Vous êtes sur la page 1sur 45

LAPORAN PORTFOLIO RUMAH SAKIT

KASUS IGD

SEORANG ANAK LAKI-LAKI USIA 5 TAHUN DENGAN


FRAKTUR TERBUKA OS FIBULA 1/3 MEDIAL SINISTRA OBLIQUE
DISPLACEMENT NON KOMPLIKATA GRADE 3A DAN FRAKTUR TERBUKA OS
TIBIA 1/3 PROXIMAL SINISTRA TRANSVERSA DISPLACEMENT TERBUKA NON
KOMPLIKATA GRADE 3A.

Disusun Oleh :

dr. Atika Rahmi Hendrini

Pendamping :

dr. Ismy Dianti

PROGRAM DOKTER INTERNSHIP


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MUNTILAN
KABUPATEN MAGELANG
2018

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang rawan
yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa yang bisa menjadi komplit atau inkomplit.
Umumnya apabila rudapaksa yang mengenai tulang, tulang bisa bertahan karena adanya sifat
elastisitas dan kembali ke normal apabila rudapaksa dialihkan. Tetapi apabila intensitas
rudapaksa semakin kuat, elastisitas tulang tidak bisa menanggulangi rudapaksa tersebut, maka
tulang berubah bentuknya. Jika intensitas rudapaksa tinggi, fraktur komplit bisa saja terjadi
dan bisa cenderung ke arah fraktur murni. Rudapaksa yang sering berulang akan
mengakibatkan fraktur stress.1
Fraktur atau patah tulang kebanyakan terjadi akibat trauma, beberapa fraktur terjadi secara
sekunder akibat proses penyakit osteoporosis yang menyebabkan fraktur-fraktur yang
patologis.2
Penyebab fraktur adalah trauma, yang di bagi atas trauma langsung, trauma tidak langsung,
dan trauma ringan. Trauma langsung yaitu benturan pada tulang, biasanya penderita terjatuh
dengan posisi miring dimana daerah trokhanter mayor langsung terbentur dengan keras.
Trauma tidak langsung yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan, misalnya jatuh
terpeleset di kamar mandi. Trauma ringan yaitu keadaan yang dapat menyebabkan fraktur bila
tulang itu sendiri sudah rapuh atau underlying disease atau fraktur patologis.2
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) oleh Badan Penelitian dan
Pengembangan Depkes RI tahun 2007 di Indonesia terjadi kasus fraktur yang disebabkan oleh
cedera antara lain karena jatuh, kecelakaan lalu lintas dan trauma benda tajam/tumpul. Dari
45.987 peristiwa terjatuh yang mengalami fraktur sebanyak 1.775 orang (3,8%), dari 20.829
kasus kecelakaan lalu lintas, yang mengalami fraktur sebanyak 1.770 orang (8,5%), dari 14.127
trauma benda tajam/tumpul, yang mengalami fraktur sebanyak 236 orang (1,7%).3

1.2 Tujuan
Tujuan penulisan referat ini ada 2, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
1. Tujuan umum: untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan pada fraktur terbuka.
2. Tujuan khusus: untuk menyelesaikan tugas laporan kasus internsip RSUD Muntilan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. ANATOMI TUNGKAI BAWAH
Tulang ekstremitas bawah atau anggota gerak bawah dikaitkan pada batang tubuh dengan
perantara gelang panggul terdiri dari 31 pasang tulang, antara lain:
a. Os Femur
Os femur merupakan tulang yang paling panjang dan paling berat dalam tubuh manusia.
Pada posisi berdiri, femur meneruskan gaya berat badan dari pelvis menuju ke os tibia.4,5
b. Os Patella
Os patella adalah sebuah os sessamoidea, ukuran kira-kira 5 cm, berbentuk segitiga, berada
di dalam tendo (bertumbuh di dalam tendo) musculus quadriceps femoris.4,5

c. Os Tibia
Os tibia adalah sebuah os longum, mempunyai corpus, ujung proximal dan ujung distal,
berada di sisi medial dan anterior dari crus. Pada posisi berdiri, tibia meneruskan gaya berat badan
menuju ke pedis.

Ujung proksimal lebar, membentuk condylus medialis dan condylus lateralis tibiae.
Condylus lateralis lebih menonjol daripada condylus medialis. Di sebelah inferior dari condylus
tibiae terdapat tonjolan ke arah anterior, disebut tuberositas tibiae. Ujung distal tibia membentuk
malleolus medialis. Pada permukaan lateral terdapat incisura fibularis yang membentuk
persendian dengan ujung distal fibula.4,5

d. Os Fibula
Os fibula terletak di bagian lateral crus, sejajar dengan tibia, hampir sepanjang dengan tibia.
Di bagian proksimal membentuk persendian dengan tibia dan di bagian distal dengan os talus.
Fibula terdiri dari corpus, ujung proksimalis, dan ujung distal.4,5

e. Ossa Tarsi (Tarsalia)


Ossa tarsi terdiri dari tujuh buah tulang, yakni talus, calcaneus, os naviculare, os cuneiforme
mediale, os cuneiforme intermedium, os cuneiforme lateralis, dan os cuboideum.4,5

f. Ossa Metatarsi (Metatarsalia)

3
Ada lima buah ossa metatarsi, masing-masing mempunyai caput metatarsale, corpus
metatarsale, dan basis metatarsalis.4,5

g. Ossa Digitorum (Phalanges)


Setiap os phalanx mempunyai basis phalangis, corpus phalangis, dan caput phalangis. Jari pertama
hanya mempunyai dua ruas ossa phalanges, sedangkan jari-jari lainnya mempunyai tiga ruas ossa
phalanges. Os phalanx jari I lebih besar dari semua ossa phalanges yang ada. Basis ossis phalanges
mengadakan persendian dengan
2.2. INNERVASI TUNGKAI BAWAH

Gambar 1. Innervasi tungkai bawah.6

Nervus tibialis mempersarafi semua otot dalam compartimentum posterius tungkai bawah.
Saraf ini melintas ke kaudal pada bidang median betis, sebelah dalam musculus soleus. Rami
articulares nervi tibialis mengurus persarafan articulatio genus, dan rami calcanei mediales
mempersarafi kulit tumit.4,5

4
2.3. VASKULARISASI TUNGKAI BAWAH

Gambar 2. Vaskularisasi tungkai bawah.6

Arteri tibialis posterior adalah pemasok darah utama untuk kaki. Pembuluh ini merupakan
cabang akhir arteri poplitea terbesar yang berawal pada tepi distal musculus popliteus dan melintas
di sebelah dalam pangkal (origo) musculus soleus. Di pergelangan kaki arteri tibialis posterior
melintasi malleolus medialis dan terpisah dari strukur ini oleh tendo musculus tibialis posterior
dan tendo musculus flexor digitorum longus. Di sebelah inferior malleolus medialis arteria tibialis
posterior melintas antara tendo musculus flexor hallucis longus dan tendo musculus flexor
digitorum longus. Di sebelah dalam retinaculum flexorum dan pangkal musculus abductor
hallucis, arteria tibialis bercabang menjadi arteria plantaris medialis dan arteria plantaris
lateralis.4,5

