Vous êtes sur la page 1sur 60

1

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP LANSIA

2.1.1 Pengertian

Menua ( menjadi tua ) adalah suatu proses menghilangnya

secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki

diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga

tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan

yang diderita. ( Nugroho, Wahyudi. 2000 )

Proses menua merupakan proses yang terus-menerus

( berlanjut ) secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya

dialami pada semua mahluk hidup.

Proses menua setiap individu pada organ tubuh juga tidak sama

cepatnya. Adakalanya orang belum ergolong lanjut usia

( masih muda ) tetapi kekuranganya menyolok ( Deskripansi ).

( Nugroho, Wahjudi. 2000 )

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada

daur kehidupan manusia. ( Meryam, R. Siti dkk, 2008 )

Menurut pasal 1 ayat ( 2 ), ( 3), ( 4 ) UU Tentang Kesehatan

No. 13 tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa lanjut usia

adalah seorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.


2

2.1.2 Klasifikasi Lansia

Klasifikasi lansia berikut ini adalah :

1) Pralansia

Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

2) Lansia

Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

3) Lansia resiako tinggi

Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih / seseorang

yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah keehatan .

4) Lansia potensial

Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan / atau

kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa.

5) Lansia tidak potensial

Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga

hidupnya bergantung pada bantuan orang lain. ( Meryam,

R. Siti dkk, 2008)

2.1.3 Krakteristik Lansia

Menurut Budi Anna Keliat ( 1999) yang dikutip oleh Meryam R,

Siti, Dkk, lansia memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Berusia lebih dari 60 tahun ( sesuai dengan pasal 1 ayat (2)

UU No. 13 tentang kesehatan )

2. kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat

sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai


3

spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi

maladaptif.

3. lingkungan tempat tinggal yang bervariasi. .( Meryam, R.

Siti dkk, 2008 )

2.1.4 Batasan-Batasan Lanjut Usia

2.1.4.1 Menurut organisasi kesehatan dunia

Lanjut usia meliputi :

a) usia pertengahan ( middle age ), ialah kelompok

usia 45 sampai 59 tahun.

b) Lanjut usia ( elderly ) = antara 60 dan 74 tahun

c) Lanjut usia tua ( old ) = antara 75 dan 90 tahun

d) Usia sangat tua ( very old ) = diatas 90 tahun.

2.1.4.2 Menurut Prof. Dr. Ny Sumiati Ahmad Mohamad

Prof. Dr. Ny. Sumiati Ahmad Mohamad (alm) guru

besar Universitas Gajah Mada pada fakultas Kedoteran,

membagi periodisasi biologis perkembangan manusia

sebagai berikut :

0 – 1 tahun = masa bayi

1 – 6 tahun = masa pra sekolah

6 – 10 tahun = masa sekolah

10 – 20 tahun = masa pubertas

40 – 65 tahun = masa setengah umur ( prasenium )

65 tahun ke atas = masa lanjut usia ( senium )


4

2.1.4.3 Menurut Dra. Ny. Jos Masdani (Psikolog UI)

Mengatakan : lanjut usia merupakan kelanjutan dari

usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat

bagian. Pertama = fase iuventus, antara 25 dan 40 tahun,

kedua = fase verilitas, antara 40 dan 50 tahun, ketiga = fase

prasenium, antxara 55 sampai 65 tahun, dan keempat = fase

senium, antara 65 tahun hingga tutup usia.

2.1.4.4 Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro

Pengelompokan lanjut usia sebagai berikut : usia

dewasa muda ( elderly adulthood ) : 18 atau 20-25 tahun.

Usia dewasa penuh ( middle years ) atau maturitas : 25-60

atau 65 tahun. Lanjut usia ( geriatric age ) lebih dari 65 atau

70 tahun. Terbagi untuk umur 70-75 tahun ( young old ),

75-80 tahun ( old ), dan lebih dari 80 tahun ( very old ).

Kalau dilihat pembagian umur dari beberapa ahli

tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa yang disebut

lanjut usia adalah orang yang telah berumur 65 tahun.

2.1.4.5 Menurut UU Tentang kesejahteraan lansia Nomor 4 Tahun

1965

Bantuan penghidupan orang jompo/lanjut usia yang

termuat dalam pasal 1 dinyatakan sebagai berikut : “

seseorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau

lanjut usia setelah bersangkutan mencapai umur 55 tahun,


5

tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri

untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah

dari orang lain. (INI SUDAH DIPERBAHARUI KARENA

SUDAH TIDAK RELEVAN LAGI ). Saat ini berlaku

Undang-undang No. 13/th. 1998 tentang kesejahteraan

lanjut usia yang berbunyi sebagai berikut : BAB I pasal 1

ayat 2 yang berbunyi “ lanjut usia adalah seseorang yang

mencapai usia 60 ( enam puluh ) tahun ke atas.

2.1.5 Tipe Lansia

Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman

hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, social, dan ekonominya

( Nugroho,2000 ). Tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Tipe arif bijakana

kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri

dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap

ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi

undangan, dan menjadi panutan.

2. Tipe mandiri

mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif

dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan

memenuhi undangan.
6

3. Tipe tidak puas

konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga

menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit

dilayani, pengkritik, dan banyak menuntut.

4. Tipe pasrah

menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan

agama, dan melakukan pekerjaan apa saja.

5. Tipe bingung

kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder,

menyesal, pasif, dan acuh tak acuh.

Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe

konstruktif, tipe dependen ( kebergantungan ), tipe defenitif

( bertahan ), tipe militan dan serius, tipe pemarah / frustasi

( kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu),serta

tipe putus asa ( benci pada diri sendiri ).

Sedangkan bila dilihat dari tingkat kemandiriannya

yang dinilaiberdasarkan kemampuan untuk melakukan

aktivitas sehari-hari ( indeks kemandirian Kartz), para

lansia dapat digolongkan menjadi beberapa tipe yaitu lansia

mandiri sepenuhnya, lansia mandiri dengan bantuan

langsung keluarganya, lansia mandiri secara tidak langsung,

lansia mandiri dengan bantuan badan social, lansia dip anti


7

werda, lansia yang dirawat di rumah sakit, dan lansia

dengan gangguan mental. ( Meryam, R. Siti dkk, 2008 )

2.1.6 Perubahan yang terjadi pada lansia

Perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubahan fisik, social,

dan psikologis

1. Perubahan fisik

a) Sel

Jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurun,

dan cairan intraseluler menurun.

b) Kardiovaskuler

Katup jantung menebal dan kaku, kemampuan memompa

darah menurun ( menurunnya kontraksi dan volume ),

elastisitas pembuluh darah menurun, serta meningkatnya

resistensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah

meningkat.

c) Respirasi

Otot pernapasan kekuatannya menurun dan kaku, elastisitas

paru menurun, kapasitas residu meningkat sehingga menarik

napaslebih berat, alveoli melebar dan jumlahnya menurun,

kemampuan batuk menurun, serta terjadi penyempitan pada

bronkus.
8

d) Sistem Persarafan

Saraf panca indra mengecil sehingga fungsinya menurun

serta lambat dalam merespon dan waktu bereaksi khususnya

yang berhubungan dengan stress. Berkuang atau hilangnya

lapisan myelin akson, sehingga menyebabkan berkurangnya

respon motorik dan refleks.

e) Muskuluskletal

Cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh ( osteoporsis ),

bungkuk ( kifosis ), persendian membesar, dan menjadi kaku

( atropi otot), kram, tremor, tendon mengerut dan mengalami

sclerosis.

f) Gastrointestinal

Esophagus melebar, asam lambung menurun, lapar menurun,

dan peristaltic menurun sehingga daya absorpsi menurun.

Ukuran lambung mengecil serta fungsi organ aksesori

sehingga menyebabkan berkurangnya produksi hormone dan

enzim pencernaan.

g) Genitourinaria

Ginjal : mengecil, aliran darah ke ginjal menurun,

penyaringan di glomerulus menurun, dan fungsi tubulus

menurun sehingga kemampuan mengonsentrasi urin ikut

menurun.
9

h) Vesika urinaria

Otot-otot melemah, kapasitasnya menurun, dan retensi urin.

