Vous êtes sur la page 1sur 20

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

KLIEN DENGAN LUKA BAKAR


(COMBUSTIO)
Posted in October 2nd, 2008
by indonesian nurse in askep

PENDAHULUAN
Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas melebihi
kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara langsung. Masalah
kompleks ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa keadaan yang mengancam
kehidupan. Dua puluh tahun lalu, seorang dengan luka bakar 50% dari luas permukaan
tubuh dan mengalami komplikasi dari luka dan pengobatan dapat terjadi gangguan
fungsional, hal ini mempunyai harapan hidup kurang dari 50%. Sekarang, seorang
dewasa dengan luas luka bakar 75% mempunyai harapan hidup 50%. dan bukan
merupakan hal yang luar biasa untuk memulangkanpasien dengan luka bakar 95% yang
diselamatkan. Pengurangan waktu penyembuhan, antisipasi dan penanganan secara dini
untuk mencegah komplikasi, pemeliharaan fungsi tubuh dalam perawatan luka dan tehnik
rehabilitasi yang lebih efektif semuanya dapat meningkatkan rata-rata harapan hidup pada
sejumlah klien dengan luka bakar serius.
Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khusus yang
berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab(etiologi) dan anatomi luka bakar.
Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang besar atau yang meluas ke jaringan
yang lebih dalam, memerlukan tindakan yang lebih intensif daripada luka bakar yang
lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas (scald
burn) mempunyai perbedaan prognosis dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama
yang disebabkan oleh api atau paparan radiasi ionisasi. Luka bakar karena bahan kimia
memerlukan pengobatan yang berbeda dibandingkan karena sengatan listrik (elektrik)
atau persikan api. Luka bakar yang mengenai genetalia menyebabkan resiko nifeksi yang
lebih besar daripada di tempat lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki atau
tangan dapat mempengaruhi kemampuan fungsi kerja klien dan memerlukan tehnik
pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain. Pengetahuan umum perawat
tentang anatomi fisiologi kulit, patofisiologi luka bakar sangat diperlukan untuk
mengenal perbedaan dan derajat luka bakar tertentu dan berguna untuk mengantisipasi
harapan hidup serta terjadinya komplikasi multi organ yang menyertai.
Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung dengan lokasi
dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status kesehatan sebelumnya dan
inhalasi asap dapat mempengaruhi beratnya luka bakar dan pengaruh lain yang
menyertai. Klien luka bakar sering mengalami kejadian bersamaan yang merugikan,
seperti luka atau kematian anggota keluarga yang lain, kehilangan rumah dan lainnya.
Klien luka bakar harus dirujuk untuk mendapatkan fasilitas perawatan yang lebih baik
untuk menangani segera dan masalah jangka panjang yang menyertai pada luka bakar
tertentu.

Definisi
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia
dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna Bedah RSUD
Dr.Soetomo, 2001).

Etiologi
1. Luka Bakar Suhu Tinggi(Thermal Burn)
a. Gas
b. Cairan
c. Bahan padat (Solid)
2. Luka Bakar Bahan Kimia (hemical Burn)
3. Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn)
4. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)

Fase Luka Bakar


A. Fase akut.
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Secara umum pada fase ini, seorang penderita
akan berada dalam keadaan yang bersifat relatif life thretening. Dalam fase awal
penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme
bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi segera
atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran
pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah
penyebab kematian utama penderiat pada fase akut.
Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera
termal yang berdampak sistemik. Problema sirkulasi yang berawal dengan kondisi syok
(terjadinya ketidakseimbangan antara paskan O2 dan tingkat kebutuhan respirasi sel dan
jaringan) yang bersifat hipodinamik dapat berlanjut dengan keadaan hiperdinamik yang
masih ditingkahi denagn problema instabilitas sirkulasi.

B. Fase sub akut.


Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau
kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan:
1. Proses inflamasi dan infeksi.
2. Problempenuutpan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju
epitel luas dan atau pada struktur atau organ – organ fungsional.
3. Keadaan hipermetabolisme.

C. Fase lanjut.
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan
fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit
berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.
1. Diagnosa Keperawatan
Sebagian klien luka bakar dapat terjadi Diagnosa Utama dan Diagnosa Tambahan selama
menderita luka bakar (common and additional). Diagnosis yang lazim terjadi pada klien
yang dirawat di rumah sakit yang menderila luka bakar lebih dari 25 % Total Body
Surface Area adalah :
1. Penurunan Kardiak Output berhubungan dengan peningkatan permiabilitas kapiler.
2. Defisit Volume Cairan berhubungan dengan ketidak seimbangan elektrolit dan
kehilangan volume plasma dari pembuluh darah.
3. Perubahan Perfusi Jaringan berhubungan dengan Penurunan Kardiak Output dan
edema.
4. Ketidakefektifan Pola Nafas berhubungan dengan kesukaran bernafas (Respiratory
Distress) dari trauma inhalasi, sumbatan (Obstruksi) jalan nafas dan pneumoni.
5. Perubahan Rasa Nyaman : Nyeri berhubungan dengan paparan ujung syaraf pada kulit
yang rusak.
6. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan luka bakar.
7. Potensial Infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit.
8. Perubahan Nutrisi : Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan
peningkatan rata-rata metabolisme.
9. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan luka bakar, scar dan kontraktur.
10. Gangguan Gambaran Tubuh (Body Image) berhubungan dengan perubahan
penampilan fisik

