Vous êtes sur la page 1sur 8

ANALISIS CURAH HUJAN TAK TERUKUR MENGGUNAKAN

PENAKAR HUJAN TYPE TIPPING-BUCKET

Suharti
Stasiun Meteorologi Cilacap

Abstract
Rainfall is one of the elements of weather whose data can be obtained by measuring it using a rainfall
gauge, so that the number can be found in units of millimeters (mm). Many types of rainfall gauges, both
automatic and manual, are type of tipping bucket and OBS type (observatory). This study aims to
calculate how much the level of difference between the OBS tool and typping-bucket. The results of the
comparison of rainfall measurement data with the OBS type measuring instrument with tipping bucket
there is a significant difference that is an average of 3.7 mm with an average error value of 18.08%. This
shows that there is unmeasured rainfall in the type tipping bucket, especially in the event of heavy rain.

Keywords: Tipping Bucket, OBS, Heavy rain

Abstrak
Curah hujan merupakan salah satu unsur cuaca yang datanya dapat diperoleh dengan cara mengukur
dengan menggunakan alat pengukur curah hujan, sehingga dapat diketahui jumlahnya dalam satuan
milimeter (mm). Banyak jenis alat pengukur curah hujan baik otomatis maupun manual diantaanya
adalah type tipping bucket dan type OBS (observatorium). Penelitian ini bertujuan untuk menghitung
seberapa besar prosentse tingkat perbedaan antara alat OBS dengan typping-bucket. Hasil
perbandingan data pengukuran curah hujan dengan alat ukur type OBS dengan tipping bucket terdapat
selisih yang cukup signifikan yaitu rata-rata 3.7 mm dengan rata-rata nila error sebesar 18.08 %. Hal
menunjukan adanya curah hujan yang tidak terukur pada alat type tipping bucket terutama pada
kejadian hujan lebat.

Kata kunci : Tipping Bucket, OBS, Hujan lebat

1. Pendahuluan
Hujan merupakan salah satu fenomena alam yang terdapat dalam siklus hidrologi
dan sangat dipengaruhi iklim. Keberadaan hujan sangat penting dalam kehidupan, karena
hujan merupakan salah satu sumber air yang dapat mencukupi kebutuhan air yang sangat
dibutuhkan oleh semua makhluk hidup.
Berbagai aplikasi klimatologi dan hidrologi di bidang pertanian, perkebunan serta
industri pertanian sangat bergantung pada hujan. Data curah hujan merupakan input utama
untuk model simulasi curah hujan-aliran permukaan ( rainfall-runoff ) untuk aplikasi
hidrologi perkotaan. Desain dan analisis sistem drainase perkotaan sangat
dipengaruhi oleh ketidakpastian data intensitas curah hujan dan durasi yang tercatat
(W. Schilling, 1991).
Beberapa jenis pengukur curah hujan yang telah dikembangkan diantaranya jenis
Weighing, kapasitansi, tipping-bucket, optik, dan lain-lain (F. V. Brock dan S. J.
Richardson, 2001). Namun, jenis pengukur curah hujan tipping-bucket lebih sering
digunakan untuk pengukuran curah hujan karena sederhana dan tahan lama, dapat
dipasang di daerah terpencil, dapat dihubungkan dengan berbagai alat pemantau dan
pencatat data, serta harganya relatif murah. Lembaga seperti Badan Metereologi
Amerika, Survey Geologi Amerika serta Dinas Kehutanan Amerika dan lembaga-
lembaga lain di dunia menggunakan pengukur curah hujan tipping-bucket untuk
pengukuran curah hujan berbasis darat (Habib, W at all 2001).
Stasiun Meteorologi Cilacap memiliki beberapa alat pengukur curah hujan yang
masih beroperasi dan terletak di taman alat meteorologi diantaranya type hylman, type
tipping bucket, dan type OBS (ombrometer). Dari ketiga alat pengukur curah hujan tersebut
type tipping-bucket sudah terhubung ke display yang berada di ruang observasi sehingga
secara real time jika terjadi hujan dapat termonitor tanpa harus mengukur curah hujan di
taman alat. Berbeda dengan alat type hellman dan OBS, type hellman harus mengganti
pias sekali dalam periode 24 jam sedangkan OBS harus diukur dengan menggunakan
gelas ukur berskala dengan satuan milimeter (mm).
Dalam kegiatan operasionalnya di Stasiun Meteorologi Cilacap jika terjadi hujan
masih tetap melakukan pengukuran curah hujan dengan mengunakan alat ukur type OBS
maupun type hellman. Hal ini dilakukan dengan alasan pengukuran menggunakan alat
pengukur type OBS tingkat kesalahannya relatif kecil terutama jika terjadi hujan lebat
dibandingkan dengan typping-bucket yang berbasis elektronik. Dalam penulisan ini
bertujuan untuk menghitung seberapa besar prosentse tingkat perbedaan antara alat OBS
dengan typping bucket.

