Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
OLEH :
PEMBIMBING :
dr. PUTRI CHAIRANI EYANOER, M.S.Epi, Ph.D
LAPORAN PENELITIAN
Laporan Penelitian Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior pada Departemen Ilmu Kesehatan
Masyarakat / Ilmu Kedokteran Komunitas / Ilmu Kedokteran Pencegahan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
OLEH :
PEMBIMBING :
dr. PUTRI CHAIRANI EYANOER, M.S.Epi, Ph.D
HALAMAN PENGESAHAN
Nama:
1. FIONY ADIDA 130100269
2. PETER OBRIAN GINTING 130100316
3. CLARA SHINTA ARUAN 130100364
4. CRISTYA KARTIKA PRATAMA SARI 130100374
5. TEGUH PANGESTU 130100136
6. DEWI NURCAHYA 130100284
7. RONARIO TB SITUMORANG 130100368
8. IRIANTO 130100253
9. AN-NUR FITHRI SEMBIRING 130100226
10. FINA ARBAIYAH HASIBUAN 130100134
11. FAUZIAH BINTI DESMAWARDI 130100351
ABSTRAK
ABSTRACT
This research is an analytic with cross sectional design. The data used are
primary data obtained from the questionnaire in all patients suspected to TB at
Tuntungan Health Center in 2016-2018.
KATA PENGANTAR
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................i
ABSTRAK.............................................................................................................. ii
ABSTRACT............................................................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................................1
1.1. Latar Belakang....................................................................................................1
1.2.Rumusan Masalah................................................................................................2
1.3.Tujuan Penelitian.................................................................................................3
1.4. Manfaat Penelitian..............................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................4
2.1. Hubungan Riwayat Kontak Keluarga dengan Kejadian TB..................4
2.2. Hubungan Ventilasi Rumah dengan Kejadian TB............................................5
2.3. Hubungan DM dan Infeksi HIV dengan Kejadian TB............................7
2.4. Hubungan Merokok dengan Kejadian TB..................................................9
2.5. Hubungan Penggunaan Kortikosteroid dengan Kejadian TB.............12
2.6. Hubungan Riwayat Imunisasi BCG dengan Kejadian TB...................14
2.7. Hubungan Kondisi Fisik Rumah dengan Kejadian TB........................15
2.8. Hubungan Kepadatan dengan Rumah dengan Kejadian TB...............18
2.9. Hubungan Status Gizi dengan KejadianTB.............................................20
2.10. Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian TB............................................21
2.11. Hubungan Pendapatan dengan Kejadian TB.........................................24
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL................26
3.1. Kerangka Teori Penelitian.............................................................................26
3.2. Kerangka Konsep Penelitian.........................................................................27
3.3. Hipotesis.............................................................................................................27
3.4. Definisi Operasional........................................................................................28
3.5. Cara Ukur...........................................................................................................30
BAB 4 METODE PENELITIAN...................................................................................32
4.1. Jenis Penelitian..................................................................................................32
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................................32
4.2.1. Lokasi Penelitian..................................................................................32
4.2.2. Waktu Penelitian...................................................................................32
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian...................................................................32
4.3.1. Populasi...................................................................................................32
4.3.2. Sampel.....................................................................................................32
vi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB 1
PENDAHULUAN
notification rate (CNR) atau angka notifikasi kasus baru untuk semua kasus
Tuberkulosis tertinggi yaitu 238, diikuti Papua Barat dengan CNR 235, dan DKI
7
Jakarta dengan CNR 222.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Penularan didefenisikan identik sebagai strain TB, terjadi lebih sering pada
individu yang tinggal serumah, ditemukan 55% rumah tangga setidaknya ada satu
individu yang memiliki strain yang tidak dimiliki oleh anggota rumah tangga lain,
ini menunjukkan bahwa penularan TB dari luar rumah. Hasil penelitian
menunjukan bahwa riwayat kontak serumah memiliki hubungan dengan kejadian
TB anak (p=0.000, OR=9.144,95% CI:3.103–26.948), penelitian menyebutkan
bahwa kemungkinan seorang anak terinfeksi 2,25 kali lebih besar pada sumber
kasus BTA Positif. Anak yang memiliki kontak dengan TB dewasa aktif memiliki
risiko 42 kali lebih besar untuk terinfeksi TB dibanding yang tidak memiliki
menjadi cara yang sangat efektif untuk memutus siklus penularan penyakit.14
5
langsung.16
6
tidak tumbuh pada suhu 250C atau lebih dari 400C, dan bakteri tuberkulosis akan
hidup subur pada lingkungan dengan kelembaban tinggi, karena air membentuk
lebih dari 80% volume sel bakteri dan merupakan media yang paling baik untuk
17
pertumbuhan dan kelangsungan hidup sel bakteri.
di tahun 2013 tertera ada 12.191.564 orang. Sejalan dengan peningkatan tersebut,
Telah ditunjukkan bahwa fungsi dari neutrofil, makrofag, sel dendritik dan
sel natural killer, serta komponen imunitas bawaan dan adaptif/diperoleh lainnya,
dilemahkan oleh perubahan metabolik pada diabetes mellitus tipe 2. Sehingga,
disfungsi imun sebagai akibat dari diabetes dapat memainkan peranan yang
penting dalam menyebabkan reaktivasi TB dari infeksi laten endogen dan
meningkatkan kerentanan penjamu terhadap reinfeksi eksogen.
Pasien diabetes mellitus tercatat lima sampai enam kali lebih banyak
menderita TB dibanding dengan pasien non-diabetes. Sehingga kontrol diabetes
yang efektif mempengaruhi kontrol TB. Suatu penelitian pada kota Ghaziabad,
India menilai jumlah pasien TB DOTS yang tidak terdiagnosa diabetes, mereka
mendapati bahwa dari 700 pasien yang diteliti, 88 pasien diantaranya mengidap
DM. Dari 88 pasien tersebut, 39 menjalani pengobatan TB kategori I, 47
menjalani pengobatan TB kategori II, dan 2 menjalani pengobatan kategori ketiga.
9
antara lain kondisi sosial ekonomi, umur, jenis kelamin, status gizi dan kebiasaan
merokok.26
rokok serta bahan kimia lainya memiliki peran dalam timbulnya inflamasi jalan
nafas.29
Konversi sputum atau perubahan basil tahan asam (BTA) positif menjadi
BTA negatif digunakan sebagai salah satu indikator untuk memantau dan menilai
pengobatan. Angka konversi yang tinggi akan diikuti dengan angka kesembuhan
yang tinggi pula. Sementara itu, angka konversi yang rendah mempunyai risiko
untuk resistensi ganda obat antituberkulosis (OAT) atau multidrug resistant
30
tuberculosis (MDR TB/TB MDR) dan gagal berobat.
satu penyebab gagal konversi adalah merokok, hal ini didukung oleh hipotesis
bahwa merokok mempengaruhi pengobatan TB karena menyebabkan sistem imun
berubah dan terdapatnya bukti histopatologi kerusakan paru-paru pada perokok
Faktor risiko yang diterima dengan baik untuk TB termasuk infeksi human
immunodeficiency virus (HIV), rendahnya status sosial ekonomi, kelahiran atau
perjalanan di negara berkembang, silikosis, diabetes, gastrektomi, jejunoileal
bypass, gagal ginjal kronis, keganasan tertentu, dan transplantasi organ; faktor-
faktor ini telah dimasukkan dalam stratifikasi risiko dalam pedoman
tuberkulosis.31 Ada juga faktor risiko lain yang diakui seperti merokok, rendahnya
adipositas, penyakit lainnya yang mendasari seperti paru penyakit atau gangguan
rematoligik, dan penggunaan dosis rendah agen imunosupresif (misalnya, agen
antirematik) atau glukokortikoid, tetapi data epidemiologi substantif tentang
31
faktor-faktor risiko untuk tuberkulosis ini langka.
lama.31,33 Meski mayoritas infeksi adalah karena tipikal bakteri gram positif dan
negatif, ada peningkatan bukti yang menunjukkan bahwa infeksi oportunistik
tuberkulosis (TB), listeriosis, nocardiosis, kandidiasis, cryptococcal meningitis,
pneumonia pneumocystis carinii dan aspergillosis invasif berkontribusi pada
infeksi mortalitas di SLE.5 Hal ini merupakan pernyataan bersama dari American
Thoracic Society dan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) yang
mengakui bahwa 15 mg / hari prednison (atau ekuivalennya) diberikan selama 1
31
bulan merupakan faktor risiko untuk tuberculosis.
13
Namun, spesifik ambang dosis dan durasi yang dapat meningkatkan risiko
31
tuberkulosis tetap tidak diketahui. Karena glukokortikoid merupakan agen
imunosupresif, penilaian kuantitatif dampaknya terhadap risiko tuberkulosis
31
penting untuk dilakukan.
Pada penelitian yang dilakukan Brassard tahun 2009, risiko TB, meskipun
meningkat, tidak signifikan di kalangan pengguna kortikosteroid yang baru
(orang-orang dengan resep pertama dalam 90 hari sebelumnya). Risiko penyakit
TB meningkat dengan jumlah resep untuk mencapai signifikansi dengan 6 atau
14
35
lebih resep dan di antara pengguna kortikosterois kronis. Temuan Brassard ini
dipublikasikan juga dalam pedoman yang merekomendasikan untuk skrining TB
sebelum inisiasi dari setiap terapi imunosupresif.35
kehidupan.37
pencahayaan alami matahari, karena penelitian ini dilaksanakan pada pagi hingga
siang hari. Odds ratio 8,125, 95% CI= 1,874 – 35,233 yang berarti rumah
responden penderita TB Paru BTA + yang memiliki kondisi pencahayaan yang
kurang berisiko 8,125 kali tertular TB Paru dibandingkan rumah responden yang
Uji statistic juga dilakukan oleh (Erlin, dkk 2016) didapatkan pada
kelompok kontrol dengan gejala TB p value = 0,069, OR 4,111, 95% CI 1,037-
18
Solok.48
Dari hasil penelitain oleh Amalia didapatkan bahwa jenis dinding yang
baik atau tidak lembab sebesar 92,1% dan kondisi dinding yang lembab sebesar
7,9%. Hasil uji statistik diperoleh nilai p <0,05 (p=0,230), maka tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara jenis dinding rumah dengan kejadian TB Paru di
wilayah kerja Puskesmas Ngemplak. Penelitian tersebut juga menyatakan bahwa
orang yang tinggal di dalam rumah dengan jenis dinding yang tidak permanen
memiliki resiko 5,333 kali lebih besar untuk menjadi sakit TB.42
Kepadatan hunian juga dapat berpengaruh, luas lantai rumah sehat harus
sesuai dengan penghuni didalamnya, artinya luas lantai bangunan rumah tersebut
harus disesuikan dengan jumlah penghuninya agar tidak menyebabkan overload.
Hal ini tidak sehat, sebab di samping menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen
juga bila salah satu anggota keluargaa terkena penyakit infeksi, akan mudah
2
menular kepada anggota keluarga yang lain. Dengan meningkatkan kadar CO
diudara dalam rumah, maka akan memberi kesempatan tumbuh dan berkembang
biak bagi mycobacterium tuberculosis. Dengan demikian akan semakin banyak
Dari hasil penelitian yang dilakukan Anggie Mareta Rosiana pada tahun
2012, menyatakan bahwa ada hubungan antara kepadatan hunian dengan kejadian
tuberkulasis paru, dari hasil penelitian tersebut kelompok masyarakat yang
2
memiliki kepadatan hunian < 10 m (tidak memenuhi syarat) kemungkinan
menderita penyakit tuberkulosis paru sebesar 10 kali dibandingkan kelompok
2
masyarakat yang memiliki kepadatan huniannya ≥ 10 m (memenuh isyarat). Hal
ini sangat berhubungan apabila terdapat anggota keluarga yang menderita
penyakit pernafasan khususnya tuberculosis paru dapat menyebabkan penularan
penyakit ke anggota keluarga yang lain. Responden dengan kejadian tuberculosis
paru BTA positif akan menyebabkan kurangnya persediaan oksigen, terutama
20
tuberculosis paru akan mudah menular kepada anggota keluarga lain dimana
Gizi kurang sering dijumpai pada pasien yang menderita TB. Pendataan
54
status nutrisi pada pasien tersebut masih belum terdokumentasi dengan baik.
Prevalensi gizi kurang pada pasien TB dewasa tinggi, khususnya negara-negara
berkembang, termasuk Indonesia. Dua puluhlima persen pasien TB yang
terdokumentasi dalam kasus baru TB mengalami gizi kurangdi seluruh dunia.
