Vous êtes sur la page 1sur 19

LAPORAN PENDAHULUAN

WAHAM

A. Pengertian.
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas
yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan
latar belakang budaya klien (1).
Manifestasi klinik waham yaitu berupa : klien mengungkapkan sesuatu yang
diyakininya (tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya)
berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan, klien tampak
tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri, orang lain,
lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai
lingkungan / realitas, ekspresi wajah tegang, mudah tersinggung (2).

B. Proses terjadinya masalah


1. Penyebab
Penyebab secara umum dari waham adalah gangguan konsep diri : harga
diri rendah. Harga diri rendah dimanifestasikan dengan perasaan yang
negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga
diri, merasa gagal mencapai keinginan.(3)
2. Akibat
Akibat dari waham klien dapat mengalami kerusakan komunikasi verbal
yang ditandai dengan pikiran tidak realistic, flight of ideas, kehilangan
asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak mata yang
kurang. Akibat yang lain yang ditimbulkannya adalah beresiko mencederai
diri, orang lain dan lingkungan.

LP ‘Waham’ Tri Astuti Marrung, S.Kep 1


C. Klasifikasi waham/delusion:
1. Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar.
2. Delusion of influence = waham tentang dirinya sendiri dipengaruhi oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar.
3. Delusion of passivity = waham tentang gerakan tubuh, pikiran maupun
tindakan tak berdaya terhadap suatu kekuatan dari luar.
4. Delusion of perception = waham yang berhubunagn dengan pengalaman
indrawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas dan biasanya
bersifat mistik.

D. Jenis-jenis waham
1. Waham somatik
Klien mempunyai keyakinan tentang dirinya memiliki kelainan atau
penyakit
2. Waham kebesaran
Keyakinan klien yang sacara berlebihan
3. Waham Agama
Keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan
4. Waham curiga
Keyakinan klien terhadap seseorang atau kelompok tertentu yang berusaha
merugikan atau mencederai dirinya.
5. Waham nihilistik
Keyakinan klien bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia atau meninggal
6. Waham dosa
Keyakinan bahwa ia selalu berbuat dosa atau kesalahan yang besar, dan
merasa tidak pernah diampuni

LP ‘Waham’ Tri Astuti Marrung, S.Kep 2


E. Faktor-faktor Etiologi
1. Faktor predisposisi
a. Faktor genetik, dianggap mempengaruhui transmisi gangguan efektif
melalui riwayat keluarga atau keturunan.
b. Teori agresi menyerang ke dalam, menunjukan bahwa depresi terjadi
karena perasaan marah yang ditujukan kepada diri sendiri.
c. Teori kehilangan objek, merujuk kepada perpisahan traumatik individu
dengan benda atau yang sangat berarti.
d. Teori organisasi kepribadian, menguaraikan bagaimana konsep diri
yang negatif dan harga diri rendah mempengaruhui sistem keyakinan
dan penilaian seseorang terhadap stressor.
e. Model kognitif, menyatakan bahwa depresi merupakan masalah
kognitif yang didominasi oleh evaluasi negatif seseorang terhadap diri
seseorang, dunia seseorang dan masa depan seseorang.
f. Model tindakan ketidakberdayaan yang dipelajari menunjukan bahwa
bukan seseorang tidak mempunyai kendala terhadap hasil yang penting
dalam kehidupannya, oleh karena itu ia mengulang respon yang adaptif
g. Model perilaku berkembang dari kerangka teori sosial, yang
mengasumsi penyebab depresi terletak pada kurangnya keinginan
positif dalam berinteraksi dalam lingkungan.
2. Faktor presipitasi
a. Kehilangan keterikatan yang nyata atau yang dibayangkan, termasuk
kehilangan cinta seseorang, fungsi fisik, kedudukan atau harga diri,
karena elemen aktual dan simbolik melibatkan konsep kehilangan,
maka persepsi pasien merupakan hal yang sangat penting.
b. Peristiwa besar dalam kehidupan, sering dilaporkan sebagai pendahulu
episode depresi dan mempunyai dampak terhadap masalah-masalah
yang dihadapi sekarang dan kemampuan menyelesaikan masalah.

LP ‘Waham’ Tri Astuti Marrung, S.Kep 3


c. Peran dan ketegangan peran telah dilaporkan mempengaruhui
perkembangan depresi
d. Perubahan fisiologi yang diakibatkan oleh obat-obatan atau berbagai
penyakit fisik seperti infeksi, neoplasma dan gangguan keseimbangan
metabolik, dapat mencetuskan gangguan alam perasaan.

