Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
EFUSI PLEURA
E. PATOFISIOLOGI
Dalam keadaan normal, selalu terjadi filtrasi cairan ke dalam rongga
pleura melalui kapiler pada pleura parietalis tetapi cairan ini segera
direabsorpsi oleh saluran limfe, sehingga terjadi keseimbangan antara
produksi dan reabsorpsi, tiap harinya diproduksi cairan kira-kira 16,8 ml.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostik dapat ditegakkan dengan anamnesis yang
baik meliputi:
1. Pemeriksaan radiologi
2. Biopsi pleura
G. KOMPLIKASI
1. Pneumotoraks
2. Fibrosis paru
3. Atelaksis
4. Edema paru
5. Kolaps paru
6. Pusing s/d shock neurogenik
2. Biopsi Pleura
Biopsi ini berguna untuk mengambil specimen jaringan pleura
dengan melalui biopsi jalur percutaneus. Biopsi ini digunakan untuk
mengetahui adanya sel-sel ganas atau kuman-kuman penyakit.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang spesifik adalah dengan memeriksa
cairan pleura agar dapat menunjang intervensi lanjutan analisis
cairan pleura dapat dinilai untuk mendeteksi kemungkinan penyebab
dari efusi pleura. Pemeriksaan cairan pleura hasil torakosentesis
secara makroskopis biasanya dapat berupa cairan hemoragi, eksudat,
transudat.
Haemorshagic pleural effusion, biasanya terjadi pada klien
dengan adanya keganasan paru atau infark paru terutama
disebakan oleh tuberculosis
Yellow eksudat pleural efusion, terutama terjadi pada keadaan
gagal jantung kongesti sindrom nefortik
Clear transudate pleural efusion, sering terjadi pada klien
dengan ekstrapulmoner.
4. Pemeriksaan Fisik: Inspeksi, palpasi, Perkusi, Auskultasi.
B. DIAGNOSA
1. Pola nafas tidak efektif b/d ekspansi paru (akumulasi udara atau paru),
gangguan muscolaskeletal, nyeri/ansietas, proses inflamasi.
2. Nyeri dada b.d factor-faktor biologis (trauma jaringan) dan factor-faktor
fisik (pemasangan selang dada).
3. Gangguan pertukaran gas b.d kerusakan membran alveolar kapiler.
C. INTERVENSI
1. Pola nafas tidak efektif b.d ekspansi paru (akumulasi udara atau paru),
gangguan muscolaskeletal, nyeri/ansietas, proses inflamasi.
Tujuan : Pola nafas efektif
Kriteria hasil :
Menunjukkan pola napas normal/efektif dng GDA normal
Bebas sianosis dan tanda gejala hipoksia
Intervensi :
Evaluasi fungsi pernapasan
R/ untuk mengetahui tingkat pernafasan klien
Auskultasi bunyi napas
R/ agar mengetahui apaka bunyi nafas baik atau tidak
Pertahankan posisi nyaman biasanya peninggian kepala
R/ dengan posisi peninggian kepala dapat memperlancar system
pernafasan
2. Nyeri dada b.d factor-faktor biologis (trauma jaringan) dan factor-faktor
fisik
Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria hasil :
Pasien mengatakan nyeri berkurang atau dapat dikontrol
Pasien tampak tenang
Intervensi :
Kaji terhadap adanya nyeri, skala dan intensitas nyeri
R/ nyeri untuk mengetahui sejauh mana tingkat nyeri klien
Ajarkan pada klien tentang manajemen nyeri dengan distraksi
dan Relaksasi