Arteria fibularis berawal inferior dari tepi distal musculus popliteus dan arcus tendineus
musculi solei. Arteria fibularis ini melintas serong ke fibula dan mengikuti tepi medial fibula ke
distal, biasanya di dalam musculus fleksor hallucis longus. Arteria fibularis melepaskan cabang-
cabang muskular ke musculus popliteus dan otot-otot yang lain dalam compartimentum posterius
dan compartimentum laterale tungkai bawah. Juga dipercabangkan sebuah arteria nutriens

5
fibularis. Arteria fibularis biasanya menembus membrana interossea cruris dan memasuki dorsum
pedis untuk beranastomosis dengan arteria acuata.4,5

2.4. KLASIFIKASI FRAKTUR


Fraktur merupakan terputusnya kontinuitas struktur tulang. Gejala klinis yang terjadi pada
fraktur adalah pembengkakan, deformitas, kekakuan gerak yang abnormal, krepitasi, kehilangan
fungsi dan rasa sakit. Terdapat dua penyebab utama yang menyebabkan fraktur yaitu trauma
seperti trauma langsung atau tidak langsung dan peristiwa patologis seperti stress fraktur atau
kelemahan tulang. Secara garis besar fraktur dapat dibagi menjadi fraktur komplit dan fraktur
inkomplit.1,7

A. Fraktur Inkomplit
Fraktur inkomplit adalah patahnya tulang hanya pada satu sisi saja (terjadi kerusakan cortex
pada satu sisi tulang). Terdapat dua tipe fraktur inkomplit yaitu fraktur greenstick dan fraktur
torus.8,9
1) Fraktur Greenstik adalah fraktur yang sering terjadi pada anak-anak karena tulang anak-
anak yang masih lunak. Fraktur ini terjadi apabila satu sisi tulang patah dan pada sisi lain
bengkok atau melengkung, tulang melengkung disebabkan oleh konsistensinya yang elastik.
Periosteumnya tetap utuh. Fraktur ini biasanya mudah diatasi dan sembuh dengan baik.1,9

Gambar 3. Fraktur Greenstick.10

6
Gambar 4. panah diatas menunjukkan bagian tulang yang patah yang ujungnya saling berpisah satu sama
lain dan tidak intak sedangkan sisi lain periosteumnya masih baik.11

2) Fraktur torus adalah adalah cedera kompresi pada tulang anak-anak. Tulang elastis tidak
terjadi fraktur tapi tulang tersebut membengkok.1,9

Gambar 4. Gambaran torus fraktur.12

7
Gambar 5. Foto wrist joint posisi AP/Oblik/Lateral. Tampak gambaran fraktur tipe torus (buckle) pada
cortex distal os radius.13

B. Fraktur Komplit
Fraktur komplit adalah patah pada seluruh garis tengah tulang, luas dan melintang. Fraktur
ini bisa menyebabkan tulang terbagi menjadi dua segmen dan biasanya disertai dengan displasia
dari fragmen tersebut. Fraktur komplit sering terjadi pada orang dewasa dan bisa diklasifikasikan
berdasarkan arah fraktur tulang (Direction of the break), jumlah garis fragmen (The degree of the
damage to the bone), hubungan dengan dunia luar, dan penggeseran fragment tulang
(displacement).7,8,9
1) Berdasarkan arah fraktur tulang (Direction of the break)
Arah fraktur dikenal juga sebagai garis patah tulang. Seperti yang dipaparkan pada gambar
dibawah ini, arah fraktur bisa terbagi kepada fraktur transversal, fraktur oblik, fraktur spiral,
fraktur impaksi, dan fraktur avulsi. Fraktur komunitif dan fraktur segmental akan dibahas pada
klasifikasi berdasarkan jumlah fragment.7,8

Gambar 6. Pembagian tipe fraktur.14

a. Fraktur Transversal

8
Fraktur transversal adalah fraktur yang arah garis patahnya melintang. Pada fraktur ini,
segmen-segmen tulang yang patah apabila direposisi atau direduksi kembali ke tempatnya semula,
maka segmen-segmen tersebut akan stabil, dan biasanya mudah dikontrol dengan bidai gips.1,8,9,15

Gambar 7. Fraktur transversal.16

Gambar 8. Foto Cruris posisi AP/ Lateral. Tampak gambaran fraktur transversal pada bagian distal
os tibia.17

b. Fraktur Oblik
Fraktur Oblik adalah garis patah miring. Fraktur ini garis patahnya membentuk sudut
terhadap tulang dan cenderung tidak stabil serta sulit untuk diperbaiki.1,8,9,15

9
Gambar 9. Fraktur Oblik.16

Gambar 10. Foto Cruris posisi AP/ Lateral. Tampak gambaran fraktur oblik pada os tibia.17
c. Fraktur spiral
Fraktur spiral adalah fraktur yang garis patahnya melingkar. Fraktur ini biasanya timbul
akibat torsi pada ekstremitas. Fraktur ini biasanya hanya menimbulkan sedikit kerusakan pada
jaringan lunak, dan fraktur semacam ini cenderung cepat sembuh dengan imobilisasi luar.1,8,9,15

10
Gambar 11. Fraktur Spiral.16

Gambar 12. Foto crurisr posisi AP/ Lateral. Tampak gambaran fraktur spiral pada os tibia.17
d. Fraktur Impaksi
Fraktur kompresi terjadi ketika dua tulang menumbuk tulang ketiga yang berada di
antaranya.8,9

Gambar 13. Fraktur Impaksi.18

11
Gambar 14. Fraktur impaksi os humerus.19
e. Fraktur Avulsi
Fraktur avulsi adalah pemisahan fragmen tulang (biasanya kecil) di area perlekatan ligament
atau tendon (Gambar 11). Fraktur avulsi sering terjadi di pergelangan kaki (ankle) dan di jari-jari.
Fragmen tulang avulsi agak besar dan garis fraktur sering terjadi secara transversal karena fraktur
avulsi menyebabkan kerusakan pada struktur perlekatan jaringan lunak.8,9,15

Gambar 15. Fraktur avulsi.20

12
Gambar 16. Tampak gambaran fraktur avulsi pada pole inferior patella dengan bergeraknya patella

ke atas dan swelling jaringan lunak yang signifikan.21

2) Berdasarkan jumlah fragment (The degree of the damage done to the bone)
a. Fraktur segmental
Fraktur segmental terjadi apabila dua fraktur komplit yang terpisah (sering terpisah secara
transversal). Oleh itu, tulang akan terbagi menjadi tiga fragment besar. Butterfly Fragment adalah
fragment segitiga yang besar, sering terjadi di axis tulang panjang.8,9,15

