Vous êtes sur la page 1sur 12

LAPORAN PENDAHULUAN HEMODIALISA

LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Hemodialisa
1. Definisi
Hemodialisa adalah suatu tindakan untuk memisahkan sampah dan produk hail metabolic esensial
(sampah nitrogen dan sampah yang lain) melalui selaput membrane semi permiabel.
2. Epidemiologi
Hemodialisis di Indonesia mulai tahun 1970 dan sampai sekarang telah dapatdilaksanakan di
banyak rumah sakit rujukan. Kualitas hidup yang diperoleh cukup baik danpanjang umur yang tertinggi
sampai sekarang 14 tahun.Indonesia termasuk Negara dengantingkat penderita gagal ginjal yang cukup
tinggi.Saat ini jumlah penderita gagal ginjalmencapai 4500 orang. Dari jumlah itu banyak penderita yang
meninggal dunia akibat tidakmampu berobat atau cuci darah (hemodialisis) karena biaya yang sangat
mahal.
3. Etiologi
Hemodialisa dilakukan kerena pasien menderita gagal ginjal akut dan kronik akibat dari : azotemia,
simtomatis berupa enselfalopati, perikarditis, uremia, hiperkalemia berat, kelebihan cairan yang tidak
responsive dengan diuretic, asidosis yang tidak bisa diatasi, batu ginjal, dan sindrom hepatorenal.
4. Patofisiologi
Ginjal adalah organ penting bagi hidup manusia yang mempunyai fungsi utama untuk menyaring /
membersihkan darah. Gangguan pada ginjal bisa terjadi karena sebab primer ataupun sebab sekunder
dari penyakit lain. Gangguan pada ginjal dapat menyebabkan terjadinya gagal ginjal atau kegagalan
fungsi ginjal dalam menyaring / membersihkan darah. Penyebab gagal ginjal dapat dibedakan menjadi
gagal ginjal akut maupun gagal ginjal kronik. Dialisis merupakan salah satu modalitas pada penanganan
pasien dengan gagal ginjal, namun tidak semua gagal ginjal memerlukan dialisis. Dialisis sering tidak
diperlukan pada pasien dengan gagal ginjal akut yang tidak terkomplikasi, atau bisa juga dilakukan hanya
untuk indikasi tunggal seperti hiperkalemia.
5. Tujuan
 Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang sisa-sisa metabolisme dalam tubuh,
seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme yang lain.
 Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang seharusnya dikeluarkan sebagai urin
saat ginjal sehat.
 Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi ginjal.
 Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan yang lain.
6. Prinsip-prinsip yang Mendasari Hemodialisis
Ada tiga prinsip yang mendasar kerja hemodialisis yaitu: difusi, osmosis dan ultra filtrasi.
Toksin dan zat limbah di dalam darah di keluarkan melalui proses difusi dengan cara bergerak dari
darah yang memiliki konsentrasi lebih tinggi ke cairan dialisis dengan konsenterasi yang lebih rendah.
Air yang berlebihan di keluarkan dari dalam tubuh di keluarkan melalui proses osmosis.
Pengeluaran air dapat di kendalikan dengan menciptakan gradien tekanan, dengan kata lain bergerak
dari daerah dengan tekanan yang lebih tinggi (tubuh pasien) ke tekanan yang lebih rendah (cairan
dialist).
Gradient ini dapat di tingkatkan melalui penambahan tekanan negatif yang dikenal sebagai
ultrafiltasi pada mesin dialis. Tekanan negatif diterapkan pada alat fasilitasi pengeluaran air. Karena
pasien tidak dapat mengekresikan air, kekuatan ini di perlukan untuk mengeluarkan cairan hingga
tercapai isovolemia (keseimbangan cairan).
7. Komponen Hemodialisa
1) Dialyzer / Ginjal Buatan
Suatu alat yang digunakan untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh, bila fungsi kedua ginjal
sudah tidak memadai lagi, mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit, mengeluarkan racun-racun atau
toksin yang merupakan komplikasi dari Gagal Ginjal. Sedangkan fungsi hormonal/ endokrin tidak dapat
diambil alih oleh ginjal buatan. Dengan demikian ginjal buatan hanya berfungsi sekitar 70-80 % saja dari
ginjal alami yang normal. Macam-macam ginjal buatan :
- Dialisis lempeng paralel, terdiri dari dua lapisan churophane yang dijepit oleh dua penyokong yang kaku
untuk membentuk suatu amplop yang disusun secara paralel. Dimana darah mengalir melalui lapisan-
lapisan membran, dan cairan dialisis dapat mengalir dalam arah yang sama, atau dengan alat yang
berlawanan.
- Hollow Fibre Dialyzer (dialisis serabut berongga), terdiri dari ribuan serabut mempunyai dinding setebal
30 µm, dan diameter sebesar 200 µm, dan panjangnya 20 cm.. darah mengalir dari bagian tengah tabung
tabung kecil, dan cairan dialisis membasahi bagian luarnya. Aliran cairan dialisis berlawanan dengan
aliran darah.