Klien luka bakar mungkin dapat terjadi Diagnosa Resiko dari satu atau lebih Diagnosa
keperawatan berikut :
1. Ketidakefektifan coping keluarga berhubungan dengan kehilangan rumah, keluarga
atau yang lain.
2. Ketidakefektifan pertahanan coping individu berhubungan dengan situasi krisis.
3. Kecemasan berhubungan dengan ancaman kematian, situasi krisis dan kehilangan
pengendalian.
4. Takut berhubungan dengan nyeri, prosedur terapi dan keadaan masa depan yang tidak
diketahui.
5. Kelebihan cairan berhubungan dengan pemberian cairan intra vena yang terlalu
banyak.
6. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan nyeri, kontraktur dan kehilangan
fungsi pada ekstrimitas dan bagian tubuh lain.
7. Gangguan fungsi (disfungsi) seksual berhubungan dengan luka bakar perineum,
genetalia, payudara, imobilisasi, kelelahan, depresi dan gangguan dalam gambaran diri
(body image).
8. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, cara pengobatan dan lingkungan yang
gaduh.
9. Isolasi sosial berhubungan dengan cara pengobatan dan perubahan dalam penampilan
fisik.
10. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan gagal ginjal dan terapi obat.
11. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan pengaruh luka bakar.

Marilynn E. Doenges dalam Nursing care plans, Guidelines for planning and
documenting patient care mengemukakan beberapa Diagnosa keperawatan sebagai
berikut :
1 Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi
trakeabronkial;edema mukosa dan hilangnya kerja silia. Luka bakar daerah leher;
kompresi jalan nafas thorak dan dada atau keterdatasan pengembangan dada.
2 Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan cairan
melalui rute abnormal. Peningkatan kebutuhan : status hypermetabolik, ketidak cukupan
pemasukan. Kehilangan perdarahan.
3 Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera inhalasi asap atau
sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada atau
leher.
4 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer tidak adekuat; kerusakan
perlinduingan kulit; jaringan traumatik. Pertahanan sekunder tidak adekuat; penurunan
Hb, penekanan respons inflamasi.
5 Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan edema. Manifulasi
jaringan cidera contoh debridemen luka.
6 Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan, perubahan/disfungsi neurovaskuler perifer
berhubungan dengan Penurunan/interupsi aliran darah arterial/vena, contoh luka bakar
seputar ekstremitas dengan edema.
7 Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status
hipermetabolik (sebanyak 50 % – 60% lebih besar dari proporsi normal pada cedera
berat) atau katabolisme protein.
8 Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler, nyeri/tak
nyaman, penurunan kekuatan dan tahanan.
9 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Trauma : kerusakan permukaan kulit
karena destruksi lapisan kulit (parsial/luka bakar dalam).
10 Gangguan citra tubuh (penampilan peran) berhubungan dengan krisis situasi; kejadian
traumatik peran klien tergantung, kecacatan dan nyeri.
11 Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan Salah interpretasi informasi Tidak mengenal sumber informasi.
PROSEDUR
PERAWATAN PENDERITA COMBUSTIO DI INSTALASI GAWAT DARURAT

1. Tujuan
Prosedur ini dibuat dimaksudkan untuk mengatur tata cara melakukan perawatan
penderita combustiodi IGD agar penderita dapat ditangani dengan baik tepat, cepat dan
cermat dalam upaya :
- Mempercepat penyembuhan dan kosmetik
- Mencegah terjadinya infeksi, komplikasi,kontraktur dan kecacatan

2.Referensi
a. Djohansjah Marzoeki, M. Taufiek, M. Sjaifuddin Noer, Luka Bakar (Combustio)
Pedoman Diagnosa dan Terapi Lab/UPF Ilmu Bedah RSUD Dr. Soetomo, Surabaya,
1994
b.Advanced Trauma Life Support Program Untuk Dokter, Trauma Termal, Committee on
Trauma American College of Surgeons, Terjemahan Komisi Trauma IKABI, 1997

3. Definisi
Combustio adalah luka yang disebabkan oleh trauma termis, listrik, bahan kimia, dan
radiasi yang mengenai kulit maupun jaringan bawah kulit .

PATOFISIOLOGI
Penyakit ini disebabkan oleh panas, arus listrik, ataupun bahan kimia.
Perubahan-perubahan yang terjadi akibat diatas adalah :
1.Cairan tubuh.
Tubuh akan kehilangan cairan antara ½ - 1 % blood volume untuk 1% luka bakar.
“Insensible water loss” akan meningkat.
2.Eritrosit pecah karena panas.
3.Ginjal dapat mengalami kegagalan fungsi.
4.Glandula tiroid lebih aktif.
5.Bisa terjadi tukak lambung (curling ulcer).

GEJALA KLINIS
Secara klinis, dalamnya luka bakar dapat ditentukan dalam 3 derajat :
1.Tingkat I : hanya mengenai epidermis
2.Tingkat II : dibagi lagi :
a. Superfisial : mengenai epidermis dan lapisan atas dari korium. Elemen-elemen
epithelial yaitu dinding dari kelenjar keringat, lemak dan folikel rambut masih banyak.
Karenanya penyembuhan akan mudah (dalam 1 – 2 minggu), tanpa terbentuknya
sikatriks.
b. Dalam : sisa-sisa epithelial tinggal sedikit, penyembuhan lebih lama (3 – 4 minggu)
dan disertai pembentukan jaringan hipertropis.
3.Tingkat III : Mengenai seluruh tebalnya kulit, atau mengenai juga lapisan dibawah kulit
seperti subkutan, otot dan tulang.