Gambar 17. Fraktur segmental.22

13
Gambar 15. Foto crurisr posisi AP/ Lateral. Tampak gambaran fraktur segmental os tibia dan

fibula.23

b. Fraktur Kominutif
Fraktur komunitif adalah serpihan-serpihan atau terputusnya keutuhan jaringan dengan lebih
dari dua fragment tulang. Tahap fraktur komunitif tergantung pada kekuatan gaya yang
menyebabkan cedera.1,8,9

Gambar 16. Fraktur kominutif.16

14
Gambar 17. Foto cruris posisi AP/ Lateral. Tampak gambaran fraktur kominutif os tibia dan fibula.31
c. Fraktur Multipel
Fraktur multipel adalah fraktur tulang yang terjadi pada beberapa bagian tulang yang
berlainan.1,7,8

Gambar 18. Fraktur mutipel.25

15
Gambar 19. Foto Manus. Tampak gambaran fraktur mutipel os metacarpal.26

3) Berdasarkan hubungan dengan dunia luar


a. Fraktur tertutup (Closed Fracture) bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar. Fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh, tulang tidak menonjol
melalui kulit.1,8,9,15

Gambar 20. Gambaran klinis fraktur tertutup.27

16
Gambar 21. Tampak gambaran fraktur 1/3 distal os radius dan ulna dengan soft tissue intak (fraktur
tertutup).27

b. Fraktur terbuka (open/ compound fracture) bila terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit.

Gambar 22. Gambaran klinis fraktur terbuka.28

17
Gambar 23. Tampak fraktur distal os fibula dan dislokasi tibia ke caudal, tampak tulang menempus soft
tissue.28
Fraktur terbuka dibagi menjadi tiga derajat (menurut R.Gustillo), yaitu:1,8,9,15
a. Derajat I:
i. Luka <1 cm
ii. Kerusakan jaringan lunak sedikit, relatif tanda luka remuk
iii. Fraktur sederhana, transversal, oblik atau komunitif ringan
iv. Kontaminasi minimal
b. Derajat II:
i. Laserasi >1 cm
ii. Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/avulse
iii. Fraktur komunitif sedang
iv. Kontaminasi sedang
c. Derajat III:
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit, otot, dan
neurovaskuler serta kontaminasi derajat tinggi. Fraktur terbuka derajat III terbagi atas:

18
i. Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat, meskipun terdapat laserasi
luas/flap/avulse atau fraktur segmental/sangat komunitif yang disebabkan oleh trauma
berenergi tinggi tanpa melihat besarnya ukuran luka.
ii. Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang yang terpapar atau terkontaminasi.
iii. Luka pada pembuluh arteri/saraf perifer yang harus diperbaiki tanpa melihat kerusakan
jaringan lunak.
4) Berdasarkan kedudukan pergeseran fraktur (Displacement of fracture)
Fraktur pergeseran adalah posisi yang abnormal pada fragment fraktur di bagian distal yang
berhubungan dengan tulang proximal. Fraktur penggeseran bisa menyebabkan peralihan tulang,
pemendekan tulang, pembentukan sudut angulasi, rotasi, dan perubahan alignment seperti yang
dilampirkan pada Gambar 16. Peralihan (distraction) adalah pemisahan pada axis longitudinal
tulang yang ditandai dengan gangguan alignment tulang. Namun, pergeseran (displacement)
adalah tahap dimana fragmen fraktur keluar dari alignment tulang. Angulasi adalah sudut pada
fragmen distal yang diukur dari fragment proximal. Penggeseran dan angulasi bisa terjadi pada
ventral-dorsal plane, lateral-medial plane atau keduanya.15

Gambar 24. Displacement of Fractur.14


a. Perubahan alignment (Loss of alignment)

19
Istillah ‘pergeseran’ (displacement) adalah perubahan alignment tulang di sepanjang axis
tulang. Perubahan alignment sering disertai beberapa derajat angulasi, rotasi, atau perubahan
kepanjangan tulang.15
b. Pemendekkan tulang (shortening)
Pergeseran tulang distal kearah proximal menyebabkan pemendekan (shortening) pada
tulang panjang. Pemendekan tulang pada fraktur oblik lebih parah dibandingkan pemendekan
akibat fraktur transversal.15
c. Angulasi (Angulation) dan Rotasi (Rotation)
Angulasi merupakan berkaitan dengan arah tulang distal dan terhadap tulang proximal
(Gambar 21). Angulasi pada bagian medial dikenal sebagai ‘Varus’ dan angulasi pada pada lateral
dikenal sebagai ‘Valgus’.7,15

Gambar 25. Angulasi dan Rotasi.12


d. Peralihan tulang (distraction) dan impaksi
Fraktur yang menyebabkan peningkatan panjang tulang. Peningkatan panjang tulang ini
disebabkan oleh pelebaran komponen tulang. Jika terjadi adalah disebabkan oleh suatu impaksi.15

20
Gambar 26. Peralihan tulang dan Impaksi.14
5) Berdasarkan lokasi pada tulang fisis
Tulang fisis adalah bagian tulang yang merupakan lempeng pertumbuhan, bagian ini relatif
lemah sehingga strain pada sendi dapat berakibat pemisahan fisis pada anak-anak. Fraktur fisis
dapat terjadi akibat jatuh atau cedera traksi. Klasifikasi yang paling banyak digunakan untuk
cedera atau fraktur fisis adalah klasifikasi menurut Salter-Harris:19

Gambar 27. Klasifikasi Salter-Harris.


a. Tipe I: fraktur transversal melalui sisi metafisis dari lempeng pertumbuhan, prognosis sangat
baik setelah dilakukan reduksi tertutup.
b. Tipe II: fraktur melalui sebagian lempeng pertumbuhan, timbul melalui tulang metafisis,
prognosis juga sangat baik dengan reduksi tertutup.

21
c. Tipe III: fraktur longitudinal melalui permukaan artikularis dan episfisis dan kemudian
secara transversal melalui sisi metafisis dari lempeng pertumbuhan. Prognosis cukup baik
meskipun hanya dengan reduksi antomi.
d. Tipe IV: fraktur longitudinal melalui epifisis, lempeng pertumbuhan dan terjadi melalui
tulang metafisis. Reduksi terbuka biasanya penting dan mempunyai resiko gangguan
pertumbuhan lanjut yang lebih besar.
e. Tipe V: cedera remuk dari lempeng pertumbuhan, insidens gangguan pertumbuhan lanjut
adalah tinggi tidak normal.1,29