Penelitian menunjukkan bahwa seseorang yang mengalami TB aktif menyebabkan
Insidensi tinggi pada gizi kurang dapat disebabkan oleh beberapa hal,
seperti kebiasaan makanan buruk, ketidaktahuan mengenai asupan makanan
58
bergizi dan seimbang, dan latar belakang pendidikan yang rendah.
Gizi kurang pada pasien TB lebih dari sepertiga saat ditegakkan diagnosis
mengalami TB. Penilaian status dan asupan nutrisi rutin serta konseling mengenai
asupan nutrisi (makronutrisi dan mikronutrisi) bergizi dan seimbang serta
mencukupi Angka Kecukupan Gizi (AKG) sebaiknya menjadi bagian dari
penatalaksanaan TB.
TB Paru.61 Penularan TB dapat terjadi bila ada kontak dengan penderita TB yang
22
sekitar perusahaan di perumahan yang padat dan lingkungan yang tidak sehat.63
Dengan tingkat pekerjaan yang baik, maka seseorang akan berusaha untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik, berbeda dengan orang yang
memiliki tingkat pekerjaan rendah yang lebih memikirkan bagaimana cara untuk
61
memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Jenis pekerjaan kasar mempunyai peluang
23
terpapar kuman TB dibandingkan dengan jenis pekerjaan lain seperti PNS, TNI,
dan karyawan. Pekerjaan berhubungan dengan tingkat pendapatan seseorang yang
dapat mempengaruhi status sosial ekonomi. Di mana sosial ekonomi dapat
merupakan penyebab tidak langsung kejadian TB Paru seperti pemenuhan gizi
keluarga yang tidak mencukupi, perumahan yang sehat tidak mampu dipenuhi
serta kemampuan mengakses pelayanan kesehatan yang menurun. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara jenis pekerjaan dengan kejadian TB Paru, dimana kelompok pekerja yang
berisiko tinggi (sopir,buruh/tukang) lebih berisiko menderita TB Paru
dibandingkan dengan kelompok pekerja risiko rendah seperti karyawan,
0,58% dan urutan ketiga adalah perdagangan 0,57%.63Hal ini konsisten dengan
Sensus Penduduk dan Perumahan 2010 Ghana yang menunjukkan bahwa lebih
dari setengah dari orang-orang di Kabupaten Coaltar Suhum Kraboa terlibat
dalam pertanian.Bidang pertanian adalah pekerjaan dominan di antara responden
penelitian, tetapi lebih banyak pasien yang diobati sebelumnya dengan TB (51%)
karena ko-infeksi dari HIV. Namun hal ini tidak dapat dibuktikan karenahasil
pemeriksaan HIV pada penderita TB berulang sangat kecil dibandingkan
penderita HIV diluar daerah pertambangan. Hal ini semakin menguatkan
kemungkinan penyebabnya adalah lingkungan pekerjaan pertambangan itu sendiri
(paparan debu silika dan daerah berventilasi buruk) sebagai penyebab TB
berulang.67
Beberapa populasi lain yang berisiko tinggi untuk menjadi TB aktif dan
sumber penularan termasuk orang-orang yang bekerja dalam kelompok berisiko
tinggi seperti rumah sakit, puskesmas, penjara, serta petugas kesehatan yang
terpapar dengan penderita TB dewasa aktif. Sehingga perlu dilakukan skrining
Perlu diingat bahwa pasien TB tidak mampu bekerja keras sehingga dapat
kehilangan penghasilannya. Secara teratur ia harus pergi berobat sehingga
membutuhkan biaya dan menghabiskan waktu. Keluarganya turut menderita
karena harus merawatnya dan mungkin pula mengeluarkan uang lebih banyak dari
biasanya. Kelurga penderita tuberkulosis menghadapi resiko ketularan dan dengan
demikian turut menderita stress mental serta tersingkir dari kehidupan sosial.
Karena penderita tuberkulosis tidak lagi produktif, secara tidak langsung
masyarakat harus menghasilkan makanan serta uang untuk mempertahankan
64
kehidupannya. Oleh karena itu tempat kerja merupakan lingkungan yang potesial
untuk program penanggulangan TB melalui penyelenggaraan pelayanan kesehatan
kerja.62
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Muaz (2014) bahwa
terdapat hubungan antara penghasilan dengan kejadian Tuberkolosis paru dimana
responden dengan penghasilan rendah lebih berisiko untuk menderita
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
Terinhalasi M. tuberkulosis
DIAGNOSIS
1. Riwayat TB
dalam Keluarga
2. Ventilasi
3. Menderita DM
atau HIV
4. Riwayat Merokok
Kasus Tuberculosis
5. Pengguna Obat-
obatan Steroid
6. Riwayat
Imunisasi BCG
7. Kondisi
Fisik Rumah
8. Kepadatan
Rumah
9. Status Gizi
10. Pekerjaan
11. Pendapatan
3.3. Hipotesis
BAB 4
METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan dilakukan pada tanggal 2 April sampai 20 April 2018.
4.3.1. Populasi
Populasi target dalam penelitian ini adalah semua pasien yang terdiagnosa
TB Paru, sedangkan yang menjadi populasi terjangkau adalah semua pasien yang
terdiagnosa TB Paru di Puskesmas Tuntungan pada Januari sampai Desember
2017.
4.3.2. Sampel
1. Kriteria inklusi:
a. Pasien terdiagnosa TB Paru
b. Pasien pernah atau sedang mendapatkan pengobatan TB Paru di
Puskesmas Tuntungan
c. Mengisi kuesioner dengan lengkap
d. Memiliki data yang lengkap
e. Bersedia menjadi responden
2. Kriteria eksklusi:
a. Pasien menderita TB selain TB Paru
b. Pasien pindah/meninggal sebelum data penelitian lengkap
1. Editing
Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data.
Apabila data belum lengkap ataupun ada kesalahan data dilengkapi dengan
mewawancarai ulang responden.
2. Coding
Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya
kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah ke
dalam komputer.
3. Entry
Data yang telah dibersihkan kemudian dimasukkan ke dalam program
pengolah statistik.
4. Cleanings
Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam komputer guna
menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukkan data.
5. Saving
Penyimpanan data untuk siap dianalisis.
4.5.2. Analisis data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih mudah
dibaca dan diinterpretasikan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan alat
berupa komputer. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS.
Analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data
univariat dan analisis data bivariat.
1. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik
responden dan karakteristik masing-masing variabel dalam penelitian.
Variabel yang berbentuk kategorik merupakan faktor resiko yang
berhubungan dengan TB seperti riwayat TB dalam keluarga, ventilasi,
35
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Ventilasi pada Responden Suspek TB dan Kontrol
Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Suhu Rumah pada Responden Suspek TB+TB dan Kontrol
Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Suhu Rumah pada Responden Suspek TB dan Kontrol
TB + Suspek TB Kontrol
DM/HIV Presentase (%)
Jumlah (orang) Jumlah (orang)
Ya 12 6 25%
Tidak 24 30 75%
Total 36 36 100%
Suspek TB Kontrol
DM/HIV Presentase (%)
Jumlah (orang) Jumlah (orang)
Ya 10 5 24,2%
Tidak 21 26 75,8%
Total 31 31 100%
TB dan Kontrol
Suspek
Merokok Jumlah Jumlah Presentase
(orang) (orang) (%)
Tidak merokok 13 18 50,0
IB ringan 12 10 35,5
Merokok IB sedang 5 3 12,9
IB berat 1 0 1,6
Total 31 31 100
Suspek TB Kontrol
Riwayat Imunisasi BCG Presentase (%)
Jumlah (orang) Jumlah (orang)
Ya 23 29 83,9%
Tidak 8 2 16,1%
Total 31 31 100%
Keramik 13 21 54,8%
Semen atau tanah 18 10 45,2%
Total 31 31 100%
Tabel 5.24. Distribusi Frekuensi Status Gizi pada Responden TB, Suspek dan
Kontrol
Suspek TB + TB Kontrol
Status Gizi Persentase (%)
Jumlah (orang) Jumlah (orang )
Kurang 5 1 8,3%
Baik-Lebih 31 35 91,7%
Total 36 36 100%
47
Tabel 5.25. Distribusi Frekuensi Status Gizi pada Responden Suspek dan
Kontrol
Suspek TB Kontrol
Bekerja Jumlah ( Presentase (%)
Jumlah (orang) orang )
Ya 15 21 58,1%
Tidak 16 10 41,9%
Total 31 31 100%
Suspek TB + TB Kontrol
Bekerja Presentase (%)
Jumlah (orang) Jumlah (orang )
Ya 19 25 61,1%
Tidak 17 11 38,9%
Total 36 36 100%
Kontrol
Pendapatan Suspek TB + TB
Jumlah Presentase (%)
Rumah Tangga Jumlah (orang)
(orang )
Kurang 22 14 50.0%
Lebih 14 22 50,0%
Total 36 36 100%
Kontrol
Pendapatan Suspek TB
Jumlah ( orang Presentase (%)
Rumah Tangga Jumlah (orang)
)
Kurang 21 12 53.2%
Lebih 10 19 46.8%
Total 31 31 100%
49
Suspek
Kontrol Total
Riwayat TB+TB P
OR 95% CI
TB Jumlah Jumlah value
Jumlah (%)
(%) (%)
Ya 15 (41,7%) 3 (8,3%) 18 (25%)
Tidak 21 (58,3%) 33 (91,7%) 54 (75%) 0,001 7,857 2,027-
Total 36 (100%) 36 (100%) 72 (100%) 30,459
Suspek
Kontrol Total
TB+TB P
Ventilasi OR 95% CI
Jumlah Jumlahvalue
Jumlah (%)
(%) (%)
22
Kurang 19 (52,8%) 3 (8,3%)
(30,6%)
0,001 12,294 3,184 –
33 50
Cukup 17 (47,2%) 47,468
(91,7%) (69,4%)
51
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.14.2. dapat diketahui bahwa ada
19 responden suspek + positif TB (52,8%) dan 3 responden kontrol (8,3%) yang
memiliki ventilasi kurang. Sisanya terdapat 17 responden suspek + positif TB
(47,2%) dan 33 responden kontrol (91,7%) yang memiliki ventilasi cukup.
Uji statistic yang dilakukan untuk menilai hubungan antara sikap pasien
TB dengan tingkat kepuasan menunjukkan hasil p value = 0,00 (p<0,005) yang
artinya terdapat hubungan yang signifikan antara ventilasi dengan kejadian TB.
Tabel 5.33. Hubungan Ventilasi Rumah pada Responden Suspek dan Kontrol
Suspek
Kontrol Total
TB+TB P
Ventilasi OR 95% CI
Jumlah Jumlah value
Jumlah (%)
(%) (%)
17
Kurang 15 (48,4%) 2 (6,5%)
(27,4%)
29 45 0,001 13,594 2,754 –
Cukup 16(51,6%)
(93,5%) (72,6%) 67,107
Total 31 (100%) 31 (100%) 62 (100%)
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.14.1. dapat diketahui bahwa ada
15 responden suspek TB(48,4%) dan 2 responden kontrol (6,5%) yang memiliki
ventilasi kurang. Sisanya terdapat 16 responden suspek TB (51,6%) dan 29
responden kontrol (93,5%) yang memiliki ventilasi cukup.
Uji statistic yang dilakukan untuk menilai hubungan antara sikap pasien
TB dengan tingkat kepuasan menunjukkan hasil p value = 0,00 (p<0,005) yang
artinya terdapat hubungan yang signifikan antara ventilasi dengan kejadian TB.
52
Tabel 5.34. Hubungan Suhu Rumah pada Responden TB, Suspek dan
Kontrol
Suspek
Kontrol Total
Suhu TB+TB P
OR 95% CI
Rumah Jumlah Jumlah value
Jumlah (%)
(%) (%)
Buruk 4 (11,1%) 4 (11,1%) 8 (11,1%)
Baik 31(88,9%) 31 (88,9%) 64 (88,9%) 1,000 1,000 0,230 –
Total 36 (100%) 36 (100%) 72 (100%) 4,349
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.34. dapat diketahui bahwa ada 4
responden suspek TB+ Positif TB (11,1%) dan 4 responden kontrol (11,1%)
yang memiliki suhu rumah buruk. Sisanya terdapat 32 responden suspek TB+
Positif TB (88,9%) dan 32 responden kontrol (88,9%) yang memiliki suhu rumah
baik.
Uji statistic yang dilakukan untuk menilai hubungan antara sikap pasien
TB dengan tingkat kepuasan menunjukkan hasil p value = 1,00 (p>0,005) yang
artinya terdapat hubungan yang tidak signifikan antara suhu rumah dengan
kejadian TB.