Prostate : hipertrofi pada 75 % lansia.

i) Vagina

Selaput lender mongering dan sekresi menurun.

j) Pendengaran

Membrane timpani atrofi sehingga terjadi gangguan

pendengaran. Tulang-tulang pendengaran mengalami

kekakuan.

k) Penglihatan

Respon terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap gelap

menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun, dan

katarak.

l) Endokrin

Produksi hormone menurun.

m) Kulit

Keriput serta kulit kepala dan rambut menipis. Rambut dalam

hidung dan telinga menebal. Elastisitas menurun,

vaskulerisasi menurun, rambut memutih ( uban ), kelenjar

keringat menurun, kuku keras dan rapuh, serta kuku kaki

tumbuh berlebihan seperti tanduk


10

n) Belajar dan memori

Kemampuan belajar masih ada tetapi relative menurun.

Memori ( daya ingat ) menurun karena proses enconding

menurun.

Input → enconding → storage → retrieval → recall

o) Intelegensi

Secara umum tidak banyak berubah

p) Personality dan ajusment ( pengaturan )

Tidak banyak perubahan, hampir seperti saat muda

q) Pencapaian

Sains, filosofi, seni, dan musik sangat mempengaruhi.

2. Perubahan social

a) Peran

Post power syndrome, single woman, dan single parent.

b) Keluarga

Kesendirian, kehampaan.

c) Teman

Ketika lansia lainya meninggal, maka muncul

perasaan kapan akan meninggal. Berada di rumah

terus-menerus akan cepat pikun ( tidak berkembang )

d) Abuse

Kekerasan berbentuk verbal ( dibentak ) dan non

verbal ( dicubit, tidak diberi makan ).


11

e) Masalah hokum

Berkaitan dengan perlindungan asset dan kekayaan

pribadi yang dikumpulkan sejak masih muda.

f) Pensiun

Kalau menjadi PNS akan ada tabungan ( dana

pension) Kalau tidak, anak dan cucu yang akan

memberi uang.

g) Ekonomi

Kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang

cocok bagi lansia dan income security

h) Rekreasi

Untuuk ketenangan batin

i) Keamanan

Jatuh dan terpeleset

j) Transportasi

Kebutuhan akan system transportasi yang cocok bagi

lansi.

k) Politik

Kesempatan yang sama untuk terlibat dan

memberikan masukan dalam system politik yang

berlaku.
12

l) Pendidikan

Berkaitan dengan pengentasan buta aksara dan

kesempatan untuk tetap belajar sesuai dengan hak

asasi manusia.

m) Agama

Melaksanakan ibadah

n) Panti jompo

Merasa dibuang/diasingkan.

3. Perubahan psikologis

Perubahan psikologi pada lansia meliputi short term

memory, frustasi, kesepian, takut kehilangan kebebasan,

takut mengahadapi kematian, perubahan keinginan, depresi,

dan kecemasan.

Dalam psikologi perkembangan, lansia dan perubahan yang

dialaminya akibat proses penuaan digambarkan oleh hal-hal

berikut :

1) Masalah-masalah umum yang sering dialami oleh

lansia

a) Keadaan fisisk lemah dan tak berdaya,

sehingga harus bergantung pada orang lain.

b) Status ekonominya sangat terancam, sehingga

cukup beralasan untuk melakukan berbagai

perubahan besar dalam pola hidupnya.


13

c) Menetukan kondisi hidup yang sesuai dengan

perubahan status ekonomi dan kondisi fisik.

d) Mencari teman baru untuk menggantikan

suami atau istri yang telah meninggal atau

pergi jauh dan/cacat.

e) Mengembangkan kegiatan baru untuk mengisi

waktu luang yang semakin bertambah.

f) Belajar untuk memperlakukan anak yang

sudah besar sebagai orang dewasa.

g) Mulai terlibat dalam kegiatan masyarakat

secara khusus direncanakan untuk orang

dewasa.

h) Mulai merasakan kebahagiaan dari kegiatan

yang sesusai untuk lansia dan memiliki

kemauan untuk mengganti kegiatan lama yang

berat dengan yang lebih cocok.

i) Menjadi sasaran atau dimanfaatkan oleh para

penjual obat, buaya darat, dan kriminilitas

karena mereka tidak sanggup lagi untuk

mempertahankan diri.

2) Perubahan-perubahan umum dalam penampilan lansia

Bagian kepala : bentu mulut berybah akaibat

kehilangan gigi atau karena harus memakai gigi palsu,


14

penglihatan agak kabur, mata tak bercahaya dan

sering mengeluarkan cairan, dagu mengendur tampak

berlipat, pipi mengkerut, kulit kerut dan kering,

bintik-bintik hitam pada kulit tampak lebih banyak,

serta rambut menipis dan berubah menjadi putih atau

abu-abu.

Bagian tubuh : bahu membungkuk dan tampa

mengecil, perut membesar dan tampak membuncit,

pinggul tampak mengendur dan lebih besar

dibandingkan dengan waktu sebelumnya, garis

pinggang melebar menjadikan badan tampak sepeti

terisap, serta payudara bagi wanita menjadi kendur.

Bagian persendin : pangkal tangan kendur dan

terasa berat, sedangkan ujung tanga tampak mengerut.

Kaki menjadi kendur dan pembuluh darah balik

menonjol, terutama ada disekitar pergelanga kaki.

Tangan menjadi kurus kering dan pembuluh vena di

sepanjang bagian belakang tangan menonjol. Kaki

membesar karena otot-otot mengendur, timbul

benjolan-benjolan, serta ibu jari membengkak dan

bias meradang serta timbul keosis. Kuku tanagan dan

kaki menebal, mengeras, dan mengapur.


15

3) Perubahan umum fungsi panca indera pada lansia

System penglihatan : ada penurunan yang

konsisten dalam kemampuan untuk melihat objek

pada tingkat penerangan yang rendah serta

menurunya sensivitas terhadap warna.

System pendengaran : orang berusia lanjut

kehilangan kemampuan mendengar bunyi dengan

nada yang sangat tinggi sebagi akibat dari berhentinya

pertumbuhan saraf dan berakhirnya pertumbuhan

organ basal yang mengakibatkan matinya rumah siput

di dalam telinga.

System perasa : perubahan penting dalam alat

perasa pada usia lanjut adalah sebagai akibat dari

berhentinya pertumbuhan tunas perasa yang terletak

di lidah dan dipermukaan bagia dalam pipi. Saraf

perasa yang berhenti tumbuh ini semakin bertambah

banyak sejalan dengan bertambahnya usia.

System penciuman : daya penciuman menjadi

kurang tajam sejalan dengan bertambahnya usia,

sebagian karena pertumbuhan sel di dalam hidung

berhenti dan sebagian lagi karena semakin lebatnya

bulu rambut di lubang hidung.


16

Sistem peraba : kulit menjadi semakin kering

dan keras, maka indera peraba di kulit semakin peka.

Sesivitasnya terhadap sakit dapat terjadi akibat

penurunan ketahanan terhadap rasa sakit. Rasa sakit

tersebu berbeda di setiap bagian tubuh.

4) Perubahan umu kemampuan motorik pada lansia

Kekuatan motorik : penurunan kekuatan yang

paling nyata adalah pada kelenturan otot-otot tangan

bagian depan dan otot yang menopang tegaknya

tubuh. Orang yang berusia lanjut lebih cepat merasa

lelah dan memerlukan waktu yang lebih lama untuk

memulihkan diri dari keletihan dibanding orang lain

yang lebih muda.

Kecepatan motorik : penurunan kecepatan

dalam bergerak bagi lansia dapat dilihat dari tes

terhadap waktu, reaksi, dan keterampilan dalam

bergerak seperti menulis. Kecepatan bergerak tampak

sangat menurun setelah usia 60-an.

Belajar keterampilan baru : bahkan pada waktu

orang berusia lanjut percaya bahwa belajar

keterampilan baru akan menguntunkan pribadi

mereka, mereka lebih lambat dalam belajar dibanding


17

orang yang lebih muda dan hasil akhirnya cenderung

kurang memuaskan.

Kekakuan motorik : lansia cenderung menjadi

canggung dan kaku. Hal ini menyebabkan sesuatu

yang dibawa dan dipegangnya tertumpah dan terjatuh.

