Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
2
diabetes, obesitas, exercise, diet, perilaku dan kebiasaan lainnya, stress serta keturunan.
(Bahri, 2004).
Penyakit jantung koroner (PJK) terutama disebabkan oleh proses aterosklerosis
yang merupakan suatu kelainan degeneratif, meskipun di pengaruhi oleh banyak faktor.
Karena kelainan degeneratif, maka dengan usia harapan hidup Indonesia yang makin
bertambah, jelas bahwa insidensinya akan makin meningkat. Selain itu sering
menyebabkan kematian mendadak dan menyerang usia yang amat produktif maka PJK
menjadi suatu penyakit yang penting. (Muin, 1996; hal 1091).
Penyakit jantung koroner merupakan penyebab gangguan kardiovaskuler dan
penyebab kematian tertinggi di Amerika Serikat. Laki-laki cenderung sering terkena
dibandingkan dengan wanita dengan rasio 4:1, tetapi sebelum usia 40 tahun rasionya
8:1, dan pada usia 70-an rasionya 1:1. Pada laki-laki, insidensi tertinggi manifestasi
klinisnya antara usia 50-60 tahun, pada wanita antara 60-70 tahun. (Laurence, dkk,
2002; hal 242).
Peyakit jantung dan pembuluh darah yang banyak di Indonesia adalah penyakit
jantung koroner, penyakit jantung reumatik, dan penyakit darah tinggi (hipertensi).
Namun penyakit jantung bawaan juga semakin banyak ditemukan karena perbaikan
diagnostik dan pelayanan perawatan peri natal. Peyakit jantung koroner umum nya
banyak di dapat pada kelompok usia diatas 40 tahun dengan angka kekerapan sekitar
13%. Penyakit jantung rematik banyak didapat pada kelompok masyarakat sosio-
ekonomi rendah dengan angka prevalensi sekitar 3/1000 penduduk. Penyakit darah
tinggi juga beresiko terjadinya penyakit jantung koroner dan dapat menyebabkan
komplikasi pada organ lain, seperti mata, ginjal, dan otak. Dari laporan badan penelitian
dan pengembangan kesehatan Departement Kesehatan RI didapatkan angka kekerapan
penyakit ini pada golongan usia 45-54 tahun adalah 19.5%, yang meningkat menjadi
30.6% diatas usia 55 tahun. Prevalensi penyakit jantung bawaan diperkirakan sebesar 6-
8/1000 kelahiran dan sepertiga nya memerlukan penanganan di bawah usia 5 tahun.
(Ismudiati dkk, 1996; hal 4).
Hal ini disebabkan pola makan masyarakat kita yang sudah menyenangi
makanan-makanan yang memiliki kadar lemak tinggi. Masyarakat kita juga jarang
berolahraga, kata dokter spesialis jantung. Tambahnya, lemak dan kholesterol
3
mempunyai hubungan yang erat dengan penyakit jantung. Jelasnya, makin tinggi kadar
lemak atau kholesterol maka makin tinggi seseorang itu beresiko terkena penyakit
jantung koroner. Sekarang ini dari bebarapa kasus yang ada kalau dulu penderita
penyakit jantung alamiahnya itu usia 60 tahun ke atas tapi diusia 28 tahun sudah
mengidap penyakit jantung. Kebanyakan usia ini sudah mengalami penyempitan
pembuluh darah koroner, umumnya pria lebih tinggi berisiko terkena penyakit jantung
dibandingkan wanita saat ini, jika dipersentasikan 2:1, dua pria dan satu wanita. Pria
dengan kolesterol darah lebih dari 260 mg mempunyai risiko penyakit jantung koroner
lima kali dibandingkan pria dengan kolesterol 200 mg. Bisa dibilang 60 persen penyakit
ini dibuat sendiri karena dengan tanpa sadar atau sadar. (Sun, 2011).