Tabel 5.35. Hubungan Suhu Rumah pada Responden Suspek dan Kontrol
Suspek
Kontrol Total
TB+TB P
Ventilasi OR 95% CI
Jumlah Jumlah value
Jumlah (%)
(%) (%)
Kurang 4 (12,9%) 3 (9,7%) 7 (11,3%)
Cukup 27(87,1%) 28 (90,3%) 55 (88,7%) 0,688 1,383 0,283 –
Total 31 (100%) 31 (100%) 62 (100%) 6,764
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.35. dapat diketahui bahwa ada 4
responden suspek TB (12,9%) dan 3 responden kontrol (9,7%) yang memiliki
suhu rumah buruk. Sisanya terdapat 27 responden suspek TB (87,1%) dan 28
responden kontrol (90,3%) yang memiliki suhu rumah baik.
53
Uji statistic yang dilakukan untuk menilai hubungan antara sikap pasien
TB dengan tingkat kepuasan menunjukkan hasil p value = 0,68 (p>0,005) yang
artinya terdapat hubungan yang tidak signifikan antara suhu rumah dengan
kejadian TB.
Tabel 5.36. Hubungan DM/HIV dengan TB pada Responden TB, Suspek dan
Kontrol
Suspek
Kontrol Total
TB+TB P
DM/HIV OR95% CI
Jumlah Jumlah value
Jumlah (%)
(%) (%)
Ya 12 (33,3%) 6 (16,7%) 18 (25%)
0,818-
Tidak 24 (66,7%) 30 (83,3%) 54 (75%) 0,102 2,5
7,642
Total 36 (100%) 36 (100%) 72 (100%)
Tabel 5.38. Hubungan Merokok dengan TB pada Responden TB, Suspek dan
Kontrol
Suspek
Kontrol Total
TB+TB P
Merokok OR95% CI
Jumlah Jumlah value
Jumlah (%)
(%) (%)
Tidak 15 (29,2%) 23 (18,0%) 34 (47,2%)
0,159 –
Ya 21 (20,8%) 13 (32,0%) 38 (52,8%) 0,0599 0,40
1,043
Total 36 (100%) 36 (100%) 72 (100%)
Tabel 5.40. Hubungan Penggunaan Kortikosteroid dengan TB pada Responden TB, Suspek TB dan
Kontrol
Suspek
Kontrol Total
Penggunaan TB+TB P
OR 95% CI
Kortikosteroid Jumlah Jumlah value
Jumlah (%)
(%) (%)
Ya 1 (2,8%) 1 (2,8%) 2 (2,8%)
35 70
Tidak 35 (97,2%) 0,060 –
(97,2%) (97,2%) 1,00 1,00
16,629
36 72
Total 36 (100%)
(100%) (100%)
Tabel 5.41. Hubungan Penggunaan Kortikosteroid dengan TB pada Responden Suspek TB dan
Kontrol
Dari tabel di atas didapati bahwa dari seluruh responden yang memiliki
riwayat imunisasi BCG (52 orang), sebanyak 23 orang (37,1%) darinya
merupakan suspek TB dan sebanyak 29 orang (46,8%) merupakan kontrol TB.
Sedangkan untuk responden yang tidak memiliki riwayat imunisasi BCG (10
orang), sebanyak 8 orang (12,9%) darinya merupakan suspek TB dan sebanyak 2
orang (3,2%) merupakan kontrol TB.
Uji statistik yang dilakukan untuk melihat hubungan antara sikap pasien
TB dengan tingkat kepuasan menunjukkan hasil p value = 0,038 (p<0,05) yang
artinya terdapat hubungan yang signifikan riwayat imunisasi BCG dengan
kejadian TB.
.
58
Suspek
Kontrol Total
Riwayat TB+TB P
OR 95% CI
TB Jumlah Jumlah value
Jumlah (%)
(%) (%)
Ya 28 (38,9%) 34 (47,3%) 62 (86,1%)
Tidak 8 (11,1%) 2 (2,8%) 10 (13,9%) 0,041 0,206 0,040-
Total (100%) 36 (100%) 72 (100%) 1,049
Dari tabel di atas didapati bahwa dari seluruh responden yang memiliki
riwayat imunisasi BCG (62 orang), sebanyak 28 orang (38,9%) darinya
merupakan suspek TB dan sebanyak 34 orang (47,3%) merupakan kontrol TB.
Sedangkan untuk responden yang tidak memiliki riwayat imunisasi BCG (10
orang), sebanyak 8 orang (11,1%) darinya merupakan suspek TB dan sebanyak 2
orang (2,8%) merupakan kontrol TB.
Uji statistik yang dilakukan untuk melihat hubungan antara sikap pasien
TB dengan tingkat kepuasan menunjukkan hasil p value = 0,041 (p<0,05) yang
artinya terdapat hubungan yang signifikan riwayat imunisasi BCG dengan
kejadian TB.
Suspek
Kontrol Total
TB+TB P
Kelembaban OR95% CI
Jumlah Jumlah value
Jumlah (%)
(%) (%)
15 45
<40% 30 (83,3%)
(41,7%) (62,5%) 2,333 –
21 27 21,004
>40% 6 (16,7%) 0,001 7,000
(58,3%) (37,5%)
72
Total 36 (100%)36(100%)
(100%)
59
Suspek
Kontrol Total
Jenis TB+TB P
OR 95% CI
Lantai Jumlah Jumlah value
Jumlah (%)
(%) (%)
Keramik 13 (36,1%) 25 (69,4%) 38 (52,8%)
Semen 0,093 –
atau 23 (63,9%) 11 (30,6%) 34 (47,2%) 0,005 0,249 0,664
tanah
Total 36 (100%) 36 (100%) 72 (100%)
Uji statistik yang dilakukan untuk melihat hubungan antara jenis lantai
dengan kejadian TB menunjukkan hasil p value = 0.005 (p < 0,05) yang artinya
terdapat hubungan yang signifikan antara jenis lantai dengan kejadian TB.
Suspek
Kontrol Total
Dinding TB+TB P
OR 95% CI
Rumah Jumlah Jumlah value
Jumlah (%)
(%) (%)
Semen
dan 19 (52,8%) 33 (91,7%) 52 (72,2%) 0,026 –
batubata 0,0001 0,102 0,392
Papan 17 (47,2%) 3 (8,3%) 20 (27,8%)
Total 31 (100%) 31 (100%) 72 (100%)
Dari tabel di atas didapati bahwa dari seluruh responden yang
diwawancarai dan didapati rumah berdinding semen dan batubata (52 orang),
sebanyak 19 orang (52,8%) darinya merupakan suspek TB + TB dan sebanyak 33
orang (91,7%) merupakan kontrol TB. Sedangkan untuk responden yang didapati
rumah berdinding papan (20 orang), sebanyak 17 orang (47,2%) darinya
merupakan suspek TB +TB dan sebanyak 3 orang (8,3%) merupakan kontrol TB.
Uji statistik yang dilakukan untuk melihat hubungan antara dinding rumah
dengan kejadian TB menunjukkan hasil p value = 0.0001 (p < 0,05) yang artinya
terdapat hubungan yang signifikan antara jenis lantai dengan kejadian TB.
Uji statistik yang dilakukan untuk melihat hubungan antara jenis lantai
dengan kejadian TB menunjukkan hasil p value = 0.041 (p <0,05) yang artinya
terdapat hubungan yang signifikan antara jenis lantai dengan kejadian TB.
62
Uji statistik yang dilakukan untuk melihat hubungan antara dinding rumah
dengan kejadian TB menunjukkan hasil p value = 0.002 (p < 0,05) yang artinya
terdapat hubungan yang signifikan antara jenis lantai dengan kejadian TB.
Suspek
Kontrol Total
Kepadatan TB+TB P
OR 95% CI
Rumah Jumlah Jumlah Jumlah value
(%) (%) (%)
25 34
Ya 9 (25%)
(62,4%) (47,2%)
11 38 0,00 6,818 2,421-
Tidak 27 (75%)
(30,6%) (52,8%) 19,201
Total 36 (100%) 36 (100%) 72 (100%)
merupakan kontrol TB. Sedangkan untuk responden yang menyatakan tidak padat
(38 orang), sebanyak 11 orang (30.6%) darinya merupakan suspek TB + TB dan
sebanyak 27 orang (75.0%) merupakan kontrol TB.
Uji statistik yang dilakukan untuk melihat hubungan antara sikap pasien
TB dengan tingkat kepuasan menunjukkan hasil p value = 0.00 (p>0.05) yang
artinya terdapat hubungan yang signifikan antara kepadatan rumah dengan
kejadian TB.
Suspek
Kontrol Total
Kepadatan TB P
OR 95% CI
Rumah Jumlah Jumlah Jumlah value
(%) (%) (%)
24 32
Ya 8 (25,8%)
(77,4%) (51,6%)
23 30 0,00 9,857 3,076-
Tidak 7 (22,6%)
(74,2%) (48,4%) 31,585
Total 31 (100%) 31 (100%) 62 (100%)
Suspek
Kontrol Total
Status TB+TB P
OR 95% CI
Gizi Jumlah Jumlah value
Jumlah (%)
(%) (%)
Kurang 5 (13,9%) 1 (2,8%) 6 (8,3%)
Baik- 0.625-
31 (86,1%) 35 (97,2%) 66 (91,7%) 0,088 5.645
Lebih 50.987
Total 36 (100%) 36 (100%) 72 (100%)
Sedangkan untuk responden dengan status gizi baik-lebih (57 orang), sebanyak 27
orang darinya (87,1%) suspek TB, sebanyak 30 orang (96,8%) merupakan kontrol
TB. Hasil olahan data suspek TB yang gizinya kurang memiliki kecenderungan
4.444 kali lebih besar untuk menderita TB dibandingkan dengan responden yang
gizinya baik-lebih.
Uji statistik yang dilakukan untuk melihat hubungan antara sikap pasien TB
dengan tingkat kepuasan menunjukkan hasil p value = 0,162 (p>0,05) dan 95% CI
0,467-42.258 yang artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status
gizi dengan kejadian TB.
Suspek
Kontrol Total
TB+TB P
Bekerja OR 95% CI
Jumlah Jumlah value
Jumlah (%)
(%) (%)
Ya 19 (52,8%) 25 (69,9%) 44 (61,1%)
0,187-
Tidak 17 (47,2%) 11 (30,6%) 28 (38,9%) 0,147 0,492
1,292
Total 36 (100%) 36 (100%) 72 (100%)
Suspek
TB+TB Kontrol Total
P
Pendapatan OR 95% CI
value
Jumlah Jumlah Jumlah
(%) (%) (%)
Kurang 22 (61,1%) 14 (38,9%) 36 (50%)
0,957-
Lebih 14 (38,9%) 22 (61,1%) 36 (50%) 0,049 2,469
6,370
Total 31 (100%) 31 (100%) 62 (100%)
Suspek
TB Kontrol Total
P
Pendapatan OR 95% CI
value
Jumlah Jumlah Jumlah
(%) (%) (%)
Kurang 21 (63,6%) 12 (36,4%) 3353,2%)
1,171-
Lebih 10 (34,5%) 19(65,5%) 29 (46,8%) 0,022 3,325
9,442
Total 31 (100%) 31 (100%) 62 (100%)
5.2. Pembahasan
Sarana Kesehatan
Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Tuntungan
No Sarana Kesehatan Jumlah
1. Puskesmas Induk 1
2. Puskesmas Pembantu 2
3. Praktek Dokter Umum 4
4. Praktek Dokter Gigi 2
5. Praktek Dokter Spesialis 3
6. Klinik Bersalin 4
7 Praktek Bidan 2
8 Apotek 6
9. Akupuntur 4
10 Rumah Sakit 2
Jumlah Sarana Kesehatan 30
serumah) akan dua kali lebih berisiko dibandingkan kontak biasa (tidak
serumah).12
Pada penelitian ini, kami meniliti apakah dengan luas ventilasi rumah
dapat menyebabkan penderita menjadi rentan terhadap serangan TB. Hasil olahan
data suspek TB menunjukkan bahwa luas ventilasi rumah memiliki
kecenderungan 13,594 kali lebih besar untuk menderita TB (Risk ratio suspek TB
[RR], 2,482; 95 % confidence interval [Cl] 1,614-3,815, p=0,00; controlRR,
0,183; 95% CI, 0,049-0,683, p=0,00). Setelah memasukkan data pasien TB positif,
kami mendapati bahwa kecenderungan tersebut menurun menjadi 12,294 kali
lebih besar (Risk ratio suspek TB dan TB positif [RR], 2,540; 95 % confidence
interval [Cl] 1,668-3,867, p=0,00; control RR, 0,207; 95% CI, 0,071-0,603,
p=0,00). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat bukti yang signifikan antara luas
ventilasi rumah dengan kejadian TB.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Putra NR di kota Solok tahun 2011, hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 22
responden penderita TB paru, 15 responden memiliki kondisi ventilasi rumah
yang tidak memenuhi syarat. Dari hasil analisis menunjukan bahwa ada pengaruh
yang signifikan antara hubungan kondisi ventilasi rumah dengan kejadian TB paru
Pada penelitian ini, kami meneliti apakah dengan menderita diabetes dan
atau HIV dapat menyebabkan penderita menjadi rentan terhadap serangan TB.