( Meryam, R. Siti dkk, 2008 )


18

2.2 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

Penatalaksanaan keperawatan pada kasus Diabetes Melitus ini

menggunakan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari beberapa

tahapan yaitu : pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan

dan evaluasi tindakan keperawatan.

2.3.1 Pengkajian

Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan

data dan menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan

kebutuhan keperawatan seorang klien.

Status kesehatan pada lansia dikaji secara komprehensif,

akurat, dan sistematis. Informasi yang dikumpulkan selama

pengkajian harus dapat dipahami dan didiskusikan dengan anggota

tim, keluarga, dan pemberi pelayanan interdisiplin.

Tujuan dari melakukan pengkajian adalah untuk menentukan

kemampuan klien dalam memelihara diri sendiri, melengkapi data

dasar untuk membuat rencana perawatan, memberi waktu pada klien

untuk berkomunikasi. Pengkajian ini meliputi aspek fisik, psikis,

social, dan spiritual dengan melakukan kegiatan pengumpulan data

melalui wawancara, observasi, dan pemeriksaan.

1) Identitas
19

Identitas klien mencakup nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa,

agama, pendidikan, pekerjaan, status, alamat, tanggal masuk

rumah sakit, cara masuk Rumah Sakit, nomor medical record,

diagnosa masuk Rumah Sakit.

Identitas penanggung jawab mencakup nama, hubungan dengan

klien, pekerjaan dan alamat.

2) Riwayat Kesehatan

a) Keluhan utama

Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien dengan

Diabetes Melitus adalah poliuri, polipagi dan polidipsi serta

ditemukan juga keluhan penyerta berupa badan lemas,

pandangan kabur, kesemutan, gatal-gatal. Bila bisul dan

gangren, pada wanita sering terjadi pruritus vulva, sedangkan

pada pria dapat terjadi impotensia.

b) Riwayat penyakit sekarang

Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai penyakit

yang diderita oleh klien dari mulai timbulnya keluhan yang

dirasakan sampai klien dibawa ke Rumah Sakit dan apakah

pernah memeriksakan diri ke tempat lain selain Rumah Sakit

umum serta pengobatan apa yang pernah diberikan dan

bagaimana perubahannya.

c) Riwayat penyakit dahulu


20

Riwayat kesehatan yang lalu dititik beratkan apakah klien

pernah menderita penyakit hormon atau penyakit pankreas

yang berkaitan dengan faktor pencetus timbulnya Diabetes

Melitus.

d) Riwayat penyakit keluarga

Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang menderita

penyakit yang sama karena faktor genetik / keturunan.

3) Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual Menurut Virginia

Handerson

Dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari, penulis menggunakan

konseptual Virginia Handerson, dimana terdapat 14 komponen

meliputi :

a) Bernapas

Pada klien dengan Diabetes Melitus pernapasan dapat menjadi

cepat (pernapasan kusmaul) bila klien dalam tahap asidosis.

b) Nutrisi

Yang perlu dikaji adalah bagaimana kebiasaan makanan yang

dikonsumsi dan hal apa saja yang dirasakan dalam memenuhi

kebutuhan nutrisi seperti rasa haus, rasa lapar dan lemah.

c) Eliminasi

Kebiasaan BAB dan BAK perlu dikaji apakah terjadi poliuri,

oliguri dan anuri. Pada klien dengan Diabetes Melitus sering

dijumpai poliuri.
21

d) Aktivitas

Kegiatan klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari pada

klien dengan Diabetes Melitus tidak dapat terpenuhi

semuanya bila klien telah jatuh pada keadaan koma

diabetikum.

e) Istirahat dan tidur

Perlu dikaji kebiasaan tidur dan istirahat klien dan hal-hal

yang dirasakan yang dapat mengganggu istirahat dan tidur

klien, klien dengan Diabetes Melitus kemungkinan akan

terganggu pola istirahat dan tidurnya bila merasa gelisah,

bingung, cemas dan sebagainya.

e) Personal Hygiene

Kebiasaan klien dengan pemeliharaan dan perawatan

kesehatan diri sendiri misalnya kebiasaan mandi, ganti

pakaian, memakai alas kaki. Klien dengan Diabetes Melitus

yang telah tejadi gangren akan membutuhkan perawatan

khusus yang memadai dan cukup lama.

f) Mempertahankan temperatur tubuh dan suhu tubuh

Bagaimana respon klien terhadap suhu ruangan di Rumah

Sakit dan bagaimana cara klien mengatasi dalam hal

perubahan cuaca, misalnya bila cuaca panas atau dingin.

g) Kebutuhan berpakaian
22

Pakaian merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk

menutupi tubuh sehubungan dengan diri klien.

h) Rasa aman dan nyaman

Masing-masing individu mempunyai pandangan berbeda

mengenai kenyamanan diri, rasa nyaman dan aman dapat

terganggu bila terjadi hipoglikemia dan gangren.

i) Berkomunikasi dengan orang lain / sosialisasi

Dalam hubungan dengan keluarga, teman, tetangga, klien

dengan Diabetes Melitus dapat menjadi labil karena selalu

memikirkan penyakit yang dideritanya sehingga akan

berpengaruh pada sosialisasi klien.

j) Pekerjaan / kebutuhan bekerja

Dikaji pekerjaan apa saja yang selalu dilakukan oleh klien dan

apakah pekerjaannya bersifat ringan, sedang atau berat.

k) Kebutuhan spiritual / beribadah

Kebiasaan dalam melaksanakan dan menjalankan ibadah

sesuai dengan kepercayaannya.

l) Belajar

Dikaji mengenai pentingnya belajar tentang kesehatan

terutama yang berhubungan dengan pengelolaan penderita

Diabetes Melitus.

m) Rekreasi
23

Dikaji mengenai pentingnya rekreasi untuk mengurangi

pikiran-pikiran tentang penyakit yang diderita.

4) Pemeriksaan Fisik

a) Inspeksi

Pada pemeriksaan inspeksi sering dijumpai status hidrasi,

berarti menunjukkan keadaan kehilangan berat atau bisa juga

didapatkan klien dalam keadaan obesitas. Sedangkan pada

pemeriksaan tingkat kesadaran sering dijumpai klien kelihatan

bingung, gaduh, gelisah berarti klien berada dalam tahap

asidosis, maka akan dijumpai pernapasan yang cepat dan

dalam. Sedangkan pada inspeksi mata bisa ditemukan katarak

atau atas indikasi tertentu dilakukan pemeriksan funduscope.

b) Palpasi

Pada klien Diabetes Melitus yang disertai dengan

hipoglikemia akan ditemukan adanya takikardi, sedangkan

pada aterosklerosis berat denyut parifer bisa hilang saat

dilakukan palpasi, bila disertai dengan infiltrasi lemak akan

ditemukan adanya hepatomegali, sedangkan bila disertai

neuropati maka sensasi terhadap tusukan jarum, rasa getar,

hilang replek-replek tendon dalam kelemahan otot dan atrofi.

c) Perkusi

Pada pemeriksaan klien degan Diabetes Melitus, perkusi tidak

ada kegunaan khusus, kecuali untuk mengkonfirmasi


24

kelainan-kelainan seperti pneumonia, efusi pleura dan

hepatomegali.

d) Auskultasi

Pada klien Diabetes Melitus yang disertai dengan penyakit

kardiovasculer, maka akan terdegar bruit vaskuler pada arteri

femoralis arteri carotis dan arteri popletea, demikian juga

pada auskultasi pada jantung dan paru-paru yang merupakan

komplikasi Diabetes dan hipotensi postural terutama pada

klien dengan neuropati autonomik.

2.4 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA

2.4.1 PENGKAJIAN

Status kesehatan pada lansia dikaji secara komprehensif,

akurat, dan sistematis. Informasi yang dikumpulkan selama pengkajian

harus dapat dipahami dan didiskusikan dengan anggota tim, keluarga

klien, dan pemberi pelayanan interdisiplin.

Pengkajian pada lansia yang ada di keluarga dilakukan dengan

melibatkan keluarga sebagai orang terdekat yang mengetahui tentang

masalah kesehatan lansia. Sedangkan pengkajian pada kelompok lansia

di panti ataupun di masyarakat dilakukan dengan melibatkan

penaggung jawab kelompok lansia, kultural, kelompok masyarakat,

serta petugas kesehatan.