2.5. PENYEMBUHAN FRAKTUR

Tahap (fase) penyembuhan tulang yang mengalami fraktur:

a. Fase Inflamasi
Jika salah satu tulang patah, maka seluruh jaringan lunak sekitarnya juga rusak, termasuk
periosteum dan otot sekitarnya, robek, dan banyak pembuluh darah melintasi garis fraktur yang
pecah. Sehingga terdapat hematoma pada medullary canal, antara ujung fraktur, dan di bawah
periosteum. Darah ini cepat menggumpal dan membentuk bekuan. Osteosit kekurangan nutrisi
dan mati. Sehingga pada daerah fraktur tidak mengandung sel-sel hidup. Kerusakan yang parah
pada periosteum dan sumsum serta jaringan lunak sekitarnya juga dapat berkontribusi sebagai
bahan nekrotik pada daerah fraktur tersebut. Karena begitu banyaknya bahan nekrotik dapat
memunculkan respon inflamasi akut langsung dan intens. Ada vasodilatasi luas dan eksudasi
plasma, yang mengarah ke edema akut terlihat pada daerah fraktur. Fase ini dapat berlangsung
selama 2-4 minggu. Secara perlahan fase ini akan berhenti kemudian fase kedua dimulai dan secara
bertahap menjadi pola dominan.11,12,13
b. Fase Reparatif
Bekuan darah terbentuk pada daerah tersebut. Bekuan darah akan membentuk jaringan
granulasi, dimana sel-sel pembentuk tulang primitive (osteogenik) berdiferensiasi menjadi
kondroblas dan osteoblas. Kondroblas akan mensekresi fosfat yang merangsang deposisi kalsium.
Terbentuk lapisan tebal (kalus) disekitar lokasi fraktur. Lapisan ini terus menebal dan meluas,
bertemu dengan lapisan kalus dari fragmen satunya dan menyatu. Fusi dari kedua fragmen
(penyembuhan fraktur) terus berlanjut dengan terbentuknya trabekula oleh osteoblas, yang melekat
pada tulang dan meluas menyeberangi lokasi fraktur. Persatuan (union) tulang provisional ini akan

22
menjalani transformasi metaplastik untuk menjadi lebih kuat dan lebih terorganisasi. Fase ini
berlangsung selama 1-2 bulan. 31,32,33
c. Fase Remodeling
Proses renovasi dilakukan oleh keseimbangan resorpsi kalus oleh osteoklas, dan deposisi
tulang pipih oleh osteoblas. Fase ini membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk meregenerasi
tulang tersebut. Proses ini mungkin terjadi lebih cepat pasien yang lebih muda. Agar remodeling
tulang baik, maka pasokan darah harus memadai dan meningkat secara bertahap. Hal ini jelas
ditunjukkan pada kasus di mana tidak memadai pasokan darahnya maka berkembang menjadi
atrophic fibrous non-union. Namun, dalam kasus di mana ada vaskularisasi yang baik tetapi fiksasi
tidak stabil, proses penyembuhan berlangsung untuk membentuk kalus, tetapi hasilnya berupa
hypertrophic non-union atau pseudoarthrosis.5,6,19

Gambar 28. Penyembuhan fraktur.

2.6. KOMPLIKASI

Komplikasi pada fraktur yang dapat dilihat pada foto roentgen, ialah:

a. OSTEOMIELITIS
Osteomyelitis adalah penyakit pada tulang, yang ditandai dengan adanya peradangan
sumsum tulang dan tulang yang berdekatan dan sering dikaitkan dengan hancurnya kortikal dan

23
trabekular tulang. Penyakit ini memiliki dua manifestasi yaitu osteomyelitis hematogenous dan
contiguous osteomyelitis dengan atau tanpa insufisiensi vaskular. Baik hematogenous dan
contiguous osteomyelitis mungkin lebih lanjut diklasifikasikan sebagai akut atau kronis.18

Invasi dari organisme yang dapat menyerang tulang baik secara invasi lansung yang berasal
dari luka yang terinfeksi , atau dari infeksi persendian, atau dapat pula berasal dari penyebaran
melalui pembuluh darah yang berasal dari daerah yang jauh, biasanya adalah kulit. Osteomyelitis
haematogenus biasanya terjadi selama proses pertumbuhan , namun semua umur dapat beresiko
dan pada beberapa kasus ditemukan pada orang tua. Pada bayi, penyebab tersering adalah
streptococcus. Pada orang dewasa Staphylococcus lebih sering ditemukan.

Sangat penting untuk mengetahui suplai pembuluh darah tulang sebelum mendeskripsikan
infeksi yang melalui pembuluh darah. Suplai pembuluh darah pada tulang panjang dapat berasal
dari :

1. Arteri Nutrisia. Arteri ini merupakan sumber terbesar suplai darah . Arteri ini mensuplai
medulla dan bagian dalam korteks.
2. Pembuluh darah periosteum, yang mensuplai darah korteks bagian luar.
3. Pembuluh darah metaphisis dan epifisis.
Pada orang dewasa, setelah lempengan epifisis tergabung, pembuluh darah metafisi dan
epifisis akan bergabung sehingga dapat terjadi arthritis septic. Bagaimanapun periosteum
merupakan sumber yang paling banyak yang berperan pada infeksi pada sendi dibandingkan
dengan sumber yang berasal dari metafisis.15

Pada osteomielitis akut terdapat periode laten yaitu 10 -12 hari diantara onset gejala klinis
dan perkembangan gambran radiologi pada tulang . Karena terapi yang adekuat sangat diperlukan
pada keadaan awal , dimana tidak diperlukan untuk menunggu perkembangan dari foto radiologi
untuk melakukan penanganan yang tepat. Radioisotop tulang sangat sensitive terhadap perubahan
osteomielitis, tampak daerah dimana meningkatnya aktifitas radiografi pada daerah infeksi baik
sebelum tampak tanda-tanda osteomielitis pada foto polos tulang.18

24
A B C
Gambar 29. Osteomyelitis akut pada ulna. 8

Gambar Osteomyelitis akut A : Pemeriksaan didapatkan setelah 10 hari dari onset gejala
yang menggambarkan hancurnya dinding tulang disertai dengan reaksi periosteal pembentukan
tulang baru yang mengelilingi distal diafisis dan metafisis. B : Pemeriksaan diulangi kembali pada
1 minggu berikutnya memperlihatkan jumlah formasi subperiosteal pada pebentukan tulang baru.
C : Pemeriksaan dilakukan 6 bulan kemudian memperlihatkan penebalan residual korteks , tetapi
tidak tampak area destruksi tulang.8
Dalam waktu singkat , destruksi tulang menjadi sangat menonjol, menyebabkan tepi tulang
tidak rata, moth-eaten appearance pada daerah medulla tulang, dimana focus destruksi bercampur
dengan area tulang normal. Formasi pembentukan tulng baru periosteal lebih jelas terlihat , dan
reaksi periosteal dan destruksi intramedullar meluas hingga ke diafisis. 4

Gambaran morfologis dari osteomyelitis kronis adalah adanya bagian tulang yang nekrosis
ditandai dengan tidak adanya osteosit yang hidup. Kebanyakan mengandung sel mononuklear,
granula dan jaringan fibrosa menggantikan tulang yang diserap oleh osteoklas. Jika diwarnai
beberapa macam organisme dapat ditemukan.4

Terdapat banyak organisme penyebab osteomyelitis kronis namun penyebab terbanyak


adalah Staphylococus Aureus. Proses patologis yang timbul meliputi adanya infeksi yang
menyebabkan timbulnya peningkatan tekanan intramedullar dan adanya eksudat. Adanya
gangguan aliran darah mengakibatkan timbulnya iskemik tulang dan formasi sequestrum. Adanya
abses kemungkinan keluar dari kulit membentuk sinus. Pada waktu yang sama periosteum