Namun pada penelitian kami tidak ada sampel yang menderita HIV. Hasil olahan
data suspek TB menunjukkan bahwa penderita diabetes memiliki kecenderungan
2.476 kali lebih besar untuk menderita TB (Risk ratio Suspek TB [RR], 1,492;
95% confidence interval [CI], 0,924–2,408, P=0,138; Kontrol RR, 0,603; 95% CI,
0,282–1,289, P=0,138). Setelah memasukkan data pasien TB positif, kami
mendapati bahwa kecenderungan tersebut meningkat menjadi 2,5 kali lebih besar
(Risk ratio TB positif dan Suspek TB [RR], 1,500; 95% confidence interval [CI],
0,964–2,334, P=0,102; Kontrol RR, 0,600; 95% CI, 0,299–1,203, P=0,102).
Namun dengan 95% CI yang masing-masing berupa 0,733-8,369 dan 0,818-7,642
dan p value 0,138 dan 0,102 menunjukkan bahwa belum ada cukup bukti yang
signifikan untuk menunjukkan ada hubungan penderita DM dengan resiko
kejadian TB.
74
rokok terbesar ke-3 setelah Cina dan India dan diikuti Rusia dan Amerika. 1
Padahal dari jumlah penduduk, Indonesia berada di posisi ke-4 setelah Cina, India
dan Amerika. Berbeda dengan jumlah perokok Amerika yang cenderung menurun,
jumlah perokok Indonesia justru bertambah dalam 9 tahun terakhir (Nurjanah,
2015).
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.3.6 dan tabel 5.4.6 menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan antara paparan rokok dengan gejala klinis tuberkulosis
pada keluarga penderita tuberkulosis BTA positif di wilayah kerja Puskesmas
Medan Tuntungan. Hal ini didasarkan pada hasil analisis dengan menggunakan uji
chi-square yang diperoleh nilai p value sebesar 0,204. Hal ini dapat
menggambarkan bahwa paparan rokok bukan merupakan faktor yang
berhubungan dengan gejala klinis tuberkulosis pada keluarga penderita
tuberkulosis BTA positif di wilayah kerja Puskesmas Medan Tuntungan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dini E.A. (2017)
dengan nilai p value= 0,148 yang artinya merokok bukan merupakan faktor risiko
77
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Jick et al. di Inggris (UK),
yang mendapat hasil bahwa pengguna kortikosteroid beresiko 4,9 kali lebih besar
31
untuk terkena TB dibandingkan dengan yang tidak terpapar kortikosteroid.
78
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Ita Hernawati pada 67
responden dan didapati bahwa yang tidak di imunisasi BCG sebanyak 24 orang
(62.7%) dengan yang tidak TB 14 orang (58.3%) lebih dominan dari yang tidak
imunisasi dengan suspek sebanyak 9 orang (37.5%), dan yang tidak imunisasi
dengan TB sebanyak 1 (4.2%). Dari responden tersebut didapatkan korelasi antara
riwayat imunisasi BCG dengan kejadian TB dengan nilai p = 0,033 (p<0,05) yang
menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan.38
79
tuberkulosis.81
Dari hasil uji chi-square, diperoleh p value sebesar 0,005 (< 0,05), artinya
ada hubungan antara jenis lantai dengan kejadian TB paru di wilayah kerja
Puskesmas Tuntungan Kota Medan. Perhitungan risk yang jenis lantainya semen
atau tanah (tidak memenuhi syarat) mempunyai risiko 4,016 kali lebih besar
menderita TB daripada responden yang jenis lantainya keramik (memenuhi
syarat). Sedangkan hasil olahan data suspek TB, kontrol menunjukkan
menunjukkan bahwa responden yang jenis lantainya semen atau tanah (tidak
memenuhi syarat) mempunyai risiko 3 kali lebih besar menderita TB daripada
responden yang jenis lantainya keramik (memenuhi syarat). Jenis lantai
merupakan faktor risiko terjadinya tuberkulosis paru seperti halnya lantai yang
berasal dari tanah akan memiliki peran terhadap kejadian tuberkulosis paru. Hal
tersebut dikarenakan lantai tanah cenderung menimbulkan kelembaban sehingga
akan mempermudah penularan penyakit tuberkulosis paru. Hasil ini sejalan
dengan penelitian Putra (2011) yang menyatakan tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara kondisi jenis lantai rumah dengan kejadian TB Paru di Kota
48
Solok.
81
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayu
Kharismawati (2008:65) di wilayah kerja Puskesmas Wonopringgo Kabupaten
Pekalongan yang menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan antara jenis lantai
dengan kejadian TB Paru diperoleh dari p value = 0,001 (< 0,05) dan OR sebesar
8,29 yang berarti bahwa responden yang tinggal di rumah dengan lantai yang tidak
memenuhi syarat mempunyai risiko untuk terkena tuberkulosis paru 8,29 kali
besar daripada responden yang tinggal di rumah dengan jenis lantai yang
82
memenuhi syarat. Menurut Kep. Menkes RI No. 829/ Menkes/SK/VII/1999,
jenis lantai yang memenuhi syarat kesehatan adalah yang kedap air dan mudah
dibersihkan. Bahan lantai berupa plester, ubin, porselen, atau keramik. Bahan
lantai yang kedap air dapat menghindari naiknya air tanah sehingga mencegah
kelembaban. Jenis lantai yang terbuat dari bahan yang tidak memenuhi syarat
45
kesehatan dapat menjadi tempat tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme.
Dari hasil uji chi-square, diperoleh p value sebesar 0,001 (< 0,05), artinya
ada hubungan antara jenis dinding dengan kejadian TB paru di wilayah kerja
Puskesmas Tuntungan Kota Medan. Perhitungan risk estimate didapatkan OR =
0,102 dengan 95% CI= 0,026 – 0,392, menunjukkan bahwa responden yang jenis
dindingnya papan (tidak memenuhi syarat) mempunyai risiko 9,80 kali lebih besar
menderita TB daripada responden yang jenis dindingnya semen dan batubata
(memenuhi syarat). Hasil penelitian ini selaras dengan hasil penelitain oleh
Amalia (2012) didapatkan berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p <0,05
(p=0,230), maka tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis dinding
rumah dengan kejadian TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Ngemplak. Namun
penelitian tersebut juga menyatakan bahwa orang yang tinggal di dalam rumah
dengan jenis dinding yang tidak permanen memiliki resiko 5,333 kali lebih besar
Dari hasil survei di lapangan masih ada rumah yang dindingnya terbuat
dari papan dan tidak kedap air. Dinding yang tidak kedap air seperti bambu atau
82
batu bata yang tidak diplester mudah menjadi lembab membuat kuman
Mycobacterium tuberculosis bisa bertahan hidup lama, sehingga bisa menjadi
sumber penularan penyakit TB paru. Untuk mencegah kelembaban pada dinding
yang terbuat dari papan dengan cara mengatur pencahayaannya agar cahaya yang
masuk dalam rumah cukup dan memenuhi syarat.
Hasil serupa ditemukan dari hasil penelitian yang dilakukan Anggie Mareta
Rosiana pada tahun 2012, menyatakan bahwa ada hubungan antara kepadatan
hunian dengan kejadian tuberkulasis paru,dari hasil penelitian tersebut kelompok
2
masyarakat yang memiliki kepadatan hunian < 10 m ( tidak memenuhi syarat)
kemungkinan menderita penyakit tuberkulosis paru sebesar 10 kali dibandingkan
2
kelompok masyarakat yang memiliki kepadatan huniannya ≥ 10 m (memenuh
isyarat). Hal ini sangat berhubungan apabila terdapat anggota keluarga yang
menderita penyakit pernafasan khususnya tuberculosis paru dapat menyebabkan
penularan penyakit ke anggota keluarga yang lain. Responden dengan kejadian
tuberculosis paru BTA positif akan menyebabkan kurangnya persediaan oksigen,
terutama tuberculosis paru akan mudah menular kepada anggota keluarga lain
dimana seorang penderita rata-rata dapat menularkan 2-3 orang didalam
rumahnya.83
responden TB + suspek TB dan kontrol. Hasil olahan data TB, suspek TB, kontrol
menunjukkan bahwa penderita memiliki status gizi yang kurang kecenderungan
4.444 kali lebih besar untuk menderita TB dibandingkan dengan status gizi baik-
lebih. Sedangkan analisis data pada penelitian ini menunjukkan hasil p
value=0,162 (p>0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan status gizi kurang pada
responden suspek TB dan kontrol. Hasil olahan data suspek TB, kontrol
menunjukkan bahwa penderita dengan status gizi kurang kecenderungan 5.645
kali lebih besar untuk menderita TB dibandingkan dengan status gizi baik-lebih.
Penelitian lain yang dilakukan Puspita et al. (2016) di RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru menyebutkan bahwa gambaran umum status gizi subjek TB memiliki
status gizi normal sebesar 46.5%, underweight 43.7%, overweight 5.6% dan
obesitas 4.2%. Hal ini menunjukkan bahwa status gizi yang kurang bukan satu-
satunya faktor penyebab penyakit TB melainkan adanya faktor-faktor yang lain
yang bisa memicu terjadinya penyakit TB yaitu faktor sosial ekonomi dan faktor
1
lingkungan , namun umumnya orang yang memiliki status gizi kurang memiliki
resiko yang lebih tinggi terkena penyakit TB dibandingkan dengan yang memiliki
kekambuhan dan kejadian hepatitis akibat OAT (Obat Anti TB) 3. Sebanyak 10.9%
dari subjek yang tergolong gizi buruk meninggal dalam empat minggu pertama
pengobatan TB dari pada subjek yang memiliki status gizi normal ataupun status
gizi tingkat ringan. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh sianturi (2014)
menyatakan bahwa subjek TB yang memiliki status gizi kurang pada awal
pengobatan memiliki resiko kegagalan pengobatan 9.5 kali lebih besar dari orang
yang memiliki gizi normal.
dan kontrol menunjukkan bahwa yang tidak bekerja memiliki kecenderungan 2,03
kali lebih besar untuk menderita TB dibandingkan dengan yang bekerja. Analisis
data pada penelitian ini menunjukkan hasil p value=0,123 (p>0,05) yang berarti
tidak terdapat hubungan bekerja pada responden suspek TB dan kontrol. Hasil
olahan data suspek TB, kontrol menunjukkan bahwa yang tidak bekerja memiliki
kecenderungan 2,24 kali lebih besar untuk menderita TB dibandingkan dengan
yang bekerja.
Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya
yang dilakukan di Provinsi Sulawesi Selatan dengan sample yang lebih besar
mendapatkan hubungan yang bermakna antar pekerjaan dan kejadian TB paru
Pada penelitian ini, kami meneliti apakah pendapatan rumah tangga dapat
menyebabkan penderita menjadi rentan terhadap serangan TB. Hasil olahan data
suspek TB menunjukkan bahwa penderita dengan pendapatan rumah tangga
kurang kecenderungan 3.325 kali lebih besar untuk menderita TB (Risk ratio
Suspek TB [RR], 1,845; 95% confidence interval [CI], 1.050–3,244 P=0,022;
Kontrol RR, 0,555; 95% CI, 0,329–0,936 P=0,022). Setelah memasukkan data
pasien TB positif, kami mendapati bahwa terdapat penurunan pada kecenderungan
tersebut menjadi 2.469 kali lebih besar (Risk ratio TB positif dan Suspek TB [RR],
1,571; 95% confidence interval [CI], 0,967–2,553, P=0,049; Kontrol RR, 0,636;
95% CI, 0,392–1,034, P=0,059). Dari hasil peneitian dengan 95% CI yang
masing-masing berupa 0,329–0,936 dan 0,392–1,034dan p value 0,022 dan 0,049
menunjukkan bahwa terdapat bukti yang signifikan untuk menunjukkan ada
hubungan pendapatan rumah tangga kurang dengan resiko kejadian TB.