Untuk itu, format pengkajian yang digunakan adalah format


25

pengkajian pada lansia yang dikembangkan sesuai dengan keberadaan

lansia. Format pengkajian yang dikembangkan minimal terdiri atas :

data dasar ( identitas, alamat, usia, pendidikan,pekerjaan, agama dan

suku bangsa ) ; data biopsikososialspiritualkultural; lingkungan; status

agama; fungsional; fasilitas penunjang; kesehatan yang ada; serta

pemeriksaan fisik.

Tujuan :

1. Menentukan kemampuan klien untuk memelihara diri sendiri.

2. Melengkapi dasar-dasar rencana perawatan individu.

3. Membantu menghindarkan bentuk dan penandaan klien.

4. Memberi waktu kepada klien untuk menjawab.

Meliputi aspek :

1. Fisik

Wawancara

a) Pandangan lanjut usia tentang kesehatannya

b) Kegiatan yang mampu dilakukan lanjut usia

c) Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri

d) Kekuatan fisik lanjut usia : otot, sendi, penglihatan, dan

pendengaran

e) Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, buang air

besar/kecil.

f) Kebiasaan gerak badan/olah raga/ senam lanjut usia.

g) Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna


26

dirasakan.

h) Kebiasaan lanjut usia dalam memelihara kesehatan dan

kebiasaan dalam minum obat.

i) Masalah-masalah seksual yang dirasakan

Pemeriksaan fisik :

1) Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi,

perkusi, dan auskultasi untuk mengetahui perubahan sistem

tubuh

2) Pendekatan yang digunakan dalam pemeriksaan fisik yaitu :

a. Head to toe

b. Sistem tubuh

2. Psikologis

1) Apakah mengenal masalah-masalah utamanya.

2) Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan.

3) Apakah dirinya merasa dibutuhkan atau tidak

4) Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan

5) Bagaimana mengatasi stres yang dialami.

6) Apakah mudah dalam menyesuaikan diri.

7) Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan.

8) Apakah harapan pada saat ini dan akan datang.

9) Perlu dikaji juga mengenai fungsi kognitif : daya ingat,


27

proses pikir, alam perasaan, orientasi, dan kemampuan

dalam penyelesaian masalah.

3. Idenfikasi masalah emosional

Ada dua tahap pertanyaan yaitu :

Tahap I :

a) Apakah lansia mengalami susah tidur ?

b) Ada masalah/banyak pikiran ?

c) Apakah lansia murung/menangis sendiri ?

d) Apakah lansia sering was-was/kuatir ?

Tahap II :

a) Keluhan lebih 3 bulan/lebih dari 1 bulan, 1 kali dalam

satu tahun ?

b) Ada masalah/banyak pikiran ?

c) Ada gangguan/masalah dengan orang lain ?

d) Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter ?

e) Cenderung mengurung diri ?

4. Pengkajian Kognitif

Identifikasi aspek kognitif ( kemampuan ) dari fungsi mental

menggunakan MMSE ( Mini Mental Status Exam )

Penilaian MMSE ( Mini Mental Status Exam ) :

1) Orientasi, Nilai Maksimal = 5

Kriteria : menyebutkan dengan benar tahun, musim,


28

tanggal, hari bulan.

2) Orientasi, Nilai Maksimal = 5

Kriteria : dimana sekarang kita berada ?, negara, propinsi,

kabupaten/kota, panti, wisma.

3) Registrasi, Nilai maksimal = 3

Sebutkan tiga nama obyek ( misal : kursi, meja, kertas ),

kemudain ditanyakan kepada lansia, lansia menjawab : 1)

kursi, 2) meja, 3) kertas.

4) Perhatian dan kalkulasi, nilai maksimal = 5

Meminta lansia berhitung mulai dari 100 kemudian

dikurangi 7 sampai 5 tingkat, jawaban : 1). 93, 2). 86

3). 79, 4). 72, 5). 65

5) Mengingat, nilai maksimal = 3

Minta lansia untuk mengulangi ketiga obyek pada poin

ke-2 ( tiap poin nilai 1 )

6) Bahasa, nilai maksimal = 9

a. Lansia disuruh menyebutkan nama benda yang

ditunjukan, nilai maksiamal = 2

b. Lansia disuruh mengulang kata ”namun”, ”tanpa”,

”bila” nilai = 1

c. Lansia disuruh melakukan perintah ” ambil kertas

ini dengan tangan anda lipatlah menjadi dua dan

letakan dilantai, nilai = 3


29

d. Lansia disuruh membaca dan lakukan perintah

” pejamkanlah mata anda ”, nilai = 1

e. Lansia disuruh menulis dengan spontan, nilai = 1

f. Lansia disuruh menggambar persegi lima yang

sebelumnya diconotohkan sebelumnya, nilai = 1

Keterangan skor :

24 – 30 = tidak ada gangguan kognitif

18 – 23 = gangguan kognitif sedang

0 – 17 = gangguan kognitif berat

5. Pengkajian status mental

Identifikasi tingkat kerusakan intelektual ( pengetahuan ) dengan

menggunakan SPMSQ ( Short Portable Mental Quessioner )

Pertanyaan SPMSQ :

a) Tanggal berapa hari ini ?

b) Hari apa sekarang ?

c) Apa nama tempat ini ?

d) Dimana alamat anda ?

e) Berapa umur anda ?

f) Kapan anda lahir ?

g) Siapa presiden indonesia sekarang ?

h) Siapa presiden Indonesia sebelumnya ?

i) Siapa nama ibu anda ?


30

j) Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangannya 3 dari setiap

angka baru, secara menurun ?

Kriteria SPMSQ :

Kesalahan 0 -3 = fungsi intelektual utuh

Kesalahan 4 -5 = kerusakan intelektual ringan

Kesalahan 6 -8 = kerusakan intelektual sedang

Kesalahan 9 -10 = kerusakan intelektual berat

6. Pengkajian Status Fungsional

Pengkajian status fungsional adalah suatu bentuk pengukuran

kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas kehidupan

sehari-hari secara mandiri.

Pengkajian ini menggunakan indeks kemandirian Kartz untuk

aktivitas kehidupan sehari-hari yang berdasarkan pada evaluasi

fungsi mandiri atau tergantung dari klien dalam hal makan,

kontinen ( defekasi/berkemih ), berpindah, ke kamar kecil,

berpakaian dan mandi.

A – kemandirian dalam hal makan, kontinen (defekasi/berkemih ),

berpindah, ke kamar kecil, berpakain dan mandi

B – kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut.

C – kemandirian dalam semua hal kecuali mandi dan satu fungsi

tambahan

D – kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian dan

satu fungsi tambahan.


31

E – kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke

kamar kecil dan satu fungsi tambahan.

F – kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke

kamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan.

G – ketergantungan pada keemam fungsi tersebut.

Lain-lain – tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak

dapat diklasifikasikan sebagai C, D, E atau F. ( Fatma

Ekasari, Mia . 2006 )

7. Sosial ekonomi

1) Darimana sumber keuangan lanjut usia.

2) Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waktu luang.

3) Dengan siapa dia tinggal.

4) Kegiatan organisasi apa yang diikuti lanjut usia.

5) Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya.

6) Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain di

luar rumah.

7) Siapa saja yang biasa mengunjungi

8) Seberapa besar ketergantungannya

9) Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginannya dengan

fasilitas yang ada.

8. Spiritual

1) Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan

keyakinan agamnya.
32

2) Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam

kegiatan keagamaan, misalnya pengkajian dan penyantuan

anak yatim atau fakir miskin.

3) Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah apakah

dengan berdoa.

4) Apakah lanjut usia terlihat sabar dan tawakal.

Pengkajian dasar

a) Temperatur

1) Mungkin serendah 95 F ( hipotermi ) ± 35 °C

2) Lebih teliti diperiksa disublingual

b) Pulse ( denyut nadi )

1) Kecepatan, irama, volume

2) Apikal, radial, pedal

c) Respirasi

1) Kecepatan, irama, dan kedalaman

2) Tidak teraturnya pernafasan

d) Tekanan darah

1) Saat baring, duduk, berdiri

2) Hipotensi akibat posisi tubuh

e) Berat badan perlahan-lahan hilang pada tahun-tahun terakhir

f) Tingkat orientasi

g) Memory ( ingatan )

h) Pola tidur
33

i) Penkajian psikososial

Pengkajian psikososial ini menggunakan Skala Depresi Geriatrik

bentuk singkat dari Yesavage ( 1983 ) yang instrumennya disusun

secara khusus digunakan pada lanjut usia untuk memeriksa depresi.