2) Dialisat
Adalah cairan yang terdiri dari air, elektrolit dan zat-zat lain supaya mempunyai tekanan osmotik
yang sama dengan darah. Fungsi Dialisat pada dialisit:
- Untuk mengeluarkan dan menampung cairan dan sisa metabolisme
- Untuk mencegah kehilangan zat-zat vital dari tubuh selama dialisa
Tabel perbandingan darah dan dialisat :
Komponen elektrolit Darah Dialisat
Natrium/sodium 136mEq/L 134mEq/L
Kalium/potassium 4,6mEq/L 2,6mEq/L
Kalsium 4,5mEq/L 2,5mEq/L
Chloride 106mEq/L 106mEq/L
Magnesium 1,6mEq/L 1,5mEq/L
Ada 3 cara penyediaan cairan dialisat :
- Batch Recirculating
Cairan dialisat pekat dicampur air yang sudah diolah dengan perbandingan 1 : 34 hingga 120 L
dimasukan dalam tangki air kemudian mengalirkannya ke ginjal buatan dengan kecepatan 500 – 600
cc/menit.
- Batch Recirculating/single pas
Hampir sama dengan cara batch recirculating hanya sebagian langsung buang.
- Proportioning Single pas
Air yang sudah diolah dan dialisat pekat dicampur secara konstan oleh porpropotioning dari mesin cuci
darah dengan perbandingan air : dialisat = 34 : 1 cairan yang sudah dicampur tersebut dialirkan keginjal
buatan secara langsung dan langsung dibuang, sedangkan kecepatan aliran 400 – 600 cc/menit.
3) Akses Vaskular Hemodialisis
Untuk melakukan hemodialisis intermiten jangk apanjang, maka perlu ada jalan masuk kedalamsistem
vascular penderita. Darah harus keluar dan masuk tubuh penderita dengan kecepatan 200 sampai 400
ml/menit. Teknik akses vascular diklasifikasikan sebagai berikut:
- Akses Vaskuler Eksternal (sementara)
a. Pirau arteriovenosa (AV)
atau system kanula diciptakan denga nmenempatkan ujungkanula dari Teflon dalam arteri dan sebuah
vena yang berdekatan.
Ujung kanuladihubungkan dengan selang karet silicon dan suatu sambungan teflon yang
melengkapipirau. Pada waktu dilakukan dialisis, maka selang pirau eksternal dipisahkan dan dibuat
hubungan dengan alat dialisis. Darah kemudian mengalir dari ujung arteri, melalui alat dialisis dan
kembali ke vena. Kesulitan utama pirau eksternal adalah masa pemakaian yang panjang (9 bulan). Pirau
eksternal dapat digunakan bila terapi dialitik diperlukan dalam jangka waktu pendek seperti pada dialisis
karena keracunan, keebihan dosis obat, gagal ginjal akut, dan fase permulaan pada pengobatan gagal
ginjal kronik.
b. Kateter
vena femoralis sering dipakai pada kasus gagal ginjal akut bila diperlukan aksesvascular sementara,
atau bila teknik akses vaskuler lain tidak dapat berfungsi. Terdapatdua tipe kateter dialysis femoralis.
Kateter shaldon adalah kateter berlumen tunggal yang memerlukan akses kedua. Tipe kateter femoralis
yang lebih baru memiliki lumen ganda, satu lumen
untuk mengeluarkan darah menuju alat dialysis dan satu lagi untukmengembalikan darah ketubuh pender
ita. Komplikasi pada kateter vena femoralis adalahlaserasi arteria femoralis, perdarahan, thrombosis,
emboli, hematoma, dan infeksi.
c. Kateter vena subklavia semakin banyak dipakai sebagai alat akses vascular karenapemasangan
yang mudah dan komplikasinya lebih sedikit dibanding kateter vena femoralis. Kateter vena
subklavia mempunyai lumen ganda untuk aliran masuk dankeluar. Kateter
vena subklavia dapat digunakan sampai empat minggu sedangkan kateter vena
femoralis dibuang setelah satu sampai dua hari setelah pemasangan. Komplikasi
yang disebabkan oleh katerisasi vena subklavia serupa dengan katerisasi vena femoralis
yang termasuk pneumotoraks robeknya arteria subklavia, perdarahan, thrombosis, embolus, hematoma,
dan infeksi.