Menentukan luasnya luka bakar dengan menggunakan rumus dari Wallace ----> “Rule of
Nines” untuk orang dewasa, sedang untuk anak-anak “Modifikasi Rule of Nines”.
Dari luasnya dapat ditentukan :
- Luka bakar parah :
a.Tingkat II : 30%
b.Tingkat III : 10%
c.Luka bakar pada tangan, kaki dan muka.
d.Dengan adanya komplikasi pernapasan, fraktur dan kerusakan jaringan lunak yang luas.

- Luka bakar sedang :


a.Tingkat II : 15 – 30%
b.Tingkat III : 5 – 10% (kecuali mengenai muka, tangan dan genetalia).
- Luka bakar ringan :
a.Tingkat II : <> 20% ) pada tingkat II dan III harus diberikan
- Anak-anak > 15% ) cairan.
Cairan yang dipilih : Ringer Laktat berdasarkan rumus “Baxter”
- Pada dewasa -----------> 4cc/kgBB/%/24 jam.
- Pada anak-anak --------> 2cc/kgBB/% + kebutuhan cairan basal dengan perbandingan
kristaloid : koloid = 17 : 3 (menurut Moncrief)
½ nya diberikan 8 jam pertama
½ nya diberikan 16 jam berikutnya.
Dalam hal ini semua yang paling penting ialah observasi produksi urine setiap jam.
• Bila ada tanda-tanda sepsis diberikan antibiotika sesuai hasil kultur, sebagai dasar
diberikan Penisilin G, atau Sefalosporin Gen. I.
• Analgesik untuk mengurangi nyeri.
• Makanan tinggi kalori.
• Profilaksis tetanus diberikan toksoid, bila sebelumnya telah mendapat dasar imunisasi.
Bila sebelumnya tidak mendapat imunisasi maka berikan “human immune globulin” 500
unit.

• Lukanya : diolesi krim silver sulfadiasin.


Untuk yang MRS -------> secara terbuka
Untuk poliklinik ---------> secara tertutup.

• Untuk luka bakar yang mengenai kaki/tangan melingkar jangan lupa melakukan
fasiotomi.

• Tandur alih kulit dilakukan bila luka tersebut tidak sembuh-sembuh dalam waktu 2
minggu dengan diameter > 3 cm.

• Rehabilitasi.

• Untuk luka bakar listrik dan bahan kimia, prinsip perawatan sama pada luka bakar pada
umumnya.
http://teguhsubianto.blogspot.com/2009/05/prosedur-perawatan-penderita-
combustio.html

Luka Bakar
November 5, 2006 at 2:54 am | In ProTap | 21 Comments

Definisi :
Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh
dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api,cairan panas, listrik,
dll) atau zat-zat yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat).

Tindakan Terpenting :

 Segera menghentikan paparan panas


 Mencegah meluas dan mendalamnya kerusakan jaringan kulit
 Mencegah dan mengatasi infeksi
 Mencegah kontraktur dan perlengketan jari tangan/kaki
 Segera tentukan diagnosis dengan mencantumkan derajat dan berat luka bakar

Derajat Luka Bakar


(berdasarkan kedalamanlapisan kulit yang terkena)
 Derajat 1: mengenai lapisan luar epidermis, kulit merah, sedikit oedem, dan nyeri
 Derajat 2: mengenai epidermis dan sebagian dermis, terbentuk bulla,sedikit
oedem,nyeri berat. Bila bulla pecah tampak agak kemerahan
 Derajat 3: mengenai seluruh lapisan kulit, lesi pucat, warna kecoklatan dengan
permukaan lebih rendah dari bagian yang tidak terbakar

Beratnya Luka Bakar


(berdasar derajat dan luasnya kulit yang terkena)

 Ringan: luka bakar derajat I atau derajat I atau derajat II seluas < 15% atau derajat
II seluas < 2%
 Sedang: luka bakar derajat II seluas 10-15% atau derajat II seluas 5-10%
 Berat: luka bakar derajat II seluas > 20% atau derajat III seluas > 10% atau
mengenai wajah, tangan-kaki, alat kelamin/persendian sekitar ketiak atau akibat
listrik tegangan tinggi (> 1000 V) atau dengan komplikasi patah tulang/kerusakan
jaringan lunak/gangguan jalan nafas

Perhitungan Luasnya Luka Bakar


Anak-anak (dihitung menurut rumus Lund dan Browder : dalam %), sedangkan dewasa
(dihitung menurut rumus Rule of Nine)
Pertolongan Pertama (di tempat kejadian):

 Matikan api dengan memutuskan hubungan (suplay) Oksigen dengan menutup


tubuh penderita dengan selimut, handuk, seprai, karung, dll
 Perhatikan Keadaan Umum penderita
 Pendinginan:
1. Buka pakaian penderita
2. Rendam dalam air atau air mengalir 20 – 30 menit, derah wajah dikompres
air
3. Yang disebabkan zat kimia: selain air dapat dapat digunakan NaCI (untuk
zat korosif) atau gliserin (untuk fenol)
 Mencegah infeksi:
1. Luka ditutup dengan perban/ kain kering bersih yang tidak dapat melekat
pada luka
2. Penderita ditutup kain bersih
3. Jangan beri zat yang tidak larut dalam air seperti: mentega, menyak,
kecap, pasta gigi,telor, dll
4. Rujuk ke Puskesmas

Perhatian:
pendinginan tidak ada gunanya jika luka bakar > 1 Jam.