6
33
31
7
Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penebalan dinding dalam pembuluh darah
jantung (pembuluh koroner). Di dalam kondisi seperti ini, darah yang mengalir ke
otot jantung berkurang, sehingga organ yang berukuran sekitar sekepalan tangan
itu kekurangan darah.
13
2.2.2 ETIOLOGI
Penyakit arteri koroner bisa menyerang semua ras, tetapi angka kejadian paling
tinggi ditemukan pada orang kulit putih. Tetapi ras sendiri tampaknya bukan
merupakan bourgeois penting dalam gaya hidup seseorang. Secara spesifik, faktor-
faktor yang meningkatkan resiko terjadinya penyakit arteri koroner adalah :
a. Berusia lebih dari 45 tahun (bagi pria).
Sangat penting bagi kaum pria mengetahui usia rentan terkena penyakit
jantung koroner. Pria berusia lebih dari 45 tahun lebih banyak menderita
serangan jantung ketimbang pria yang berusia jauh di bawah 45 tahun.
b. Berusia lebih dari 55 tahun atau mengalami menopause dini sebagai akibat
operasi (bagi wanita).
Wanita yang telah berhenti mengalami menstruasi (menopause) secara
fisiologis ataupun secara dini (pascaoperasi) lebih kerap terkena penyakit janting
koroner apalagi ketika usia wanita itu telah menginjak usila (usia lanjut).
c. Riwayat penyakit jantung dalam keluarga.
Riwayat penyakit jantung di dalam keluarga sering merupakan akibat
dari profil kolesterol yang tidak normal, dalam artian terdapat kebiasaan yang
"buruk" dalam segi diet keluarga.
15
d. Diabetes.
Kebanyakan penderita diabetes meninggal bukanlah karena
meningkatnya level gula darah, namun karena kondisi komplikasi ke jantung
mereka.
e. Merokok.
Merokok telah disebut-sebut sebagai salah satu faktor risiko utama
penyakit jantung koroner. Kandungan nikotin di dalam rokok dapat merusak
dinding (endotel) pembuluh darah sehingga mendukung terbentuknya timbunan
lemak yang akhirnya terjadi sumbatan pembuluh darah.
f. Tekanan darah tinggi (hipertensi).
Tekanan darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma
langsung terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga
memudahkan terjadinya arterosklerosis koroner (faktor koroner) yang merupakan
penyebab penyakit arteri/jantung koroner.
g. Kegemukan (obesitas).
Obesitas (kegemukan yang sangat) bisa merupakan manifestasi dari
banyaknya lemak yang terkandung di dalam tubuh. Seseorang yang obesitas
lebih menyimpan kecenderungan terbentuknya plak yang merupakan cikal bakal
terjadinya penyakit jantung koroner.
h. Gaya hidup buruk.
Gaya hidup yang buruk terutama dalam hal jarangnya olahraga ringan
yang rutin serta pola makan yang tidak dijaga akan mempercepat seseorang
terkena pneyakit jantung koroner.
i. Stress.
Banyak penelitian yang sudah menunjukkan bahwa bila menghadapi
situasi yang tegang, dapat terjadi aritmia jantung yang membahayakan jiwa.
2.2.4 PATOFISIOLOGI
Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di intima arteri
besar. Timbunan ini, dinamakan ateroma atau plak akan mengganggu absorbsi
nutrient oleh sel-sel endotel yang menyusun lapisan dinding dalam pembuluh darah
dan menyumbat aliran darah karena timbunan ini menonjol ke lumen pembuluh
darah.
Endotel pembuluh darah yang terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi
jaringan parut, selanjutnya lumen menjadi semakin sempit dan aliran darah
terhambat. Pada lumen yang menyempit dan berdinding kasar, akan cenderung
terjadi pembentukan bekuan darah. Hal ini menjelaskan bagaimana terjadinya
koagulasi intravaskuler, diikuti oleh penyakit tromboemboli, yang merupakan
komplikasi tersering aterosklerosis.