Selain itu, penelitian yang dilakukan (Prabu, 2008) , Kepala keluarga yang
mempunyai pendapatan dibawah UMR akan mengkonsumsi makanan dengan
kadar gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan bagi setiap anggota keluarga
sehingga mempunyai status gizi yang kurang dan akan memudahkan untuk
terkena penyakit infeksi diantaranya TB Paru. Dalam hal jenis kontruksi rumah
dengan mempunyai pendapatan yang kurang maka kontruksi rumah yang dimiliki
tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga akan mempermudah terjadinya
penularan penyakit TB Paru.
Gambar peta menjelaskan bahwa kasus suspek TB dan TB paru BTA (+) di
Kecamatan Medan Tuntungan periode januari 2017 hingga maret 2018 yang
tercatat di Puskesmas Tuntungan paling banyak terlihat di 3 kelurahan, yaitu
Kelurahan Tanjung Selamat, Simpang Selayang dan Kemenangan Tani.
Untuk kasus TB BTA (+) sendiri tersebar merata di Kecamatan Tuntungan.
Titik kasus suspek terlihat pada peta dengan symbol bulatan hijau. Titik kasus
BTA (+)terlihat dengan symbol bulat bulatan merah. Individual sehat sebagai
kontrol tercatat pada peta dengan symbol bulatan biru. Kasus suspek terdiri atas
31 kasus, TB BTA (+) sebanyak 5 kasus dan kontrol sejumlah 36 kasus.
Terlihat bahwa pasien suspek/TB BTA (+) paling banyak berada pada
kelurahan yang jaraknya dekat dengan puskesmas tuntungan yang mungkin
mengindikasikan bahwa ada pasien TB/suspek yang belum terdata oleh
puskesmas karena masalah jarak.
88
Rumah pada pasien suspek/TB BTA (+) rata-rata dibangun dengan semen
dan batu-bata atau dengan papan. Rata- rata rumah pada pasien suspek/TB BTA
( memiliki ventilasi rumah yang kurang dari 10% luas lantai. Namun, rumah
yang dibangun secara sederhana ( dari dindingpapan/lantai semen) seringkali
memiliki jendela yang lebar dan suka menjaga pintu agar terus terbuka sehingga
mungkin hal ini memiliki peran andal menurunkan kecenderungan kejadian TB
pada penghuni rumah tersebut.
Suhu di kelurahan tuntungan biasanya berkisar antara 23 0C-340C dan
jarang didapati suhu rumah yang optimal untuk perkembangbiakan bakteri
mycobacterium tuberculosis. Kelembapan di kelurahan tuntungan tercata sebesar
kurang lebih 92% dan di rumah-rumah terukur kelembapan rata-rata diatas 40%.
Kepadatan ruangan tidur tercatat rata-rata melebihi kriteria standar, yaitu
dibawah 4 m2/orang. Rata-rata rumah terlihat hanya memiliki 1 kamar tidur yang
membuat kritreria standart sulit untuk dicapai. Namun, pada rumah dengan pasien
TB BTA (+), biasanya tidur terpisah dengan keluarga.
89
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian ini dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin pada responden TB dan
suspek TB terbanyak dijumpai pada jenis kelamin laki-laki 20 orang
(55,5%)
2. Distribusi frekuensi berdasarkan umur pasien TB terbanyak pada
kelompok usia dewasa sebanyak 15 orang (41,6%).
3. Distribusi Frekuensi Riwayat TB dalam Keluarga Responden Suspek
TB+TB dan Kontrol yang memiliki terbanyak 15 responden Suspek
TB+TB (41,6%) dan yang tidak memiliki terbanyak 33 responden kontrol
(91,6%).
4. Distribusi Frekuensi Riwayat TB dalam Keluarga Responden Suspek TB
dan Kontrol yang memiliki terbanyak 14 responden Suspek TB+TB
(45,1%) dan yang tidak memiliki terbanyak 28 responden kontrol (90,3%).
5. Distribusi Frekuensi Ventilasi Rumah Responden Suspek TB+TB dan
Kontrol yang kurang terbanyak 19 responden Suspek TB+TB (52,7%) dan
yang cukup terbanyak 33 responden kontrol (91,6%).
6. Distribusi Frekuensi Ventilasi Rumah Responden Suspek TB dan Kontrol
yang kurang terbanyak 1 responden Suspek TB (48,3%) dan yang cukup
terbanyak 29 responden kontrol (93,5%).
7. Distribusi Frekuensi Suhu Rumah Responden Suspek TB+TB dan Kontrol
yang kurang sama banyak responden Suspek TB+TB dan kontrol yaitu 4
responden (11,1%) dan yang baik sama banyak responden Suspek TB+TB
dan kontrol yaitu 32 responden (88,8%).
90
responden (47,2%) dan yang dari semen dan batubata terbanyak responden
kontrol yaitu 33 responden (91,6%).
24. Distribusi Frekuensi Dinding Rumah Responden Suspek TB dan Kontrol
yang dari papan terbanyak responden Suspek TB yaitu 14 responden
(45,1%) dan yang dari semen dan batubata terbanyak responden kontrol
yaitu 28 responden (90,3%).
25. Distribusi Frekuensi Kepadatan Rumah Responden Suspek TB+TB dan
Kontrol yang padat terbanyak responden Suspek TB+TB yaitu 25
responden (69,4%) dan yang tidak padat terbanyak responden kontrol
yaitu 27 responden (75%).
26. Distribusi Frekuensi Kepadatan Rumah Responden Suspek TB dan
Kontrol yang padat terbanyak responden Suspek TB yaitu 24 responden
(77,4%) dan yang tidak padat terbanyak responden kontrol yaitu 23
responden (74,1%).
27. Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden Suspek TB+TB dan Kontrol
yang kurang terbanyak responden Suspek TB+TB yaitu 5 responden
(13,8%) dan yang baik-lebih terbanyak responden kontrol yaitu 35
responden (97,2%).
28. Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden Suspek TB dan Kontrol yang
kurang terbanyak responden Suspek TB yaitu 4 responden (12,9%) dan
yang baik-lebih terbanyak responden kontrol yaitu 30 responden (96,7%).
29. Distribusi Frekuensi Bekerja Responden Suspek TB+TB dan Kontrol yang
bekerja terbanyak responden Suspek TB+TB yaitu 21 responden (58,3%)
dan yang tidak bekerja terbanyak responden kontrol yaitu 16 responden
(44,4%).
30. Distribusi Frekuensi Bekerja Responden Suspek TB dan Kontrol yang
bekerja terbanyak responden Suspek TB yaitu 25 responden (80,6%) dan
yang tidak bekerja terbanyak responden kontrol yaitu 17 responden
(54,8%).
31. Distribusi Frekuensi Pendapatan Responden Suspek TB+TB dan Kontrol
yang kurang terbanyak responden Suspek TB+TB yaitu 22 responden
93
39. Pada responden TB, suspek TB dan kontrolnya terdapat hubungan yang
tidak signifikan dimana responden yang memakai kortikosteroid memiliki
kecenderungan yang sama besar untuk menderita TB dibandingkan dengan
responden yang tidak memakai kortikosteroid.
40. Pada responden TB, suspek TB dan kontrolnya terdapat hubungan yang
tidak signifikan dimana responden yang memakai kortikosteroid memiliki
kecenderungan yang sama besar untuk menderita TB dibandingkan dengan
responden yang tidak memakai kortikosteroid.
41. Pada responden TB, suspek TB dan kontrolnya terdapat hubungan yang
signifikan dimana responden yang imunisasi BCG memiliki
kecenderungan 0,206 lebih besar/4,85 kali lebih kecil untuk menderita TB
dibandingkan dengan responden yang tidak imunisasi BCG.
42. Pada responden suspek TB dan kontrolnya terdapat hubungan yang
signifikan dimana responden yang imunisasi BCG memiliki
kecenderungan 0,198 lebih besar/5,05 kali lebih kecil untuk menderita TB
dibandingkan dengan responden yang tidak imunisasi BCG.
43. Pada responden TB, suspek TB dan kontrolnya terdapat hubungan yang
signifikan dimana responden yang kelembaban rumahnya <40% memiliki
kecenderungan 7 kali lebih besar untuk menderita TB dibandingkan
dengan responden yang kelembaban rumahnya >40%.
44. Pada responden suspek TB dan kontrolnya terdapat hubungan yang
signifikan dimana responden yang kelembaban rumahnya <40% memiliki
kecenderungan 5 kali lebih besar untuk menderita TB dibandingkan
dengan responden yang kelembaban rumahnya >40%.
45. Pada responden TB, suspek TB dan kontrolnya terdapat hubungan yang
tidak signifikan dimana responden yang lantai rumahnya tidak memenuhi
syarat memiliki kecenderungan 0,249 kali lebih besar/4,01 kali lebih kecil
untuk menderita TB dibandingkan dengan responden yang lantai rumahnya
memenuhi syarat.
95
46. Pada responden suspek TB dan kontrolnya terdapat hubungan yang tidak
signifikan dimana responden yang lantai rumahnya tidak memenuhi syarat
memiliki kecenderungan 0,344 kali lebih besar/2,90 kali lebih kecil untuk
menderita TB dibandingkan dengan responden yang lantai rumahnya
memenuhi syarat.
47. Pada responden TB, suspek TB dan kontrolnya terdapat hubungan yang
signifikan dimana responden yang dinding rumahnya tidak memenuhi
syarat memiliki kecenderungan 0,1 kali lebih besar/10 kali lebih kecil
untuk menderita TB dibandingkan dengan responden yang dinding
rumahnya memenuhi syarat.
48. Pada responden TB, suspek TB dan kontrolnya terdapat hubungan yang
signifikan dimana responden yang rumahnya padat memiliki
kecenderungan 6,818 kali untuk menderita TB dibandingkan dengan
responden yang rumahnya tidak padat.
49. Pada responden TB, suspek TB dan kontrolnya terdapat hubungan yang
tidak signifikan dimana responden yang gizinya kurang memiliki
kecenderungan 4.444 kali lebih besar untuk menderita TB dibandingkan
dengan responden yang gizinya baik-lebih.
50. Pada responden suspek TB dan kontrolnya terdapat hubungan yang tidak
signifikan dimana responden yang gizinya kurang memiliki
kecenderungan 5.645 kali lebih besar untuk menderita TB dibandingkan
dengan responden yang gizinya baik-lebih.
51. Pada responden TB, suspek TB dan kontrolnya terdapat hubungan yang
tidak signifikan dimana responden yang bekerja memiliki kecenderungan
0,492 kali lebih besar/2,03 kali lebih kecil untuk menderita TB
dibandingkan dengan responden yang tidak bekerja.
52. Pada responden suspek TB dan kontrolnya terdapat hubungan yang tidak
signifikan dimana responden yang bekerja memiliki kecenderungan 0,446
kali lebih besar/2,24 kali lebih kecil untuk menderita TB dibandingkan
dengan responden yang tidak bekerja.
96
53. Pada responden TB, suspek TB dan kontrolnya terdapat hubungan yang
signifikan dimana responden yang pendapatannya kurang memiliki
kecenderungan 2.469 kali lebih besar untuk menderita TB dibandingkan
dengan responden yang pendapatannya melebihi UMK Medan.
54. Pada responden suspek TB dan kontrolnya terdapat hubungan yang
signifikan dimana responden yang pendapatannya kurang memiliki
kecenderungan 3,325 kali lebih besar untuk menderita TB dibandingkan
dengan responden yang pendapatannya melebihi UMK Medan.
55. Pada analisis multivariate, kepadatan rumah merupakan variabel yang
paling signifikan dengan nilai p value 0,016 (<0,05). Sehingga, pada
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dengan tingkat keyakinan 95%,
kepadatan rumah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kejadian
TB.
56. Gambar peta menjelaskan bahwa kasus suspek TB dan TB paru BTA (+) di
Kecamatan Medan Tuntungan periode januari 2017 hingga maret 2018
yang tercatat di Puskesmas Tuntungan paling banyak terlihat di 3
kelurahan, yaitu Kelurahan Tanjung Selamat, Simpang Selayang dan
Kemenangan Tani.
