Vous êtes sur la page 1sur 6

Kata Pengantar

Alhamduilah puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah


Swt, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat
menyelesaikan modul Al- Islam Kemuhammadiyahan II (ibadah, akhlak
dan muamalah) dalam rangka melengkapi bahan bacaan bagi
mahasiswa yang mengikuti perkuliahan khususnya mata kuliah Al-
Islam dan Kemuhammadiyahan II.
Modul ini diperuntukkan bagi kalangan internal Sekolah Tinggi
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Muhammadiyah Sorong yang
meliputi sembilan program studi: Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Bahasa Inggris, Pendidikan
Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi, Pendidikan Teknologi dan Informasi,
Pendidikan matematika, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Pendidikan Biologi dan pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam.
Modul ini masih jauh dari kesempurnaan, kami sadar dalam
pembuatanya masih terdapat berbagai kekurangan, karena itu kami
nantikan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan modul ini.
Kami mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan modul ini. semoga modul ini
dapat memberikan manfaat bagi semua pihak khususnya pada
para mahasiswa STKIP Muhammadiyah Sorong.
Wassalamu ‘alaikum wr. wb.

Sorong, Januari 2018

Penyusun
BAB 1

AKHLAK

Kemapuan yang diharapkan:

1. Memahami pengertian akhlak.

2. Memahami perbedaan dan persamaan antar akhlak, etika dan moral.

3. Memahami sumber akhlak dalam Islam.

4. Memahami Akhlak sebagai modal sosial bagi keberhasilan hidup seseorang.

A. Pengertian Akhlak

Menurut bahasa, kata Akhlak berasal dari bahasa Arab yang merupakan bentuk
jama’ dari Khuluq atau khulq yang berarti (a) tabiat atau budi pekerti (b)
kebiasaana tau adat, (c) keperwiraan, kesatriaan, kejantanan, dan (d) agama.
Senada dengan hal tersebut, al-Qur’an menyebutkan bahwa agama itu adalah
adat kebiasaan dan budi pekerti yang luhur, sebagaimana terkandung dalam Qs.
Al-Syu’ara: 137 dan Al-Qalam: 4.

Dua ayat tersebut (Qs. Al-Syu’ara: 137 dan Al- Qalam: 4) berbicara mengenai dua
hal. Pertama, bahwa Al-Qur’an menyebut akhlak dalam bentuk tunggal, yaitu:
khuluk, bukan akhlaq. Kedua, yang terpenting dari ajaran Islam adalah
mengamalkan ajarannya, sehingga menjadi kebiasaan sehari-hari.

Tentu sebuah kebiasaan tidaklah cukup apabila dilakukan satu atau dua kali saja
namun perlu dilakukan berkali-kali sehingga dalam diri yang bersangkutan
‘terpola’ dengan kebiasaan itu.

Menurut pengertian secara istilah akhlak

(khuluk) didefinisikan sebagai sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga
sifat itu akan muncul secara respon bilamana diperlukan, respon itu tanpa
memerlukan pemikiaran atau pertimbangan lebih dahulu, serta tidak pula
memerlukan dorongan dari luar.

1. Imam Al-Ghazali

Akhlak adalah sifat yang tertananm dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-
perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan.

2. Ibrahim Anis
Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-
macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran atau
pertimbangan.

3. Abdul Karim Zaidan

(akhlak) adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang
dengan sorotan dan timbangannya seseorang dapat menilai perbuatannya baik
atau buruk, untuk kemudian memilik melakukannya atau
meninggalkannya.