Berbagai teori mengenai bagaimana lesi aterosklerosis terjadi telah
diajukan,tetapi tidak satu pun yang terbukti secara meyakinkan. Mekanisme yang
mungkin, adalah pembentukan thrombus pada permukaan plak dan penimbunan
lipid terus menerus. Bila fibrosa pembungkus plak pecah, maka febris lipid akan
terhanyut dalam aliran darah dan menyumbat arteri dan kapiler di sebelah distal
plak yang pecah. Struktur anatomi arteri koroner membuatnya rentan terhadap
17
2. Enzym dan Isoenzym Pada Jantung: CPK-MB meningkat dalam 4-12 jam,
dan mencapai puncak pada 24 jam. Peningkatan SGOT dalam 6-12 jam dan
mencapai puncak pada 36 jam.
3. Elektrolit: ketidakseimbangan yang memungkinkan terjadinya penurunan
konduksi jantung dan kontraktilitas jantung seperti hipo atau hiperkalemia.
4. Whole Blood Cell: leukositosis mungkin timbul pada keesokan hari setelah
serangan.
5. Analisa Gas Darah: Menunjukan terjadinya hipoksia atau proses penyakit paru
yang kronis atau akut.
6. Kolesterol atau Trigliseid: mungkin mengalami peningkatan yang
mengakibatkan terjadinya arteriosklerosis.
7. Chest X-Ray: mungkin normal atau adanya cardiomegali, CHF, atau aneurisma
ventrikiler.
8. Echocardiogram: Mungkin harus di lakukan guna menggambarkan fungsi atau
kapasitas masing-masing ruang pada jantung.
9. Exercise Stress Test: Menunjukan kemampuan jantung beradaptasi terhadap
suatu stress/ aktivitas.
2.2.7 PENGOBATAN
Pengobatan penyakit jantung koroner tergantung jangkauan penyakit dan gejala
yang dialami pasien.
1. Perubahan Gaya Hidup.
Pola makan sehat dan seimbang, dengan lebih banyak sayuran atau buah-
buahan, penting untuk melindungi arteri jantung kita. Makanan yang kaya lemak,
khususnya lemak jenuh, dapat mengakibatkan kadar kolesterol tinggi, yang
merupakan komponen utama kumpulan yang berkontribusi terhadap
penyempitan arteri jantung.Olah raga teratur berperan penting untuk menjaga
kesehatan jantung. Olah raga membantu kita untuk menjadi fit dan membangun
system sirkulasi yang kuat. Ini juga membantu kita menurunkan berat badan.
Obesitas biasanya tidak sehat, karena mengakibatkan insiden hipertensi, diabetes
19
mellitus, dan tingkat lemak tinggi menjadi lebih tinggi, semua yang dapat
merusak arteri jantung.
2. Pengendalian Faktor Resiko Utama Penyakit Jantung Koroner.
Diabetes melitus, merokok, tingkat kolesterol tinggi, dan tekanan darah
tinggi adalah empat faktor utama yang mengakibatkan resiko penyakit jantung
koroner lebih tinggi. Pengendalian keempat faktor resiko utama ini dengan baik
melalui perubahan gaya hidup dan/atau obat-obatan dapat membantu
menstabilkan progresi atherosklerosis, dan menurunkan resiko komplikasi seperti
serangan jantung.
3. Terapi Medis.
Berbagai obat-obatan membantu pasien dengan penyakit arteri jantung.
Yang paling umum diantaranya:
a. Aspirin / Klopidogrel / Tiklopidin.
Obat-obatan ini mengencerkan darah dan mengurangi kemungkinan
gumpalan darah terbentuk pada ujung arteri jantung menyempit, maka dari itu
mengurangi resiko serangan jantung.
b. Beta-bloker (e.g. Atenolol, Bisoprolol, Karvedilol).