Penatalaksanaan:
Menurut derajat Luka Bakar

 Derajat 1: cuci dengan larutan antiseptik dan beri analgesik. Bila mengenai daerah
muka, genital rawat inap
 Derajat 2: inj. TAS 1500 IU im atau inj. Tetanus Toksoid (TT) 1 ml im
 Derajat 2 tidak luas tetapi terbuka : dicuci dengan larutan antiseptik, ditutup kasa
steril, beri zalf levertran. Bila tidak ada tanda infeksi, kasa diganti tiap 2 minggu
 Derajat 3: rujuk ke RSUD dengan infus terpasang

Menurut Beratnya Luka Bakar

 Ringan tanpa komplikasi: berobat jalan


 Sedang: sebaiknya rawat inap untuk observasi
 Berat : rujuk ke RSUD dengan infus terpasang
Indikasi Rawat Inap

 Luka bakar didaerah wajah dan leher


 Luka bakar di daerah tangan
 Luka bakar di daerah mata
 Inhalasi

http://puskesmaspalaran.wordpress.com/2006/11/05/luka-bakar/

Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat


meluas melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara
langsung. Masalah kompleks ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa
keadaan yang mengancam kehidupan. Dua puluh tahun lalu, seorang dengan luka
bakar 50% dari luas permukaan tubuh dan mengalami komplikasi dari luka dan
pengobatan dapat terjadi gangguan fungsional, hal ini mempunyai harapan hidup
kurang dari 50%. Sekarang, seorang dewasa dengan luas luka bakar 75% mempunyai
harapan hidup 50%. dan bukan merupakan hal yang luar biasa untuk
memulangkanpasien dengan luka bakar 95% yang diselamatkan. Pengurangan waktu
penyembuhan, antisipasi dan penanganan secara dini untuk mencegah komplikasi,
pemeliharaan fungsi tubuh dalam perawatan luka dan tehnik rehabilitasi yang lebih
efektif semuanya dapat meningkatkan rata-rata harapan hidup pada sejumlah klien
dengan luka bakar serius.

Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan


khusus yang berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab(etiologi) dan
anatomi luka bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang besar atau
yang meluas ke jaringan yang lebih dalam, memerlukan tindakan yang lebih intensif
daripada luka bakar yang lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang disebabkan
oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai perbedaan prognosis dan komplikasi
dari pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh api atau paparan radiasi
ionisasi. Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang berbeda
dibandingkan karena sengatan listrik (elektrik) atau persikan api. Luka bakar yang
mengenai genetalia menyebabkan resiko nifeksi yang lebih besar daripada di tempat
lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki atau tangan dapat
mempengaruhi kemampuan fungsi kerja klien dan memerlukan tehnik pengobatan
yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain. Pengetahuan umum perawat tentang
anatomi fisiologi kulit, patofisiologi luka bakar sangat diperlukan untuk mengenal
perbedaan dan derajat luka bakar tertentu dan berguna untuk mengantisipasi harapan
hidup serta terjadinya komplikasi multi organ yang menyertai.

Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung


dengan lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status kesehatan
sebelumnya dan inhalasi asap dapat mempengaruhi beratnya luka bakar dan pengaruh
lain yang menyertai. Klien luka bakar sering mengalami kejadian bersamaan yang
merugikan, seperti luka atau kematian anggota keluarga yang lain, kehilangan rumah
dan lainnya. Klien luka bakar harus dirujuk untuk mendapatkan fasilitas perawatan
yang lebih baik untuk menangani segera dan masalah jangka panjang yang menyertai
pada luka bakar tertentu.

Definisi

Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik,
bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam
(Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001).
Etiologi

1. Luka Bakar Suhu Tinggi(Thermal Burn)

1. Gas

2. Cairan

3. Bahan padat (Solid)

2. Luka Bakar Bahan Kimia (hemical Burn)


3. Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn)

4. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)

Fase Luka Bakar

1. Fase akut.

Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Secara umum pada fase ini,
seorang penderita akan berada dalam keadaan yang bersifat relatif life thretening.
Dalam fase awal penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas),
brething (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak
hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat
terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca
trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderiat pada fase akut.

Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
akibat cedera termal yang berdampak sistemik. Problema sirkulasi yang berawal
dengan kondisi syok (terjadinya ketidakseimbangan antara paskan O2 dan tingkat
kebutuhan respirasi sel dan jaringan) yang bersifat hipodinamik dapat berlanjut
dengan keadaan hiperdinamik yang masih ditingkahi denagn problema instabilitas
sirkulasi.

2. Fase sub akut.

Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah


kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang
terjadi menyebabkan:

1. Proses inflamasi dan infeksi.


2. Problempenuutpan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak
berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ – organ fungsional.

3. Keadaan hipermetabolisme.

3. Fase lanjut.

Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka
dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini
adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi,
deformitas dan kontraktur.

Klasifikasi Luka Bakar

1. Dalamnya luka bakar.

Kedalaman Penyebab Penampilan Warna Perasaan

Ketebalan partial Kering tidak


superfisial Jilatan ada Bertambah Nyeri
api, sinar gelembung. merah.
(tingkat I) ultra
violet Oedem
(terbakar minimal
oleh atau tidak
matahari). ada.

Pucat bila
ditekan
dengan
ujung jari,
berisi
kembali bila
tekanan
dilepas.

Lebih dalam dari Kontak Blister besar


ketebalan partial dengan dan lembab Berbintik- Sangat
bahan air yang bintik nyeri
(tingkat II) atau ukurannya yang
bahan bertambah kurang
 Superfisial padat. besar. jelas,
 Dalam putih,
Jilatan api Pucat bial coklat,
kepada ditekan pink,
pakaian. dengan daerah
ujung jari, merah
Jilatan bila tekanan coklat.
langsung dilepas
kimiawi. berisi
kembali.
Sinar ultra
violet.

