaruh
anestesi hilang
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 1995. Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik
Edisi 6. Jakarta : EGC.
Ganong, F. William. 1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 17. Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Jakarta: Media
Aesculapius. 2000.