3. Faktor psikodinamik
a. Deniel / penolakan
b. Pembentukan reaksi
c. Proyeksi
Pertahanan yang utama adalah proyeksi, dimana gejala merupakan defense
terhadap ide dan perasaan yang tidak dapat diterima. Klien menolak
perasaan malu, penghinaan dan inferioritas mengubah setiap perasaan
yang tidak dapat diterima menjadi kebalikannya lewat pembentukan reaksi
dan memproyeksikan setiap perasaan yang tidak dapat diterima keluar ke
orang lain. Onset usia pada gangguan delusi adalah 40 – 55 tahun, tetapi
dapat terjadi kapan saja. Pada gangguan delusi terdapat waham yang
tersering yaitu : waham kejar dan waham somatik.

Pencetus terjadinya gangguan delusi adalah :


1. Kematian pasangan
2. Isolasi sosial
3. Finansial yang tidak baik
4. Penyakit medis
5. Kecacatan
6. Gangguan pengelihatan / pendengaran

Pada gangguan delusi terdapat jenis lain yang onset lambat yang dikenal
sebagai parafrenia yang timbul selama beberapa tahun dan tidak disertai

LP ‘Waham’ Tri Astuti Marrung, S.Kep 4


demensia. Terapi yang dapat diberikan yaitu : psikoterapi yang dikombinasi
dengan farmakoterapi.

F. Manifestasi
Karakteristik perilaku yang dapat dikaji:
1. Usaha bunuh diri/orang lain
2. Menolak makan/minum obat
3. Tidak perhatian terhadap asuhan mandiri
4. Expresi wajah tampak sedih/gembira, ketakutan
5. Gerakan tidak terkontrol
6. Mudah tersinggung
7. Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan
8. Menghindar dari orang lain
9. Mendominasi pembicaraan
10. Menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan atau sama sekali tidak
melakukannya
11. Berbicara dan tertawa sendiri
12. Tidak peduli kepada lingkungan

Ada 3 hal yang perlu diperhatikan dalam mengidentifikasi waham, antara lain:
1. Pasien cukup puas dengan hanya membicarakan wahamnya tanpa
menunjukan perilaku yang sesuai dengan wahamnya
2. Pasien hidup dengan wahamnya tetapi perilakunya tidak berpengaruh oleh
wahamnya.
3. Pasien benar-benar terlihat dengan wahamnya sehingga perilakunya sesuai
dengan isi wahamnya.

LP ‘Waham’ Tri Astuti Marrung, S.Kep 5


A. Pengkajian
a. Identifikasi klien
Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak
dengan klien tentang: Nama klien, panggilan klien, Nama perawat,
tujuan, waktu pertemuan, topik pembicaraan.

b. Keluhan utama / alasan masuk


Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan
keluarga datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga
untuk mengatasi masalah dan perkembangan yang dicapai.

c. Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami


gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami,
penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan
dalam keluarga dan tindakan kriminal.
Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin
mengakibatkan terjadinya gangguan:
1) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat
mempengaruhi respon psikologis dari klien
2) Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP,
pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal,
neonatus dan anak-anak.
3) Sosial Budaya
Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan,
kerusuhan, kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta
stress yang menumpuk.

LP ‘Waham’ Tri Astuti Marrung, S.Kep 6


d. Aspek fisik / biologis
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu,
pernafasan. Ukur tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji
fungsi organ kalau ada keluhan.
e. Aspek psikososial
1) Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga
generasi yang dapat menggambarkan hubungan klien dan
keluarga, masalah yang terkait dengan komunikasi,
pengambilan keputusan dan pola asuh.
2) Konsep diri
a) Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap
tubuhnya, bagian yang disukai dan tidak disukai.
b) Identitas diri: status dan posisi klien sebelum
dirawat, kepuasan klien terhadap status dan
posisinya dan kepuasan klien sebagai laki-laki /
perempuan.
c) Peran: tugas yang diemban dalam keluarga /
kelompok dan masyarakat dan kemampuan klien
dalam melaksanakan tugas tersebut.
d) Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status,
tugas, lingkungan dan penyakitnya
e) Harga diri: hubungan klien dengan orang lain,
penilaian dan penghargaan orang lain terhadap
dirinya, biasanya terjadi pengungkapan kekecewaan
terhadap dirinya sebagai wujud harga diri rendah.

3) Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam


kehidupan, kelompok yang diikuti dalam masyarakat.