Jawaban pertanyaan sesuai indikasi 1Nilai 5 atau dapat menadakan

depresi.

Skala depresi Geriatrik Yesavage, bentuk singkat :

1) Apakah pada dasarnya anda puas dengan kehidupan

anda ? ( tidak )

2) Sudahkan anda mengeluarkan aktivitas dan minat

anda ? ( ya )

3) Apakah anda merasa bahwa hidup anda kosong ? ( ya )

4) Apakah anda sering bosan ? ( ya )

5) Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap

waktu ? ( tidak )

6) Apakah anda takut sesuatu akan terjadi pada anda ?

( ya )

7) Apakah anda merasa bahagia di setiap waktu ? ( ya )

8) Apakah anda sering bosan ? ( ya )

9) Apakah anda lebih suka tinggal di rumah pada malam

hari, daripada pergi melakukan sesuatu yang baru ?

( ya )

10) Apakah anda merasa bahwa anda mempunyai lebih


34

banyak masalah dengan ingatan anda daripada yan

lainnya ? ( ya )

11) Apakah anda berpikir sangat menyenangkan hidup

sekarang ini ? ( tidak )

12) Apakah anda merasa saya ( perawat ) sangat tidak

berguna dengan keadaan anda sekarang ? ( ya )

13) Apakah anda merasa penuh energi semagat ? ( ya )

14) Apakah anda berpikir bahwa situasi anda tak ada

harapan ? ( ya )

15) Apakah anda berpikir bahwa banyak orang yang lebih

baik daripada anda ? ( ya )

( Fatma Ekasari, Mia . 2006 )

2.4.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

Perawat menggunakan hasil pengkajian untuk menentukan

diagnosis keperawatan. Diagnosis keperawatan dapat berupa diagnosis

keperawatan individu, diagnosis keperawatan keluarga dengan lansia,

ataupun diagnosis keperawatan pada kelompok lansia.

Masalah keperawatan yang dijumpai antara lain gangguan

nutrisi : kurang/lebih ; gangguan persepsi sensorik: pendengaran,

penglihatan ; kurang perawatan diri; intoleransi aktivitas; gangguan

pola tidur ; perubahan pola eliminasi; gangguan mobilitas fisik ; resiko

cidera ; isolasi sosial : menarik diri ; harga diri rendah ; cemas ; reaksi

berduka ; marah ; serta penolakan terhadap proses penuaan. ( Meryam,


35

dkk. 2008 )

1. Fisik/Biologis

a) Gangguan nutrisi : kurang/berlebihan dari kebutuhan tubuh

sehubungan dengan pemasukan yang tidak adekuat.

b) Gangguan persepsi sensori : pendengaran, penglihatan

sehubungan dengan hambatan penerimaan, pengiriman

rangsangan.

c) Kurang perawatan diri sehubungan dengan penurunan

minat dalam merawat diri.

d) Potensial cidera fisik sehubungan dengan penurunan fungsi

tubuh.

e) Gangguan pola tidur sehubungan kecemasan atau nyeri.

f) Perubahan pola eliminasi sehubungan dengan penyempitan

jalan nafas atau adanya sekret pada jalan nafas.

g) Gangguan mobilitas fisik sehubungan dengan kekuatan

sendi.

2. Psikososial

a) Isolasi sosial sehubungan dengan perasaan curiga

b) Menarik diri dari lingkungan sehubungan dengan perasaan

tidak mampu.

c) Depresi sehubungan dengan isolasi sosial.

d) Harga diri rendah sehubungan dengan perasaan ditolak.

e) Coping tidak adekuat sehubungan dengan ketidak


36

mampuan mengungkapkan perasaan secara tepat.

f) Cemas sehubungan dengan sumber keuangan yang terbatas.

3. Spiritual

a) Reaksi berkabung atau berduka sehubungan dengan

ditinggal pasangan.

b) Penolakan terhadap proses penuaan sehubungan

ketidaksiapan menghadapi kematian.

c) Marah terjhadap Tuhan sehubungan kegagalan yang

dialami.

d) Perasaan tidak tenang sehubungan dengan ketidak mapuan

melakukan ibadah secara tepat.( Nugroho, Wahyudi. 2000.)

2.4.3 RENCANA KEPERAWATAN

Rencana keperawatan membantu klien memperoleh dan

mempertahankan kesehatan pada tingkatan yang paling tinggi,

kesejahteraan dan kualitas hidup dapat tercapai, demikian juga halnya

untuk menjelang kematian secra damai. Rencana dibuat untuk

keberlangsuangan pelayanan dalam waktu yang tak terbatas, sesuai

dengan respons atau kebutuhan klien.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalm menyusun rencana keperwatan :

1. Sesuaikan dengan tujuan yang spesifik di mana diarahkan pada

pemenuhan kebutuhan dasar.

2. Libatkan klien dan keluarga dalam perencanaan

3. Kolaborasi dengan profesi kesehatan yang terkait.


37

4. Tentukan prioritas. Klien mungkkin sudah puas dengan kondisinya,

bangkitkan perubahan tapi jangan dipaksakan, rasa aman dan

nyaman adalah tujuan utama.

5. Sediakan waktu yang cukup waktu untuk klien.

6. Dokumentasikan rencana keperawatan yang telah dibuat.

2.4.4 TINDAKAN KEPERAWATAN

Perawat melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana

perawatan yang telah dibuat. Perwat memberikan pelayanan kesehatan

untuk memelihara kemampuan fungsional lansia dan mencegah

komplikasi serta meningkatkan ketidakmampuan. Tindakan keperawatan

berdasrkan rencana keperawatan dari setiap diagnosis keperawatan yang

telah dibuat dengan didasarkan pada konsep asuhan keperawatan gerontik.

Tindakan keperwatan yang dilakukan pada lansia

a. Menumbuhkan dan membina hubungan saling percaya

dengan cara memanggil nama klien.

b. Menyediakan penerangan yang cukup : cahaya

matahari, ventilasi rumah, hindarkan dari cahaya yang silau,

penerangan di kamar mandi, dapur, dan ruangan lain sepanjang

waktu.

c. Menigkatkan rangsangan pancaindera melalui buku-

buku yang dicetak besar dan berikan warna yang dapat dilihat.

d. Mempertahankan dan melatih daya orientasi realita :


38

kalender, jam, foto-foto, serta banyaknya jumlah kunjungan.

e. Memberikan perawatan pernapasan dengan

membersihkan hidung, melindungi dari angin, dan meningkatan

aktivitas pernapasan dengan latihan napas dalam ( latihan batuk ).

f. Memberikan perawatan pada organ pencernaan : beri

makanan porsi kecil tapi sering, beri makanan yang menarik dan

dalam keadaan hangat, sediakan makanan yang disukai, makanan

yang cukup cairan, banyak makan sayur dan buah, berikan

makanan yang tidak membentuk gas, serta sikap fowler waktu

makanan.

g. Memberikan perawatan genitourinaria dengan

mencegah inkontinensia dengan menjelaskan dan memotivasi klien

untuk BAK tiap 2 jam serta observasi jumlah urine pada saat akan

tidur. Untuk seksualitas, sediakan waktu konsultasi.

h. Memberikan perawatan kulit. Mandi : gunakan sabun

yang mengandung lemak, hindari menggosok kulit dengan keras,

potong kuku tangan dan kaki, hindari menggaruk dengan keras,

serta berikan pelembab ( lotion ) untuk kulit.

i. Memberikan perawatan muskuluskletal : bergerak

dengan keterbatasan, ubah posisi tiap 2 jam, cegah osteoporis

dengan latihan, lakukan latihan aktif/pasif, serta anjurkan keluarga

untuk membuat klien mandiri.

j. Memberikan perawatan psikososial : jelaskan dan


39

motuvasi untuk sosialisasi, bantu dalam memilih dan mengikuti

aktivitas, fasilitasi pembicaraan, sentuhan pada tangan untuk

memelihara rasa percaya, berikan penghargaan, serta bersikap

empati.

k. Memelihara keselamatan : usahakan agar pagar

tempat tidur ( pengamanan ) tetap dipasang, posisi tempat tidur

yang rendah, kamar dan lantai tidak berantakan dan licin, cukup

penerangan, bantu untuk berdiri, serta berikan penyangga pada

waktu berdiri bila diperlukan.