1.2. Saran
1. Bila dilihat dari hasil penelitian ini, kita masih mendapatkan jumlah
penderita TB yang cukup banyak sehingga sangat disarankan kepada
masyarakat untuk mencegah faktor-faktor risiko TB seperti dengan
mencegah kontak dengan penderita TB, memiliki ventilasi yang cukup,
mengontrol kadar gula darah pada pasien DM dan melakukan pencegahan
agar terhindar dari HIV, menghindari kebiasaan merokok, mengontrol
penggunaan obat kortikosteroid, melengkapi imunisasi BCG, memperbaiki
kondisi fisik rumah menjadi kondisi yang baik (secara pencahayaan,
kelembaban dan jenis lantai rumah, mengatur kepadatan rumah, menjaga
keseimbangan gizi, memakai alat pelindung diri pada para pekerja yang
berisiko terinfeksi TB biasanya pekerja kasar, dan memanfaatkan
97
pendapatan agar bisa memenuhi kebutuhan gizi dan terhindar dari risiko-
risiko penyakit TB.
2. Peneliti berharap agar puskesmas tempat melakukan penelitian ini
(Puskesmas Tuntungan) dan puskesmas-puskesmas lainnya di Indonesia
sebagai fasilitas kesehatan pertama termasuk dalam hal pencatatan dan
pelaporan dapat melengkapi data pasien termasuk data pribadi pasien-
pasien TB sehingga dapat mempermudah proses pengumpulan data
langsung kepada responden.
3. Peneliti berharap agar peneliti selanjutnya dapat memperluas wilayah
penelitian sehingga bisa mendapatkan jumlah responden yang lebih
banyak untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
98
DAFTAR PUSTAKA
19. Batti HTS, Ratag BT, Umboh JML. Analisis Hubungan Antara Kondisi
Ventilasi, Kepadatan Hunian, Kelembapan Udara, Suhu dan Pencahayaan
Alami Rumah dengan Kejadian Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja
Puskesmas Wara Utara Kota Palopo. Manado; 2013.
20. Widiyarsih F, Rochmawati, Saleh I.Faktor Resiko Kejadian Tuberkulosis
Paru di Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) Puskesmas Perum 2 Pontianak.
Pontianak; 2013.
21. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Estimasi dan
ProyeksiHIV/AIDS di IndonesiaTahun 2011-2016. Maret 2014. Tersedia
di:
http://siha.depkes.go.id/portal/files_upload/Estimasi_dan_Proyeksi_HIV_
AIDS_di_Indonesia.pdf
22. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Situasi dan Analisis diabetes.
November 2014. Tersedia di: http://www.depkes.go.id/pdf.php?id=
15021800007
23. Yew WW, Leung CC, Zhang Y. Oxidative stress and TB outcomes in
patients with diabetes mellitus?J Antimicrob Chemother. 2017;72: h. 1552-
5
24. Chachra V, Arora VK.Study on prevalance of diabetes mellitus in patients
with T.B. under DOTS strategy.Indian J Tuberc. 2014;61: h.65-71.
25. Ahmed A, Rakshit S, Vyakarnam A.HIV-TB co-infection: mechanisms that
drive reactivation of Mycobacterium tuberculosis in HIV infection.Oral
Dis. 2016: h. 53-60.
26. Widyanita KS, Wongkar MCP, Yuanita AL. Angka Kejadian Merokok Pada
Pasien Tb Paru Yang Berobat Di Poliklinik Dots Pada Bulan November
2014. Jurnal e-Clinic (eCl). 2015: 3(1); 408-11.
27. Dwi Sarwani SR, Nurlaela S. Merokok Dan Tuberkulosis Paru(Studi
Kasus di RS Margono Soekarjo Purwokerto). Prosiding Seminar Nasional
KesehatanJurusan Kesehatan Masyarakat FKIK UNSOEDPurwokerto.
2012: h. 1-14.
28. Zulda CD, Machmud R, Medison I. Perbandingan Profil Penderita
Tuberkulosis Paru antara Perokok dan Non Perokok di Poliklinik Paru
RSUP. Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 2017; 6(1): h.
123-7.
29. Ernawati K, Duarsa ASB, Wulansari R,Zamzami L. Hubungan Merokok
Dengan Kejadian TuberkulosisParu di Provinsi Sulawesi Utara
Berdasarkan DataRiskesdas Tahun 2010. Jurnal Kedokteran Yarsi. 2017;
25 (1): h. 33-40
30. Wahyuni M,Amir Z,Yunita R,Rahardjo W, Abidin A. Pengaruh Merokok
Terhadap Konversi Sputum pada PenderitaTuberkulosis Paru Kategori I. J
Respir Indo. 2016; 36 (2): h. 106-12
31. Jick SS, Lieberman ES, Rahman MU, Choi HK. Glucocorticoid use, other
associated factors, and the risk of tuberculosis. Arthritis Care & Research.
2006 Feb 15;55(1):19-26.
32. Tam LS, Li EK, Wong SM, Szeto CC. Risk factors and clinical features for
tuberculosis among patients with systemic lupus erythematosus in
100
47. Lienhardt. C., Fielding, K. Sillah JS, et. al. Investigation of the risk factors
for tuberculosis: a case-control study in three countries in West Africa.
48. Putra NR. 2011. Hubungan Perilaku Dan Kondisi Sanitasi Rumah Dengan
Kejadian Tb Paru di Kota Solok Tahun 2011.[Skripsi Ilmiah]. Andalas:
Universitas Andalas.
49. Keman S. 2005. Kesehatan Perumahan dan Lingkungan Pemukiman.
Journal Kesehatan Lingkungan. Vol. 2, No. 1, Juli 2005.
50. Notoatmojo S. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta:
Rineka Cipta. 2003.
51. Atmosukarto, Soewasti S. Pengaruh Lingkungan Pemukiman dalam
Penyebaran Tuberkulosis. Vol. 9(4). Jakarta: Media Litbang Kesehata
Depkes RI. 2000.
52. Widiyanti R. Kepadatan Hunian Rumah Penderita Tuberkulosis Paru di
Wilayah Puskesmas Kendit Kabupaten Situbondo
53. Kepmenkes RI, Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999, Tentang Persyaratan
Kesehatan Perumahan
54. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional
Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. 2013.
55. Berihun Dargie, Gezahegn Tesfaye, Amare Worku. Prevalence and
Associated Factorsof Undernutrition among Adult Tuberculosis Patients in
Some Selected Public Health Facilities of Addis Ababa, Ethiopia: A Cross-
Sectional Study. BioMed Central Nutrition. 2016; 2(7).
56. Elvina Karyadi, Werner Schultink, Ronald H. H. Nelwan, Rainer Gross,
Zulkifli Amin, Will M. V. Dolmans, dkk. Poor Micronutrient Status of
Active Pulmonary Tuberculosis Patients in Indonesia. The Journal of
Nutrition. 2000; 130: 2953-2958.
57. Meena Mehta. Impact of Nutrition Education on Pulmonary Tuberculosis
Patients. Global Journal for Research Analysis. 2016; 5(6):317-320.
58. Kausik Chatterjee, Sabyasachi Ray, Baladev Das, Dipak Kumar
Bhuniya, Siddharta Sankar Dash. Study of the Nutritional Status of High
School from Medinipur Sadar Subdivision, Paschim Medinipur District,
West Bengal, India. The International Journal of Science and
Technoledge. 2015; 137-140.
59. D. Pedrazzoli, R. M. Houben, N. Grede, S. de Pee, D. Boccia. Food
Assistance to Tuberculosis Patients: Lessons from Afghanistan.
International Union Against Tuberculosis and Lung Disease. 2016; 6(2):
147-153.
60. Yung-Feng Yen, Pei-Hung Chuang, Muh- Yong Yen, Shu-Yi Lin, Pei-
Chuang, Mei-Jen Yuan, dkk. Association of Body Mass Index with
Tuberculosis Mortality. Medicine – Wolters Kluwer Health. 2016;95(1).
61. Sari R, Ali Mi, Nahriani P. Hubungan Tingkat Sosial Ekonomi Dengan
Angka Kejadian Tb Paru BTA Positif Di Wilayah Kerja Puskesmas
Peterongan Jombang Tahun 2012. Stikes Kabupaten Jombang. Dinas
Kesehatan Jombang. 2012.
62. Mardjo TM, Ratag BT, Asrifuddin A. Hubungan Antara Tingkat
Pendidikan, Pendapatan Dan Riwayat Kontak Serumah Dengan Kejadian
102
LAMPIRAN 1
KUESIONER PENELITIAN
KUISIONER
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Alamat :
1. Apakah anda pernah tinggal serumah dengan penderita TB paru BTA (+)
sebelum sakit?
a. Ya b. Tidak
a. Ya b. Tidak
Berapa lama sudah tinggal serumah dengan penderita TB paru BTA (+)?
2. Kuisioner Ventilasi
1. Ventilasi rumah
☐ >10% Luas lantai ☐ <10% Luas lantai
2. Sinar matahari
____________________________________________________________
106
3. Suhu rumah
4. Kuisioner Merokok
1. Apakah anda merokok?
a. Ya b. Tidak
2. Jika jawaban nomor 1 ya, berapa batang per hari?
________________________________________________________________________
a. Ya b. Tidak
3. Bila ada, apakah penyakit tersebut diobati?
a. Ya b. Tidak
4. Bila diobati, apakah sampai sekarang masih mengkonsumsi obatnya?
a. Ya b. Tidak
1. Kelembaban rumah
1. Berapa orang yang tidur dalam 1 kamar tidur anda (tidak termasuk balita)?
2 2 2 2 2
☐2-4m ☐5-8m ☐ 9 – 12 m ☐ 13 – 16 m ☐ lebih_______ m
________________________________________________________
a. Ya b. Tidak
a. Ya b. Tidak
__________________________________________________________________
10. Pekerjaan
a. Ya b. Tidak
109
4. Adakah orang disekitar tempat anda bekerja mengalami hal yang sama
dengan anda?
a. Ya b. Tidak
LAMPIRAN 2
HASIL SPSS TB, Suspek TB, dan Kontrol
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig.
(2-sided) sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 10.667 1 .001
b
Continuity Correction 8.963 1 .003
Likelihood Ratio 11.422 1 .001
Fisher's Exact Test .002 .001
Linear-by-Linear Association 10.519 1 .001
N of Valid Cases 72
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for riwayat TB
7.857 2.027 30.459
dalam kelarga (ada / tidak)
For cohort jenis responden =
2.143 1.446 3.175
TB
For cohort jenis responden =
.273 .095 .783
control
N of Valid Cases 72
111
Crosstab
jenis responden Total
TB kontrol
Count 19 3 22
kurang
% within jenis responden 52.8% 8.3% 30.6%
ventlasi
Count 17 33 50
cukup
% within jenis responden 47.2% 91.7% 69.4%
Count 36 36 72
Total
% within jenis responden 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig.
sided) sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 16.756 1 .000
b
Continuity Correction 14.727 1 .000
Likelihood Ratio 18.184 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 16.524 1 .000
N of Valid Cases 72
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for ventlasi (kurang
12.294 3.184 47.468
/ cukup)
For cohort jenis responden =
2.540 1.668 3.867
TB
For cohort jenis responden =
.207 .071 .603
control
N of Valid Cases 72
112
Crosstab
jenis responden Total
TB kontrol
Count 4 4 8
Buruk
% within jenis responden 11.1% 11.1% 11.1%
suhu rumah
Count 32 32 64
baik
% within jenis responden 88.9% 88.9% 88.9%
Count 36 36 72
Total
% within jenis responden 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig.
sided) sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square .000 1 1.000
b
Continuity Correction .000 1 1.000
Likelihood Ratio .000 1 1.000
Fisher's Exact Test 1.000 .645
Linear-by-Linear Association .000 1 1.000
N of Valid Cases 72
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for suhu rumah
1.000 .230 4.349
(Buruk / baik)
For cohort jenis responden =
1.000 .480 2.085
TB
For cohort jenis responden =
1.000 .480 2.085
control
N of Valid Cases 72
113
Crosstab
jenis responden Total
TB Kontrol
Count 12 6 18
ya
% within jenis responden 33.3% 16.7% 25.0%
DM dan HIV
Count 24 30 54
tidak
% within jenis responden 66.7% 83.3% 75.0%
Count 36 36 72
Total
% within jenis responden 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig.
sided) sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 2.667 1 .102
b
Continuity Correction 1.852 1 .174
Likelihood Ratio 2.707 1 .100
Fisher's Exact Test .173 .086
Linear-by-Linear Association 2.630 1 .105
N of Valid Cases 72
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for DM dan HIV (ya
2.500 .818 7.642
/ tidak)
For cohort jenis responden =
1.500 .964 2.334
TB
For cohort jenis responden =
.600 .299 1.203
control
N of Valid Cases 72
114
Count 13 10 23
IB ringan
% within jenis responden 36.1% 27.8% 31.9%
merokok
Count 7 3 10
IB sedang
% within jenis responden 19.4% 8.3% 13.9%
Count 1 0 1
IB berat
% within jenis responden 2.8% 0.0% 1.4%
Count 36 36 72
Total
% within jenis responden 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
a
Pearson Chi-Square 4.676 3 .197
Likelihood Ratio 5.121 3 .163
Linear-by-Linear Association 4.536 1 .033
N of Valid Cases 72
a. 2 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is .50.