25
kemungkinan berusaha membentuk dinding atau berusaha menyerap sequestra dan membentuk
formasi tulang baru yakni involucrum. 14

Gambar 30. Osteomyelitis kronik pada femur.1

Gambar Osteomyelitis kronik. A : Gambaran radiologi awal deformitas dari os femur kanan.
Terdapat penebalan dari korteks disertai cavitas pada daerah intramedullar dan angulasi. B :
Penekanan jaringan lemak coronal pada MRI yang memperlihatkan hilangnya gambaran otot;
tampak deformitas tulang . Terdapat peningkatan tanda yang luas pada medulla, merupakan
indikasi dari penumpukan cairan. Tumpukan yang terdapat pada medulla superior dapat meluas
masuk kedalam korteks lateral dan pada perbatasan jaringan lunak .Terdapat efusi pada sendi lutut
dan edema pada subkutan jaringan lunak. C : Sinogram memperlihatkan gambaran medium
sebagai dsitribusi dari cairan seperti pada gambar B.1

Evaluasi biasanya dimulai dengan radiografi polos pada semua pasien yang diduga
menderita osteomyelitis; radiografi polos mungkin menyarankan diagnosis yang benar, termasuk
kemungkinan diagnostik lainnya, atau memberikan petunjuk untuk kondisi patologis yang
mendasarinya. Foto polos pada awalnya menunjukkan perubahan jaringan lunak, pembengkakan
otot, dan kabur dari pesawat jaringan lunak. Pada infeksi piogenik, perubahan pertama pada tulang
menunjukkan bahwa proses infeksi telah hadir selama 2 sampai 3 minggu atau lebih. Secara
umum, osteomyelitis harus memperpanjang setidaknya 1 cm dan kompromi 30 sampai 50% dari
kandungan mineral tulang untuk menghasilkan perubahan nyata dalam radiografi polos.

26
Temuan awal mungkin halus, dan perubahan mungkin tidak jelas sampai 5 sampai 7 hari
pada anak-anak dan 10 sampai 14 hari pada orang dewasa. Khas perubahan awal tulang meliputi:
penebalan periosteal, lesi litik, scalloping endosteal, osteopenia, hilangnya arsitektur trabecular,
dan tulang baru apposition.Kekhasan radiografi polos untuk mendeteksi osteomyelitis lebih tinggi
dari sensitivitas, dan karena ini, penggunaan metode pencitraan alternatif seperti modalitas
scintigraphic dan MRI telah diminta. Abses radiolusen Satu atau beberapa dapat terlihat selama
subakut atau tahap kronis osteomyelitis. Abses ini sekarang didefinisikan sebagai lesi dibatasi
menunjukkan kecenderungan untuk (tetapi tidak untuk kurungan) ekstrem tulang tubular; mereka
khas ditemukan dalam osteomyelitis subakut piogenik, biasanya berasal dari staphylococcal.
Abses Brodie adalah sangat umum pada anak-anak, lebih khusus anak laki-laki. Pada kelompok
usia ini, mereka muncul dalam metaphyses, terutama yang dari bagian distal atau proksimal tibia.35

Gambaran yang membedakan dari osteomielitis kronis adalah tulang nekrotik, yang
terbentuk dalam rata-rata 10 hari, namun radiografi polos tidak dapat mendeteksi sequestra atau
tulang sklerotik selama berminggu-minggu. Periostitis, pembentukan involucrum, dan sinus
saluran disebabkan abses subperiosteal dengan mengangkat periosteum, pembentukan tulang baru,
dan fistula jaringan lunak. Semua temuan ini adalah indikasi dari sifat berlarut-larut dari proses
infeksi. 18

b. NEKROSIS AVASKULAR
Nekrosis avaskular didefinisikan sebagai kematian dari komponen sel tulang yang terjadi
akibat terhentinya suplai darah, struktur tulang menjadi kolaps, menghasilkan destruksi tulang,
nyeri, dan kehilangan fungsi persendian. Nekrosis avaskular dapat diikuti oleh kondisi-kondisi
lainnya dan biasanya melibatkan epifisis dari tulang panjang seperti caput femur, humerus, dan
condilus femur, namun tulang-tulang kecil dapat pula terkena. Pada pemeriksaan klinis nekrosis
avaskular dapat pula dijumpai pada pertemuan panggul, belakangan ini didapatkan nekrosis
avaskular pada rahang.

Diagnosis yang cepat dan intervensi pengobatan yang tepat dapat menunda perubahan
persendian. Namun, beberapa pasien memperlihatkan penyakit-penyakit tambahan setelahnya.
Tanpa penanganan, proses ini hampir selalu progresif, menjadikan destruksi persendian dalam
jangka waktu 5 tahun. Pasien yang mengkonsumsi kortikosteroid dan yang menerima transplantasi
organ memiliki resiko terhadap nekrosis avaskular. Kebanyakan data menunjukkan adanya

27
hubungan riwayat, natural, patologi, patogenesis, dan penanganan dari AVN terhadap nekrosis
pada caput femur.

Gambaran Radiologi

Radiografi : Temuan foto polos radiografi tidak terlihat pada nekrosis avaskular tahap awal. Pada
nekrosis avaskular ringan hingga sedang gambaran radiografi menunjukkan sklerosis dan
perubahan densitas tulang. Pada penyakit yang lebih berat, deformitas tulang, seperti flattening
subchondral radiolucent lines (crescent sign), dan kolaps pada caput femur terlihat jelas. (lihat
gambar di bawah ini)

Gambar 31. Nekrosis Avaskular pada caput femur merupakan hasil dari terapi kortikosteroid.

Gambar 31. Nekrosis avaskular pada bahu menunjukkan garis radiolusen subchondral (crescent
sign).