2. Tinjauan Teori

2.1 Curah Hujan


Curah hujan merupakan salah satu unsur cuaca yang datanya diperoleh dengan cara
mengukur dengan menggunakan alat penakar hujan, sehingga dapat diketahui jumlahnya
dalam satuan milimeter (mm). Curah hujan 1 mm adalah jumlah air hujan yang jatuh
dipermukaan per satuan luas (m2) dengan catatan tidak ada yang menguap, meresap atau
mengalir. Curah hujan sebesar 1 mm setara dengan 1 liter/m2 (Aldrian dan karmini, 2011).

2.2 Pengukur Hujan Type Tipping-Bucket (TB)

Alat ukur curah hujan tipe tipping-bucket terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama
adalah bagian penerima air hujan yang terdiri dari bagian penampung air hujan yang
berbentuk kerucut serta bagian penerima tetesan dari penampung air hujan yang berbentuk
tabung kecil terpancung atau lebih dikenal dengan istilah tipping bucket.
Bagian kedua adalah sensor yaitu reed switch, sedangkan bagian terakhir adalah
bagian pengolah data yang terdiri dari mikrokontroler dan PC. Bagian penting dari pengukur
curah hujan adalah bagian TB yang akan menghasilkan data yang kemudian diolah dan
disajikan sebagai data curah hujan. Bagian TB ini berbentuk dua buah tabung kecil
terpancung seperti terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1a. Desain pengukur curah hujan tipe Tipping-Bucket


(Sumber : Evita, 2010)
Gambar 1b. Pengukur curah hujan tipe Tipping-Bucket

Ketika hujan turun, tetes air hujan dikumpulkan di bagian kerucut kemudian mengalir
ke bagian TB yang terletak di bawah kerucut. Ketika salah satu dari TB yang pada keadaan
awal berada di atas ini dipenuhi oleh air hujan, bagian ini menjadi tidak seimbang dan turun
ke bawah, mengosongkan air dalam TB dan membuangnya ke saluran pembuangan,
kemudian TB yang lain akan naik dan menerima tetesan seperti TB sebelumnya. TB ini
dibuat dengan toleransi yang ketat untuk menghasilkan data curah hujan yang tepat. Selain
itu, akurasi dari pengukur curah hujan tipe TB akan berubah jika berada di permukaan
penempatan yang tidak rata, sehingga dibutuhkan data profil permukaan tempat pengukur
curah hujan ini ditempatkan (waterpass bisa digunakan untuk kebutuhan ini). Permukaan
juga harus bebas dari getaran. Pada akhirnya, setiap jatuhnya TB mengaktifkan reed switch
magnetik yang direkam oleh data logger ( Evita, 2010).
Pada penakar hujan tipe tipping-bucket memiliki luas mulut corong sebesar 400 m2
dan memiliki tinggi 140 cm dari permukaan tanah (Aldrian, 2011). Nilai curah hujan pada
penakar hujan tipe ini dapat diketahui dengan menggunakan persamaan :

JTxV
CH 
l

Dimana :
CH adalah curah hHujan (mm)
JT adalah jumlah Tipping
V adalah volume per Tipping (ml)
L adalah luas mulut corong (cm2)

2.3 Pengukur Hujan Observatorium (OBS)


Penakar hujan observatorium mempunyai kelebihan berupa : mudah dipasangnya,
mudah dioperasikannya karena langsung terukur pada gelas ukur dan pemeliharaannya
juga relatif mudah karena tak ada bagian-bagian tambahan pada alat. Akan tetapi
kekurangannya adalah data yang didapat hanyalah data jumlah curah hujan selama
periode 24 jam. Resiko kerusakan gelas ukur dan resiko kesalahan pembacaan dapat
terjadi saat membaca permukaan dari tinggi air di gelas ukur, sehingga hasilnya dapat
berbeda. Bagian dari penakar hujan Observatorium seperti pada Gambar 2.
Gambar 3. Skema Pengukur Hujan Observatorium
(Sumber : https://ustadzklimat.blogspot.com)