2.4.5 EVALUASI

Perawat harus mengevaluasi secara terus-menerus respon klien dan

keluarga terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Evaluasi

dilakukan untuk tercapainya tujuan dan memperbaharui data, diagnosis

keperawatan, serta rencana keperawatan jika tindakan keperawatan yang

dilakukan belum mencapai tujuan yang diharapakan. Evalusai dibuat

dalam catatan dalam perkembangan menggunakan SOAP ( Subjektif,

Objektif, Analisis, Perencanaan). ( Meryam, dkk. 2008 )


40

BAB 3

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian

3.1.1 Data Biografi

Data Klien

Nama : Ny “ S “

Umur : 61 tahun

Agama/suku : Islam/sasak

Alamat asal : Lombok Timur

Jenis kelamin : Perempuan

Status perkawinan : Janda

Data Penanggung Jawab

Nama : Tn “ A “

Umur : 45 tahun

Agama : Islam

Alamat : Lombok Timur

Hubungan dengan klien : Anak

3.1.2 Riwayat Kesehatan

a) Keluhan utama

Klien mengeluh badan terasa lemas dan mual.


41

b) Riwayat Penyakit Sekarang

Klien mengatakan dibawa ke panti sosial Tresna Werda Mataram dua

tahun yang lalu. Klien mengatakan keluhan yang dirasakan klien

sekarang dan tiga bulan terakhir yaitu badan terasa lemas, nafsu

makan meningkat, kuat kencing terutama pada malam hari, dan klien

mengeluh sering nyeri sendi. Selain itu, klien mengatakan cemas

dengan penyakitnya karena klien tidak mengerti tentang

penyakitnya.

c) Riwayat Penyakit Dahulu

Menurut pengakuan klien, klien mengatakan mengetahui menderia

Diabetes Melitus sejak 1 tahun yang lalu. Pada saat klien

mengatakan sering makan, sering kencing dan kuat, serta klien

mengatakan mengetahui menderita Diabetes dari pemeriksaan gula

darah dan urin yang dilakukan oleh pihak panti, perawat di panti

mengatakan bahwa gula darah klien pada saat pemeriksaan 400

mg/dl dan pemeriksaan urin + 4.

d) Riwayat Penyakit Keluarga

Klien mengatakan bahwa ada anggota keluarga yang menderita

Diabetes Melitus yaitu ibu klien.

e) Genogram

3.1.3 Status Fisiologis

a. Keadaan umum : lemah

b. Bentuk tubuh : tegap


42

c. Tanda – tanda vital dan status gizi

Tekanan darah : 110/80 mmHg

Nadi : 78 kali/menit

Suhu : 36°C

Respirasi : 22 kali/menit

Berat badan : 50 kg

Tinggi badan : 156 cm

d. Pengkajian Head to toes

a) Kepala

Inspeksi : bentuk kepala bulat, rambut warna hitam

keputihan, dan rambut tampak kotor

Palapsi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada massa

b) Mata

Inspeksi : Bentuk mata simetris, konjungtiva anemis, scelera

tidak ikterus

c) Hidung

Inspeksi : bentuk hidung pesek, tidak tampak cupping

hidung, tidak ada polip

d) Mulut

Inspeksi : mukosa lembab, mulut tampak kotor, gigi tampak

kuning, tidak tampak ada caries gigi.

e) Telinga
43

Inspeksi : telinga tampak cukup bersih, tidak tampak ada

serumen, dan tidak ada gangguan pendengaran

f)Leher

Inspeksi : tidak tampak pembesaran vena jugularis

Palpasi : tidak ada pembesaran klenjar tyroid, tidak ada

kaku kuduk

g) Dada

Inspeksi : bentuk simetris, tidak tampak penggunaan otot-

otot pernapasan

Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa

Perkusi : terdengar suara sonor pada kedua paru

Auskultasi : tidak terdengar suara nafas tambahan

h) Abdomen

Inspeksi : Bentuk perut normal

Auskultasi : terdengar suara bising usus 10 kali/menit

Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa

Perkusi : terdengar suara pekak

i) Genitalia : tidak terkaji

j) Ekstremitas

Inspeksi : tidak tampak adanya atropi pada ektremitas dan

tidak ada odem serta luka ganggren, selain itu kekuatan masing-

masing otot baik ekstremitas atas bawah yaitu 5

k) Integumen
44

Inspeksi : kebersihan cukup, kelembaban kulit baik, dan

turgor kulit tidak baik.

3.1.4 Pengkajian Psikososial

a) Hubungan dengan orang lain di wisma

Klien mengatakan hubungan dengan orang lain dalam wisma yaitu

dapat berinteraksi dan mampu bekerjasama sehingga klien merasa

senang dan betah tinggal di panti

b) Hubungan dengan orang lain di luar wisma di dalam panti

Klien mengatakan hubungannya dengan orang lain di luar

wismanya yaitu klien mampu berinteraksi serta mampu

bekerjasama.

c) Kebiasaan lansia berinteraksi ke wisma lainnya di dalam panti

Klien mengatakan bahwa klien jarang berinteraksi ke wisma lain

dan klien mengatakan berinteraksi dengan orang lain di wisma lain

apabila ada kegiatan dan saat beribadah di musholla.

d) Stabilitas emosi

Klien mengatakan bahwa tidak pernah emosi sesama teman di

wismanya.

e) Frekwensi kunjungan keluarga

Klien mengatakan bahwa kunjungan keluarganya ke panti yaitu 1

bulan sekali dan kadang-kadang klien meminta izin untuk pulang

ke daerah asalnya.

3.1.5 Pengkajian Fungsional


45

a) Masalah emosional

Klien mengatakan bahwa tidak ada gangguan susah tidur, banyak

pikiran, dan klien mengatakan tidak pernah murung atau menangis

sendiri.

b) Tingkat kerusakan intelektual

Dengan menggunakan SPMSQ

Tabel 4.1 : Tabel SPMSQ

Nomor Pertanyaan Benar Salah


1 Tanggal berapa hari ini ? √
2 Hari apa sekarang ? √
3 Apa nama tempat ini ? √
4 Dimana alamat anda ? √
5 Berapa umur anda ? √
6 Kapan anda lahir ? √
7 Siapa presiden Indonesia ? √
8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya ? √
9 Siapa nama ibu anda ? √
Kurangi 3 dari 20 dan tetap
10 pengurangan 3 dari setiap angka baru, √
secara menurun.
Jumlah 10
Interpretasi :

Dari hasil pengkajian SPMSQ klien mampu menjawab semua

pertanyaan dengan benar, karena klien mampu menjawab semua

pertanyaan dengan bahwa fungsi intelektual klien masih utuh.

Dengan menggunakan MMSE

Tabel 4.2 : Tabel MMSE

Aspek Nilai Nilai


No. Kriteria
Kognitif maksimal klien
1 Orientasi 5 3 Menyebutkan dengan benar :
Tahun :
Musim :
Tanggal :
46

Hari :
Bulan :
2 Orientasi Dimana sekarang kita
berada?
Negara :
5 5 Propinsi :
Kabupaten/kota :
Panti :
Wisma :
3 Register Sebutkan 3 nama obyek
( misal kursi meja, kertas),
kemudian ditanyakan kepada
3 3 klien, menjawab :
1. kursi
2. meja
3. kertas
4 Perhatian Meminta klien berhitung
dan mulai dari 100 kemudian
kalkulasi dikurangi 7 sampai 5 tingkat
Jawaban :
5 1 1. 93
2. 86
3. 79
4. 72
5. 65
5 Mengingat Meminta klien untuk
mengulangi ketiga obyek
3 3
pada poin ke-2 (tiap poin
nilai 1)
6 Bahasa 9 6 Menanyakan pada klien
untuk tentang benda ( sambil
menunjukan benda tersebut )
1.
2.