LP ‘Waham’ Tri Astuti Marrung, S.Kep 7


4) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan
ibadah.
a. Status mental
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati
pembicaraan klien, aktivitas motorik klien, alam
perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek klien,
interaksi selama wawancara, persepsi klien, proses
pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat
konsentasi dan berhitung, kemampuan penilaian dan
daya tilik diri.
b. Kebutuhan persiapan pulang
1) Kemampuan makan klien, klien mampu
menyiapkan dan membersihkan alat makan.
2) Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan
dan membersihkan WC serta membersihkan
dan merapikan pakaian.
3) Mandi klien dengan cara berpakaian,
observasi kebersihan tubuh klien.
4) Istirahat dan tidur klien, aktivitas di dalam dan
di luar rumah.
5) Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi
yang dirasakan setelah minum obat.

f. Masalah psikososial dan lingkungan Dari data keluarga atau klien


mengenai masalah yang dimiliki klien.
g. Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap
bagian yang dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.
h. Aspek medic

LP ‘Waham’ Tri Astuti Marrung, S.Kep 8


Terapi yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain seperti
terapi psikomotor, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi
spiritual, terapi okupasi, terapi lingkungan. Rehabilitasi sebagai
suatu refungsionalisasi dan perkembangan klien supaya dapat
melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam kehidupan
bermasyarakat.

B. Pohon masalah

Kerusakan Resiko tinggi


komunikasi mencederai diri,
verbal orang lain dan
lingkungan

Perubahan isi
pikir: waham

Gangguan konsep diri: harga diri rendah

C. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji


a. Masalah keperawatan :
a. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b. Kerusakan komunikasi : verbal
c. Perubahan isi pikir : waham
d. Gangguan konsep diri : harga diri rendah.

LP ‘Waham’ Tri Astuti Marrung, S.Kep 9


b. Data yang perlu dikaji :
a. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
1). Data subjektif
Klien memberi kata-kata ancaman, mengatakan benci dan kesal
pada seseorang, klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal, atau marah, melukai / merusak
barang-barang dan tidak mampu mengendalikan diri
2). Data objektif
Mata merah, wajah agak merah, nada suara tinggi dank eras, bicara
menguasai, ekspresi marah, pandangan tajam, merusak dan
melempar barang-barang.
b. Kerusakan komunikasi : verbal
1). Data subjektif
Klien mengungkapkan sesuatu yang tidak realistik
2). Data objektif
Flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata
yang didengar dan kontak mata kurang
c. Perubahan isi pikir : waham ( ………….)
1). Data subjektif :
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya ( tentang
agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali
secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan.
2). Data objektif :
Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan,
merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik,
sangat waspada, tidak tepat menilai lingkungan / realitas,
ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung

LP ‘Waham’ Tri Astuti Marrung, S.Kep 10


d. Gangguan harga diri rendah
1). Data subjektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri
2). Data objektif
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencedaerai diri/ ingin mengakhiri hidup

D. Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham
b. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
waham
c. Perubahan isi pikir : waham (……………..) berhubungan dengan harga
diri rendah.

E. Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan 1: kerusakan komunikasi verbalberhubungan dengan
waham
1. Tujuan umum :
Klien tidak terjadi kerusakan komunikasi verbal
2. Tujuan khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Tindakan :
‫ٱ‬ Bina hubungan. saling percaya: salam terapeutik, perkenalkan diri,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat
kontrak yang jelas topik, waktu, tempat).
‫ٱ‬ Jangan membantah dan mendukung waham klien: katakan perawat
menerima keyakinan klien "saya menerima keyakinan anda"
disertai ekspresi menerima, katakan perawat tidak mendukung

LP ‘Waham’ Tri Astuti Marrung, S.Kep 11


disertai ekspresi ragu dan empati, tidak membicarakan isi waham
klien.
‫ٱ‬ Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi:
katakan perawat akan menemani klien dan klien berada di tempat
yang aman, gunakan keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan
klien sendirian.
‫ٱ‬ Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan
perawatan diri.
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
‫ٱ‬ Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.
‫ٱ‬ Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu
lalu dan saat ini yang realistis.
‫ٱ‬ Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk
melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari - hari dan
perawatan diri).
‫ٱ‬ Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai
kebutuhan waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien
sangat penting.

c. Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi


Tindakan :
‫ٱ‬ Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
‫ٱ‬ Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di
rumah maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah).
‫ٱ‬ Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.
‫ٱ‬ Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan
memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).