Dari tiga definisi diatas dapat ditegaskan bahwa tidak semua perbuatan manusia
disebut akhlak. Perbuatan manusia baru disebut akhlak kalau memenuhi dua
persyaratan, adapun perstaratanya adalah: pertama, perbuatan itu dilakukan
berulang- ulang, apabila perbuatan itu hanya dilakukan sekali saja, maka belum
disebut sebagai akhlak. Misalnya, pada suatu saat orang yang jarang berderma
(memberikan infak) tiba-tiba memberikan uang dengan alasan tertentu. Dengan
tindakan ini tidak dapat disebut orang yang murah hati atau disebut sebagai
seseorang berakhlak dermawan. Karena perbuatan itu belum melekat dalam
jiwanya. Kedua, perbuatan itu timbul karena dengan mudah tanpa dipikir atau
diteliti terlebih dahulu sehingga benar- benar merupakan suatu kebiasaan.

Lebih jauh tentang kecenderungan hati manusia, yang selanjutnya disebut


akhlak, Ahmad Amin4 dalam bukunya al-Akhlak menyebutkan pada dasarnya
akhlak itu adalah membiasakan kehendak (‘adat-iradah). Kata
“membiasakan” disini dipahami dalam pengertian melakukan sesuatu secara
berulang-ulang, sehingga menjadi kebiasaan (adah). Ada dua hal yang dapat
dijadikan sebagai alat untuk mengukur kebiasaan (1) ada kecenderungan hati
kepadanya, (2) ada pengulangan yang cukup banyak, sehingga mudah
mengerjakannya tanpa memerlukan fikiran lagi.

Beberapa uraian diatas dapat kita ambil

kesimpulan bahwa sifat akhlak itu ‘netral’ artinya akhlak belum menunjukan
kepada baik atau buruk. Namun demikian, apabila istilah akhlak itu disebut
sendirian (tidak dirangkai dengan sifat tertentu) maka yang dimaksud dengan
akhlak yang mulia. Misalnya apabila seorang berlaku tidak sopan kita
mengatakan kepadanya: “kamu tidak berakhlak”, maksudnya adalah kamu
tidak memiliki akhlak mulia, dalam hal ini sopan.5

A. Perbedaan antara akhlak, moral dan etika

1. Perbedaan antara akhlak dengan moral


Istilah moral berasal dari bahasa Latin mores, yanitu bentuk plural dari
mos, yang berarti adat kebiasaan. Dalam kamus Umum Bahasa Indonesia
dikatakan bahwa “moral adalah baik-buruk dari perbuatan dan kelakuan. Dalam
Ensiklopedi Pendidikan Moral dikatakan sebagai “nilai dasar

dalam masyarakat untuk menentukan baik buruknya suatu tindakan


yang pada akirnya menjadi adat istiadat masyarakat tersebut”. Memperhatikan
definisi diatas, dapat dikatakan bahwa baik buruk suatu perbuatan secara moral
hanya bersifat lokal.

2. Lalu apa persamaan dan perbedaanya dengan akhlak? Persamaan antara


akhlak dan moral adalah bahwa keduanya berbicara tentang nilai perbuatan
manusia. Perbuatan menurut akhlak dan moral ada yang bernilai baik dan ada
yang bernilai buruk. Sedanngkan perbedaan diantara keduanya terletak pada
tolak ukur nilai perbuatan manusia tersebut. Bila akhlak memandang baik-
buruknya perbuatan manusia berdasarkan tolak ukur Al-Qur’an dan al- Sunnah,
maka moral memandangnya berdasarkan tolak ukur adat istiadat yang berlaku
pada masyarakat tertantu. Berdasarkan tolak ukur ini berkonsekuensi pada
perbedaan sifat kebenarannya. Bila kebenaran akhlak itu bersifat mutlak dan
absolut, maka kebenaran moral itu bersifat relatif, nisbi, dan temporal.

3. Perbedaan antara akhlak dan etika

Kata etika berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang berarti kebiasaan, ia
membicarakan tentang kebiasaan(perbuatan), tetapi bukan menurut arti

tata-adat, melainkan tata-adab yaitu berdasar pada inti sari atau sifat dasar
manusia:baik dan buruk. Dengan demikian, etika ialah teori tentang perbuatan
manusia yang ditimbang menurut baik- buruknya. Ahmad Amin menjelaskan
pengertian etika dengan berpendapat bahwa etika adalah ilmu yang
menjelaskan baik dan buruk, melakukan apa yang seharusnya dilakukan
seseorang kepada sesama, menyatatakan tujuan perbuatan seseorang dan
menunjukan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan.

