Vous êtes sur la page 1sur 8

PENGEMBANGAN MASYARAKAT BERBASIS KELOMPOK

Oleh : Cahyono Susetyo

1. PENDAHULUAN
Perencanaan partisipatif yang saat ini ramai didengungkan merupakan suatu
konsep yang dianggap mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan perencanaan
di Indonesia. Hal ini disebabkan antara lain karena perencanaan di masa lalu sangat
bersifat Top-Down, di mana keterlibatan masyarakat dan aspirasinya cenderung
diabaikan. Dengan konsepsi perencanaan partisipatif, keterlibatan masyarakat mulai
diperhatikan sehingga aspirasi masyarakat merupakan suatu komponen yang sangat
penting dalam perencanaan.

1.1. Latar Belakang


Salah satu pertanyaan yang muncul dalam penerapan perencanaan partisipatif
adalah bagaimana kemampuan masyarakat untuk melaksanakannya, sebab praktek
perencanaan partisipatif tanpa didukung oleh kemampuan masyarakat untuk terlibat aktif
di dalamnya adalah merupakan suatu in-efisiensi, yang pada akhirnya akan menghambat
proses perencanaan secara keseluruhan. Menurut Sumarto (2003), ada tiga hambatan
utama dalam penerapan partisipasi masyarakat, yaitu:

a. Hambatan struktural yang membuat iklim atau lingkungan menjadi kurang


kondusif untuk terjadinya partisipasi. Di antaranya adalah kurangnya kesadaran
berbagai pihak akan pentingnya partisipasi serta kebijakan atau aturan yang kurang
mendukung partisipasi termasuk kebijakan desentralisasi fiskal.
b. Hambatan internal masyarakat sendiri, diantaranya kurang inisiatif, tidak
terorganisir, dan tidak memiliki kapasitas memadai untuk terlibat secara produktif
dalam proses pengambilan keputusan.
c. Hambatan akibat kurang terkuasainya metode dan teknik-teknik partisipasi.

Adanya ketiga hambatan di atas mengakibatkan atmosfir partisipasi yang akhir-


akhir ini sangat terasa tidak termanfaatkan dengan baik. Meskipun semua pihak, baik
pemerintah, swasta, maupun masyarakat, telah menyadari betapa pentingnya partisipasi
masyarakat dalam pengambilan keputusan, akan tetapi proses penjaringan aspirasi
masyarakat tersebut justru sering menjadi penghambat dalam proses pengambilan
keputusan. Masyarakat yang dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, seringkali
tidak memiliki kemampuan yang memadai untuk memahami persoalan, memahami
alternatif-alternatif yang dapat ditempuh, dan tidak dapat mengerti sepenuhnya apa
dampak dari kebijakan terhadap mereka, apakah merugikan, menguntungkan, atau tidak
berpengaruh sama sekali.
Banyak cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
dalam ikut terlibat aktif dalam proses pengambilan keputusan. Salah satunya adalah
dengan mengembangkan masyarakat dengan cara mengembangkan kelompok di mana
masyarakat tersebut terlibat. Pengembangan masyarakat berbasiskan kelompok ini tidak
sama dengan mengembangkan masyarakat secara individu ataupun mengembangkan
suatu kelompok secara keseluruhan. Untuk mengembangkan masyarakat kelompok
diperlukan pemahaman khusus mengenai bagaimana keterkaitan antara anggota
kelompok, dalam hal ini masyarakat, dengan kelompok yang dibentuk oleh individu-
individu masyarakat.
1.2. Tujuan
Makalah ini mencoba untuk membahas, bagaimana teknik-teknik pengembangan
kemampuan masyarakat melalui pengembangan kelompok-kelompok masyarakat, baik
kelompok yang sudah ada maupun kelompok yang dibentuk untuk mendukung
pelaksanaan perencanaan partisipatif. Secara lebih spesifik, tujuan makalah ini adalah
sebagai berikut:

- Memberikan gambaran mengenai proses pembentukan suatu kelompok masyarakat,


dan apa saja perubahan yang terjadi pada suatu kelompok masyarakat.
- Menyusun alternatif teknik-teknik pengembangan masyarakat berbasis kelompok
berdasarkan teori-teori yang ada.
- Memberikan kesimpulan dan rekomendasi terhadap alternatif-alternatif
pengembangan masyarakat berbasiskan kelompok.

