Vous êtes sur la page 1sur 4

ADAB-ADAB NIAT

Niat secara bahasa berarti al-qashd (keinginan). Sedangkan niat


secara istilah syar’i, yang dimaksud adalah berazam (bertekad)
mengerjakan suatu ibadah ikhlas karena Allah, letak niat dalam
batin (hati).

A. Memurnikan niat
Dalil :
1. Al bayyinah : 5
. . .‫صينَ لَهُ الدِين‬ ‫َو َما أ ُ ِم ُروا ِإ اَّل ِل َي ْعبُد ُوا ا‬
ِ ‫َّللاَ ُم ْخ ِل‬
Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya menyembah
Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama...

2. Muttafaq ‘alaih; al-Bukhari no. 1; Muslim, no. 1907


‫سو ِل ِه‬ َ ِ‫َت هِجْ َرتُهُ إلى هللا‬
ُ ‫ور‬ ْ ‫ت و ِإناما ِل ُك ِل امريءٍ ما ن ََوى فَ َم ْن كَان‬ ِ ‫إنا َما األع َمال بالنِياا‬
‫ُص ْيبُها أو امرأ ٍة َي ْن ِك ُح َها ف ِهجْ َرتُهُ إلى‬ ‫ي‬ ‫ا‬ ‫ي‬‫ن‬ْ
ِ َ ِ َ ْ‫ِج‬ ُ ‫د‬ ‫ل‬ ُ ‫ه‬ُ ‫ت‬‫ر‬ ‫ه‬ ْ
‫َت‬ ‫ن‬‫َا‬
‫ك‬ ْ
‫ن‬ ‫م‬
َ ِ ِ ْ ُ ‫ور‬
‫و‬ ‫ه‬ ‫ل‬ ‫و‬‫س‬ َ ِ‫ف ِهجْ َرتُهُ إلى هللا‬
‫ما هَا َج َر إلي ِه‬
Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya.
Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang
hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk
Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia
atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang
ia tuju”.

3. Hadits hasan riwayat Ibnu Mâjah, no; 4204


‫سلا َم َونَ ْحنُ نَتَذَاك َُر ْال َمسِي َح‬ ‫صلاى ا‬
َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ِ‫َّللا‬ ‫سو ُل ا‬ ُ ‫س ِعي ٍد قَا َل خ ََر َج َعلَ ْينَا َر‬ َ ‫َع ْن أَبِي‬
‫ف َعلَ ْي ُك ْم ِع ْندِي ِم ْن ْال َمسِيحِ الد ا اجا ِل قَا َل قُ ْلنَا َبلَى فَقَا َل‬ُ ‫الدا اجا َل فَقَا َل أََّلَ أ ُ ْخ ِب ُر ُك ْم ِب َما ه َُو أ َ ْخ َو‬
‫ظ ِر َر ُج ٍل‬َ َ‫صالَتَهُ ِل َما يَ َرى ِم ْن ن‬ َ ُ‫ص ِلي فَيُزَ يِن‬ َ ُ‫الر ُج ُل ي‬ ‫وم ا‬ َ ُ‫ي أ َ ْن يَق‬ ُّ ‫الش ِْركُ ْال َخ ِف‬
Dari Abu Sa’îd, dia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam mendatangi kami ketika kami sedang membicarakan Al-
Masîhud Dajjâl. Kemudian beliau bersabda: “Maukah aku
beritahukan kepada kamu sesuatu yang menurutku lebih aku
takutkan terhadap kamu daripada terhadap Al-Masîhud Dajjâl?”
Maka kami menjawab: “Ya, wahai Rasulullah”. Maka beliau
bersabda: “Syirik yang tersembunyi. Yaitu seseorang melakukan
shalat, lalu dia membaguskan shalatnya karena dia melihat
pandangan orang lain”.

Jika ibadah dari awalnya tidak ikhlas, maka ibadahnya tidak


sah dan tidak diterima.
Niat awal dalam ibadahnya ikhlas, namun di pertengahan
ia tujukan ibadahnya pada makhluk, maka pada saat ini ibadahnya
juga batal.
Niat awal dalam ibadahnya ikhlas, namun di pertengahan
ia tambahkan dari amalan awalnya tadi kepada selain Allah –
misalnya dengan ia perpanjang bacaan qur’annya dari biasanya
karena ada temannya-, maka tambahannya ini yang dinilai batal.
Namun niat awalnya tetap ada dan tidak batal. Inilah amalan yang
tercampur riya.
Jika niat awalnya sudah ikhas, namun setelah ia lakukan
ibadah muncul pujian dari orang lain tanpa ia cari-cari, maka ini
adalah berita gembira berupa kebaikan yang disegerakan bagi
orang beriman (tilka ‘aajil busyra lil mu’min, HR. Muslim, no.
2642 dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu) (Lihat Syarh Al-Arba’in
An-Nawawiyah karya Syaikh Shalih Alu Syaikh hlm. 25-27.)