Obatan-obatan ini membantu untuk mengurangi detak jantung dan
tekanan darah, sehingga menurunkan gejala angina juga melindungi jantung.
c. Nitrates (e.g. Isosorbide Dinitrate).
Obatan-obatan ini bekerja membuka arteri jantung, dan kemudian
meningkatkan aliran darah ke otot jantung dan mengurangi gejala nyeri dada.
Bentuk nitrat bereaksi cepat, Gliseril Trinitrat, umumnya diberikan
berupa tablet atau semprot di bawah lidah, biasa digunakan untuk penghilang
nyeri dada secara cepat.
d. Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors (e.g. Enalapril, Perindopril) and
Angiotensin Receptor Blockers (e.g. Losartan, Valsartan).
Obatan-obatan ini memungkinkan aliran darah ke jantung lebih mudah,
dan juga membantu menurunkan tekanan darah.
e. Obatan-obatan penurun lemak (seperti Fenofibrat, Simvastatin,
Atorvastatin, Rosuvastatin).
20
5. Operasi.
Bedah Bypass Arteri Jantung (CABG).
CABG melibatkan penanaman arteri atau vena lain dari dinding dada,
lengan, atau kaki untuk membangun rute baru untuk aliran darah langsung ke
otot jantung. Ini menyerupai membangun jalan tol parallel ke jalan yang kecil
dan sempit.
Ini adalah operasi yang aman, dengan rata-rata resiko kematian sekitar
2%. Pasien tanpa serangan jantung sebelumnya dan melakukan CABG sebagai
prosedur elektif, resiko dapat serendah 1 persen.
21
1. ANGINA PEKTORIS
Angina Pektoris adalah rasa sakit pada dada yang timbul akibat adanya
iskemia otot jantung. Sakit dada ini menimbulkan berkurangnya aliran darah
koroner sehingga suply oksigen ke jantung tidak adekuat. Akibat kekurangan
oksigen ini juga bisa terjadi metabolisme anaerob pada sel miokard yang
hipoksia tersebut yang menghasilkan asam laktat yang akan menambah nyeri
dada.Nyeri dada yang timbul bervariasi, mulai dari rasa tertekan benda berat,
seperti diremas-remas, terasa panas sampai nyeri yang sangat hebat yang disertai
rasa takut atau rasa akan menjelang ajal. Nyeri sangat terasa di daerah belakang
sternum atas atau sternum ketiga tengah (retrosternal) atau dada sebelah kiri yang
dapat menyebar ke bahu, lengan kiri leher dan rahang. Nyeri berlangsung tidak
lebih dari 30 menit. Nyeri pada angina ini dipicu oleh aktivitas yang
meningkatkan kebutuhan miokard terhadap oksigen seperti latihan fisik, berjalan
cepat, menaiki tangga, makan terlalu kenyang atau bahkan emosi. Tapi nyeri ini
akan segera hilang jika istirahat atau pemberian nitrogliserin sublingual.Selain
nyeri dada, pada angina juga bisa ditemukan keluhan seperti sesak nafas,
perasaan lemah, lelah, berkeringat dingin.
22
2. INFARK MIOKARD
Infark miokard adalah kematian jaringan otot jantung, yang ditandai
dengan adanya nyeri dada yang khas. Nyeri ini biasanya disebabkan oleh
thrombus yang menyumbat total aliran darah pada arteri koroner, sehingga suply
oksigen ke jantung betul-betul tidak ada. Hal ini akan mengakibatkan kerusakan
seluler yang irreversible dan kematian otot atau nekrosis. Bagian miokard yang
mengalami infark atau nekrosis akan berhenti berkontraksi secara
permanen.Nyeri dada khas yang timbul pada infark miokard adalah nyeri dada
yang terjadi secara mendadak dan tak berkurang dengan istirahat atau pemberian
nitrogliserin sublingual. Nyeri biasanya terasa di regio sternal bawah dan
abdomen bagian atas. Nyeri seperti tertususk-tusuk yang dapat menjalar ke bahu
dan terus ke bawah menuju lengan (biasanya lengan kiri), atau ke rahang dan
leher. Nyeri bersifat spontan yang berlangsung lebih dari 30 menit hingga
menetap selama beberapa jam atau hari.Selain nyeri dada, pasien infark miokard
juga bisa mengalami mual dan muntah, pucat, dingin, demam ataupun
manifestasi kardiovaskuler lain seperti takikardi, disritmia, hipertensi atau
hipotensi.