28
c. NON-UNION
Non union didefinisikan sebagai berhentinya semua proses penyembuhan tanpa penyatuan
tulang. Kegagalan untuk menunjukkan perubahan progresif pada gambaran radiografi setidaknya
3 bulan setelah periode waktu selamapenyatuan fraktur normal telah dilewati adalah bukti dari non
union. Perubahan pada gambaran radiografi mungkin sedikit, oleh karena itu pemeriksaan
radiologi harus dilakukan selama beberapa bulan apakah terdapat perubahan atau tidak.20

Diagnosis klinis non union biasanya didasarkan padariwayat dan gejala klinis yang
ditemukan. Tanda paling umum adalah tidak digunakannya ekstremitas, yang mana dapat
menyebabkan atrofi otot, kekakuan sendi, angulasi progresif, dan mal alignment tulang.
Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya gerakan pada daerah fraktur. Kadang-kadang gerakan ini
sulit untuk dilihat, karena fraktur mungkin berada pada proximal sendi sehingga dipikirkan bahwa
fraktur ada di seluruh sendi. Biasanya jika terdapat non union di dekat sendi maka gerakan sendi
menjadi terbatas. Dengan palpasi dalam pada daerah fraktur dapat menghasilkan ekspresi nyeri
pada pasien, tapi hal tersebut tidak selalu ditemukan. Penegakan diagnosis radiografi dari non
union dibuat berdasarkan temuan: garis radiolusen pada daerah fraktur(fraktur persisten), biasanya
disertai dengan pinggiran sklerotik, dan ditandai dengan sklerosis yang mengelilingi garis fraktur.
MRI dapat berperan dalam untuk memperlihatkan fraktur non union dengan infeksi.4,5

Gambar 32. Gambaran Non union Os. Tibia yang telah dilakukan transplantasi tulang interosseus dan
terdapat kawat. Tampak sklerosis diekitar garis fraktur, tanpa adanya tanda-tanda bone bridging 1 tahun
setelah terjadinya fraktur.1

29
Gambar 33. (A) MRI menggambarkan tanda intensitas campuran di jaringan celah fraktur non union
pada distal femur (panah) pada gambaran T1. (B) Daerah dimana meningkatnya tanda-tanda intensitas
diperlihatkan oleh T2 (panah hitam), mengindikasikan adanya tanda-tanda infeksi.1

Gambar 34. Non union Tibia. Pada radiografi frontal dari distal tibia memperlihatkan garis halus dan
sklerotik pada ujung fraktur (panah biru) pada pasien 14 bulan setelah fraktur, tanda-tanda non union.
Terdapat beberapa formasi kalus eksternal (panah putih). Terdapat pula fraktur non union dari os. fibula. 19

Setelah diagnosis selesai, pengobatan harus segera dilakukan. Sebelum hal ini dilakukan,
bagaimanapuntetap penting untuk melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh dan bagian
yang cedera untuk memastikan ada tidaknya kerusakan saraf atau keterbatasan gerak sendi dan
jaringan lunak. Penaganan yang sering dilakukan adalah melalui operasi yang dapat memperbaiki

30
non union menjadi penyatuan tulang yang kuat walaupun fungsi ekstremitas tetap berkurang.
Tujuan utama penyatuan tulang adalah untuk mengembalikan fungsi yang adekuat. Jika
penanganan ini tidak mengembalikan fungsi secara adekuat maka sebaiknya tidak dilakukan.
Namun, amputasi mungkin juga harus dipikirkan sebagai salah satu penanganan.15

d. DELAYED UNION
Pada fraktur normal dibutuhkan waktu penyembuhan terntentu yang dapat diperkirakan
untuk penyembuhan tulang. Waktu normal ini dapat bergantung pada usia, suku, keturunan, tulang
yang terlibat, tingkat keparahan fraktur, dan apakah terdapat cedera jaringan lunak. Definisi dari
Delayed Union adalah ketika periode penyembuhan normal telah terlewati mulai dari awal cedera
dengan mempertimbangkan variabel-variabel di atas (Gambar 1). Faktanya, delayed union bukan
berarti akan menjadi non-union. Namun non-union adalah hasil dari delayed union, dan perbedaan
antara keduanya kadang sulit untuk dijelaskan. Masalah klasik yang menjadi penyebab delayed
union adalah reduksi yang tidak adekuat, imobilisasi yang tidak adekuat, ditraksi, kehilangan
suplai pembuluh darah, dan infeksi. 16

Gambar 35. Radius caninus yang matur dan ulna pada 6 minggu setelah dysplasia akibat fraktur dan
setelah pemakaian bebat. (A) akhir rotgenogram memperlihatkn external callus trnsversal (zona
radiolusen), merupakan gambaran khas fibrocartilaginous delayed union. (B) Microangiogram dari
fraktur radius menunjukan zona avaskular (zona radiolusen),dan juga menunjukan lapisan fibrokartilago.

Reduksi fraktur yang tidak adekuat, kurang memperhatikan penyebabnya, merupakan alasan
terbentuknya delayed union dan non union. Hal ini biasanya dimulai dari ketidakstabilan dan
imobilisasi yang buruk. Selain itu, reduksi yang tidak adekuat dapat disebabkan oleh hancurnya
jaringan lunak melalui daerah fraktur, yang dapat menunda penyembuhan. Gangguan pada

31
jaringan lunak dapat menyebabkan hilangnya suplai vaskularisasi pada daerah fraktur. Pada daerah
tulang yang memiliki otot, suplai vascular dapat kembali dengan cepat. Pada daerah lain, seperti
pada sepertiga distal radius dan ulna pada anjing, dimana terdapat sedikit otot, vaskularisasi justru
dapat tidak kembali. 16

Imobilisasi yang tidak adekuat dapat menyebabkan biomekanikal seperti masalah


fisiologis yang akan mempengaruhi penyembuhan fraktur (Gambar). Pada penjelasan Perren baru-
baru ini, bahwa masalah penyembuhan fraktur terutama pada pergerakan relative pada daerah
fraktur. 16

Gambar 36. Matur caninus radius 6 minggu setelah osteotomy dan fiksasi dengan 4 lubang standar plate
dan screw. (A) Rontgen standar memperlihatkan pelepasan dari 2 crew proksimal dengan elvasi. Daerah
osteotomy dengan gambaran radiolusen dan dan dibatasi oleh sedikit tumpukan kalus eksternal pada
daerah proyeksi craniocaudal. (B) Microangiogram menunjukkan kelonggaran dan elevasi dari plate pada
sisi, dengan suplai pembuluh darah kortikal yang, ketika pembuluh darah pada daerah osteotomy
tersumbat oleh. Kotex bagian bawah terikat kuat oleh plate, pada daerah kanan tampak pembuluh darah
yang berasal dari medulla. 19

e. MAL-UNION
Istilah malunion diberikan bagi fraktur yang telah sembuh dengan perubahan anatomi yang
buruk, disertai dengan banyaknya fragmen yang tumpang tindih, dan terjadi pemendekan tulang,
atau angulasi yang buruk atau displace dari fragmen distal. Malunions dapat diklasifikasikan
sebagai fungsional atau nonfungsional. Malunion fungsional biasanyaditemukan pada orang-
orang yang memiliki deviasi minimal dari axis normalnya tanpa menganggu mobilitas. Malunions

32
dapat terjadi baik dengandeviasi axial dan deformitas protational. Deformitas axial seperti valgus
atau deviasi lateral dapat menyebabkan fraktur baru yang kemudian menyebabkan penyakit
degeneratif sekunder dari tulang pergelangan tangan karena weight bearing pada posisi yang
abnormal.sangat sering deviasi malunion axial akan menyebabkan masalah pada persendian.
Fraktur yang berhubungan dengan cedera fisis juga dapat menyebabkan deformitas yang biasanya
tidak diklasifikasikan sebagai malunion. Deformitas biasanya disebakan karena lempengan
pertumbuhan belum matur. Sangat sering deformitas dalam kasus ini sama dengan malunion, tapi
itu terjadi setelah waktu penyatuan karena pertumbuhan lebih lanjut dari satu atau lebih tulang
dalam hubungannya dengan tulang lain yang juga sementara bertumbuh. Malunion rotasi dapat
juga terjadi dan biasanya adalah rotasi eksternal. Sebaliknya, deformitas rotasi internal dapat
menyebabkan masalah yang lebih serius namun jarang terjadi.20

