Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Secara fungsional, pasien atresia ani dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu:
1. Tanpa anus tetapi dengan dekompresi adequate traktus gastrointestinalis dicapai melalui
saluran fistula eksterna.
Kelompok ini terutama melibatkan bayi perempuan dengan fistula rectovagina atau
rectofourchette yang relatif besar, dimana fistula ini sering dengan bantuan dilatasi,
maka bisa didapatkan dekompresi usus yang adequate sementara waktu.
2. Tanpa anus dan tanpa fistula traktus yang tidak adequate untuk jalan keluar tinja.
Pada kelompok ini tidak ada mekanisme apapun untuk menghasilkan dekompresi
spontan kolon, memerlukan beberapa bentuk intervensi bedah segera. Pasien bisa
diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3 sub kelompok anatomi yaitu :
a. Anomali rendah
Rectum mempunyai jalur desenden normal melalui otot puborectalis, terdapat
sfingter internal dan eksternal yang berkembang baik dengan fungsi normal dan
tidak terdapat hubungan dengan saluran genitourinarius.
b. Anomali intermediet
Rectum berada pada atau di bawah tingkat otot puborectalis; lesung anal dan sfingter
eksternal berada pada posisi yang normal.
c. Anomali tinggi
Ujung rectum di atas otot puborectalis dan sfingter internal tidak ada. Hal ini
biasanya berhubungan dengan fistuls genitourinarius – retrouretral (pria) atau
rectovagina (perempuan). Jarak antara ujung buntu rectum sampai kulit perineum
lebih dari 1 cm.
Klasifikasi yang paling sering digunakan untuk malformasi anorektal adalah klasifikasi
Wingspread yang membagi malformasi anorektal menjadi letak tinggi, intermedia dan
letakrendah.Akan tetapi, untuk tujuan terapi dan prognosis digunakan klasifikasi yang
dibuatberdasarkan jenis.
Melbourne membagi berdasarkan garis pubokoksigeus dan garis yang melewati ischii
kelainandisebut :
1. Letak tinggi apabila rektum berakhir diatas muskulus levator ani
(muskuluspubokoksigeus).Kelainan Tinggi (High Anomaly/Kelainan Supralevator).
Kelainan tinggi mempunyai beberapa tipe antara lain: laki-laki ada anorektal agenesis,
rektouretral fistula yaitu rektum buntu tidak ada hubungan dengan saluran urinary, fistula
ke prostatic uretra. Rektum berakhir diatas muskulus puborektal dan muskulus levator
ani, tidak ada sfingter internal. Perempuan ada anorektal agenesis dengan fistula vaginal
tinggi, yaitu fistula antara rectum dan vagina posterior. Pada laki danperempuan biasanya
rectal atresia.
2. Letak intermediet apabila akhiran rektum terletak di muskulus levator ani.
Kelainan Intermediet/Menengah (Intermediate Anomaly), ciri – cirinya adalah ujung
rektum mencapai tingkat muskulus Levator ani tetapi tidak menembusnya, rektum turun
melewati otot puborektal sampai 1 cm atau tepat di otot puborektal, ada lesung anal dan
sfingter eksternal. Tipe kelainan intermediet antara lain, untuk laki-laki bisa
rektobulbar/rektouretral fistula yaitu fistula kecil dari kantong rektal ke bulbar), dan anal
agenesis tanpa fistula.Sedangkan untuk perempuan bisa rektovagional fistula, analgenesis
tanpa fistula, danrektovestibular fistula.
3. Letak rendah apabila akhiran rektum berakhir bawah muskulus levator ani.
Kelainan Rendah (Low Anomaly/Kelainan Translevator), ciri - cirinya adalah rektum
turun sampai ke otot puborektal, spingter ani eksternal dan internal berkembang
sempurna dengan fungsi yang normal, rektum menembus muskulus levator ani sehingga
jarak kulit dan rektum paling jauh 2 cm. Tipe dari kelainan rendah antara lain adalah anal
stenosis, imperforata membrane anal, dan fistula ( untuk laki-laki fistula ke perineum,
skrotum atau permukaan penis, dan untuk perempuan anterior ektopik anus atau
anocutaneus fistulamerupakan fistula ke perineal, vestibular atau vaginal).
Klasifikasi Berdasarkan Wingspread
Kelompok Kelainan Tindakan
I Laki-laki : Fistel urin, Kolostomi neonatus;
atresia rektum, operasi definitif pada
perineum datar, fistel usia 4-6 bulan.
tidak ada, invertogram
: udara >1 cm dari
kulit.
FAKTOR RESIKO
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis yang terjadi pada atresia ani adalah kegagalan lewatnya mekonium
setelah bayi lahir, tidak ada atau stenosis kanal rectal, adanya membran anal dan fistula
eksternal pada perineum (Suriadi, 2001). Gejala lain yang nampak diketahui adalah jika bayi
tidak dapat buang air besar sampai 24 jam setelah lahir, gangguan intestinal, pembesaran
abdomen, pembuluh darah di kulit abdomen akan terlihat menonjol (Adele,1996).
Bayi muntah – muntah pada usia 24 – 48 jam setelah lahir juga merupakan salah satu
manifestasi klinis atresia ani. Cairan muntahan akan dapat berwarna hijau karena cairan
empedu atau juga berwarna hitam kehijauan karena cairan mekonium.
Bayi muntah-muntah pada 24-48 jam setelah lahir dan tidak terdapat defekasi
mekonium. Gejala ini terdapat pada penyumbatan yang lebih tinggi.
Pada golongan 3 hampir selalu disertai fistula. Pada bayi wanita sering ditemukan
fistula rektovaginal (dengan gejala bila bayi buang air besar feses keluar dari (vagina) dan
jarang rektoperineal, tidak pernah rektourinarius. Sedang pada bayi laki-laki dapat terjadi
fistula rektourinarius dan berakhir di kandung kemih atau uretra dan jarang rektoperineal.
d. Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tidak ada fistula)
REFERENSI
Betz, Cealy L. & Linda A. Sowden. 2002. “Buku Saku Keperawatan Pediatrik”. Edisi ke-3.
Jakarta : EGC.
Levitt M, Pena A. Anorectal Malformation. Orphanet Journal of Rare Diseases 2007,
2:33.http://www.ojrd.com/content/2/1/33