Ketebalan sepenuhnya Kontak Kering Putih, Tidak


dengan disertai kulit kering, sakit,
bahan cair mengelupas. hitam, sedikit
(tingkat III) atau coklat tua. sakit.
padat. Pembuluh
darah seperti Hitam. Rambut
Nyala api. arang mudah
terlihat Merah. lepas bila
Kimia. dibawah dicabut.
kulit yang
Kontak mengelupas.
dengan
arus Gelembung
listrik. jarang,
dindingnya
sangat tipis,
tidak
membesar.

Tidak pucat
bila ditekan.

2. Luas luka bakar

Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal


dengan nama rule of nine atua rule of wallace yaitu:

1) Kepala dan leher : 9%

2) Lengan masing-masing 9% : 18%

3) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%

4) Tungkai maisng-masing 18% : 36%

5) Genetalia/perineum : 1%

Total : 100%

3. Berat ringannya luka bakar

Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa


faktor antara lain :

1. Persentasi area (Luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh.


2. Kedalaman luka bakar.

3. Anatomi lokasi luka bakar.

4. Umur klien.

5. Riwayat pengobatan yang lalu.


6. Trauma yang menyertai atau bersamaan.

American Burn Association membagi dalam :

1. Yang termasuk luka bakar ringan (minor) :


1. Tingkat II kurang dari 15% Total Body Surface Area pada orang dewasa
atau kurang dari 10% Total Body Surface Area pada anak-anak.

2. Tingkat III kurang dari 2% Total Body Surface Area yang tidak disertai
komplikasi.

2. Yang termasuk luka bakar sedang (moderate) :

1. Tingkat II 15% - 25% Total Body Surface Area pada orang dewasa atau
kurang dari 10% - 20% Total Body Surface Area pada anak-anak.

2. Tingkat III kurang dari 10% Total Body Surface Area yang tidak disertai
komplikasi.

3. Yang termasuk luka bakar kritis (mayor):

1. Tingkat II 32% Total Body Surface Area atau lebih pada orang dewasa
atau lebih dari 20% Total Body Surface Area pada anak-anak..

2. Tingkat III 10% atau lebih.

3. Luka bakar yang melibatkan muka, tangan, mata, telinga, kaki dan
perineum..

4. Luka bakar pada jalan pernafasan atau adanya komplikasi pernafasan.

5. Luka bakar sengatan listrik (elektrik).

6. Luka bakar yang disertai dengan masalah yang memperlemah daya tahan
tubuh seperti luka jaringan linak, fractur, trauma lain atau masalah
kesehatan sebelumnya..

American college of surgeon membagi dalam:

1. Parah – critical:
1. Tingkat II : 30% atau lebih.

2. Tingkat III : 10% atau lebih.

3. Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah.

4. Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fractura, soft tissue yang


luas.

2. Sedang – moderate:

a) Tingkat II : 15 – 30%

b) Tingkat III : 1 – 10%


3. Ringan – minor:

a) Tingkat II : kurang 15%

b) Tingkat III : kurang 1%

Patofisiologi (Hudak & Gallo; 1997)

http://farms-area.blogspot.com/2008/08/asuhan-keperawatan-pada-pasien-
dengan_02.html

LUKA BAKAR

Definisi

Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan benda-
benda yang menghasilkan panas (api,cairan panas, listrik, radiasi dll) atau zat-zat yang
bersifat membakar.

Penggolongan

Berdasarkan dalamnya luka bakar dibagi menjadi :

1. Luka bakar superfisial (derajat satu)

Hanya meliputi lapisan kulit yang paling atas saja (epidermis).

Ditandai dengan kemerahan, nyeri dan kadang-kadang bengkak

2. Luka bakar derajat dua (sedikit lebih dalam)

Meliputi lapisan paling luar kulit yang rusak dan lapisan dibawahnya terganggu. Luka
bakar jenis ini paling sakit , ditandai dengan gelembung-gelembung pada kulit berisi
cairan, bengkak, kulti kemerahan atau putih, lembab dan rusak.

3. Luka bakar derajat tiga

Lapisan yang terkena tidak terbatas, bahkan dapat sampai ke tulang dan organ dalam.
Luka bakar ini paling berat dan ditandai dengan kulit biasanya kering, pucat atau putih,
namun dapat juga gosong dan hitam.Dapat diikuti dengan mati rasa karena kerusakan
saraf. Daerah disekitarnya nyeri.

Etiologi

Luka bakar dikategorikan menurut mekanisme injurinya meliputi :

* Luka Bakar Termal

Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak dengan api,
cairan panas atau objek-objek panas lainnya.

* Luka Bakar Kimia

Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan asam atau
basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar
menentukan luasnya injuri karena zat kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya
karena kontak dengan zat-zat pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan
rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang industri, pertanian
dan militer. Lebih dari 25.000 produk zat kimia diketahui dapat menyebabkan luka bakar
kimia.

* Luka Bakar Elektrik

Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakan dari energi listrik yang
dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya kontak,
tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh.

* Luka Bakar Radiasi

Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injuri ini
seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri atau dari sumber
radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari
akibat terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi.

