Vous êtes sur la page 1sur 19

1

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA


PERHIMPUNAN DOKTER TRANSFUSI DARAH
INDONESIA

(PDTDI)

Perhimpunan Dokter Transfusi Darah Indonesia


(PDTDI)
2009
2

KONGRESMUSYAWARAH NASIONAL III


PERHIMPUNAN DOKTER TRANSFUSI DARAH INDONESIA
SURAKARTA, 6-8 NOVEMBER 2009

ANGGARAN DASAR REVISI


PERHIMPUNAN DOKTER TRANSFUSI DARAH INDONESIA

Mukadimah

Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, bangsa Indonesia yang telah
mencapai kemerdekaannya, maka setiap warga negara berkewajiban mengisi
kemerdekaan itu dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia demi
menuju tercapainya kehidupan rakyat yang adil dan makmur.

Dokter Indonesia yang mengabdikan diri di bidang Transfusi Darah (pelayanan


transfusi darah ?) sebagai warga bangsa yang sadar akan hak dan kewajibannya,
serta peran dan tanggung jawab kepada umat manusia dan bangsa, bertekad
memberikan darma baktinya untuk mewujudkan nilai-nilai Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 dalam kehidupan profesinya.

Dalam mengemban tugas itu, maka perlu meningkatkan pengamalan profesinya


kepada masyarakat dengan berpegang teguh pada sumpah dokter dan kode etik
kedokteran Indonesia, serta melaksanakan prinsip-prinsip kemanusiaan,
kesamaan, kenetralan, kemandirian, kesukarelaan, kesatuan dan kesemestaan.

Bahwa pada hakekatnya, Transfusi Darah merupakan tindakan medisk


transplantasi yang dapat menjadi penyelamat jiwa dan melibatkan petugas
medikk, penyumbang darah dan penerima darah.

Bahwa dalam rangka mencapai tujuan organisasi atas petunjuk Tuhan Yang
Maha Esa disertai usaha-usaha upaya teratur, terencana dan penuh kebijakan,
maka dibentuklah Perhimpunan Dokter Transfusi Darah Indonesia sebagai
wadah para dokter yang berkarya dalam bidang Kedokteran Transfusi
DarahPelayanan transfusi darah Indonesia, dengan berpedoman pada Anggaran
Dasar, sebagai berikut:
3

BAB I

NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN

Pasal 1

Organisasi ini bernama Perhimpunan Dokter Transfusi Darah Indonesia


disingkat PDTDI, didirikan pada hari Rabu 16 Juli 2003 di Manado.

Pasal 2

Pengurus Pusat Perhimpunan Transfusi Darah Indonesia berkedudukan di


Jakarta, Ibu kota Republik Indonesia.

BAB II

DASAR DAN SIFAT

Pasal 3

DASAR

Perhimpunan Dokter Transfusi Darah Indonesia berdasarkan Pancasila dan


Undang-Undang Dasar 1945.

Pasal 4

SIFAT

Organisasi ini bersifat sebagai Organisasi Seokupasi seminat dan bernaung di


bawah Ikatan Dokter Indonesia.

BAB III

TUJUAN DAN USAHA

Pasal 5

TUJUAN

Memadukan segenap potensi dokter Indonesia yang mengabdikan diri di Bidang


Kedokteran Transfusi guna meningkatkan harkat, martabat, kehormatan diri dari
4

profesi kedokteran, mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


Kedokteran Transfusi serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Pasal 6

USAHA

1. Membina dan mengembangkan kemampuan dalam bidang Ilmu


Pengetahuan dan Teknologi Kedokteran Transfusi bagi anggotanya.
2. Meningkatkan mutu pendidikan profesi kedokteran transfusi,
Mengadakan penelitian dan pengembangan ilmu di bidang Kedokteran
Transfusi serta ilmu-ilmu yang berhubungan dengan Kedokteran
Transfusi.
3. Membantu pemerintah dalam pelaksanaan program kesehatan yang
berhubungan dengan Kedokteran Pelayanan Transfusi Darah.
4. Memperjuangkan dan memelihara kepentingan serta kedudukan dokter
yang mengabdi di bidang Kedokteran Pelayanan Transfusi Darah sesuai
dengan harkat dan martabatnya.
5. Mengadakan hubungan kerja sama dengan badan-badan atau organisasi
lain untuk membantu pengembangan organisasi.
6. Membantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
7. Melaksanakan usaha-usaha untuk kesejahteraan anggota.
8. Melaksanakan usaha lain sepanjang tidak bertentangan dengan dasar
dan sifat organisasi untuk mencapai tujuan.