- AksesVaskular Internal (permanen)
a. Fistula, yang lebih permanen dibuat melalui pembedahan yang (biasanya dilakukan pada lengan bawah)
dengan cara menghubungkan atau menyambungkan (anastomosis) pembuluh aretri dengan vena
secara side to-side (dihubungkan antar-sisi) atau end-to-side (dihubungkan antara ujung dan sisi
pembuluh darah). Segmen-arteri fistula diganakan untuk aliran darah arteri dan segmen vena digunakan
untuk memasukan kembali (reinfus) darah yang sudah didialisis. Umur fistula AV
adalah empat tahun dan komplikasinya lebihsedikit dengan pirau AV. Masalah yang
paling utama adalah nyeri pada pungsi vena terbentuknya aneurisma, trombosis,
kesulitan hemostatis pascadialisis, dan iskemiapadatangan.
b. Tandur, dalam menyediakan lumen sebagai tempat penusukan jarum dialisis, sebuah tandur dapat
dibuat dengan cara menjahit sepotong pembuluh arteri atau vena dari sapi, material Gore-Tex
(heterograft) atau tandur vena safena dari pasien sendiri. Biasanya tandur tersebut dibuat bila pembuluh
darah pasien sendiri tidak cocok untuk dijadikan fistula.Tandur biasanya dipasang pada lengan bawah,
lengan atas atau paha bagian atas. Pasien dengan sistem vaskuler yang terganggu, seperti pasien
diabetes, biasanya memerlukan pemasangan tandur sebelum menjalani hemodialisis. Karena tandur
tersebut merupakan pembuluh darah artifisial risiko infeksi akan meningkat. Komplikasi tandur
AV sama dengan fistula AV.trombosis, infeksi, aneurisma dan iskemia tangan yang
disebabkan oleh pirau darah melalui prosthesis dan jauh dari sirkulasi distal.
8. Indikasi
- Gagal ginjal akut
- Gagal ginjal kronik, bila laju filtrasi gromelurus kurang dari 5 ml/menit
- Kalium serum lebih dari 6 mEq/l
- Ureum lebih dari 200 mg/dl
- pH darah kurang dari 7,1
- Anuria berkepanjangan, lebih dari 5 hari
- Intoksikasi obat dan zat kimia
- Sindrom Hepatorenal
- Fluid overload
9. Kontra Indikasi
- Gangguan pembekuan darah
- Anemia berat
- Trombosis/emboli pembuluh darah yang berat
- Suhu tubuh yang tinggi
10. Penatalaksanaan pada Pasien yang Menjalani Hemodialisis Jangka Panjang
- Diet dan masalah cairan, diet merupakan faktor penting bagi pasien yang menjalani hemodialisis
mengingat adanya efek uremia. Apabila ginjal yang rusak tidak mampu mengeksresikan produk akhir
metabolisme, substansi yang bersifat asam ini akan menumpuk dalam serum pasien dan bekerja sebagai
racun atau toksik. Gejala yang terjadi akibat penumpukan tersebut secara kolektif dikenal sebagai gejala
uremik dan akan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Lebih banyak toksin yang menumpuk, lebih berat
gejala yang timbul. Diet rendah protein akan mengurangi penumpukan limbah nitrogen dan dengan
demikian meminimalkan gejala. Penumpukan cairan juga dapat terjadi dan dapat mengakibatkan gagal
jantung kongestif serta edema paru. Dengan demikian, pembatasan cairan juga merupakan bagian
dengan resep diet untuk pasien ini.
- Pertimbangan medikasi, banyak obat yang dieksresikan seluruhnya atau sebagian melalui ginjal. Pasien
yang memerlukan obat-obatan (preparat glikosida jantung, antibiotik, antiaritmia, antihipertensi) harus
dipantau dengan ketat untuk memastikan agar kadar obat-obat ini dalam darah dan jaringan dapat
dipertahankan tanpa menimbulkan akumulasi toksik.
11. Komplikasi
- Kram otot, kram otot pada umumnya terjadi pada separuh waktu berjalannya hemodialisa sampai
mendekati waktu berakhirnya hemodialisa. Kram otot seringkali terjadi pada ultrafiltrasi (penarikan cairan)
yang cepat dengan volume yang tinggi.
- Hipotensi, terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat asetat, rendahnya dialisat
natrium, penyakit jantung aterosklerotik, neuropati otonomik, dan kelebihan tambahan berat cairan.
- Aritmia, hipoksia, hipotensi, penghentian obat antiaritmia selama dialisa, penurunan kalsium,
magnesium, kalium, dan bikarbonat serum yang cepat berpengaruh terhadap aritmia pada pasien
hemodialisa.
- Sindrom ketidakseimbangan dialisa, sindrom ketidakseimbangan dialisa dipercaya secara primer dapat
diakibatkan dari osmol-osmol lain dari otak dan bersihan urea yang kurang cepat dibandingkan dari
darah, yang mengakibatkan suatu gradien osmotik diantara kompartemen-kompartemen ini. Gradien
osmotik ini menyebabkan perpindahan air ke dalam otak yang menyebabkan oedem serebri. Sindrom ini
tidak lazim dan biasanya terjadi pada pasien yang menjalani hemodialisa pertama dengan azotemia
berat.