PENANGANAN ( Ditempat Kejadian )

Terpenting dalam pertolongan pertama pada luka bakar adalah segera membebaskan
korban dari sumber luka bakar kemudian mengatasi nyeri

Tindakan Terpenting adalah :

- Segera menghentikan paparan panas

- Mencegah meluas dan mendalamnya kerusakan jaringan kulit

- Mencegah dan mengatasi infeksi

- Mencegah perlengketan jari tangan/kaki

* Matikan api dengan memutuskan hubungan (suplay) Oksigen dengan menutup tubuh
penderita dengan selimut, handuk, seprai, karung, dll
* Perhatikan Keadaan Umum penderita
* Evaluasi ABC
* Tentukan derajat berat dan luas luka bakar
* Pendinginan:
1. Hentikan proses luka bakarnya. Alirkan air dingin pada bagian yang terkena. Bila ada
bahan kimia alirkan air terus menerus sekurang-kurangnya selama 20 menit.
2. Buka pakaian penderita
3. Jangan mengelupas bagian yang melepuh
4. Upayakan penderita senyaman mungkin
5. Berikan minum sebanyak mungkin

* Mencegah infeksi:

Luka ditutup dengan perban/ kain kering bersih yang tidak dapat melekat pada luka,
jangan memecahkan gelembungnya. Bila yang terbakar adalah jari-jari maka balut
masing-masing jari tersendiri

· Penderita ditutup kain bersih

· Jangan beri zat yang tidak larut dalam air seperti: mentega, menyak, kecap, pasta
gigi,telor, dll ( Hal ini hanya akan memperparah luka )
· Rujuk

http://cattycha.wordpress.com/2009/03/13/luka-bakar-combustio/

ASKEP PADA COMBUSTIO

Published by TYO on Thursday 16th April 2009 06:04am | View all blogs by TYO

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN LUKA BAKAR (COMBUSTIO)

BY :Theguh budi prasetyo Amd.Kep

PENDAHULUAN

Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas melebihi
kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara langsung. Masalah kompleks ini
mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa keadaan yang mengancam kehidupan. Dua
puluh tahun lalu, seorang dengan luka bakar 50% dari luas permukaan tubuh dan mengalami
komplikasi dari luka dan pengobatan dapat terjadi gangguan fungsional, hal ini mempunyai
harapan hidup kurang dari 50%. Sekarang, seorang dewasa dengan luas luka bakar 75%
mempunyai harapan hidup 50%. dan bukan merupakan hal yang luar biasa untuk
memulangkanpasien dengan luka bakar 95% yang diselamatkan. Pengurangan waktu
penyembuhan, antisipasi dan penanganan secara dini untuk mencegah komplikasi, pemeliharaan
fungsi tubuh dalam perawatan luka dan tehnik rehabilitasi yang lebih efektif semuanya dapat
meningkatkan rata-rata harapan hidup pada sejumlah klien dengan luka bakar serius.

Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khusus yang berbeda.
Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab(etiologi) dan anatomi luka bakar. Luka bakar yang
melibatkan permukaan tubuh yang besar atau yang meluas ke jaringan yang lebih dalam,
memerlukan tindakan yang lebih intensif daripada luka bakar yang lebih kecil dan superficial.
Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai perbedaan
prognosis dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh api atau
paparan radiasi ionisasi. Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang berbeda
dibandingkan karena sengatan listrik (elektrik) atau persikan api. Luka bakar yang mengenai
genetalia menyebabkan resiko nifeksi yang lebih besar daripada di tempat lain dengan ukuran
yang sama. Luka bakar pada kaki atau tangan dapat mempengaruhi kemampuan fungsi kerja
klien dan memerlukan tehnik pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain.
Pengetahuan umum perawat tentang anatomi fisiologi kulit, patofisiologi luka bakar sangat
diperlukan untuk mengenal perbedaan dan derajat luka bakar tertentu dan berguna untuk
mengantisipasi harapan hidup serta terjadinya komplikasi multi organ yang menyertai.

Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung dengan lokasi dan
ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status kesehatan sebelumnya dan inhalasi asap
dapat mempengaruhi beratnya luka bakar dan pengaruh lain yang menyertai. Klien luka bakar
sering mengalami kejadian bersamaan yang merugikan, seperti luka atau kematian anggota
keluarga yang lain, kehilangan rumah dan lainnya. Klien luka bakar harus dirujuk untuk
mendapatkan fasilitas perawatan yang lebih baik untuk menangani segera dan masalah jangka
panjang yang menyertai pada luka bakar tertentu.

Definisi

Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir
yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo,
2001).

Etiologi

1. Luka Bakar Suhu Tinggi(Thermal Burn)

a. Gas

b. Cairan
c. Bahan padat (Solid)

2. Luka Bakar Bahan Kimia (hemical Burn)

3. Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn)

4. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)

Fase Luka Bakar

A. Fase akut.

Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Secara umum pada fase ini, seorang penderita akan
berada dalam keadaan yang bersifat relatif life thretening. Dalam fase awal penderita akan
mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme bernafas), dan
circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat
setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi
dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderiat
pada fase akut.

Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal
yang berdampak sistemik. Problema sirkulasi yang berawal dengan kondisi syok (terjadinya
ketidakseimbangan antara paskan O2 dan tingkat kebutuhan respirasi sel dan jaringan) yang
bersifat hipodinamik dapat berlanjut dengan keadaan hiperdinamik yang masih ditingkahi denagn
problema instabilitas sirkulasi.

B. Fase sub akut.

Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau kehilangan
jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan:

1. Proses inflamasi dan infeksi.

2. Problempenuutpan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju epitel
luas dan atau pada struktur atau organ – organ fungsional.

3. Keadaan hipermetabolisme.

C. Fase lanjut.

Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan fungsi
organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang
hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.

1. Diagnosa Keperawatan

Sebagian klien luka bakar dapat terjadi Diagnosa Utama dan Diagnosa Tambahan selama
menderita luka bakar (common and additional). Diagnosis yang lazim terjadi pada klien yang
dirawat di rumah sakit yang menderila luka bakar lebih dari 25 % Total Body Surface Area
adalah :

1. Penurunan Kardiak Output berhubungan dengan peningkatan permiabilitas kapiler.

2. Defisit Volume Cairan berhubungan dengan ketidak seimbangan elektrolit dan kehilangan
volume plasma dari pembuluh darah.