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for merokok (tidak
a
merokok / IB ringan)
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig.
sided) sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square .000 1 1.000
b
Continuity Correction .000 1 1.000
Likelihood Ratio .000 1 1.000
Fisher's Exact Test 1.000 .754
Linear-by-Linear Association .000 1 1.000
N of Valid Cases 72
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for penggunan
1.000 .060 16.629
kortikosteroid (ya / tidak)
For cohort jenis responden =
1.000 .245 4.078
TB
For cohort jenis responden =
1.000 .245 4.078
control
N of Valid Cases 72
116
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig.
sided) sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 4.181 1 .041
b
Continuity Correction 2.903 1 .088
Likelihood Ratio 4.436 1 .035
Fisher's Exact Test .085 .042
Linear-by-Linear Association 4.123 1 .042
N of Valid Cases 72
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for riwayat
imunisasi BCG (dijumpai / tidak .206 .040 1.049
dijumpai)
For cohort jenis responden =
.565 .373 .854
TB
For cohort jenis responden =
2.742 .778 9.667
control
N of Valid Cases 72
117
Crosstab
jenis responden Total
TB kontrol
Count 30 15 45
<40%
% within jenis responden 83.3% 41.7% 62.5%
kelembaban
Count 6 21 27
>40%
% within jenis responden 16.7% 58.3% 37.5%
Count 36 36 72
Total
% within jenis responden 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig.
sided) sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 13.333 1 .000
b
Continuity Correction 11.615 1 .001
Likelihood Ratio 13.923 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .000
Linear-by-Linear Association 13.148 1 .000
N of Valid Cases 72
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.50.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for kelembaban
7.000 2.333 21.004
(<40% / >40%)
For cohort jenis responden =
3.000 1.438 6.258
TB
For cohort jenis responden =
.429 .271 .679
control
N of Valid Cases 72
118
Crosstab
jenis responden Total
TB kontrol
Count 13 25 38
Keramik
% within jenis responden 36.1% 69.4% 52.8%
jenislantai
Count 23 11 34
semen dan tanah
% within jenis responden 63.9% 30.6% 47.2%
Count 36 36 72
Total
% within jenis responden 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig.
sided) sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 8.025 1 .005
b
Continuity Correction 6.743 1 .009
Likelihood Ratio 8.183 1 .004
Fisher's Exact Test .009 .004
Linear-by-Linear Association 7.913 1 .005
N of Valid Cases 72
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for jenislantai
.249 .093 .664
(keramik / semen dan tanah)
For cohort jenis responden =
.506 .307 .832
TB
For cohort jenis responden =
2.033 1.188 3.480
control
N of Valid Cases 72
119
Crosstab
jenis responden Total
TB kontrol
Count 19 33 52
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig.
sided) sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 13.569 1 .000
b
Continuity Correction 11.700 1 .001
Likelihood Ratio 14.634 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 13.381 1 .000
N of Valid Cases 72
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for dinding rumah
.102 .026 .392
(semen dan batubata / papan)
For cohort jenis responden =
.430 .287 .643
TB
For cohort jenis responden =
4.231 1.461 12.254
control
N of Valid Cases 72
120
Crosstab
jenis responden Total
TB kontrol
Count 25 9 34
Padat
% within jenis responden 69.4% 25.0% 47.2%
kepadatan rumah
Count 11 27 38
tidak padat
% within jenis responden 30.6% 75.0% 52.8%
Count 36 36 72
Total
% within jenis responden 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig.
sided) sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 14.266 1 .000
b
Continuity Correction 12.539 1 .000
Likelihood Ratio 14.787 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 14.068 1 .000
N of Valid Cases 72
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for kepadatan
6.818 2.421 19.201
rumah (padat / tidak padat)
For cohort jenis responden =
2.540 1.484 4.348
TB
For cohort jenis responden =
.373 .205 .676
control
N of Valid Cases 72
121
Crosstab
jenis responden Total
TB kontrol
Count 5 0 5
gizi kurang
% within jenis responden 13.9% 0.0% 6.9%
Count 22 20 42
status gizi gizi baik
% within jenis responden 61.1% 55.6% 58.3%
Count 9 16 25
gizi lebih
% within jenis responden 25.0% 44.4% 34.7%
Count 36 36 72
Total
% within jenis responden 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
a
Pearson Chi-Square 7.055 2 .029
Likelihood Ratio 9.013 2 .011
Linear-by-Linear Association 5.809 1 .016
N of Valid Cases 72
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 2.50.
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for status gizi (gizi
a
kurang / gizi baik)
Crosstab
jenis responden Total
TB kontrol
Count 19 25 44
ya
% within jenis responden 52.8% 69.4% 61.1%
bekerja
Count 17 11 28
tidak
% within jenis responden 47.2% 30.6% 38.9%
Count 36 36 72
Total
% within jenis responden 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact
sided) sided) Sig. (1-
sided)
a
Pearson Chi-Square 2.104 1 .147
b
Continuity Correction 1.461 1 .227
Likelihood Ratio 2.116 1 .146
Fisher's Exact Test .227 .113
Linear-by-Linear Association 2.075 1 .150
N of Valid Cases 72
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for bekerja (ya /
.492 .187 1.291
tidak)
For cohort jenis responden =
.711 .453 1.117
TB
For cohort jenis responden =
1.446 .853 2.451
control
N of Valid Cases 72
123
Crosstab
jenis responden Total
TB kontrol
Count 3 12 15
Pns
% within jenis responden 15.8% 46.2% 33.3%
Count 10 9 19
jenis pekerjaan Pedagang
% within jenis responden 52.6% 34.6% 42.2%
Count 6 5 11
Buruh
% within jenis responden 31.6% 19.2% 24.4%
Count 19 26 45
Total
% within jenis responden 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
a
Pearson Chi-Square 4.565 2 .102
Likelihood Ratio 4.833 2 .089
Linear-by-Linear Association 3.436 1 .064
N of Valid Cases 45
a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 4.64.
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for jenis pekerjaan
a
(pns / pedagang)
Crosstab
jenis responden Total
TB kontrol
Count 11 23 34
Cukup
% within jenis responden 57.9% 88.5% 75.6%
paparan matahari
Count 8 3 11
Kurang
% within jenis responden 42.1% 11.5% 24.4%
Count 19 26 45
Total
% within jenis responden 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig.
sided) sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 5.554 1 .018
b
Continuity Correction 4.022 1 .045
Likelihood Ratio 5.593 1 .018
Fisher's Exact Test .033 .023
Linear-by-Linear Association 5.430 1 .020
N of Valid Cases 45
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.64.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for paparan
.179 .040 .811
matahari (cukup / kurang)
For cohort jenis responden =
.445 .243 .815
TB
For cohort jenis responden =
2.480 .919 6.693
control
N of Valid Cases 45
125
Crosstab
jenis responden Total
TB kontrol
Count 1 2 3
ya
% within jenis responden 5.3% 7.7% 6.7%
Kontak
Count 18 24 42
tidak
% within jenis responden 94.7% 92.3% 93.3%
Count 19 26 45
Total
% within jenis responden 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig.
sided) sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square .104 1 .747
b
Continuity Correction .000 1 1.000
Likelihood Ratio .107 1 .744
Fisher's Exact Test 1.000 .618
Linear-by-Linear Association .102 1 .750
N of Valid Cases 45
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.27.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for kontak (ya /
.667 .056 7.937
tidak)
For cohort jenis responden =
.778 .151 4.001
TB
For cohort jenis responden =
1.167 .503 2.708
control
N of Valid Cases 45
126
Crosstab
jenis responden Total
TB kontrol
Count 22 14 36
kurang
% within jenis responden 61.1% 38.9% 50.0%
pendapatan
Count 14 22 36
lebih
% within jenis responden 38.9% 61.1% 50.0%
Count 36 36 72
Total
% within jenis responden 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 3.556 1 .059
b
Continuity Correction 2.722 1 .099
Likelihood Ratio 3.585 1 .058
Fisher's Exact Test .098 .049
Linear-by-Linear Association 3.506 1 .061
N of Valid Cases 72
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for pendapatan
2.469 .957 6.370
(kurang / lebih)
For cohort jenis responden =
1.571 .967 2.553
TB
For cohort jenis responden =
.636 .392 1.034
control
N of Valid Cases 72
127
suspek TB kontrol
Count 14 3 17
ada
% within jenis responden 45.2% 9.7% 27.4%
riwayat TB dalam kelarga
Count 17 28 45
tidak
% within jenis responden 54.8% 90.3% 72.6%
Count 31 31 62
Total
% within jenis responden 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig.
sided) sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 9.807 1 .002
b
Continuity Correction 8.105 1 .004
Likelihood Ratio 10.439 1 .001
Fisher's Exact Test .004 .002
Linear-by-Linear Association 9.648 1 .002
N of Valid Cases 62
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.50.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for riwayat TB
7.686 1.924 30.703
dalam kelarga (ada / tidak)
For cohort jenis responden =
2.180 1.411 3.367
suspek TB
For cohort jenis responden =
.284 .099 .812
control
N of Valid Cases 62
128
suspek TB kontrol
Count 15 2 17
kurang
% within jenis responden 48.4% 6.5% 27.4%
ventlasi
Count 16 29 45
cukup
% within jenis responden 51.6% 93.5% 72.6%
Count 31 31 62
Total
% within jenis responden 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact
sided) sided) Sig. (1-
sided)
a
Pearson Chi-Square 13.697 1 .000
b
Continuity Correction 11.671 1 .001
Likelihood Ratio 15.061 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 13.476 1 .000
N of Valid Cases 62
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.50.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for ventlasi (kurang
13.594 2.754 67.107
/ cukup)
For cohort jenis responden =
2.482 1.614 3.815
suspek TB
For cohort jenis responden =
.183 .049 .683
kontrol
N of Valid Cases 62
129
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. Exact
sided) (2-sided) Sig. (1-
sided)
a
Pearson Chi-Square .161 1 .688
b
Continuity Correction .000 1 1.000
Likelihood Ratio .162 1 .688
Fisher's Exact Test 1.000 .500
Linear-by-Linear Association .158 1 .691
N of Valid Cases 62
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.50.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for suhu rumah
1.383 .283 6.764
(Buruk / baik)
For cohort jenis responden =
1.164 .581 2.334
suspek TB
For cohort jenis responden =
.842 .344 2.058
control
N of Valid Cases 62
130
Crosstab
jenis responden Total
suspek TB kontrol
Count 10 5 15
ya
% within jenis responden 32.3% 16.1% 24.2%
DM dan HIV
Count 21 26 47
tidak
% within jenis responden 67.7% 83.9% 75.8%
Count 31 31 62
Total
% within jenis responden 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig.
sided) sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 2.199 1 .138
b
Continuity Correction 1.407 1 .236
Likelihood Ratio 2.232 1 .135
Fisher's Exact Test .235 .118
Linear-by-Linear Association 2.163 1 .141
N of Valid Cases 62
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.50.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for DM dan HIV (ya
2.476 .733 8.369
/ tidak)
For cohort jenis responden =
1.492 .924 2.408
suspek TB
For cohort jenis responden =
.603 .282 1.289
kontrol
N of Valid Cases 62
131
Crosstab
jenis responden Total
suspek TB kontrol
Count 13 18 31
tidak merokok
% within jenis responden 41.9% 58.1% 50.0%
Count 12 10 22
IB ringan
% within jenis responden 38.7% 32.3% 35.5%
merokok
Count 5 3 8
IB sedang
% within jenis responden 16.1% 9.7% 12.9%
Count 1 0 1
IB berat
% within jenis responden 3.2% 0.0% 1.6%
Count 31 31 62
Total
% within jenis responden 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
a
Pearson Chi-Square 2.488 3 .477
Likelihood Ratio 2.884 3 .410
Linear-by-Linear Association 2.221 1 .136
N of Valid Cases 62
a. 4 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is .50.