Dari pembahasan-pembahasan di atas, diharapkan dapat dipahami bagaimana


suatu kelompok terbentuk, bagaimana proses kelompok tersebut menuju kedewasaan,
dan bagaimana kita dapat meningkatkan kemampuan masyarakat untuk terlibat secara
aktif dalam pengambilan keputusan dengan menghimpun masyarakat melalui suatu
kelompok ataupun dengan memanfaatkan kelompok-kelompok masyarakat yang telah
terbentuk.

1.3. Lingkup Materi


Tulisan ini dimulai dari pemahaman akan proses-proses pelibatan masyarakat
dalam pengambilan keputusan, kemudian pembahasan mengenai karakteristik suatu
kelompok sebagai kumpulan individu, dan yang terakhir menyusun alternatif-alternatif
pengembangan masyarakat berbasiskan kelompok. Secara lebih spesifik, lingkup materi
pembahasan Pengembangan Masyarakat Berbasis Kelompok adalah sebagai berikut:

- Mengiventarisasi jenis-jenis pengembangan masyarakat yang saat ini sudah


dipraktekkan oleh pemerintah maupun lembaga non-pemerintah.
- Membahas bagaimana proses pembentukan kelompok, dan bagaimana dinamika di
dalam suatu kelompok.
- Menyusun alternatif-alternatif pengembangan masyarakat berbasiskan kelompok.

2. PROSES DAN PRAKTEK PENGEMBANGAN KELOMPOK


Pembentukan suatu kelompok tidak terjadi begitu saja, akan tetapi melewati suatu
proses tertentu. Dengan memahami proses pembentukan suatu kelompok, kita dapat
memanfaatkan kelompok tersebut semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan-tujuan
khusus. Ada kelompok yang terbentuk secara alami, dan ada juga kelompok yang
merupakan hasil bentukan pihak lain, seperti pemerintah dan organisasi non-pemerintah.

2.1. Peran Kelompok Dalam Perencanaan.


Alasan yang terpenting mengapa kita perlu untuk mengembangkan masyarakat
melalui kelompok adalah karena suatu kelompok dapat mewakili penerimaan, penolakan,
maupun ketidakpedulian anggotanya terhadap kebijakan ataupun keputusan pemerintah.
Suatu kelompok dimana anggotanya dapat menerima kebijakan akan bersifat aktif untuk
ikut mendukung kebijakan tersebut. Di dalam suatu kelompok yang anggotanya dapat
menerima kebijakan pemerintah dengan baik akan terdapat suatu proses yang dinamis
untuk mendukung pemerintah.
Dalam suatu kelompok yang anggotanya menolak kebijakan pemerintah, akan
terjadi suatu aktifitas yang menentang kebijakan tersebut. Hal ini dapat berbentuk baik
kooperatif hingga anarkis.Aktifitas-aktifitas yang terjadi di kelompok tersebut diarahkan
untuk menentang dan bahkan menggagalkan kebijakan tersebut. Dampak negatif yang
ditimbulkan suatu kelompok akan lebih besar bila dibandingkan dampak negatif dari
penentangan individu.
Sedangkan pada suatu kelompok yang anggotanya tidak peduli akan hasil-hasil
kebijakan masyarakat akan bersifat pasif, hampir tidak terlihat aktifitas didalamnya yang
diakibatkan kebijakan yang ditetapkan pemerintah. Meskipun dampak negatifnya tidak
terlalu besar, sebetulnya suatu kelompok masyarakat yang tidak peduli sebenarnya
merupakan suatu potensi yang bila diarahkan dengan baik dapat dimanfaatkan untuk
mendukung kebijakan pemerintah.
Di berbagai negara maju, pengalaman membuktikan bahwa kelompok-kelompok
masyarakat telah berhasil mendorong pemerintah untuk melibatkan masyarakat dalam
proses pengambilan keputusan, sehingga kebijakan yang diambil dapat mencerminkan
aspirasi publik. Dengan demikian, kebijakan pemerintah dapat memperoleh dukungan
secara luas, bukan penolakan. Peran kelompok-kelompok masyarakat, termasuk LSM dan
Civil Society Organization telah mendorong proses pembangunan, bukan hanya dalam
tataran kajian dan pengembangan konsep/teori, peningkatan kesadaran akan pentingnya
partisipasi warga dalam pengambilan keputusan, advokasi untuk mereformasi kebijakan
agar lebih kondusif terhadap partisipasi warga, akan tetapi juga dalam mempraktekkan
pendekatan pembangunan yang bersifat partisipatoris (Sumarto,2003).