LP ‘Waham’ Tri Astuti Marrung, S.Kep 12


‫ٱ‬ Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk
menggunakan wahamnya.
d. Klien dapat berhubungan dengan realitas
Tindakan :
‫ٱ‬ Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain,
tempat dan waktu).
‫ٱ‬ Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.
‫ٱ‬ Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien
e. Klien dapat menggunakan obat dengan benar
Tindakan :
‫ٱ‬ Diskusikan dengan kiten tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek
dan efek samping minum obat.
‫ٱ‬ Bantu klien menggunakan obat dengan priinsip 5 benar (nama
pasien, obat, dosis, cara dan waktu).
‫ٱ‬ Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan.
‫ٱ‬ Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.
f. Klien dapat dukungan dari keluarga
Tindakan :
‫ٱ‬ Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang:
gejala waham, cara merawat klien, lingkungan keluarga dan
follow up obat.
‫ٱ‬ Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga.

Diagnosa Keperawatan 2: Resiko mencederai diri, orang lain dan


lingkungan berhubungan dengan waham
a. Tujuan Umum:
Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
b. Tujuan Khusus:

LP ‘Waham’ Tri Astuti Marrung, S.Kep 13


1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
‫ٱ‬ Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut
nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
‫ٱ‬ Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
‫ٱ‬ Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
‫ٱ‬ Beri perhatian dan penghargaan : teman klien walau tidak
menjawab.
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
Tindakan:
‫ٱ‬ Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
‫ٱ‬ Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
‫ٱ‬ Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien
dengan sikap tenang.

3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.


Tindakan :
‫ٱ‬ Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat
jengkel/kesal.
‫ٱ‬ Observasi tanda perilaku kekerasan.
‫ٱ‬ Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel / kesal yang
dialami klien.
4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
Tindakan:
‫ٱ‬ Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
‫ٱ‬ Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan.

LP ‘Waham’ Tri Astuti Marrung, S.Kep 14


‫ٱ‬ Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya
selesai?"
5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
Tindakan:
‫ٱ‬ Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
‫ٱ‬ Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.
‫ٱ‬ Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
6. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap
kemarahan.
Tindakan :
‫ٱ‬ Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
‫ٱ‬ Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika
sedang kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur.
‫ٱ‬ Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal /
tersinggung
‫ٱ‬ Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada Tuhan
untuk diberi kesabaran.
7. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.
Tindakan:
‫ٱ‬ Bantu memilih cara yang paling tepat.
‫ٱ‬ Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
‫ٱ‬ Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.
‫ٱ‬ Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam
simulasi.
‫ٱ‬ Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel /
marah.
8. Klien mendapat dukungan dari keluarga.
Tindakan :

LP ‘Waham’ Tri Astuti Marrung, S.Kep 15


‫ٱ‬ Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui
pertemuan keluarga.
‫ٱ‬ Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).
Tindakan:
‫ٱ‬ Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi,
efek dan efek samping).
‫ٱ‬ Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien,
obat, dosis, cara dan waktu).
‫ٱ‬ Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan.

Diagnosa Keperawatan 3: Perubahan isi pikir : waham ( …….. )


berhubungan dengan harga diri rendah
1. Tujuan umum :
Klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri rendah/klien akan
meningkat harga dirinya.
2. Tujuan khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
‫ٱ‬ Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat
kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)
‫ٱ‬ Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
‫ٱ‬ Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
‫ٱ‬ Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang
berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya
sendiri

LP ‘Waham’ Tri Astuti Marrung, S.Kep 16


b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
Tindakan :
‫ٱ‬ Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
‫ٱ‬ Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien,
utamakan memberi pujian yang realistis
‫ٱ‬ Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

c. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan


Tindakan :
‫ٱ‬ Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
‫ٱ‬ Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang
ke rumah
d. Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
‫ٱ‬ Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap
hari sesuai kemampuan
‫ٱ‬ Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
‫ٱ‬ Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
‫ٱ‬ Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
‫ٱ‬ Beri pujian atas keberhasilan klien
‫ٱ‬ Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
f. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
‫ٱ‬ Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat
klien

LP ‘Waham’ Tri Astuti Marrung, S.Kep 17


‫ٱ‬ Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
‫ٱ‬ Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
‫ٱ‬ Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

LP ‘Waham’ Tri Astuti Marrung, S.Kep 18


DAFTAR PUSTAKA

Aziz R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr.


Amino Gondoutomo. 2003
Keliat Budi A. Proses keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 2. Jakarta:
EGC. 2005
Tim Direktorat Keswa. Standart asuhan keperawatan kesehatan jiwa.
Edisi 1. Bandung: RSJP.2000
Townsend M.C. Diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatri;
pedoman untuk pembuatan rencana keperawatan. Jakarta: EGC.
1998
…………..Pelatihan asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa.
Semarang. 20 – 22 Novembr 2011. unpublishe

LP ‘Waham’ Tri Astuti Marrung, S.Kep 19

Vous aimerez peut-être aussi