Bedasarkan dua pendapat diatas maka dapat

ditarik kesimpulan: Pertama, bahwa etika adalah filsafat moral, tidak mengenai
fakta, melainkan tentang nilaip-nilai dan tidak berkaitan dengan tindakan
manusia, melainkan tentang ideanya. Kedua, bahwa etika adalah ilmu
tentang tingkah laku manusia yang berkaitan tentang kewajiban yang
menyangkut masalah kebenaran, kesalahan atau kepatuhan, seta ketentuan nilai
yang menyangkut kebaikan atau keburukan. Ketiga, bahwa perbuatan yang
dapat dinilai baik dan buruk dalam perspektif etika adalah peruatan yang
timbul dari seseorang yang sengaja dan penuh kesadaran. Atas dasar ini
perbuatan seseorang yang timbul bukan atas dasar

kesengajaan dan kesadaran yang penuh, tidak dapat dihukumi baik atau buruk.
Perbuatan orang mabuk, orang yang sedang tidur, atau lupa.

Lalu apa persamaan dan perbedaan antara akhlak dan etika? Persamaan
diantara keduanya terletak pada objek, yaitu sama-sama membahas baik dan
buruknya perilaku manusia. Sementara itu, perbedaannya terletak pada
parameternya. Bila akhlak dalam memberikan penilaian baik dan buruk
perbuatan manusia dengan parameter agama (Al- Qur’an dan Sunnah), maka
etika dalam menilai baik dan buruknya perbuatan manusia danngan
menggunakan paraketer akal. Dengan demikian, maka kebenaran akhlak bersifat
mutlak dan absolut, sedangkan kebanaran etika bersifat nisbi, relatif, dan tentatif
(sementara).

B. Rangkuman

1. Akhlak secara bahasa adalah adat kebiasaan, tabiat, budi pekerti,


kejantanan. Secara istilah adalah perbuatan manusia yang lahir tanpa dipikirkan
dan dipertimbangkan, bernilai baik atau buruk.

2. Ciri-ciri perbuatan dapat disebut sebagai akhlak:

a. Perbuatan yang telah mendarah daging sehingga menjadi identitas bagi


bagi yang membedakan diri pemiliknya dan orang lain.

b. Perbuatan akhlak muncul dengan mudah atau

spontan.

c. Perbuatan akhlak timbul dari dalam diri, atas dasar kemauan, pilihan dan
keputusan yang bersangkutan atau bukan karena tekanan orang lain.

d. Perbuatan akhkak dilakukan dengan sungguh-sungguh, bukan rekayasa atau


sandiwara.

3. Perbedaan antara akhlak, moral dan etika adalah: Pertama, bahwa etika
adalah filsafat moral, tidak mengenai fakta, melainkan tentang nilaip-nilai dan
tidak berkaitan dengan tindakan manusia, melainkan tentang ideanya. Kedua,
bahwa etika adalah ilmu tentang tingkah laku manusia yang berkaitan tentang
kewajiban yang menyangkut masalah kebenaran, kesalahan atau kepatuhan,
seta ketentuan nilai yang menyangkut kebaikan atau keburukan. Ketiga, bahwa
perbuatan yang dapat dinilai baik dan buruk dalam perspektif etika adalah
peruatan yang timbul dari seseorang

yang sengaja dan penuh kesadaran. Atas dasar ini perbuatan seseorang yang
timbul bukan atas dasar kesengajaan dan kesadaran yang penuh, tidak dapat
dihukumi baik atau buruk. Perbuatan orang mabuk, orang yang sedang tidur,
atau lupa.

Vous aimerez peut-être aussi