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for merokok (tidak
a
merokok / IB ringan)
Crosstab
jenis responden Total
suspek TB kontrol
Count 1 1 2
Ya
% within jenis responden 3.2% 3.2% 3.2%
penggunan kortikosteroid
Count 30 30 60
tidak
% within jenis responden 96.8% 96.8% 96.8%
Count 31 31 62
Total
% within jenis responden 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig.
sided) sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square .000 1 1.000
b
Continuity Correction .000 1 1.000
Likelihood Ratio .000 1 1.000
Fisher's Exact Test 1.000 .754
Linear-by-Linear Association .000 1 1.000
N of Valid Cases 62
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for penggunan
1.000 .060 16.737
kortikosteroid (ya / tidak)
For cohort jenis responden =
1.000 .244 4.091
suspek TB
For cohort jenis responden =
1.000 .244 4.091
kontrol
N of Valid Cases 62
133
Crosstab
jenis responden Total
suspek TB kontrol
Count 23 29 52
Dijumpai
% within jenis responden 74.2% 93.5% 83.9%
riwayat imunisasi BCG
Count 8 2 10
tidak dijumpai
% within jenis responden 25.8% 6.5% 16.1%
Count 31 31 62
Total
% within jenis responden 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig.
sided) sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 4.292 1 .038
b
Continuity Correction 2.981 1 .084
Likelihood Ratio 4.549 1 .033
Fisher's Exact Test .081 .040
Linear-by-Linear Association 4.223 1 .040
N of Valid Cases 62
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for riwayat
imunisasi BCG (dijumpai / tidak .198 .038 1.026
dijumpai)
For cohort jenis responden =
.553 .358 .854
suspek TB
For cohort jenis responden =
2.788 .789 9.860
control
N of Valid Cases 62
134
Crosstab
jenis responden Total
suspek TB kontrol
Count 25 14 39
<40%
% within jenis responden 80.6% 45.2% 62.9%
kelembaban
Count 6 17 23
>40%
% within jenis responden 19.4% 54.8% 37.1%
Count 31 31 62
Total
% within jenis responden 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig.
sided) sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 8.363 1 .004
b
Continuity Correction 6.912 1 .009
Likelihood Ratio 8.627 1 .003
Fisher's Exact Test .008 .004
Linear-by-Linear Association 8.229 1 .004
N of Valid Cases 62
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.50.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for kelembaban
5.060 1.622 15.783
(<40% / >40%)
For cohort jenis responden =
2.457 1.188 5.083
suspek TB
For cohort jenis responden =
.486 .299 .789
kontrol
N of Valid Cases 62
135
Crosstab
jenis responden Total
suspek TB kontrol
Count 13 21 34
Keramik
% within jenis responden 41.9% 67.7% 54.8%
jenislantai
Count 18 10 28
semen dan tanah
% within jenis responden 58.1% 32.3% 45.2%
Count 31 31 62
Total
% within jenis responden 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig.
sided) sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 4.168 1 .041
b
Continuity Correction 3.191 1 .074
Likelihood Ratio 4.218 1 .040
Fisher's Exact Test .073 .037
Linear-by-Linear Association 4.101 1 .043
N of Valid Cases 62
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for jenislantai
.344 .122 .970
(keramik / semen dan tanah)
For cohort jenis responden =
.595 .358 .989
suspek TB
For cohort jenis responden =
1.729 .985 3.037
control
N of Valid Cases 62
136
Crosstab
jenis responden Total
suspek TB kontrol
Count 17 28 45
semen dan
% within jenis
batubata 54.8% 90.3% 72.6%
responden
dinding rumah
Count 14 3 17
Chi-Square Tests
Value Df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig.
sided) sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 9.807 1 .002
b
Continuity Correction 8.105 1 .004
Likelihood Ratio 10.439 1 .001
Fisher's Exact Test .004 .002
Linear-by-Linear Association 9.648 1 .002
N of Valid Cases 62
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.50.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for dinding rumah
.130 .033 .520
(semen dan batubata / papan)
For cohort jenis responden =
.459 .297 .709
suspek TB
For cohort jenis responden =
3.526 1.232 10.094
kontrol
N of Valid Cases 62
137
Crosstab
jenis responden Total
suspek TB kontrol
Count 24 8 32
padat
% within jenis responden 77.4% 25.8% 51.6%
kepadatan rumah
Count 7 23 30
tidak padat
% within jenis responden 22.6% 74.2% 48.4%
Count 31 31 62
Total
% within jenis responden 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 16.533 1 .000
b
Continuity Correction 14.531 1 .000
Likelihood Ratio 17.364 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 16.267 1 .000
N of Valid Cases 62
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for kepadatan
9.857 3.076 31.585
rumah (padat / tidak padat)
For cohort jenis responden =
3.214 1.630 6.337
suspek TB
For cohort jenis responden =
.326 .173 .613
control
N of Valid Cases 62
138
Crosstab
jenis responden Total
suspek TB kontrol
Count 4 0 4
gizi kurang
% within jenis responden 12.9% 0.0% 6.5%
Count 18 16 34
status gizi gizi baik
% within jenis responden 58.1% 51.6% 54.8%
Count 9 15 24
gizi lebih
% within jenis responden 29.0% 48.4% 38.7%
Count 31 31 62
Total
% within jenis responden 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df Asymp. Sig. (2-
sided)
a
Pearson Chi-Square 5.618 2 .060
Likelihood Ratio 7.179 2 .028
Linear-by-Linear Association 4.566 1 .033
N of Valid Cases 62
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 2.00.
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for status gizi (gizi
a
kurang / gizi baik)
Crosstab
jenis responden Total
suspek TB kontrol
Count 15 21 36
ya
% within jenis responden 48.4% 67.7% 58.1%
bekerja
Count 16 10 26
tidak
% within jenis responden 51.6% 32.3% 41.9%
Count 31 31 62
Total
% within jenis responden 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 2.385 1 .123
b
Continuity Correction 1.656 1 .198
Likelihood Ratio 2.402 1 .121
Fisher's Exact Test .198 .099
Linear-by-Linear Association 2.346 1 .126
N of Valid Cases 62
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for bekerja (ya /
.446 .159 1.252
tidak)
For cohort jenis responden =
.677 .414 1.107
suspek TB
For cohort jenis responden =
1.517 .867 2.653
control
N of Valid Cases 62
140
Crosstab
jenis responden Total
suspek TB kontrol
Count 3 11 14
Pns
% within jenis responden 20.0% 50.0% 37.8%
Count 6 7 13
jenis pekerjaan Pedagang
% within jenis responden 40.0% 31.8% 35.1%
Count 6 4 10
Buruh
% within jenis responden 40.0% 18.2% 27.0%
Count 15 22 37
Total
% within jenis responden 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df Asymp. Sig. (2-
sided)
a
Pearson Chi-Square 3.862 2 .145
Likelihood Ratio 4.007 2 .135
Linear-by-Linear Association 3.658 1 .056
N of Valid Cases 37
a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 4.05.
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for jenis pekerjaan
a
(pns / pedagang)
Crosstab
jenis responden Total
suspek TB kontrol
Count 8 19 27
cukup
% within jenis responden 53.3% 86.4% 73.0%
paparan matahari
Count 7 3 10
kurang
% within jenis responden 46.7% 13.6% 27.0%
Count 15 22 37
Total
% within jenis responden 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2-sided) Exact Sig.
sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 4.934 1 .026
b
Continuity Correction 3.401 1 .065
Likelihood Ratio 4.928 1 .026
Fisher's Exact Test .056 .033
Linear-by-Linear Association 4.800 1 .028
N of Valid Cases 37
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.05.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for paparan
.180 .037 .880
matahari (cukup / kurang)
For cohort jenis responden =
.423 .208 .860
suspek TB
For cohort jenis responden =
2.346 .882 6.237
control
N of Valid Cases 37
142
Crosstab
jenis responden Total
suspek TB kontrol
Count 1 2 3
ya
% within jenis responden 6.7% 9.1% 8.1%
kontak
Count 14 20 34
tidak
% within jenis responden 93.3% 90.9% 91.9%
Count 15 22 37
Total
% within jenis responden 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig.
sided) sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square .070 1 .791
b
Continuity Correction .000 1 1.000
Likelihood Ratio .072 1 .789
Fisher's Exact Test 1.000 .644
Linear-by-Linear Association .068 1 .794
N of Valid Cases 37
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.22.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for kontak (ya /
.714 .059 8.665
tidak)
For cohort jenis responden =
.810 .155 4.215
suspek TB
For cohort jenis responden =
1.133 .485 2.647
control
N of Valid Cases 37
143
Crosstab
jenis responden Total
suspek TB kontrol
Count 21 12 33
kurang
% within jenis responden 67.7% 38.7% 53.2%
Pendapatan
Count 10 19 29
lebih
% within jenis responden 32.3% 61.3% 46.8%
Count 31 31 62
Total
% within jenis responden 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 5.248 1 .022
b
Continuity Correction 4.146 1 .042
Likelihood Ratio 5.326 1 .021
Fisher's Exact Test .041 .020
Linear-by-Linear Association 5.163 1 .023
N of Valid Cases 62
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.50.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for pendapatan
3.325 1.171 9.442
(kurang / lebih)
For cohort jenis responden =
1.845 1.050 3.244
suspek TB
For cohort jenis responden =
.555 .329 .936
control
N of Valid Cases 62
144
ANALISIS MULTIVARIAT
Lower Upper
riwTBreglog 1.574 .880 3.200 1 .074 4.824 .860 27.058
LAMPIRAN 3
KOORDINAT SAMPEL
Kasus Positif TB
Nama Koordinat (x,y)
Andre 3.494541,98.619602
Yati 3.494541,98.619602
Imran 3.542292,98.600810
Elizabeth Sianturi 3.5096533,98.6151444
Helder Pasaribu 3.5252079,98.6017102
Kasus suspek TB
Junita 3.525242,98.613290
Sinema Zebisa 3.521495,98.618808
Marolop 3.517194,98.615075
Rizda Dalimunthe 3.518349,98.613053
Buyung Purba 3.520640,98.611069
Pelawi 3.518610,98.613317
Agurning 3.526849,98.610999
Miranda 3.497230,98.611042
Randi 3.496985,98.611799
Kembar 3.521055,98.611101
Salbiah 3.527556,98.620417
Kevin 3.528643,98.619572
Jumpa Kita Sembiring 3.525312,98.602929
Rusli 3.499922,98.600852
Belwan Simbolon 3.545949,98.605785
Raffi 3.5235286,98.6019436
Donny 3.5237612,98.6049597
Guntur 3.5395813,98.6053701
Gatot 3.5433777,98.6007580
Darmawan Sagala 3.5435986,98.6007510
Athan Tarigan 3.5438536,98.6007302
Humanti Madias 3.5442830,98.6048069
Sorunkobumi 3.5475657,98.6079654
Taqiyudin 3.5483861,98.6116914
Fahrezi 3.5470403,98.6108140
Rinal 3.5455880,98.6107030
Herman 3.5403764,98.5955834
146
Kontrol
Nuh Ridho 3.542457,98.600796
Tomi Nainggolan 3.494606,98.619657
Fithri 3.494913,98.619667
Kontrol TB 1 3.5096198,98.6151940
Kontrol TB 2 3.5244462,98.6009129
Merning Guru Singa 3.526502,98.611515
Abrena Panggaribuan 3.521250,98.618335
Binsar Sitepu 3.517303,98.615028
Bantu Tarigan 3.518219,98.614087
Sopan Guru Singa 3.520531,98.611202
Amir Simatupang 3.518278,98.613007
Karunia 3.521948,98.610456
Anugrah 3.497179,98.611161
Guntar Kacobalo 3.496965,98.611927
Pistar 3.521315,98.611046
Hendrawati 3.543874,98.600705
Tommy 3.528592,98.619333
Nur Aisyah 3.525203,98.602969
Anggraini 3.499822,98.601057
Roliandi Tarigan 3.545948,98.605961
Rika 3.5238914,98.6019268
Humiko 3.5233519,98.6035240
Gilang 3.5392671,98.6053302
Rehulina 3.5431335,98.6008318
Joko 3.5435551,98.6007537
Yona Siahaan 3.5438017,98.6007996
Adi 3.5441832,98.6047136
Jefri 3.5475894,98.6074622
Febby 3.5480663,98.6115006
Mubarrak 3.5471404,98.6107291
Yoko Bumi 3.5456432,98.6103171
Ibrahim 3.5403115,98.5952464
Reinaldi 3.5387798,98.6022725
Ramon 3.5154550,98.6335571
Roni Simanjuntak 3.5044394,98.6335936
Beni 3.5033917,98.6324339
147
148
149
LAMPIRAN 4
DOKUMENTASI PUSKESMAS MEDAN TUNTUNGAN
150
LAMPIRAN 5
DOKUMENTASI PROSES PENGAMBILAN DATA