- Hipoksemia selama hemodialisa merupakan hal penting yang perlu dimonitor pada pasien yang
mengalami gangguan fungsi kardiopulmonar.
- Perdarahan, uremia menyebabkan ganguan fungsi trombosit. Fungsi trombosit dapat dinilai dengan
mengukur waktu perdarahan. Penggunaan heparin selama hemodialisa juga merupakan faktor risiko
terjadinya perdarahan.
- Ganguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan muntah yang disebabkan karena
hipoglikemia. Gangguan pencernaan sering disertai dengan sakit kepala.
- Infeksi atau peradangan bisa terjadi pada akses vaskuler.
- Pembekuan darah bisa disebabkan karena dosis pemberian heparin yang tidak adekuat ataupun
kecepatan putaran darah yang lambat.
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data demografi : berisi tentang nama, umur, alamat, jenis kelamin, pendidikan
b. Keluhan utama : klien dengan hemodialisa biasanya mengeluhkan; lemas, pusing, gata, baal-baal,
bengkak-bengkak, sesak, kram, BAK tidak lancar, mual, muntah, tidak nafsu makan, susah tidur
berdebar, mencret, susah BAB, penglihatan tidak jelas, sakit kepala, nyeri dada, nyeri punggung, susah
berkonsentrasi, kulit kering, nyeri otot, keringat dingin
c. Riwayat kesehatan saat ini : penderita gagal ginjal akut maupun kronik, ketidak seimbangan elektrolit
dalam tubuh, oedema, keracunan.
d. Riwayat kesehatan dahulu; menanyakan adanya infeksi saluran kemih atau infeksi organ lain, riwayat
kencing batu/obstruksi, riwayat mengkonsumsi oba-obatan atau jamu, riwayat trauma ginjal, riwayat
penyakit kardiovaskuler, riwayat penyakit endokrin, riwayat dehidrasi.
e. Riwayat kesehatan keluarga; apakah keluarga mempunyai riwayat penyakit diabetes, hipertensi,
penyakit ginjal. Dan mencantumkan genogram 3 generasi.
f. Psikospiritual : Penderita hemodialisis jangka panjang sering merasa kuatir akan kondisi penyakitnya
yang tidak dapat diramalkan. Biasanya menghadapi masalah financial, kesulitan dalam mempertahankan
pekerjaan, dorongan seksual yang menghilang serta impotensi, dipresi akibat sakit yang kronis dan
ketakutan terhadap kematian. Prosedur kecemasan merupakan hal yang paling sering dialami pasien
yang pertama kali dilakukan hemodialisis.
g. Pengkajian persistem
- Respirasi; sesak nafas, ronchi
- Kardiovaskuler; lelah, lemah/malaise, letih, nyeri dada, anemia, hiperlipidemia, trombositopenia,
pericarditis, aterosklerosis, CHF, palpitasi, angina, hipertensi, distensi vena jugularis, disritmia, pallor,
nadi lemah/halus
- Digestif; edema/ peningkatan berat badan, dehidrasi/penurunan berat badan, mual, muntah, anorexia,
nyeri ulu hati, perhatikan turgor kulit, perdarahan gusi, lemak subkutan menurun, distensi abdomen, rasa
haus, ascites, diare, konstipasi
- Neurosensiori; insomnia, tonus otot menururn, ROM berkurang, sakit kepala penglihatan kabur, sakit
kepala
- Integumen; iritasi kulit, kram, baal-baal
- Reproduksi; penurunan libido, gangguan fungsi ereksi, infertil
- Urinari;edema periorbital-peritibial, poliuri pada awal gangguan ginjal, oliguri, dan anuri pada fase lanjut,
kaji warna urin, riwayat batu saluran kencing, uremia, asidosis metabolik, kejang-kejang
- reaksi transfusi, demam, infeksi berulang, penurunann daya tahan tubuh,
h. Pemeriksaan penunjang : Kadar kreatinin serum diatas 6 mg/dl pada laki-laki, 4mg/dl pada perempuan,
dan GFR 4 ml/detik.