Kebanyakan malalignments harus terdeteksi sebelum penyembuhan terjadi. pengobatan


yang memadai harus dilakukan dengan memperbaiki axis dan deformitas rotasi yang ada,
sehinggan penyatuan tulang normal dapat terjadi. Biasanya lebih baik untuk menghentikan
penyembuhan fraktur pada stadium awal untuk memperbaiki deformitas daripada menunggu
osteotomi. Malunion jarang terjadi pada kasus dengan follow up yang baik setelah internal fiksasi
atau splinting.20

33
BAB III
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. GRF
Umur : 5 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Muntilan
Suku : Jawa
Tanggal MRS : 23/10/2018
No. Reg : 308382

Primary Survey

1. Airway

 Tidak ditemukan adanya obstruksi pada saluran napas, trauma jalan nafas.
 Pasien tidak terlihat sianosis, stridor (-), gurgling (-)
2. Breathing

 Pasien terlihat napas spontan seperti biasa,pengembangan thoraks simetris (+/+),


RR:22x/menit, SpO2 98%
 Pasien tidak menggunakan otot bantu pernapasan
3. Circulation

 Denyut nadi 112 x/menit regular, equal, isi cukup


 Temperatur pasien 36,8OC dan CRT < 2 detik
4. Disability

 Compos mentis, GCS : E4V5M6


 Reflek pupil isokor (+/+), kelumpuha (-/-)
5. Exposure

 Terdapat luka terbuka dan deformitas di kaki kiri.


B. ANAMNESIS

34
Keluhan utama : Nyeri pada kaki kiri
Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan nyeri pada kaki kiri sejak 1jam sebelum masuk rumah sakit setelah
tertabrak sepeda motor saat menyeberang jalan. Pasien jatuh membentur trotoar. Setelah jatuh
pasien dalam keadaan sadar, ingat kejadian (+). Kaki kirinya terdapat luka terbuka, bengkak, dan
pendarahan aktif, nyeri digerakkan, kemudian pasien dibawa ke IGD RSUD Muntilan. Nyeri
kepala (+), penurunan kesadaran (-), mual (-), muntah (-), kejang (-).

Riwayat penyakit dahulu


- Riwayat trauma sebelumnya tidak ditemukan
- Pasien tidak pernah menjalani operasi sebelumnya
Riwayat pengobatan
Belum pernah ada riwayat pengobatan

C. SECONDARY SURVEY
 Keadaan umum : Tampak sakit sedang, VAS = 5
 Kesadaran : Compos mentis, GCS 15 (E4V5M6)
 Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 112x/menit, regular, equal, isi cukup
Laju pernapasan : 22x/menit, SpO2 98%
Suhu tubuh : 36,8OC
 Status gizi
Berat badan : 20 kg
Tinggi badan : 120 cm

Status Gizi : Baik

Status imunisasi : lengkap, sesuai usia.

 Status generalis
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor 3mm/3mm

35
Leher : Tidak teraba pembesaran KGB
Thorax
Inspeksi : Bentuk dan gerak simetris
Palpasi : Taktil fremitus kanan=kiri
Perkusi : Sonor +/+
Auskultasi : Suara dasar verikuler kanan=kiri, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak nampak
Palpasi : Thrill (-)
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : S1S2 reguler, murmur (-)
Abdomen : Datar. lembut, bising usus (+) normal, nyeri tekan epigastrum (-)
Ekstermitas: Akral hangat, CRT < 2 detik, edema (+) pada region cruris sinistra

Status lokalis: Regio cruris sinistra

Look : luka terbuka ±3x4cm dengan luka memar sepanjang 20 cm x 5 cm, fragmen tulang
terekspose (-), bleeding (+), edema (+), deformitas (-).
Feel : Nyeri tekan setempat (+), sensibilitas (+), suhu rabaan hangat, AVN distal normal.
Move: Gerakan aktif dan pasif terhambat, Gerakan abduksi tungkai kiri terhambat, gerakan
adduksi tungkai kiri terhambat, sakit bila digerakkan, gangguan persarafan tidak ada, tampak
gerakan terbatas, keterbatasan pergerakan sendi-sendi distal (karena terasa nyeri saat
digerakkan).

D. Pemeriksaan Penunjang
- Foto X-ray
- Laboratorium

36
Luka terbuka pada kaki kiri pasien

Foto Cruris Sinistra AP/Lateral (23 Oktober 2018)

37
Foto Cranium 2 posisi (23 Oktober 2018)

Foto Thorax AP/Lateral (23 Oktober 2018)

38
39
HASIL SATUAN NILAI NORMAL

(20/05/2018)

HEMATOLOGI

Hemoglobin 14.1 g/dl 11.5-13.5

Hematokrit 45.3 % 34-40

Eritrosit 4,4 106 /L 3.9-5.9

Leukosit 13.09 103 /L 5.5-15.5

Trombosit 250 103/L 150-450

MCH 28 Fl 26-34

MCV 78 Pg 80-100

MCHC 35 g/dL 32-36

RDW 15.3 % 11,5 - 14,5

MPV 6.03 fL 7,2 - 11,1

DIFF COUNT

Netrofil 89.5 % 50-70

Limfosit 3.6 % 25-40

Monosit 6.3 % 2-8

Eosinofil 0.1 % 2-4

Basofil 0.5 % 0-1

KIMIA KLINIK

Natrium 140.5 mmol/L 135 – 148

Kalium 3,87 mmol/L 3,5 – 5,3

Chlorida 111,9 mmol/L 98 – 106

40
E. DIAGNOSA
Cedera Kepala Ringan GCS 15 dengan Fraktur terbuka os fibula 1/3 medial sinistra oblique
displacement non komplikata grade 3A dan fraktur terbuka os tibia 1/3 proximal sinistra
transversa displacement terbuka non komplikata grade 3A.

F. PLANNING DIAGNOSIS
- Irigasi dengan NaCl dan medikasi luka
- Pasang spalk, tutup sementara dengan kassa
- Informed consent untuk program ebridement + ORIF
- Konsul Bedah Umum dengan diagnosis CKR
- Cek laboratorium pre operasi dan rontgen thoraks AP
- Infus RL 12 tpm
- Injeksi Ceftriaxon 500 mg/12 jam mulai di IGD
- Injeksi Sanmol 250 mg/6 jam
- Konsul anestesi untuk pre operasi.