3. Perubahan Perfusi Jaringan berhubungan dengan Penurunan Kardiak Output dan edema.

4. Ketidakefektifan Pola Nafas berhubungan dengan kesukaran bernafas (Respiratory Distress)


dari trauma inhalasi, sumbatan (Obstruksi) jalan nafas dan pneumoni.

5. Perubahan Rasa Nyaman : Nyeri berhubungan dengan paparan ujung syaraf pada kulit yang
rusak.
6. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan luka bakar.

7. Potensial Infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit.

8. Perubahan Nutrisi : Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan peningkatan
rata-rata metabolisme.

9. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan luka bakar, scar dan kontraktur.

10. Gangguan Gambaran Tubuh (Body Image) berhubungan dengan perubahan penampilan fisik

Klien luka bakar mungkin dapat terjadi Diagnosa Resiko dari satu atau lebih Diagnosa
keperawatan berikut :

1. Ketidakefektifan coping keluarga berhubungan dengan kehilangan rumah, keluarga atau yang
lain.

2. Ketidakefektifan pertahanan coping individu berhubungan dengan situasi krisis.

3. Kecemasan berhubungan dengan ancaman kematian, situasi krisis dan kehilangan


pengendalian.

4. Takut berhubungan dengan nyeri, prosedur terapi dan keadaan masa depan yang tidak
diketahui.

5. Kelebihan cairan berhubungan dengan pemberian cairan intra vena yang terlalu banyak.

6. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan nyeri, kontraktur dan kehilangan fungsi pada
ekstrimitas dan bagian tubuh lain.

7. Gangguan fungsi (disfungsi) seksual berhubungan dengan luka bakar perineum, genetalia,
payudara, imobilisasi, kelelahan, depresi dan gangguan dalam gambaran diri (body image).

8. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, cara pengobatan dan lingkungan yang
gaduh.

9. Isolasi sosial berhubungan dengan cara pengobatan dan perubahan dalam penampilan fisik.

10. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan gagal ginjal dan terapi obat.

11. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan pengaruh luka bakar.

Marilynn E. Doenges dalam Nursing care plans, Guidelines for planning and documenting patient
care mengemukakan beberapa Diagnosa keperawatan sebagai berikut :

1 Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi
trakeabronkial;edema mukosa dan hilangnya kerja silia. Luka bakar daerah leher; kompresi jalan
nafas thorak dan dada atau keterdatasan pengembangan dada.

2 Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan cairan melalui rute
abnormal. Peningkatan kebutuhan : status hypermetabolik, ketidak cukupan pemasukan.
Kehilangan perdarahan.

3 Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera inhalasi asap atau sindrom
kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada atau leher.

4 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer tidak adekuat; kerusakan
perlinduingan kulit; jaringan traumatik. Pertahanan sekunder tidak adekuat; penurunan Hb,
penekanan respons inflamasi.
5 Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan edema. Manifulasi jaringan
cidera contoh debridemen luka.

6 Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan, perubahan/disfungsi neurovaskuler perifer


berhubungan dengan Penurunan/interupsi aliran darah arterial/vena, contoh luka bakar seputar
ekstremitas dengan edema.

7 Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik
(sebanyak 50 % - 60% lebih besar dari proporsi normal pada cedera berat) atau katabolisme
protein.

8 Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler, nyeri/tak nyaman,


penurunan kekuatan dan tahanan.

9 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Trauma : kerusakan permukaan kulit karena
destruksi lapisan kulit (parsial/luka bakar dalam).

10 Gangguan citra tubuh (penampilan peran) berhubungan dengan krisis situasi; kejadian
traumatik peran klien tergantung, kecacatan dan nyeri.

11 Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan


dengan Salah interpretasi informasi Tidak mengenal sumber informasi.

http://nurse-community.socialgo.com/magazine/read/askep-pada-combustio_1.html

Combustio

A. Pengertian
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan
sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi ( Moenajat, 2001).

B. Etiologi
Disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh melelui konduksi atau
radiasi elektromagnitik.
Berdasarkan perjalanan penyakitnya luka bakar dibagi menjadi 3 fase, yaitu :
1. Fase akut
Pada fase ini problema yang ada berkisar pada gangguan saluran napas karena adanya
cedera inhalasi dan gangguan sirkulasi. Pada fase ini terjadi gangguan keseimbangan
sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera termis bersifat sistemik.
2. Fase sub akut
Fase ini berlangsung setelah shock berakhir. Luka terbuka akibat kerusakan jaringan
(kulit dan jaringan dibawahnya) menimbulkan masalah inflamasi, sepsis dan penguapan
cairan tubuh disertai panas/energi.
3. Fase lanjut
Fase ini berlangsung setelah terjadi penutupan luka sampai terjadi maturasi. Masalah
pada fase ini adalah timbulnya penyulit dari luka bakar berupa parut hipertrofik,
kontraktur, dan deformitas lainnya.