2.2. Proses Pengembangan Kelompok


Proses Pengembangan kelompok dapat dipahami melalui pemikiran Barry
Tuckman, seorang psikolog, yang menyimpulkan bahwa suatu kelompok akan melalui
tahapan-tahapan tertentu dalam proses perkembangannya. Tahapan-tahapan itu adalah;
tahap pembentukan, tahap persaingan, tahap pengaturan, dan terakhir adalah tahap
produktifitas.
Pada proses pengembangan suatu kelompok, akan ada tahapan dimana para
anggota kelompok tersebut mengidentifikasi dirinya, orang-orang lain yang ada di dalam
kelompok tersebut, dan eksistensi dan jatid diri kelompok yang diikutinya. Selain itu, akan
terbentuk kesepakatan di antara sesama anggota kelompok mengenai bagaimana
mekanisme apabila ada individu lain yang ingin menjadi anggota kelompok, bagaimana
cara individu tersebut agar dapat berinteraksi sepenuhnya sebagai anggota kelompok.
Selain itu, para anggota kelompok mulai memikirkan bagaimana apabila anggota
kelompok yang tidak sepaham lagi dengan anggota kelompok lainnya ataupun dengan
tujuan utama kelompok.
Setelah suatu kelompok memiliki jati diri dan eksistensi yang jelas, memiliki
anggota dan mekanisme-mekanisme untuk mengatur anggotanya, dengan kata lain
kelompok tersebut telah terbentuk, dimulailah tahapan berikutnya dari pengembangan
kelompok.Tahapan ini adalah tahap persaingan antar anggota, karena tiap-tiap anggota
kelompok akan mulai memikirkan apa tugas yang harus dijalankannya dalam kelompok,
atau siapa yang harus menjalankan tugas tersebut. Selain itu, para anggota kelompok
memiliki keinginan agar pendapatnya didengar oleh anggota lain sehingga dapat
mempengaruhi proses di dalamkelompok. Tahapan ini akan menimbulkan banyak
pertentangan, bahkan dapat menyebabkan suatu kelompok terpecah menjadi beberapa
kelompok, atau bahkan hancur sama sekali. Suatu kelompok yang berhasil melewati
tahapan ini akan menempuh tahap selanjutnya, yaitu tahap pengaturan.
Tahap pengaturan dalam proses pengembangan kelompok adalah tahapan di
mana para anggota kelompok mulai sepakat akan tugas-tugas yang diemban oleh masing-
masing anggota kelompok, termasuk bagaimana pergantiannya dan mekanismenya. Pada
tahap ini terbentuk proses dan prosedur pembagian kerja dan penilaian kinerja masing-
masing anggota kelompok, termasuk sejauh mana penyimpangan perilaku anggota
kelompok dapat diterima. Setelah melewati tahap ini, barulah kelompok tersebut dapat
menghasilkan sesuatu, yang dapat memberikan pengakuan dari pihak-pihak lain akan
eksistensi dan jatidiri kelompok tersebut.
Dengan memahami proses pengembangan kelompok tersebut, kita dapat
menemukan alternatif-alternatif untuk mengembangkan individu yang berada dalam
suatu kelompok seiring dengan proses pengembangan kelompok. Individu pun dapat
dianggap suatu kelompok yang paling kecil, dimana seseorang akan mengalami
pembentukan jati diri, adanya pertentangan batin, maupun proses pembelajaran sehingga
individu tersebut akan menghasilkan sesuatu yang berguna bagi lingkungan.