B. Niat di hati

Dalil :
1. Muttafaq ‘alaih; Muslim, no. 2564
‫ظ ُر إِلَى قُلُوبِ ُك ْم َوأ َ ْع َما ِل ُك ْم‬
ُ ‫ص َو ِر ُك ْم َوأَ ْم َوا ِل ُك ْم َولَ ِك ْن يَ ْن‬ ُ ‫َّللاَ َّلَ يَ ْن‬
ُ ‫ظ ُر إِلَى‬ ‫إِ ان ا‬
Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk kamu dan harta
kamu, tetapi Dia melihat hati kamu dan amal kamu.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan,


“Siapa saja yang menginginkan melakukan sesuatu, maka secara
pasti ia telah berniat. Semisal di hadapannya disodorkan makanan,
lalu ia punya keinginan untuk menyantapnya, maka ketika itu pasti
ia telah berniat. Demikian ketika ia ingin berkendaraan atau
melakukan perbuatan lainnya. Bahkan jika seseorang dibebani
suatu amalan lantas dikatakan tidak berniat, maka sungguh ini
adalah pembebanan yang mustahil dilakukan. Karena setiap orang
yang hendak melakukan suatu amalan yang disyariatkan atau tidak
disyariatkan pasti ilmunya telah mendahuluinya dalam hatinya,
inilah yang namanya niat.” (Majmu’ah Al-Fatawa, 18:262)
Beliau juga mengatakan bahwa “Niat itu letaknya di hati
berdasarkan kesepakatan ulama. Jika seseorang berniat di hatinya
tanpa ia lafazhkan dengan lisannya, maka niatnya sudah dianggap
sah berdasarkan kesepakatan para ulama.” (Majmu’ah Al-Fatawa,
18:262)

C. Niat yang baik yang terkendala dengan udzur syar’i, akan


mendapatkan pahala sebagaimana orang yang
melaksanakannya. (catatan : niat bukan hanya di lisan,
Tidak akan berubah suatu kemaksiatan menjadi kebaikan,
walaupun dengan niat yang baik.)