Keterangan gambar :
1. Corong penakar (luas 100 cm2)
2. Tempat penampungan air hujan
3. Kran air
4. Kaki kayu yang disanggahkan ke dalam penakar
5. Pondasi/ kaki kayu
6. Pondasi beton

Pengamatan curah hujan dengan alat penakar hujan biasa dilakukan setiap hari pada
pukul 07.00 waktu setempat (ws) walaupun tidak ada hujan. Pembacaan yang dilakukan
menunjukkan hujan yang terjadi sejak tanggal yang sebelumnya. Misalnya : pengukuran
dilakukan pada tanggal 14 Januari jam 07.00 ws, jadi dicatat pada tanggal 14 menunjukkan
jumlah curah hujan yang terjadi pada 13 Januari setelah 07.00 ws sampai pada tanggal 14
jam 07.00 ws (pada saat pengukuran).
Batas permukaan air pada gelas ukur dibaca sesuai garis skala yang ada dan
menyatakan jumlah curah hujan dalam satuan milimeter. Curah hujan merupakan ketinggian
air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap dan tidak
mengalir. Curah hujan 1 milimeter artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang
datar tertampung air setinggi satu milimeter atau tertampung air satu liter.
Tata cara pengamatan menggunakan alat penakar hujan biasa sebagai berikut :
Buka gembok dan kran kemudian tampung curah hujan pada gelas penakar. Untuk
menghindari kesalahan paralaks pada waktu pembacaan, gelas penakar harus dipegang
tegak lurus supaya permukaan horizontal. Pengukuran/ pembacaan skala pada gelas
penakar sesuai dengan tinggi air dalam gelas penakar dengan tidak ada pembulatan
pembacaan.
Cara pembacaan gelas ukur :
Pengukuran curah hujan setiap pagi jam 07.00 waktu setempat, melalui gelas ukur. Jumlah
hujan ditulis pada tanggal/ hari penakaran setiap pagi hari. Pencatatan data hujan sesuai
dengan hasil pengukuran tidak ada pembulatan masih ada satu angka di belakang koma (tidak
dibulatkan ke miniskus terdekat). Ada hujan tak terukur di bawah 0,1 mm ditulis (0), tak ada
hujan ditulis tanda (-), penakar hujan rusak diberi tanda (R), tidak mengukur/ pengamatan
hujan (X).
3. Data Dan Metodologi

3.1 Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian dilakukan di Stasiun Meteorologi Cilacap yang merupakan Unit
Pelaksana Teknis (UPT) BMKG. Setasiun Meteorologi Cilacap berada di wilayah
Kabupaten Cilacap, Kecamatan Cilacap Tengah, Kelurahan Sidanegara.

3.2 Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Data curah hujan yang diukur menggunakan alat pengukur type tipping-bucket
bulan Desember 2018
2. Data Curah hujan yang diukur menggunakan alat pengukur type OBS bulan
Desember 2018

3.3 Pengolahan Data


Data curah hujan baik yang diukur dengan alat pengukur type tipping bucket
maupun type OBS dipilih data curah hujan pada kejadian hujan dengan intensitas lebat
hingga sangat lebat dengan Klasifikasi seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Klasifikasi Hujan


No Klasifikasi Hujan Jumlah Curah Hujan
(mm/Jam)
1. Hujan Ringan 1 s/d 5
2. Hujan Sedang 5 s/d 10
3. Hujan Lebat 10 s/d 20
4. Hujan Sangat Lebat >20
Sumber : BMKG

3.4 Analisa Data


Analisa data dilakukan dengan cara membandingkan hasil pengukuran curah hujan
dengan alat ukur type OBS dan alat ukur type tipping bucket. Data hasil pengukuran
kedua alat tersebut dihitung selisihnya dan ditentukan prosentase nilai error dengan
persamaan sebagai berikut :

nilai _ terbaca  nilai _ sebenarnya


Error %  x100%
nilai _ terbaca

Dalam penelitian ini nilai terbaca adalah nilai curah hujan hasil pengukuran alat
tipping bucket dan nilai sebenarnya diasumsikan nilai curah hujan hasil pengukuran alat
OBS. Batas toleransi penyimpangan untuk curah hujan <3.5% atau selisih data 0.4 mm.
4. Hasil Dan Pembahasan

Dari hasil pengolahan data 12 kejadian hujan yang diukur menggunakan pengukur
type OBS diperoleh 7 kejadian hujan lebat dan 5 kejadian hujan sangat lebat seperti pada
Tabel 2.