a. Daftar Diagnosa
a. Pre HD
1. Risiko Ketidakseimbangan elektrolit
2. kerusakan integritas kulit
3. ansietas
b. Intra HD
1. Hambatan mobilitas fisik
2. Nyeri akut
3. Risiko Infeksi
4. Risiko perdarahan
c. Post HD
1. Harga diri rendah : situasional
2. Risiko infeksi

b. Intervensi Keperawatan
1. Pre Hemodialisa
No Daftar Diagnosa NOC NIC
1 Resiko ketidakseimbangan elektrolit- Keseimbangan elektrolit dan asam basa Manajemen elektrolit
(00195) - Keseimbangan cairan - Lakukan dialisis jika perlu
Domain : nutrisi - Hidrasi - Konsultasikan dengan
Kelas : hidrasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan memberikan diet pembatas
Definisi:Beresiko mengalami selama 1x24 jam pasien mampu untuk: - Pantau hasil laborator
perubahan kadar elektrolit serum yang1. Tercapainya keseimbangan elektrolit dan terhadap retensicairan (m
dapat mengganggu kesehatan asam-basa, dengan indikator: berat jenis urine, peningka
- Jumlah elektrolit serum dalam batas hematocrit dan peningkat
Faktor resiko normal urine)
- Defisiensi volume cairan - Tanda-tanda vital seperti nadi dan - Observasi khususnya
- Kelebihan volume cairan pernapasan dalam batas normal. cairan yang tinggi elekt
- Gangguan mekanisme regulasi (mis, - pH urine dalam batas normal drainasse luka, peng
diabetes insipidus, sindrom2. Tercapainya keseimbangan cairan, dengan diaphoresis, dan drainasse
ketidaktepatan sekresi hormon indikator: - Laporkan abnormalitas ele
antidiuretik) - Tidak ada asites Pemantauan elektrolit
- Muntah - Tidak ada edema perifer - Observasi khususnya
- Disfungsi ginjal - Berat badan dalam keadaan stabil cairan yang tinggi elekt
- Mempertahankan output urine yang sesuai drainase luka, pengi
dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT diaforesis, draninase ileost
normal - Kaji ekstremitas atau bagi
3. Mempertahankan hidrasi yang adekuat, terhadap gangguan sirkula
dengan indikator: - Pantau secara teratur li
- Tidak mengalami haus yang tidak normal ekstremitas
- Menunjukkan hidrasi yang baik (membran
mukosa lembab, mampu berkeringat) Manajemen cairan
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi - Pantau status hidrasi (m
- Tidak demam membran mukosa, kea
tekanan darah ortostatik)
- Timbang berat badan se
kecenderungannya
- Pertahankan keakuratan
haluaran
- Pantau indikasi kelebihan
(misalnya crakcle, penin
tekanan baji kapiler paru,
leher, dan asites), sesuai d
- Berikan terapi IV, sesuai p
- Konsultasi ke dokter jik
kelebihan volume cair
memburuk
- Pasang kateter urine, jika
- Berikan cairan, sesuai den
Manajemen cairan/elektro
- Identifikasi faktor terhadap
dehidrasi (misalnya obat-o
dan program pengobatan)
- Kaji adanya vertigo ataun
- Tentukan lokasi dan deraj
- Kaji komplikasi pulmona
yang diindikasikan denga
gawat nafas, peningka
peningkatan tekanan dara
normal, atau suara nafas ti
- Kaji efek pengobatan (mis
litium) pada edema
- Berikan terapi IV sesuai pr
Health Education:
- Ajarkan pasien tentang
mengatasi edema;pem
peggunaan, dosis, dan efe
digunakan
- Anjurkan pasien untu
perawat bila haus
Terapi intravena (IV)
- Observasi daerah pema
kontinyu
- Monitor tetesan infus
- Hindarkan pasien dari trau
- Berikan posisi yang nyama
- Kolaborasi dalam pemberi
Health education:
- Anjurkan pasien
ketidaknyamanan selama
intravena.
- Anjurkan pasien melapor
dan bengkak pada daerah
infus.
Pemantauan cairan
- Kaji riwayat jumlah dan je
eliminasi
- Pantau warna, jumlah dan
cairan
2 Kerusakan Integritas Kulit (00046) - Tissue Integrity : Skin and Mucous NIC
Domain : keamanan/perlindungan Membranes Pressure Management
Kelas : cedera fisik - Wound Healing : primer dan sekunder - Kaji lingkungan dan
Definisi : menyebabkan terjadinya te
Perubahan/gangguan epidermis Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Hindari adanya lipatan pad
dan/atau dermis selama 3 x 24 jam kerusakan integritas kulit - Jaga kebersihan kulit ag
teratasi dengan kriteria hasil : kering.
Batasan karakteristik - Capilarry refill < 3 detik - Lakukan mobilisasi pasien
- Kerusakan pada lapisan kulit (dermis). - Tidak ada pitting edema setiap dua jam sekali.
- Kerusakan pada permukaan kulit - Integritas kulit yang baik bisa - Monitor integritas kulit aka
(epidermis) dipertahankan (sensasi, elastisitas, - Oleskan lotion atau minya
temperatur, hidrasi, pigmentasi yang tertekan .
Faktor-faktor yang berubungan - Monitor aktivitas dan mobi
- Perubahan status cairan - Monitor status nutrisi pasie
- Perubahan tugor - Mandikan pasien dengan
- Faktor perkembangan
- Ketidakseimbangan nurtisi Healt Education
- Gangguan sirkulasi - Anjurkan pasien untuk m
- Gangguan status metabolik yang longgar.