C. Patofisologi
Luka bakar mengakibatkan peningkatan permebilitas pembuluh darah sehingga air,
klorida dan protein tubuh akan keluar dari dalam sel dan menyebabkan edema yang dapat
berlanjut pada keadaan hipovolemia dan hemokonsentrasi. Burn shock ( shock
Hipovolemik ) merupakan komplikasi yang sering terjadi, manisfestasi sistemik tubuh
trhadap kondisi ini adalah :
1. Respon kardiovaskuiler
perpindahan cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler melelui kebocoran kapiler
mengakibatkan kehilangan Na, air dan protein plasma serta edema jaringan yang diikuti
dengan penurunan curah jantung Hemokonsentrasi sel darah merah, penurunan perfusi
pada organ mayor edema menyeluruh.
2. Respon Renalis
Dengan menurunnya volume inravaskuler maka aliran ke ginjal dan GFR menurun
mengakibatkan keluaran urin menurun dan bisa berakibat gagal ginjal
3. Respon Gastro Intestinal
Respon umum pada luka bakar > 20 % adalah penurunan aktivitas gastrointestinal. Hal
ini disebabkan oleh kombinasi efek respon hipovolemik dan neurologik serta respon
endokrin terhadap adanya perlukan luas. Pemasangan NGT mencegah terjadinya distensi
abdomen, muntah dan aspirasi.
4. Respon Imonologi
Sebagian basis mekanik, kulit sebgai mekanisme pertahanan dari organisme yang masuk.
Terjadinya gangguan integritas kulit akan memungkinkan mikroorganisme masuk
kedalam luka.

D. Klasifikasi luka bakar


Untuk membantu mempermudah penilaian dalam memberikan terapi dan perawatan, luka
bakar diklasifikasikan berdasarkan penyebab, kedalaman luka, dan keseriusan luka, yakni
:
1. Berdasarkan penyebab
 Luka bakar karena api
 Luka bakar karena air panas
 Luka bakar karena bahan kimia
 Laka bakar karena listrik
 Luka bakar karena radiasi
 Luka bakar karena suhu rendah (frost bite).

2. Berdasarkan kedalaman luka bakar


a. Luka bakar derajat I
- Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis
- Kulit kering, hiperemi berupa eritema
- Tidak dijumpai bulae
- Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
- Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari
b. Luka bakar derajat II
- Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai
proses eksudasi.
- Dijumpai bulae.
- Nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi.
- Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal.
Luka bakar derajat II ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
 Derajat II dangkal (superficial)
 Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis.
 Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih
utuh.
 Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari.
 Derajat II dalam (deep)
- Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis.
- Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian
besar masih utuh.
- Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yang tersisa. Biasanya penyembuhan
terjadi lebih dari sebulan.
c. Luka bakar derajat III
 Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih dalam.
 Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea mengalami
kerusakan.
 Tidak dijumpai bulae.
 Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Karena kering letaknya lebih rendah
dibanding kulit sekitar.
 Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai eskar.
 Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf sensorik
mengalami kerusakan/kematian.
 Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi spontan dari dasar
luka.

3. Berdasarkan tingkat keseriusan luka


American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga kategori, yaitu:
a. Luka bakar mayor
- Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan lebih dari 20% pada
anak-anak.
- Luka bakar fullthickness lebih dari 20%.
- Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.
- Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa memperhitungkan derajat dan
luasnya luka.
- Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.
b. Luka bakar moderat
 Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20% pada anak-anak.
 Luka bakar fullthickness kurang dari 10%.
 Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.

c. Luka bakar minor


Luka bakar minor seperti yang didefinisikan oleh Trofino (1991) dan Griglak (1992)
adalah :
- Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan kurang dari 10 % pada
anak-anak.
- Luka bakar fullthickness kurang dari 2%.
- Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan, dan kaki.
- Luka tidak sirkumfer.
- Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur.

Ukuran luas luka bakar


Dalam menentukan ukuran luas luka bakar kita dapat menggunakan beberapa metode
yaitu :
1. Rule of nine
 Kepala dan leher : 9%
 Dada depan dan belakang : 18%
 Abdomen depan dan belakang : 18%
 Tangan kanan dan kiri : 18%
 Paha kanan dan kiri : 18%
 Kaki kanan dan kiri : 18%
 Genital : 1%

. Komplikasi Lanjut Luka Bakar


 Hypertropi jaringan.
 Kontraktur.

F. Penatalaksanaan
1. Penanggulangan terhadap shock
2. mengatasi gangguan keseimbangan cairan
- Protokol pemberian cairan mengunakan rumus Brooke yang sudah dimodifikasi yaitu :
- 24 jam I : Ciran Ringer Lactat : 2,5 – 4 cc/kg BB/% LB.
a. ½ bagian diberikan dalam 8 jam pertama (dihitung mulai dari jam kecelakaan).
b. ½ bagian lagi diberikan dalam 16 jam berikutnya.
- 24 jam II : Cairan Dex 5 % in Water : 24 x (25 + % LLB) X BSA cc.
- Albumin sebanyak yang diperlukan, (0,3 – 0,5 cc/kg/%).
3. Mengatasi gangguan pernafasan
4. Mengataasi infeksi
5. Eksisi eskhar dan skin graft.
6. Pemberian nutrisi
7. Rahabilitasi
8. Penaggulangan terhadap gangguan psikologis.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Diagnosa medis
2. pemeriksaan dignostik
laboratorium : Hb, Ht, Leucosit, Thrombosit, Gula darah, Elektrolit, Ureum, Kreatinin,
Protein, Albumin, Hapusan luka, Urine lengkap, Analisa gas darah (bila diperlukan), dan
lain – lain.
 Rontgen : Foto Thorax, dan lain-lain.
 EKG
 CVP : untuk mengetahui tekanan vena sentral, diperlukan pada luka bakar lebih dari 30
% dewasa dan lebih dari 20 % pada anak.
 Dan lain-lain.

http://blog.asuhankeperawatan.com/blog/2009/05/29/combustio/

Vous aimerez peut-être aussi