BAB IV

KEANGGOTAAN

Pasal 7

Anggota terdiri dari:

1. Anggota Biasa.
Anggota Muda.
2. Anggota Luar Biasa.
3. Anggota Kehormatan.

BAB V

STRUKTUR ORGANISASI
5

Pasal 8

KEKUASAAN

Kekuasaan tertinggi organisasi berada pada KongresMusyawarah Musyawarah


Nasional dan Musyawarah Wilayah sesuai tingkatannya.

Pasal 9

STRUKTUR KEPEMIMPINAN

1. Di tingkat Pusat adalah Pengurus Pusat.


2. Di tingkat Wilayah adalah Pengurus Wilayah.

Pasal 10
KEPUTUSAN ORGANISASI

1. Pengambil keputusan organisasi di tingkat pusat adalah Pengurus Pusat,


di tingkat wilayah adalah Pengurus Wilayah.
2. Pengurus Pusat dan Pengurus wilayah mengambil keputusan melalui
mekanisme pengambilan keputusan.
3. Mekanisme pengambilan keputusan organisasi melalui musyawarah
mufakat, bila tidak tercapai mufakat melalui pengambilan suara.
4. Semua keputusan yang diambil tidak boleh bertentangan dengan
AD/ART dan hasil ketetapan Musyawarah Nasional.

Pasal 11
HIRARKI PERATURAN ORGANISASI

1. Hirarki peraturan PDTDI :


a. Anggaran Dasar
b. Anggaran Rumah Tangga
c. Ketetapan Musyawarah Nasional
d. Peraturan PDTDI
e. Ketetapan Musyawarah Wilayah
f. Peraturan Wilayah

2. Setiap peraturan organisasi yang dibuat tidak boleh bertentangan


dengan peraturan organisasi yang lebih tinggi.

BAB VI
6

ATRIBUT, LOGO DAN MARS

Pasal 12
ATRIBUT

1. Atribut organisasi terdiri dari :


a. Lambang
b. Bendera
c. Seragam
d. Kartu anggota
2. Atribut organisasi harus mencantumkan logo IDI
3. Mars Organisasi adalah mars PDTDI

BAB VII

PERBENDAHARAANKEUANGAN DAN KEKAYAAN ORGANISASI

Pasal 130

1. Keuangan organisasi adalah dana yang dimiliki organisasi dan


dimanfaatkan serta dipergunakan untuk kepentingan kegiatan
organisasi.
2. Keuangan Organisasi didapatkan dari:
a. Uang Pangkal.
b. Iuran Anggota.
c. Sumbangan yang sah dan tidak mengikat
d. dan uUsaha lain yang sah dan tidak mengikat.
3. Kekayaan organisasi adalah aset dan harta milik organisasi baik yang
bergerak maupun tidak bergerak di semua tingkatan organisasi.
4. Pengurus PDTDI di setiap tingkatan bertanggung jawab atas
pengelolaan keuangan dan kekayaan organisasi di tingkatannya
masing-masing.
5. Kepemilikan keuangan dan kekayaan organisasi sebagaimana tersebut
di atas, atas nama badan hukum PDTDI.

BAB VIII
ANGGARAN RUMAH TANGGA
Pasal 14

Hal-hal yang tidak diatur dalam Anggaran Dasar akan diatur didalam Anggaran
Rumah Tangga yang merupakan pula perincian pelaksanaan Anggaran Dasar

BAB IXVII
7

PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN PEMBUBARAN

Pasal 151

Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga hanya dapat dilakukan
dan diputuskan dalam KongresMusyawarah Musyawarah Nasional.