G. KASUS
Berdasarkan anamnesis, pasien nyeri pada kaki kiri setelah jatuh dari sepeda motor
(23/10/2018) saat menyeberang. Pasien jatuh membentur trotoar. Setelah jatuh pasien dalam
keadaan sadar. Kaki kirinya terdapat luka terbuka dan nyeri saat digerakkan, kemudian pasien
dibawa ke RSUD Muntilan. Dari hal diatas dapat disimpulkan bahwa nyeri pada kaki kiri dan false
movement merupakan salah satu tanda fraktur. Pasien juga mengeluh nyeri kepala paska kejadian
dan ingat kejadian.
Dari pemeriksaan fisik
Look : luka terbuka ±3x4cm dengan luka memar sepanjang 20 cm x 5 cm, fragmen tulang
terekspose (-), bleeding (+), edema (+), deformitas (-).
Feel : Nyeri tekan setempat (+), sensibilitas (+), suhu rabaan hangat, AVN distal normal.
Move: Gerakan aktif dan pasif terhambat, Gerakan abduksi tungkai kiri terhambat, gerakan
adduksi tungkai kiri terhambat, sakit bila digerakkan, gangguan persarafan tidak ada, tampak

41
gerakan terbatas, keterbatasan pergerakan sendi-sendi distal (karena terasa nyeri saat
digerakkan).
Hasil Pemeriksaan ini memperkuat dugaan sementara fraktur. Untuk menegakkan
diagnose diperlukan pemeriksaan penunjang. Pada gambaran rontgen cruris sinistra, terdapat
fraktur terbuka os fibula 1/3 medial sinistra oblique displacement terbuka dan fraktur terbuka os
tibia 1/3 proximal sinistra transversa displacement terbuka non komplikata dengan grade 3 A
sesuai kriteria Gustillo.
Sesuai dengan tinjauan teori, bahwa open fraktur harus ditangani dengan operasi CITO
dalam periode sebelum golden period untuk meminimalisir infeksi dengan debridement yang
mengubah luka kotor menjadi luka bersih serta pemberian antibiotik spektrum luas anti nyeri, dan
persiapan operasi untuk meminimalisir komplikasi.

42
BAB IV
KESIMPULAN
Fraktur terbuka merupakan suatu fraktur dimana terjadi hubungan dengan lingkungan luar
melalui kulit sehingga terjadi kontaminasi bakteri sehingga timbul komplikasi berupa infeksi. luka
pada kulit dapat berupa tusukan tulang yang tajam keluar menembus kulit atau dari luar oleh
karena tertembus misalnya oleh peluru atau trauma langsung.
Fraktur terbuka merupakan suatu keadaan darurat yang memerlukan penanganan yang
terstandar untuk mengurangi resiko infeksi. selain mencegah infeksi juga diharapkan terjadi
penyembuhan fraktur dan restorasi fungsi anggota gerak. beberapa hal yang penting untuk
dilakukan dalam penanggulangan fraktur terbuka yaitu operasi yang dilakukan dengan segera,
secara hati-hati, debrideman yang berulang-ulang, stabilisasi fraktur, penutupan kulit dan bone
grafting yang dini serta pemberian antibiotik yang adekuat.
Hubungan dengan dunia luar dapat terjadi karena penyebab rudapaksa merusak kulit,
jaringan lunak dan tulang atau Fragmen tulang merusak jaringan lunak dan menembus kulit.
Klasifikasi yang dianut adalah menurut Gustilo, Merkow dan Templeman (1990) Semua
patah tulang terbuka adalah kasus gawat darurat. Karena itu penanganan patah tulang terbuka
harus dilakukan sebelum golden periode terlampaui agar sasaran akhir penanganan patah tulang
terbuka tercapai.

43
DAFTAR PUSTAKA

1. Apley, Graham, Solomon Louis. Buku ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Appley Edisi
ketujuh. Jakarta : Widya Medika ; 2004.
2. Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta : Yarsif Watampone; 2007
3. Sjamsuhidajat, R, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2005.
4. Snell, Richard S. Anatomim Klinik Edisi 6. Jakarta : EGC; 2006
5. SMF Ilmu Bedah Orthopaedi dan traumatologi. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Surabaya:
RSU Dr. Soetomo & FK Unair; 2008.
6. Soft tissue coverage in open fractures of tibia. Available from :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3421938/ Diunduh tgl 4/11/2018
7. Operative stabilization of open long bone fractures. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3530238/ Diunduh tgl 7/11/2018
8. Infection Rates in Open Fractures of the Tibia. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3205596/ Diunduh tgl 7/11/2018
9. Sutton, David.2003. Textbook of Radiology And Imaging, 7th ed.Vol.2. Elsevier Science :
London
10. Asrizal, R.A. 2014. Closed Fracture 1/3 Middle Femur Dextra. Vol.2 No.3. FK UNLAM
: Lampung
11. NOVELNDI.R. 2011. Karakteristik Penderita Fraktur Rawat Inap di RSUD Dr.Pirngadi
Medan pada tahun 2009 (Jurnal). USU Institutional Repository : Sumatera Utara
12. Keith L. Moore, Anne M.R Agur. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Hipokrates : Jakarta
13. Lululima, J.W. 2002. Anatomi Umum. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin :
Makassar
14. Johannes W. Rohen, Chihiro Yokochi. 2006. Color Atlas of Anatomy (A Phtographic
Study of The Human Body 4th ed. Schattauer : Germany.
15. Christos Garnavos, Nikolaos K. Kanakaris. 2012. New Classification System For Long-
bone Fractures Supplementing the OA/OTA Classification Vol. 35. Feature Article

44
16. Paul and Juhl's.1998. Essentials of Radiologic Imaging 7th ed. Lippincott Williams &
Wilkins Publishers : Mexico
17. Iain H. Kalfas, M.D. , F.A.C.S Department of Neurosurgery, Section of Spinal Surgery,
Cleveland Clinical Foundation. 2001. Principle of Bone Healing Article 1 Vol. 10.
Neurosurg Focus
18. Balentine, Jerry R.dkk.2014. Broken Bone (Types of bone fracture).
http://www.medicinenet.com/broken_bone_types_of_bone_fractures/page2.htm. diakses
tanggal 10 November 2018. Emergency room visit.2011.Forearm fracture.
http://www.kidsfractures.com/forearm/ . diakses tanggal 10 November 2018.
19. Ilivid.2011. Greenstick/Torus. http://www.eorthopod.com/content/adult-fractures-types.
diakses tanggal 10 November 2018.
20. Thompson, jeff. Fractures in kids
.http://www.radiologyteacher.com/index.cgi?&nav=view&DatID=1340. diakses tanggal
10 November 2018.
21. Roberts James R.2013. Fractures.
http://www.merckmanuals.com/professional/injuries_poisoning/fractures_dislocations_an
d_sprains/fractures.html. diakses tanggal q0 November 2018.
22. Merck Manual. 2003. Medical information, Fracture, Dislocation and Sprain 2nd Home
Edition published by Merck & Co.Inc.
23. William. Fracture injuries.
http://www.wildbill-law.com/fracture_injuries.html. diakses tanggal November 2018.

45

Vous aimerez peut-être aussi