3 Ansietas (00146) - Anxiety control Anxiety Reduction (penu
Kelas : koping/toleransi stres - Coping - Gunakan pendekatan yan
Domain : respons koping - Nyatakan dengan jelas
Definsi : Perasaan gelisah yang tak Setelah dilakukan tindakan keperawatan pelaku pasien
jelas dari ketidaknyamanan atau selama 1x24 jam diharapkan kecemasan - Jelaskan semua prose
ketakutan yang disertai respon yang dirasakan klien berkurang dirasakan selama prosedu
autonom (sumner tidak spesifik atau dengan Kriteria Hasil : - Temani pasien untuk m
tidak diketahui oleh individu); perasaan - Klien mampu mengidentifikasi dan dan mengurangi takut
keprihatinan disebabkan dari antisipasi mengungkapkan gejala cemas - Berikan informasi faktual
terhadap bahaya. Sinyal ini merupakan - Mengidentifikasi, mengungkapkan dan tindakan prognosis
peringatan adanya ancaman yang akan menunjukkan tehnik untuk mengontol - Dorong keluarga untuk me
datang dan memungkinkan individu cemas - Lakukan back / neck rub
untuk mengambil langkah untuk - Vital sign dalam batas normal - Dengarkan dengan penuh
menyetujui terhadap tindakan - Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh - Identifikasi tingkat kecema
dan tingkat aktivitas menunjukkan - Bantu pasien menge
Batasan karakteristik berkurangnya kecemasan menimbulkan kecemasan
- Gelisah - Dorong pasien untu
- Insomnia perasaan, ketakutan, perse
- Resah - Instruksikan pasien m
- Ketakutan relaksasi
- Sedih - Barikan obat untuk mengu
- Fokus pada diri
- Kekhawatiran
- Cemas

2. Intra Hemodialisa
No Daftar Diagnosa NOC NIC
1 Nyeri Akut - Pain Level, Pain Management
Kelas : - pain control, - Lakukan pengkajian nyeri
Domain : - comfort level termasuk lokasi, karakteri
Definisi : setelah dilakukan tindakan keperawatan kualitas dan faktor presipita
Sensori yang tidak menyenangkan dan selama 1x 24 jam diharapkan nyeri - Observasi reaksi
pengalaman emosional yang muncul berkurang dengan Kriteria Hasil: ketidaknyamanan
secara aktual atau potensial kerusakan - Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab - Gunakan teknik komunik
jaringan atau menggambarkan adanya nyeri, mampu menggunakan tehnik mengetahui pengalaman n
kerusakan (Asosiasi Studi Nyeri nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, - Kaji kultur yang mempeng
Internasional): serangan mendadak mencari bantuan) - Evaluasi pengalaman nye
atau pelan intensitasnya dari ringan - Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan - Evaluasi bersama pasien
sampai berat yang dapat diantisipasi menggunakan manajemen nyeri lain tentang ketidakefektifa
dengan akhir yang dapat diprediksi dan - Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, lampau
dengan durasi kurang dari 6 bulan. frekuensi dan tanda nyeri) - Bantu pasien dan keluarg
- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri menemukan dukungan
Batasan karakteristik : berkurang - Kontrol lingkungan yang
- Laporan secara verbal atau non verbal - Tanda vital dalam rentang normal nyeri seperti suhu ruanga
- Fakta dari observasi kebisingan
- Posisi antalgic untuk menghindari nyeri - Kurangi faktor presipitasi n
- Gerakan melindungi - Pilih dan lakukan
- Tingkah laku berhati-hati (farmakologi, non farm
- Muka topeng personal)
- Gangguan tidur (mata sayu, tampak - Kaji tipe dan sumber nye
capek, sulit atau gerakan kacau, intervensi
menyeringai - Ajarkan tentang teknik non
- Terfokus pada diri sendiri - Berikan analgetik untuk m
- Fokus menyempit (penurunan persepsi - Evaluasi keefektifan kontro
waktu, kerusakan proses berpikir, - Tingkatkan istirahat
penurunan interaksi dengan orang dan - Kolaborasikan dengan do
lingkungan) dan tindakan nyeri tidak be
- Tingkah laku distraksi, contoh : jalan- - Monitor penerimaan pasie
jalan, menemui orang lain dan/atau nyeri
aktivitas, aktivitas berulang-ulang Analgesic Administration
- Respon autonom (seperti diaphoresis, - Tentukan lokasi, karakt
perubahan tekanan darah, perubahan derajat nyeri sebelum pem
nafas, nadi dan dilatasi pupil) - Cek instruksi dokter tenta
- Perubahan autonomic dalam tonus dan frekuensi
otot (mungkin dalam rentang dari - Cek riwayat alergi
lemah ke kaku) - Pilih analgesik yang diper
- Tingkah laku ekspresif (contoh : dari analgesik ketika pemb
gelisah, merintih, menangis, waspada, - Tentukan pilihan analgesi
iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah) beratnya nyeri
- Perubahan dalam nafsu makan dan - Tentukan analgesik pilihan
minum dosis optimal
- Pilih rute pemberian s
Faktor yang berhubungan : pengobatan nyeri secara te
- Agen injuri (biologi, kimia, fisik, - Monitor vital sign seb
psikologis) pemberian analgesik perta
- Berikan analgesik tepat
nyeri hebat
- Evaluasi efektivitas analge
(efek samping)
2 Hambatan mobilitas fisik  Ambulasi Ambulasi
Definisi :  Pergerakan Terkoordinasi 1. Kaji kebutuhan belajar klie
Keterbatasan dalam pergerakan fisik  Mobilitas 2. Kaji kebutuhan terhadap
mandiri dan terarah pada tubuh atau kesehatan daari lembaga
satu ektremitas atau lebih. Tingkat 2 : Tujuan dan Kriteria Hasil: sakit dan alat kesehatan ya
memerlukan bantuan dari orang lain Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3.2 Instrusikan klien untuk
untuk pertolongan, pengawasan atau x 24 jam mobilitas fisik teratasi dengan badannya
pengajaran. indicator : 4. Instrusikan dan duk
Kelas :  Melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari menggunakan trapeze a
Domain : secara mandiri dengan alat bantu misalnya meningkatkan serta memp
Batasan Karakteristik : kursi roda ektremitas atas
 Penurunan waktu reaksi  5.