2.3. Praktek-praktek Pengembangan Masyarakat di Indonesia


Dalam bukunya, Sumarto (2003) berpendapat bahwa ada beberapa praktek
perencanaan partisipatif yang berkaitan dengan pengembangan masyarakat di Indonesia.
Pada umumnya, kegiatan-kegiatan pengembangan masyarakat yang dilakukan bertujuan
untuk mengembangankan Good Governance di Indonesia. Salah satu bentuk pengembangan
masyarakat di Indonesia adalah kegiatan peningkatan kesadaran (Awareness Raising).
Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan kepedulian masyarakat akan permasalahan yang
dihadapi secara kolektif, dan kemudian bersama-sama, baik melalui bantuan fasilitator
maupun secara swadaya berusaha untuk memecahkan permasalahan tersebut.
Peningkatan kesadaran ini bukan hanya ditujukan kepada masyarakat, akan tetapi juga
ditujukan kepada pihak eksekutif dan legislatif agar lebih memperhatikan aspirasi
masyarakat. Salah satu produk dari kegiatan peningkatan kesadaran ini antara lain
program Pembangunan Perumahan yang Bertumpu Pada Kelompok (P2BPK).
Kegiatan pengembangan atau pengembangan kelompok lainnya yang telah
diterapkan di indonesia adalah pengembangan institusi (Institution Building). Kegiatan ini
mendorong terbentuknya kelompok-kelompok masyarakat untuk mengumpulkan dan
mengorganisasikan aspirasi masyarakat. Salah satu contoh produk ini adalah Forum
Perkotaan/Dewan Kota. Pada forum-forum ini, kualitas partisipasi ditingkatkan, antara
lain dengan cara menjamin keterlibatan anggota masyarakat marjinal maupun minoritas.
Dalam menjalankan kegiatan ini, kelompok masyarakat didampingi oleh organisasi non-
pemerintah untuk memberi bantuan pencarian sumber dana dan juga difasilitasi agar
terjadi peningkatan kesadaran, pengembangan kekuatan, dan peningkatan keterampilan
masyarakat untuk berpartisipasi secara efektif.
Pengembangan Kapasitas (Community Building) adalah salah satu contoh kegiatan
yang dilaksanakan oleh lembaga non-pemerintah di Indonesia dalam mengembangkan
kelompok. Output kegiatan ini antara lain dibangunnya sistem informasi dan komunikasi
berbasis kelompok. Dengan adanya media ini, para anggota kelompok memperoleh
kemudahan untuk berinteraksi, memberikan pendapatnya, mengetahui pendapat orang
lain,dan bersama-sama memikirkan alternatif-alternatif pemecahan masalah yang
dihadapi.

3. PENGEMBANGAN MASYARAKAT BERBASIS KELOMPOK


Dalam praktek-praktek perencanaan partisipatif di Indonesia, yang menjadi tolok
ukur keberhasilan suatu proses aktivitas kelompok adalah produk yang dihasilkan. Suatu
aktivitas kelompok dianggap berhasil apabila dapat menghasilkan suatu produk, dan
sebaliknya, dianggap gagal apabila tidak menghasilkan produk apapun. Hal ini merupakan
suatu pandangan yang kurang tepat, karena kita perlu mengkaji lebih dalam, bagaimana
proses internal kelompok tersebut tersebut.
3.1. Penilaian Terhadap Keberhasilan Kegiatan Kelompok
Secara umum, ada dua kemungkinan yang dapat terjadi pada suatu proses
pengembangan masyarakat. Yang pertama, proses tersebut menghasilkan suatu produk,
baik berupa kesepakatan antar warga, kebijakan lingkup internal, rekomendasi terhadap
pemerintah, ataupun produk fisik seperti bangunan umum. Kemungkinan kedua adalah
proses pengembangan masyarakat tersebut tidak menghasilkan produk apapun. Dalam
pandangan sekilas, proses tersebut dapat dikatakan gagal.
Akan tetapi, pertanyaan yang muncul sehubungan kegiatan masyarakat dalam
bentuk kelompok, yaitu

1. Bagaimana proses internal di dalam kelompok tersebut, apakah semua anggota


kelompok sudah terlibat secara aktif?
2. Apakah produk yang dihasilkan tersebut merupakan hasil pemikiran seluruh
anggota ? Ataukah hanya hasil pemikiran beberapa orang yang mendominasi
proses diskusi ?

Dari kedua pertanyaan di atas kita dapat mengambil suatu kesimpulan, bahwa hal
yang paling penting dalam suatu proses kegiatan kelompok adalah bukan pada ada atau
tidaknya produk yang dihasilkan, meskipun memang hal ini merupakan suatu hal yang
penting dalam menilai keberhasilan suatu kegiatan kelompok. Hal yang paling penting
untuk mengukur berhasil atau tidaknya suatu aktivitas kelompok adalah bagaimana
proses internal di kelompok tersebut.
Meskipun suatu kelompok menghasilkan suatu produk, akan tetapi jika produk
tersebut dihasilkan melalui suatu proses yang tidak melibatkan seluruh anggotanya, maka
aktivitas kelompok tersebut tidak dapat dikatakan sepenuhnya berhasil. Bahkan, jika
produk kelompok tersebut dapat diaplikasikan dengan baik dan bermanfaat untuk
masyarakat banyak.