Meminta klien untuk


mengulangi kata berikut :
(tidak ada, dan jika, atau
tetapi)
Klien menjawab : sama

Minta klien mengikuti


perintah berikut yang terdiri
dari 3 langkah
Ambil kertas ditangan anda,
lipat dua dan taruh dilantai
47

1.
2.
3.

Perintah pada klien untuk hal


berikut (bila aktivitas sesuai
perintah 1 poin (tutup mata
anda))
Perintah klien untuk menulis
kalimat dan menyalin
gambar.
30 21
Interpretasi hasil :

Dari hasil pengkajian MMSE klien memiliki nilai benar 21, dari

hasil ini klien tergolong dalam gangguan kognitif sedang.

3.1.6 Pengkajian Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual ( Virginia Handerson )

a) Kebutuhan nutrisi

Klien mengatakan bahwa frekwensi makannya 3-4 kali sehari

dengan 1 porsi makanan dan makanan tambahan habis sedangkan

klien minum lebih dari 7 gelas air putih perhari karena klien

mengatakan cepat merasakan haus. Selain itu, klien mengatakan

sering minum kopi dan klien mengatakan bahwa klien sering mual

dan apabila muncul mual maka nafsu makan klien menurun.

b) Kebutuhan respirasi

Klien mengatakan dapat bernafas normal dengan frekwensi nafas

22 kali/menit dan tidak ada gangguan dalam pernafasan.

c) Eliminasi

Klien mengatakan frekwensi BAB 1 kali sehari dengan konsistensi

lembek dan tidak ada gangguan BAB, sedangkan BAK klien


48

mengatakan BAK lebih dar 6 kali sehari terutama pada malam hari

klien sering kencing dengan warna urine kuning jernih.

d) Aktivitas

Klien mengatakan aktivitas dirinya di panti ini yaitu pagi hari klien

olahraga bersama dan juga klien selalu membantu kegiatan di

dapur dan pekerjaan rumah tangga di wisma klien.

e) Istirahat dan tidur

Klien mengatakan tidur dari jam 21.00 – 04.30 WITA, tetapi klien

mengatakan sering terbangun tengah malam untuk BAK. Klien

tampak sering menguam.

f) Personal hygiene

Klien mengatakan mandi 2 kali sehari menggunakan sabun, sikat

gigi 2 kali sehari dengan menggunakan pasta gigi, dan shampo atau

mencuci rambut 1-2 kali seminggu.

g) Mempertahankan temperatur tubuh dan suhu tubuh

Klien mengatakan apabila dirinya merasakan kedinginan klien

menyelimuti tubuhnya dengan kain, dan apabila kepanasan klien

mengipas badanya untuk menyejukan tubuhnya.

h) Kebutuhan berpakian

Klien mengatakan mengganti pakaiannya 1 kali sehari dan kadang-

kadang mengganti pakaian ketika pakaiannya kotor.


49

i) Rasa aman dan nyaman

Klien mengatakan sering merasakan nyeri di sekitar sendi-sendinya

dan nyeri timbul sewaktu-waktu.

j) Berkomunikasi dengan orang lain/sosialisasi

Klien mengatakan selalu berkomunikasi dengan teman di panti

terutama dengan teman satu wisma dengan klien, klien

berkomunikasi dengan menggunakan bahasa sasak dan kadang-

kadang menggunakan bahasa Indonesia.

k) Pekerjaan/kebutuhan bekerja

Klien mengatakan sebelum di bawa ke panti sosial Tresna werda

klien bekerja sebagai petani dan sekarang klien bekerja membantu

membersihkan panti terutama di wismanya.

l) Kebutuhan spiritual/beribadah

Klien mengatakan selalu melakukan ibadah 5 waktu sehari, serta

klien mengatakan sering puasa sunnah ( puasa senin-kamis ) dan

kadang-kadang membaca Al-Qur’an.

m) Belajar

Klien mengatakan tidak pernah membaca buku dan klien hanya

belajar atau mendapatkan informasi dari televisi saja.

n) Rekreasi

Klien mengatakan tidak pernah melakukan rekreasi.

3.1.7 Pengkajian Lingkungan

a) Pemukiman
50

Klien tinggal di panti/asrama dengan jenis bangunan permanen,

atap rumah dari genting, dinding tembok, dan lantai tegel.

Kebersihan wisma klien baik dengan ventilasi 15 % luas lantai dan

pencahayaan baik.

b) Sanitasi

Penyediaan air menggunakan PDAM, air minum direbus dulu baru

diminum, memiliki jamban cemplung, pengelolaan jamban yaitu

kelompok. Sampah di wisma klien ditimbun lalu dibakar.

c) Keamanan dan transportasi

Sistem keamanan di panti sosial Tresna Werda yaitu menggunakan

penjaga panti ( satpam ), transportasi: jalan masuk ke masing-

masing wisma tidak rata, dan komunikasi: alat komunikasi di panti

tepatnya di masing-masing wisma tidak ada, sehingga klien tidak

dapat berkomunikasi dengan keluarganya.

3.1.8 Pemeriksaan penunjang

3.1.9 Therapy

3.2 Diagnosa Keperawatan

3.2.1 Analisa Data

Symtom Etiologi Problem


DS : klien mengatakan bahwa klien Imunologi Nutrisi kurang
sering mual dan apabila muncul mual ↓ dari kebutuhan
maka nafsu makan klien menurun. Dan merusak sel β tubuh
klien mengatakan cepat merasa pankreas
kenyang dan cepat lapar. ↓
DO : kegagalan produksi
- K/U lemah insulin
- Klien tampak mual ↓
- BB klien : 50 Kg peningkatan
51

- TTV : glukosa dalam


 TD:110/80mmHg darah
 N : 78 kali/mnit ↓
 S : 36ºC peningkatan
 RR:22 kali/mnit osmolaritas

polidipsi, polifagi,
poliuri

ketidaak
seimbangan diit
dengan terapi
insulin

hipoglikemia /
hiperglikemia

mual,muntah

nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
DS : klien mengatakan cemas dengan Kuarang sumber Kecemasan
keadaan penyakitnya informasi
DO : mengenai Diabetes
- K/U Lemah Melitus
- Klien tampak gelisah ↓
- TTV : kuarang
TD : 110/80mmHg pengetahuan
N : 78 kali/mnit ↓
S : 36ºC kecemasan
RR : 22 kali/mnit
- Tatapan mata kososng
DS : klien mengatakan sering Faktor penyebab Gangguan
terbangun tengah malam untuk kencing Diabetes Melitus istirahat tidur
DO : ↓
- K/U lemah merusak sel β
- Konjungtiva klien tampak pankreas
anemis ↓
- Klien tampak sering menguam kegagalan produksi
- TTV : insulin
TD : 110/80mmHg ↓
N : 78 x/mnit peningkatan
S : 36ºC glukosa dalam
RR : 22 x/mnit darah

peningkatan
52

osmolaritas

polidipsi, polifagi,
poliuri

kuat kencing pada
malam hari

gangguan istirahat
tidur

3.1.2 Rumusan Diagnosa Keperawatan

1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan terjadinya

hipoglikemia dengan pemberian obat anti diabetika dan terapi insulin

ditandai dengan klien mengatakan bahwa klien sering mual dan

apabila muncul mual maka nafsu makan klien menurun. Dan klien

mengatakan cepat merasa kenyang dan cepat lapar, K/U lemah,

Klien tampak mual, BB klien : 50 Kg, dan TTV :TD:110/80mmHg,

N : 78 kali/mnit, S : 36ºC, RR:22 kali/mnit

2. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan mengenai

Diabetes Melitus ditandai dengan klien mengatakan cemas dengan

keadaan penyakitnya, K/U lemah, klien tampak gelisah, dan TTV :

TD : 110/80mmHg, N : 78 kali/mnit, S : 36ºC, RR : 22 kali/mnit,

tatapan mata kososng

3. Gangguang istirahat tidur berhubungan dengan hipoglikemia

ditandai dengan klien mengatakan sering terbangun tengah malam

untuk kencing, K/U lemah, konjungtiva klien tampak anemis, klien


53

tampak sering menguam, dan TTV :TD : 110/80mmHg, N : 78

x/mnit, S : 36ºC, RR : 22 x/mnit

3.1.3 Prioritas Masalah

1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

2. Gangguan istirahat tidur

3. Kecemasan

3.3 Rencana Keperawatan

Nama :