2.2.9 KOMPLIKASI
1. ARITMIA
Merupakan komplikasi yang paling sering ditemukan. Aritmia yaitu
gangguan dalam irama jantung yang bisa menimbulkan perubahan
eloktrofisiologi otot-otot jantung. Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi
sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel.
Misalnya perangsangan simpatis akan meningkatkan kecepatan denyut jantung.
2. GAGAL JANTUNG KONGESTIF
Merupakan kongesti sirkulasi akibat disfungsi miokard. Disfungsi ventrikel
kiri ataugagal jantung kiri akan menimbulkan kongesti pada vena pulmonalis
sedangkan pada disfungsi ventrikel kanan akan menimbulkan kongesti pada vena
sistemik.
23
3. SYOK KARDIOGENIK
Syok kardiogenik diakibatkan oleh disfungsi nyata ventrikel kiri sesudah
mengalami infark yang massif. Timbulnya lingkaran setan perubahan
hemodinamik progresif hebat yang irreversible yaitu penurunan perfusi perifer,
penurunan perfusi koroner, peningkatan kongesti paru yang bisa berakhir dengan
kematian
4. DISFUNGSI OTOT PAPILARIS
Disfungsi iskemik atau rupture nekrotik otot papilaris akan mengganggu
fungsi katup mitralis. Inkompetensi katup mengakibatkan aliran balik dari
ventrikel kiri ke atrium kiri sebagai akibat pengurangan aliran ke aorta dan
peningkatan kongesti pada atrium kiri dan vena pulmonalis.
5. VENTRIKULER ANEURISMA
Aneurisma ini biasanya terjadi pada permukaan atrium atau apek jantung.
Aneurisma ventrikel akan mengembang bagaikan balon pada setipa sistolik,
teregang secara pasif oleh sebagian curah sekuncup. Aneurisma ventrikel dapat
menimbulkan 3 masalah yaitu gagal jantung kongestif kronik, embolisasi
sistemik dari thrombus mural dan aritmia ventrikel refrakter.
6. PERIKARDITIS
Infark transmural dapat membuat lapisan epikardium yang langsung
berkontak dengan pericardium menjadi kasar, sehingga merangsang permukaan
pericardium dan menimbulkan reaksi peradangan.
7. EMBOLI PARU
Emboli paru bisa menyebabkan episode dipsnea, aritmia atau kematian
mendadak. Trombosis vena profunda lebih lazim pada pasien payah jantung
kongestif yang parah.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
24
33
31
25
Intervensi :
1) Evaluasi frekuensi pernapasan dan kedalaman.
R/ Pengenalan dini dan pengobatan ventilasi abnormal dapat mencegah komplikasi
2) Auskultasi bunyi nafas, catat area yang menurun/tak ada bunyi napas dan adanya
bunyi tambahan contoh krekels atau ronki.
R/ Krekels atau ronki dapat menunjukkan kaumulasi cairan atau obstruksi jalan napas
parsial
3) Observasi karakter batuk dan produksi sputum.
R/ Udara atau cairan pada area pleural mencegah ekspansi lengkap
4) Lihat kulit dan membran mukosa untuk adanya sianosis.
R/ Sianosis menunjukkan kondisi hipoksia sehubungan dengan gagak jantung
komplikasi paru
5) Tinggikan kepala tempat tidur, letakkan pada posisi duduk tinggi atau semi fowler.