3.2. Mengembangkan Masyarakat Melalui Kelompok


Berdasarkan uraian sebelumnya, penilaian akan berhasil atau tidaknya suatu
kegiatan kelompok bukan hanya didasarkan pada ada atau tidaknya output yang
dihasilkan, akan tetapi juga berdasarkan penilaian atas kualitas keterlibatan anggotanya
dan proses diskusi yang ada di dalamnya.
Menurut Megginson (2003), proses pengembangan masyarakat adalah suatu
proses jangka panjang untuk meningkatkan potensi dan efektivitas anggota masyarakat
untuk terlibat dan berperan aktif dalam aktivitas pembangunan. Pengembangan
masyarakat ini berbeda dengan pelatihan, dimana pelatihan adalah usaha-usaha sistematis
untuk mengalihkan pengetahuan atau keahlian dari seseorang yang tahu atau dapat
melakukan sesuatu kepada orang yang tidak tahu atau tidak dapat melakukannya
(Matthews, 2003).
Dalam mengembangkan kelompok, kita juga harus memperhatikan peningkatan
kemampuan anggota kelompok agar proses-proses diskusi di dalam suatu kelompok
dapat berjalan secara efisien. Peningkatan kemampuan anggota kelompok ini diharapkan
dapat berjalan seiring dengan proses pengembangan kelompok itu sendiri karena proses
pengembangan kelompok merupakan suatu wahana untuk mengembangan masyarakat.
Menurut Megginson (2003), Apabila suatu kelompok melakukan aktivitas tanpa
melalui proses pengembangan kapasitas anggotanya, para anggota kelompok cenderung
untuk terlibat dalam suatu pekerjaan yang “terlihat”, akan tetapi bukan pekerjaan yang
sebenarnya. Pada kelompok ini, sebagian anggota kelompok menganggap bahwa ada
sebagian kelompok yang betul-betul baik dan sebagian lagi betul-betul jelek. Hal ini
merupakan suatu in-efisensi dalam kegiatan kelompok, dan lebih jauh lagi, merupakan
potensi terjadinya perpecahan antar anggota kelompok.
Apabila dalam suatu kelompok terdapat proses pengembangan kapasitas
anggotanya, maka seluruh anggota kelompok akan dapat melakukan pekerjaan yang
sebenarnya, dan memiliki komitmen untuk melakukan sesuatu dan bukan menyesuaikan
keadaannya atau menerima konflik yang tidak terselesaikan di antara anggota kelompok
tersebut. Dalam kaitan antara pengembangan masyarakat dengan pengembangan
kelompok, ada beberapa pertanyaan peningkatan kapasitas anggota yang perlu dilakukan
agar anggota kelompok agar dapat terlibat secara aktif (Megginson, 2003), yaitu:

a. Keahlian dan kompetensi apa yang diperlukan untuk memperbaiki kinerja setiap
individu ?
b. Apa kekurangan tertentu dalam kinerja anggota yang perlu mendapat perhatian
khusus ?
c. Kesempatan apa yang diberikan oleh kelompok untuk mempermudah anggota
mempelajari hal-hal baru?
d. Siapa yang bertanggung jawab untuk memastikan bahwa kesempatan untuk
berperan aktif dalam kelompok telah diberikan kepada tiap anggota ?
e. Apa perubahan perilaku yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja seorang
anggota ?
f. Apa yang tidak berjalan; apa yang salah; kesalahan apa yang dilakukan oleh
anggota dan kelompok ?

Pertanyaan-pertanyaan di atas diperlukan untuk mengarahkan proses-proses di


dalam kelompok agar berjalan ke arah yang lebih baik, terutama berkaitan dengan
kapasitas dan kemampuan kelompok dalam pengembangannya. Agar pertanyaan-
pertanyaan di atas dapat terjawab dengan baik, ada beberapa teknik yang dapat dilakukan,
salah satunya adalah dengan membentuk kelompok sesuai dengan kebutuhan.
Dalam mengembangkan masyarakat berbasis kelompok, ada beberapa bentuk
kelompok yang dapat digunakan untuk mengembangkan kelompok secara keseluruhan
maupun mengembangkan individu-individu yang ada di dalam kelompok. Bentuk-bentuk
kelompok tersebut meliputi (Burgoyne, 1988) :