Meminta bantuan untuk aktifitas mobilisasi, Instrusikan klien unt
 Kesulitan membolak-balik posisi tubuh jika diperlukan kesejajaran tubuh yang be
 Dispnea saat beraktifitas  Menggunakan kursi roda secara efektif 6. Gunakan ahli terapi fisik
 Perubahan cara berjalan (misalnya suatu sumber untuk
penurunan aktifitas dan kecepatan perencanaan dan me
berjalan, kesulitan untuk memulai meningkatkan mobilitas
berjalan, langkah kecil, berjalan dengan 7. Gunakan sabuk penyongk
menyeret kaki, pada saat berjalan bantuan ambulasi atau per
badan mengayuh ke samping) 8. Awasi sluruh upaya mob
 Tremor yang diinduksi oleh pergerakan jika diperlukan
 Ketidakstabilan postur tubuh (saat HE
melakukan rutinitas aktivitas kehidupan 9. Ajarkan dan dukung klien
sehari-hari) aktif atau pasif untuk m
 Melambatnya pergerakan meningkatkan kekuatan da
Faktor yang berhubungan :
 Perubahan metabolisme sel 10. Ajarkan dan bantu klien da
 Intoleran aktivitas dan penurunan (misalnya dari tempat tidur
kekuatan dan ketahanan 11. Ajarkan tekhnik ambulasi
 Nyeri aman
 Gangguan neuromuscular
 Kaku sendi atau kontraktur
2 Resiko Infeksi (00004) - Immune Status Infection Control (Kontro
Domain : keamanan/perlindungan - Knowledge : Infection control - Bersihkan lingkungan se
Kelas : infeksi - Risk control lain
Definisi : - Pertahankan teknik isolas
Peningkatan resiko masuknya Setelah dilakukan tindakan keperawatan- Gunakan sabun antimikro
organisme patogen dalam 1x24 jam diharapkan klien terhindar- Cuci tangan setiap se
dari resiko infeksi dengan Kriteria Hasil : tindakan kperawtan
Faktor-faktor resiko : - Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi - Gunakan baju, sarung
- Prosedur Infasif - Jumlah leukosit dalam batas normal pelindung
- Trauma - Pertahankan lingkunga
- Kerusakan jaringan dan peningkatan pemasangan alat
paparan lingkungan - Ganti letak IV perifer d
- Agen farmasi (imunosupresan) dressing sesuai dengan pe
- Peningkatan paparan lingkungan - Gunakan kateter intermite
patogen infeksi kandung kencing
- Ketidakadekuatan imum buatan - Tingktkan intake nutrisi
- Tidak adekuat pertahanan sekunder - Berikan terapi antibiotik bi
(penurunan Hb, Leukopenia,
penekanan respon inflamasi) Infection Protection
- Tidak adekuat pertahanan tubuh infeksi)
primer (kulit tidak utuh, trauma jaringan, - Monitor tanda dan gejala
penurunan kerja silia, cairan tubuh lokal
statis, perubahan sekresi pH, - Monitor hitung granulosit,
perubahan peristaltik) - Monitor kerentanan terhad
- Inspeksi kulit dan memb
kemerahan, panas, drainas
- Ispeksi kondisi luka / insis
- Laporkan kecurigaan infek
2. Risiko Perdarahan (00206) - Status sirkulasi Pencegahan Perdarahan
Domain : keamanan/perlindungan - Status koagulasi - Memonitor pasien secara
Kelas : cedera fisik - Prosedur pengobatan untukperdarahan
Definisi : - Kontrol resiko - Catatan tingkat
Beresiko mengalami penurunan volume hemoglobin / hematokritse
darah yang dapat mengganggu Setalah dilakukan tindakan keperawatan sesudah kehilangan d
kesehatan selama 1x24 jam diharapkan klien tidak ditunjukkanMemantau tand
mengalami perdarahan dengan kriteria gejala perdarahan
Faktor resiko hasil: persisten(misalnya memer
- Aneurisme - TTV dalam batas normal atau darah okultisme)
- Defisiensi pengetahuan - Adanya pembentukan bekuan darah - Melindungi pasien d
- Koagulopati inheren (mis., - Pengetahuan mengenai tindakan dapatmenyebabkan perdar