Tabel 2. Klasifikasi Kejadian Hujan


No OBS (mm) KLASIFIKASI
1 22.0 Hujan sangat lebat
2 82.0 Hujan sangat lebat
3 96.0 Hujan sangat lebat
4 10.8 Hujan lebat
5 10.7 Hujan lebat
6 11.4 Hujan lebat
7 34.0 Hujan sangat lebat
8 15.0 Hujan lebat
9 13.7 Hujan lebat
10 17.2 Hujan lebat
11 28.5 Hujan sangat lebat
12 11.8 Hujan lebat
Jml 353.1
Sumber : Pengolahan data

Selisih jumlah curah hujan pengukuran OBS dengan tipping bucket disajikan pada
Tabel 3.
Tabel 3. Selisih Jumlah Curah Hujan (OBS-TB)
No OBS TB Selisi Curah
(mm) (mm) Hujan (mm)
1 22.0 20.6 1.4
2 82.0 78.0 4.0
3 96.0 78.6 17.4
4 10.8 8.8 2.0
5 10.7 8.8 1.9
6 11.4 10.0 1.4
7 34.0 32.2 1.8
8 15.0 10.2 4.8
9 13.7 12.4 1.3
10 17.2 14.6 2.6
11 28.5 23.8 4.7
12 11.8 10.8 1.0
Rata-rata 3.7
Sumber : Pengolahan data

Dari tabel diatas diperoleh hasil pengukuran curah hujan hubungan antara tipping
bucket dengan OBS dan menunjukan bahwa terdapat perbedaan data antara kedua type
alat pengukur rata-rata curah hujan sebesar 3.7 mm. Perbedaan rata-rata jumlah curah
hujan cukup tinggi dan menunjukan adanya nilai error yang cukup signifikan seperti pada
Tabel 4.
Tabel 4. Prosentase Nilai Error Data Curah Hujan

No OBS (mm) TB Error


(mm) (%)
1 22.0 20.6 6.36
2 82.0 78.0 4.88
3 96.0 78.6 18.13
4 10.8 8.8 18.52
5 10.7 8.8 17.76
6 11.4 10.0 12.28
7 34.0 32.2 5.29
8 15.0 10.2 18.67
9 13.7 12.4 9.49
10 17.2 14.6 15.12
11 28.5 23.8 16.49
12 11.8 10.8 8.47
Rata-rata 12.6
Sumber : Pengolahan Data

Dari tabel diatas didapatkan hasil pengukuran curah hujan hubungan antara tipping
bucket dengan OBS dan dapat dilihat bahwa prosentase rata-rata nilai kesalahan mencapai
18.06 %. Didapatkan selisih rata – rata 3.7 mm dari pengukuran kedua alat tersebut.

5. Kesimpulan Dan Saran

5.1 Kesimpulan
1. Hasil perbandingan data pengukuran curah hujan dengan alat ukur type OBS
dengan tipping bucket menunjukan adanya selisih yang cukup signifikan yaitu rata-
rata 3.7 mm dengan rata-rata nila error sebesar 18.08 %
2. Pengukuran dengan alat type tipping bucket menunjukan adanya curah hujan yang
tidak terukur terutama pada kejadian hujan lebat.

5.2 Saran
Untuk memperoleh hasil yang maksimal perlu adanya penelitian dengan
menggunakan data yang cukup.

Daftar Pustaka
W. Schilling, 1991, ‘‘Rainfall Data for Urban Hydrology: what do we need?’’ Atmospheric
Res., 27, 5 – 21.
F. V. Brock dan S. J. Richardson, 2001, “Meteorological Measurement Systems”. New York:
Oxford Univ. Press.
E. Habib, W. F. Krajewski, dan A. Kruger,2001, “Sampling errors of tipping bucket rain
gauge measurements,” AS CE J. Hydrol. Eng., 6, 159-166.
Aldrian, E.B., dan M Karmini. 2011. “Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim di Indonesia”.
Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara Kedeputian Bidang Klimatologi, Badan
Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika : Jakarta.
M. Evita, H. Mahfudz, Suprijadi, M. Djamal, dan Khairurrijal, 2010. Alat Ukur Curah Hujan
Tipping-Bucket Sederhana dan Murah Berbasis Mikrokontroler. J.Oto.Ktrl.Inst
(J.Auto.Ctrl.Inst) vol 2.
Aldrian, E, Budiman, dan Mimin Karmini. 2011. Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim di
Indonesia. Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara Kedeputian Bidang Klimatologi, Badan
Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika. Jakarta.

Vous aimerez peut-être aussi