Dalil :
1. Dirwayatkan oleh Muslim, no. 130
2. Dirwayatkan oleh Bukhâri, no. 6491; Muslim, no. 131
‫سنَ ٍة فَلَ ْم يَ ْع َم ْل َها َكتَبَ َها ا‬
ُ‫َّللاُ لَهُ ِع ْندَه‬ َ ‫ت ث ُ ام بَيانَ ذَلِكَ فَ َم ْن َه ام بِ َح‬ ِ ‫ت َوالسايِئ َا‬ ِ ‫سنَا‬ َ ‫َب ْال َح‬ َ ‫َّللاَ َكت‬ ‫إِ ان ا‬
ٍ‫ض ْعف‬ ِ ‫ة‬
ِ َ ‫ئ‬‫ا‬ ‫م‬
ِ ‫ْع‬‫ب‬ ‫س‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬ ‫إ‬ ٍ
‫ت‬ ‫َا‬ ‫ن‬‫س‬ ‫ح‬ ‫ر‬
َ َ َ َ ُ ْ
‫ش‬ ‫ع‬ ‫ه‬ َ ‫د‬ ْ
‫ن‬ ‫ع‬
ِ ُ ‫ه‬ َ ‫ل‬ ُ ‫ا‬
‫َّللا‬ ‫ا‬ ‫ه‬‫ب‬َ ‫ت‬ َ
‫ك‬ ‫ا‬ ‫ه‬َ
ََ َ َ َِ ‫ِ َ ا‬ ‫ل‬ ‫م‬
ِ ‫ع‬ َ ‫ف‬ ‫ا‬ ‫ه‬‫ب‬ ‫م‬ ‫ه‬
َ ‫ُو‬ ‫ه‬ ْ
‫ن‬ ‫إ‬ َ ‫ف‬ ً ‫ة‬ َ ‫ل‬ ‫َام‬
ِ ‫ك‬ ً ‫َة‬ ‫سن‬
َ ‫َح‬
ِ َ ِ
ً
‫َاملة فَإِ ْن ه َُو َه ام‬َ ً
ِ ‫س َنة ك‬ ْ
َ ‫َّللاُ لهُ ِعندَهُ َح‬َ ْ َ
‫س ِيئ َ ٍة فَل ْم يَ ْع َمل َها َكتَبَ َها ا‬ َ ِ‫يرةٍ َو َم ْن َه ام ب‬َ ِ‫ضعَافٍ َكث‬ َ
ْ ‫إِلَى أ‬
ً ‫احدَة‬ِ ‫س ِيئ َةً َو‬ َ ُ‫َّللاُ لَه‬
‫ِب َها فَ َع ِملَ َها َكتَبَ َها ا‬
Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla menulis semua kebaikan
dan keburukan. Barangsiapa berkeinginan berbuat kebaikan, lalu
dia tidak melakukannya, Allah Azza wa Jalla menulis di sisi-Nya
pahala satu kebaikan sempurna untuknya. Jika dia berkeinginan
berbuat kebaikan, lalu dia melakukannya, Allah menulis pahala
sepuluh kebaikan sampai 700kali, sampai berkali lipat banyaknya.
Barangsiapa berkeinginan berbuat keburukan, lalu dia tidak
melakukannya, Allah Azza wa Jalla menulis di sisi-Nya pahala satu
kebaikan sempurna untuknya. Jika dia berkeinginan berbuat
keburukan, lalu dia melakukannya, Allah Azza wa Jalla menulis
satu keburukan saja.
3. Dirwayatkan oleh Abu Daud, no. 2508; dan al-Bukhari, no.
2839, secara ringkas.
4. Dirwayatkan oleh Ibnu majah, no. 4228, dengan sanad yang
bagus
D. Niat yang buruk, akan mengubah sesuatu yang mubah
(boleh & tidak berdosa) menjadi sesuatu yang haram
(dilarang & berdosa).

Dalil :
1. Muttafaq ‘alaih; al-Bukhari, no. 31; Muslim, no. 2888.
‫َّللاِ َهذَا ْالقَاتِ ُل فَ َما‬ ُ ‫ار فَقُ ْلتُ َيا َر‬
‫سو َل ا‬ ِ ‫س ْيفَ ْي ِه َما فَ ْالقَا ِت ُل َو ْال َم ْقتُو ُل فِي النا‬ ِ ‫ِإذَا ْالتَقَى ْال ُم ْس ِل َم‬
َ ‫ان ِب‬
‫احبِ ِه‬
ِ ‫ص‬ ْ َ
َ ‫صا َعلى قَت ِل‬ ً ‫بَا ُل ْال َم ْقتُو ِل قَا َل إِناهُ َكانَ َح ِري‬
Jika dua orang muslim bertemu dengan pedang masing-
masing (berkelahi; berperang), maka pembunuh dan orang yang
terbunuh di dalam neraka. Aku (Abu Bakrah) bertanya: ”Wahai
Rasulullah, si pembunuh (kami memahami-pent), namun
bagaimana dengan orang yang terbunuh. Beliau menjawab:
“Sesungguhnya dia juga sangat ingin membunuh kawannya itu”.
2. Dirwayatkan oleh Ahmad, no. 18453
3. Diriwayatkan oleh Tirmidzi, no. 2654 dan Ibnu Majah, no.
253. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan
‫اس ِإلَ ْي ِه‬
ِ ‫ف ِب ِه ُو ُجوهَ النا‬ ْ ‫سفَ َها َء أَ ْو َي‬
َ ‫ص ِر‬ ُّ ‫ى ِب ِه ال‬ ِ ‫ى ِب ِه ْالعُلَ َما َء أ َ ْو ِليُ َم‬
َ ‫ار‬ َ ‫ار‬ ِ ‫ب ْال ِع ْل َم ِليُ َج‬
َ َ‫طل‬
َ ‫َم ْن‬
‫ار‬ ‫أَدْ َخلَهُ ا‬
َ ‫َّللاُ النا‬

"Barangsiapa menuntut ilmu hanya ingin digelari ulama,


untuk berdebat dengan orang bodoh, supaya dipandang manusia,
Allah akan memasukkannya dalam neraka.”

Vous aimerez peut-être aussi