Umur :

Ruang :

Hari dan No. Tujuan dan Kriteria


Rencana Rasional
tanggal DX hasil
1 Setelah dilakukan 1. Beri penyuluhan 1. Penyuluhan
tindakan tentang diit tentang diit bagi
Keperawatan 3 x klien Diabetes
24 jam klien tidak Melitus sangat
mengalami penting sebab
gangguan diet yang benar,
pemenuhan dapat mencegah
kebutuhan nutrisi, komplikasi
Kriteria Hasil : hipoglikemia
- Nafsu makan 2. Observasi intake 2. Mencatat intake
klien baik, dan output dan output untuk
klien mampu mengevaluasi
menghabiskan apakah
porsi makan kebutuhan klien
yang dapat terpenuhi
disediakan, atau tidak.
klien makan 3. Dengan
secara teratur 3. Observasi mengobservasi
sesuai jadwal keadaan umum keadaan umum
makannya dan tanda-tanda dan gejala-
hipoglikemia gejala
hiperglikemia /
54

hipoglikemia
perawat dapat
mengetahui
tingkat
perkembangan
klien sehingga
bila ada
komplikasi
cepat diketahui
dan bisa diatasi.

4. Dengan
melakukan
4. Periksa gula pemeriksaan gula
darah setiap 3 darah dan urine
hari sekali dan secara teratur
monitor reduksi akan
urine 3 kali memberikan
sehari. gambaran
keadaan klien
selama dirawat
serta
2 Setelah dilakukan 1. Obse 1. Kece
tindakan rvasi tingkat masan dapat
keperawatan kecemasan berawal dari
selama 3 hari (3 x klien ringan sampai
24 jam) diharapkan berat, dengan
kecemasan klien mengkaji
dapat berkurang, tingkat
dengan kecemasan
Kriteria hasil: klien sehingga
- Klien dapat dapat
tidur nyenyak, menentukan
klien dapat tindakan
mengerti perawatan yang
tentang diberikan
penjelasan 2. Laku 2. Pend
yang. kan pendekatan ekatan yang
diberikan, tiap melakukan diberikan tiap
klien tampak tindakan melakukan
santai dan tindakan
tidak gelisah bertujuan agar
lagi klien lebih
yakin atas
tindakan yang
55

diberikan
3. Obse perawat
rvasi rasa 3. Men
cemas klien gobservasi rasa
sebelum dan cemas klien
setelah bertujuan
melakukan apakah
tindakan penjelasan dan
tindakan yang
telah diberikan
mampu
mengurangi
kecemasan
4. Deng sebelumnya
arkan keluhan- 4. Deng
keluhan klien an
mendengarkan
keluhan-
keluhan klien
bertujuan untuk
memulihkan
rasa percaya
diri klien pada
perawat dan
menandakan
bahwa perawat
5. Obse memperhatikan
rvasi tanda– klien
tanda vital 5. Untu
k menentukan
6. Cipta tindakan
kan lingkungan selanjutnya
yang nyaman 6. Suas
ana yang
nyaman
merupakan
kondisi yang
dibutuhkan agar
klien dapat
beristirahat

Setelah dilakukan 1. Jelaskan pada 1. Meningkatkan


tindakan klien dan pengetahuan
keperawatan 3 x 24 keluarga klien sehingga
jam kebutuhan penyebab klien mau
tidur dan istirahat gangguan tidur kooperatif
56

terpenuhi dengan / istirahat dan terhadap


Kriteria hasil : kemungkinan tindakan
- Klien mampu cara untuk keperawatan
istirahat/tidur menghindariny
dengan cukup a
- Klien 2. Ciptakan 2. Suasana yang
mengungkapak suasana yang tenang akan
an sudah bisa mendukung mendukung
tidur dengan istirahat klien
- Klien mampu mengurangi
menjelaskan kebisingan
faktor 3. Beri 3. Menentukan
penghambat kesempatan rencana untuk
tidur. klien untuk mengatasi
mengungkapk gangguan.
an penyebab
gangguan
tidur.
4. Batasi 4. Mengurangi
masukan frekuensi
cairan waktu berkemih
malam hari malam hari
dan
berkemihsebel
um tidur.
5. Batasi 5. Kafein dapat
masukan merangsang
minuman yang untuk sering
mengandung berkemih
kafein

3.4 Tindakan Keperawatan

Nama :

Umur :

Ruangan :

Hari dan No.


Jam Tindakan keperawatan Respon hasil
tanggal Dx
1. M 1. Klien mau
emberi penyuluhan tentang mendengarkan
diit.
2. Hasil
57

2. B pemeriksaan
erkolaborasi dalam urin +4
pemeriksaan reduksi urin
3. Klien mau
diberikan obat
3. B
erkolaborasi dalam 4. TD : 110/80
pemberian obat glikoben mmHg
N : 78 x/menit
4. M S : 36,oC
engobservasi tanda-tanda R : 22 x/menit
vital
1. Mengobservasi tingkat 1. Klien
pengetahuan klien dan mengatakan
kecemasan klien belum
mengerti
sepenuhnya
tentang
penyakitnya
2. Melakukan pendekatan 2. Klien terlihat
setiap melakukan tindakan senang dengan
kehadiran
perawat
3. Memberikan penjelasan 3. Klien mau
tentang penyakitnya mendengarkan

4. Mengobservasi tingkat 4. Klien tampak


kecemasan klien sebelum lebih tenang
dan setelah tindakan. setelah
tindakan
5. Klien mau
5. Mendengarkan keluhan- berbagi cerita
keluhan klien
1. Menjelaskan pada klien 1. Klien tampak
dan keluarga penyebab memperhatika
gangguan tidur / istirahat n
dan kemungkinan cara
untuk menghindarinya
2. Menciptakan suasana yang 2. tampak
mendukung dengan lingkungan
mengurangi kebisingan disekitar klien
3. Memberi kesempatan klien tenang
untuk mengungkapkan 3. klien
penyebab gangguan tidur. mengatakan
penyebab tidak
4. Menganjurkan membatasi bisa tidur
58

masukan cairan waktu sering kencing


malam hari dan berkemih tengah malam
sebelum tidur. 4. klien
mengatakan
5. Membatasi masukan akan
minuman yang mengurangi
mengandung kafein minum
sebelum tidur
5. klien
mengatakan
akan
mengurangi
kopi

3.5 Evaluasi

Nama :

Umur :

Ruangan :

No. Catatan Perkembangan


Tanggal Paraf
Dx ( Subyektif, obyektif, Assesment, Planning)
59

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier Sunita. 2005. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.

Brunner, Sudarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Volume 2. Jakarta : EGC

Doengeus, marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk


Perencanaan 7 Pendokumentasian Perawatan Klien. Edisi III. Jakarta
:EGC

Fatma Ekasari, Mia. 2006. Panduan Pengalaman Belajar Lapangan :


Keperawatan Keluarga, Keperawatan Gerontik, Keperawatan Komunitas.
Jakarta : EGC.

FKUI. 2006. Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI : Jakarta.

Mansjoer Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran; Edisi 3. Jakarta : Media


Aesculapius

Maryam R, Siti, DKK. 2008. Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Jakarta :
Salemba Medika.

Nugroho, Wahyudi. 2000. Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta : EGC

Nursalam. 2001. Proses Dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : Salemba


Medika

Nursalam, 2003. Konsep Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.


Salemba Medika : Jakarta.
60

Pamella, L. Swariengen. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi II. Jakarta


:EGC

Potter Patricia. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC

Rahayu Anggraeini. 2008. KTI : Asuhan keperawatan dengan Gangguan Sistem


Endokrin dengan Diagnosa Medis Diabetes Melitus. STIKES YARSI
Mataram

Ramaharbo Hotma, 2002. Asuhan Keperawatan Klien dengan gangguan sistem


endokrin. EGC : Jakarta.

Sylvia A, price.2005. Psatofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit.


Edisi 2 jakarta: EGC.

Watson Roger. 2002. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Perawat Edisi 10. Jakarta :
EGC

Vous aimerez peut-être aussi