R/ Merangsang fungsi pernapasan / ekspansi paru
6) Dorong pasien berpartipasi / bertanggung jawab selama latihan napas dalam,
gunakan alat bantu (meniup botol) dan batuk sesuai indikasi.
R/ Membantu reekspasi / mempertahankan potensi jalan napas kecil khususnya setelah
melepaskan selang dada
7) Beri obat analgesik sebelum pengobatan pernapasan sesuai indikasi.
29
A. KESIMPULAN
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit yng menyerang organ jantung.
Gejala dan keluhan dari PJK hampir sama dengan gejala yang dimiliki oleh penyakit
jantung secara umum. Penyakit jantung koroner juga salah satu penyakit yang tidak
menular. Kejadian PJK terjadi karena adanya faktor resiko yang antara lain adalah
tekanan darah tinggi (hipertensi), tingginya kolesterol, gaya hidup yang kurang
aktivitas fisik (olahraga), diabetes, riwayat PJK pada keluarga, merokok, konsumsi
alkohol dan faktor sosial ekonomi lainnya. Penyakit jantung koroner ini dapat dicegah
dengan melakukan pola hidup sehat dan menghindari fakto-faktor resiko.seperti pola
makan yang sehat, menurunkan kolesterol, melakukan aktivitas fisik dan olehraga
secara teratur, menghindari stress kerja.
B. SARAN
Kelompok berharap makalah ini dapat digunakan oleh perawat untuk
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam memberikan intervensi
keperawatan pada pasien CAD sehingga dapat meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan yang diberikan dan perbaikan kondisi pasien.
Kelompok juga berharap makalah ini dapat digunakan oleh mahasiswa
keperawatan untuk meningkatkan pemahaman tentang CAD dan asuhan keperawatan
pada pasien CAD sehingga dapat menjadi bekal pengetahuan untuk meningkatkan
prestasi akademik maupun ketrampilan saat terjun ke klinik. .Apabila dalam penulisan
makalah ini ada kesalahan maupun kekurangan, maka kelompok mengharapkan kritik
dan saran untuk memperbaiki makalah ini di masa yang akan datang.
33
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam, 2003. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi
Pertama. Penerbit Salemba Medika. Jakarta.
Noer Sjaifoellah, M.H. Dr. Prof, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, Edisi ketiga, 1996,
Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Smeltzer Bare, 2002, Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah Brunner & Studdarth, edisi 8 ,
EGC, Jakarta.
Guyton & Hall, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Cetakan I, EGC, Jakarta.
Ganong F. William, 2003, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 20, EGC, Jakarta.
ASUHAN KEPERAWATAN CORONARY ARTERI DEASE
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah
Disusun Oleh :
KELOMPOK V
Purwati
Didin Komarullah
Yusyus Nataluddin
Handri
Aep Saeful R
Lilis
Ani Puspita
Sherly Sutardi
Daryana
Winengsih
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. karena atas berkat dan rahmat-Nya
penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya, shalawat serta salam
tidak lupa kita curahkan kepada nabi besar kita nabi Muhammad Saw.
Penyusun mengangkat masalah mengenai Ásuhan Keperawatan Coronary Arteri
Deasea, Penyusun mengharapkan penulisan makalah ini dapat menambah pengetahuan serta
informasi bagi pembaca mengenai judul tersebut.
Ucapan terima kasih tak lupa kami sampaikan kepada dosen pembimbing, teman-
teman, unit perpustakan kampus, serta seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini, terutama kepada dosen Keperawatan Medikal Bedah yang telah memberikan
pengarahan dalam pembuatan makalah ini kepada kami.
Kami menyadari bahwa di dalam penyusunan makalah ini banyak kekurangan, maka
dari itu kritik serta saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan agar
penyusunan makalah selanjutnya dapat lebih baik.
i
DAFTAR ISI
ii