trombositoenia) pengobatan yang dijalani - Menginstruksikan pasien
- Trauma - Resiko perdarahan dapat dikenali asupan makanan yang kay
- Efeksamping terkait terapi - Menginstruksikan pasien
pada tanda-tanda perdarah
yang tepat (misalnya, mem
Perawatan Sirkulasi
- Lakukan penilaian yang
sirkulasi perifer (misalnya
nadi perifer, edema, pen
dan suhu ekstremitas)
- Evaluasi edema dan tekan
- Turunkan ekstremitas untu
meningkatkansirkulasi arte
- Ubah posisi pasien minim
sesuaiMendorong berbaga
atau aktif selama istirahat
sesuai
- Mempertahankan hidrasi
mencegah viskositas darah
- Memantau Status cairan,
output

3. Post Hemodialisa
No Daftar Diagnosa NOC NIC
1. Harga Diri rendah : situasional (00120) - Adaptasi Adaptasi
Domain : persepsi diri - Support system - Rencana memperkenalka
Kelas : harga diri - Manajemen perasaan sehari-hari
Definisi : Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Support system yang baik
Perkembangan persepsi negatif selama 1x 24 jam diharapkan perasaan - Fasilitasi lingkungan dan
tentang harga diri rendah sebagai harga diri rendah klien dapat berkurang meningkatkan harga diri kl
respon terhadap situasi saat ini (terapi) dengan kriteria hasil: - Pantau kegiatan yang dila
- Klien dapat menyesuaikan dengan - Membuat pernyataan pos
Batasan karakteristik kemampuan verbal yang sudah klien lakukan
- Evaluasi diri bahwa individu tidak Support system
mampu menghadapi peristiwa - Bantu klien mengena
- Evaluasi diri bahwa individu tidak ketidakuntungan masing
mampu menghadapi situasi support system
- Ekspresi ketidakberdayaan - Fasilitasi teman yang b
untuk membuat keputusan
Faktor yang berhubungan - Menjalani hubungan antar
- Perubahan perkembangan Manajemen Perasaan
- Gangguan citra tubuh - Pantau status fisik klien
- Gangguan fungsional - Ajarkan klien dalam ke
- Perubahan peran sosial keputusan sebagai kebutu
- Gunakan dengan simple,
berinteraksi dengan kesa
klien.
2. Resiko Infeksi (00004) - Immune Status Infection Control (Kontro
Domain : keamanan/perlindungan - Knowledge : Infection control - Bersihkan lingkungan se
Kelas : infeksi - Risk control lain
Definisi : - Pertahankan teknik isolas
Peningkatan resiko masuknya Setelah dilakukan tindakan keperawatan- Gunakan sabun antimikro
organisme patogen dalam 1x24 jam diharapkan klien terhindar- Cuci tangan setiap se
dari resiko infeksi dengan Kriteria Hasil : tindakan kperawtan
Faktor-faktor resiko : - Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi - Gunakan baju, sarung
- Prosedur Infasif - Jumlah leukosit dalam batas normal pelindung
- Trauma - Pertahankan lingkunga
- Kerusakan jaringan dan peningkatan pemasangan alat
paparan lingkungan - Ganti letak IV perifer d
- Agen farmasi (imunosupresan) dressing sesuai dengan pe
- Peningkatan paparan lingkungan - Gunakan kateter intermite
patogen infeksi kandung kencing
- Ketidakadekuatan imum buatan - Tingktkan intake nutrisi
- Tidak adekuat pertahanan sekunder - Berikan terapi antibiotik bi
(penurunan Hb, Leukopenia,
penekanan respon inflamasi) Infection Protection
- Tidak adekuat pertahanan tubuh infeksi)
primer (kulit tidak utuh, trauma jaringan, - Monitor tanda dan gejala
penurunan kerja silia, cairan tubuh lokal
statis, perubahan sekresi pH, - Monitor hitung granulosit,
perubahan peristaltik) - Monitor kerentanan terhad
- Inspeksi kulit dan memb
kemerahan, panas, drainas
- Ispeksi kondisi luka / insis
- Laporkan kecurigaan infek

Vous aimerez peut-être aussi