BAB X
PEMBUBARAN
Pasal 162

Pembubaran organisasi hanya dapat dilakukan oleh Musyawarah Nasional


KongresMusyawarah Nasional yang diselenggarakan khusus untuk keperluan
tersebut dan atas usulan dari sekurang-kurangnya dua pertiga lebih dari
setengah jumlah wilayah yang ada atau oleh PB IDI.

BAB XIVIII

ATAS PERUBAHAN DAN PENGESAHANATURAN TAMBAHAN

Pasal 173

Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini dimuat dalam Anggaran
Rumah Tangga atau peraturan-peraturan lain sepanjang tidak bertentangan
dengan Anggaran Dasar.
1. Pengurus Pusat berwenang menyesuaikan ketetapan Musyawarah
Nasional yang bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga.
2. Pengurus Pusat berwenang menyesuaikan Anggaran Dasar, Anggaran
Rumah Tangga dan Ketentuan organisasi lainnya yang bertentangan
dengan undang-undang.
3. Dalam hal terjadi perbedaan penafsiran terhadap Anggaran Dasar, maka
penafsiran tersebut diserahkan ke Pengurus Pusat.

BAB XII
PENUTUP
Pasal 18

1. Hal-hal lain yang tidak diatur didalam Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga, diatur dalam peraturan tersendiri.
8

2. Dengan disyahkannya Anggaran Dasar ini, maka Anggaran Dasar


sebelumnya dinyatakan tidak berlaku.
3. Anggaran Dasar ini disahkan dalam sidang pleno musyawarah di …….
Pada tanggal ……………. 2018 dan berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Pasal 14

Pengesahan Anggaran Dasar Perhimpunan Dokter Transfusi Darah Indonesia


ditetapkan dalam KongresMusyawarah Nasional.

Balikpapan, November 2018


Surakarta, 6 November 2009
9

ANGGARAN RUMAH TANGGA


PERHIMPUNAN DOKTER TRANSFUSI DARAH INDONESIA

BAB I

KEANGGOTAAN

Pasal 1

ANGGOTA BIASA

Anggota biasa adalah dokter warga negara Indonesia yang teregistrasi sebagai
dokter dan diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia, serta memiliki minat di
bidang Pelayanan transfusi darah. , sudah pernah mengikuti pelatihan dokter
tentang Teknologi Transfusi Darah atau Pendidikan Kedokteran Transfusi,
bekerja di bidang Kedokteran Transfusi dan masih mengabdikan diri di bidang
Kedokteran Transfusi.

Pasal 2

ANGGOTA MUDA

Anggota muda adalah dokter warga negara Indonesia yang diakui oleh
Pemerintah Republik Indonesia, belum pernah mengikuti pendidikan dokter
tentang Teknologi Transfusi Darah, bekerja di bidang Kedokteran Transfusi dan
masih mengabdikan diri di bidang Kedokteran Transfusi.

Pasal 3

ANGGOTA LUAR BIASA

Anggota luar biasa adalah dokter wargna negara asing yang mengabdikan
dirimemiliki minat di bidang pelayanan Transfusi Darah di Indonesia. atau
dokter yang pernah mengabdikan diri di bidang Transfusi Darah di Indonesia.

Pasal 34

ANGGOTA KEHORMATAN

Anggota kehormatan adalah mereka yang berjasa di bidang Kedokteran


TransfusiPelayanan Transfusi Darah yang ditetapkan oleh pengurus pusat.
10

Pasal 45

TATA CARA PENERIMAAN ANGGOTA

Penerimaan Anggota Biasa, Anggota Muda dan Anggota Luar Biasa dilakukan
oleh Pengurus Wilayah setempat melalui pendaftaran tertulis dan pernyataan
persetujuan terhadap AD/ART Perhimpunan Dokter Transfusi Darah Indonesia.

Pasal 56

Anggota Kehormatan diusulkan oleh Pengurus Pusat atau Pengurus Wilayah dan
pengesahannya dilakukan di KongresMusyawarah Musyawarah Nasional.