a. Pertemuan Tim
Pertemuan tim adalah bentuk yang paling mendasar untuk mengumpulkan anggota
kelompok. Bila pertemuan ini belum dapat berjalan dengan baik, lakukan secara
berkala di mana frekuensinya tergantung pada tanggung jawab tiap anggota
kelompok. Selain itu, lokasi tempat tinggal para anggota kelompok juga berpengaruh
terhadap frekuensi pertemuan. Bila suatu kelompok telah menjalankan pertemuan
tim dan tidak puas dengan apa yang telah dihasilkan, maka dapat digunakan
kuesioner singkat untuk mengetahui bagaimana tanggapan anggota kelompok
terhadap pertemuan yang telah dilaksanakan.
Kuesioner tersebut kemudian dapat ditandatangani, kemudian dirangkum sebelum
data tersebut disampaikan kembali ke kelompok. Setelah itu, pertemuan-pertemuan
tim selanjutnya dapat dilaksanakan setelah hasil kuesioner tersebut diolah. Dengan
mencari informasi tentang tanggapan anggota kelompok ini, diharapakan akan
tercipta momentum dimana para anggota kelompok sepakat untuk melakukan
tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki kualitas pertemuan kelompok pada
pertemuan berikutnya.
b. Pertemuan di Luar (away days)
Away Days adalah pertemuan yang dilakukan di luar ruangan, dengan tujuan khusus
untuk melihat permasalahan secara langsung. Pertemuan ini baik dilakukan untuk
kelompok yang selalu mengalami gangguan bila melakukan pertemuan di dalam
kantor, ataupun kelompok yang harus melihat secara langsung permasalahan apabila
ingin menyelesaikannya. Pertemuan ini sangat baik dilakukan sepanjang hari untuk
menyegarkan pikiran para anggota kelompok. Waktu untuk bersantai dan diskusi
informal juga penting untuk dilaksanakan dalam pertemuan di luar. Hal ini bisa
dikombinasikan dengan acara-acara formal lainnya.

c. Pelatihan
Seperti telah disebutkan sebelumnya, pelatihan adalah usaha sistematis untuk
mengalihkan keahlian atau pengetahuan dari seseorang yang tahu dapat melakukan
sesuatu ke orang lain yang tidak tahu atau tidak dapat melakukannya (Megginson,
2003). Dengan dilaksanakannya pelatihan, diharapkan anggota kelompok dapat
memperoleh peningkatan kemampuan untuk terlibat secara aktif dalam proses
diskusi di dalam kelompok.

4. KESIMPULAN
Penilaian akan berhasil atau tidaknya suatu proses partisipasi masyarakat
sebaiknya bukan hanya didasarkan pada ada tidaknya produk yang dihasilkan kegiatan
tersebut ataupun bagaimana produk tersebut dapat mengatasi permasalahan yang
dihadapi. Proses diskusi dan peningkatan kapasitas anggota kelompok yang terlibat dalam
suatu kegiatan juga harus dipertimbangkan, karena ada kemungkinan, meskipun
kelompok tersebut tidak menghasilkan apapun, akan tetapi para anggotanya memperoleh
pengalaman yang berharga dan dapat menerapkan pengalaman tersebut pada kesempatan
lain.
Pengembangan masyarakat melalui kegiatan kelompok adalah suatu alternatif
untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan masyarakat. Ada banyak teknik-teknik
pengembangan suatu kelompok yang bukan hanya mendorong kelompok tersebut agar
dapat menghasilkan sesuatu, akan tetapi juga dapat meningkatkan kemampuan anggota
kelompok tersebut agar dapat berperan secara aktif dalam kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh kelompok.
Dibandingkan dengan mengembangkan masyarakat secara individual, misalnya
dengan pelatihan, pengembangan masyarakat berbasis kelompok ini akan lebih efisien.
Salah satu alasannya adalah karena kelompok dapat mewakili bagaimana penerimaan,
penolakan, atau ketidakpedulian anggotanya akan suatu permasalahan.
Daftar Pustaka:

1. Megginson, David,et.al, Human Resource Development, Fast-Track MBA Series, 2003


2. Burgoyne, J, Management Development for the Individual and the Organization, Personal
Management, 2000.
3. Sumarto, Hetifah, Inovasi, Partisipasi, dan Good Governance, Yayasan Obor Indonesia,
2003.
4. Blackburn, James and Holland, Institutionalising Participation in Development, ITP
London, 1998
5. Revans, R, The ABC of Action Learning, Chatwell Bratt, Bromley.

Vous aimerez peut-être aussi