Pasal 67

HAK ANGGOTA

1. Anggota Biasa berhak mengeluarkan pendapat, mengajukan usul atau


pertanyaan dengan lisan dan atau tertulis kepada pengurus, mengikuti
semua kegiatan organisasi dan memiliki hak dipilih dan memilih.
2. Anggota Muda, Anggota Luar Biasa dan Anggota Kehormatan berhak
untuk mengeluarkan pendapat, mengajukan usul, pertanyaan lisan dan atau
tertulis kepada pengurus dan mengikuti semua kegiatan organisasi, tapi
tidak mempunyai hak dipilih dan memilih.
3. Tiap anggota berhak mendapat perlindungan dan pembelaan dalam
melaksanakan tugasnya di bidang Pelayanan transfusi darah. Kedokteran
Transfusi.

Pasal 78

KEWAJIBAN ANGGOTA

1. Membayar uang pangkal dan iuran anggota.


2. Anggota Biasa,, Anggota Muda dan Anggota Luar Biasa dan Anggota
Kehormatan berkewajiban menjunjung tinggi dan mengamalkan sumpah
dokter dan kode etik kedokteran Indonesia, Anggaran Dasar danm
Anggaran Rumah Tangga serta segala peraturan dan keputusan
Perhimpunan Dokter Transfusi Darah Indonesia.
3. Anggota Kehormatan berkewajiban mematuhi Anggaran Dasar, Anggaran
Rumah Tangga dan segala peraturan dan keputusan organisasi.

Pasal 89
11

KEHILANGAN KEANGGOTAAN

Anggota dinyatakan kehilangan keanggotaan karena:

1. Meninggal dunia.
2. Atas permintaan sendiri secara tertulis yang ditujukan kepada Pengurus
Wilayah dengan tembusan kepada Pengurus Pusat.
3. Diberhentikan sementara.
4. Diberhentikan tetap.

Pasal 109

PEMBERHENTIAN SEMENTARA DAN PEMBERHENTIAN TETAP

1. Anggota diberhentikan sementara dan diberhentikan tetap karena:


a. Bertindak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga Organisasi.
b. Bertindak bertentangan dengan ketentuan lain yang ditetapkan
Organisasi.
c. Bertindak merugikan atau mencemarkan nama baik organisasi.
2. Anggota yang diberhentikan sementara diberikan kesempatan membela diri
di KongresMusyawarah Musyawarah Nasional.
3. Pemberhentian tetap keanggotaan dilaksanakan oleh KongresMusyawarah
Musyawarah Nasional.
4. Tata cara pemberhentian sementara dan pemberhentian tetap akan diatur
dalam ketentuan dan peraturan sendiri. (PR Dept.Organisasi PJ dr. Halimi)

BAB II

STRUKTUR ORGANISASI

A. STRUKTUR KEKUASAAN

KONGRESMUSYAWARAH NASIONAL

Pasal 1110

STATUS

1. KongresMusyawarah Nasional merupakan kekuasaan tertinggi organisasi.


2. KongresMusyawarah Nasional merupakan musyawarah utusan wilayah.
12

3. Peserta KongresMusyawarah Nasional terdiri dari Pengurus Pusat,


Pengurus Wilayah, Peninjau dan Undangan Khusus Pengurus Pusat.
4. KongresMusyawarah Nasional diadakan 3 (tiga) tahun sekali.
5. Dalam keadaan luar biasa, KongresMusyawarah Nasional dapat
diselenggarakan sewaktu-waktu atas inisiatif 1 (satu) wilayah dan mendapat
persetujuan sekurang-kurangnya lebih dari setengah dua pertiga jumlah
wilayah yang ada.
6. KongresMusyawarah Nasional dapat menyelenggarakan sidang pertemuan
ilmiah di luar sidang organisasi.

Pasal 1211

KEKUASAAN TUGAS DAN WEWENANG

1. Menetapkan Anggaran Dasar dan Anggaraan Rumah Tangga., Garis-Garis


Besar Haluan Organisasi.
2. Menilai pertanggungjawaban Pengurus Pusat mengenai amanat yang
diberikan oleh KongresMusyawarah Nasional sebelumnya.
3. Memilih Pengurus Pusat.
4. Menetapkan tempat pelaksanaan Musyawarah Kerja Nasional dan
KongresMusyawarah Nasional.
5. Mengesahkan Anggota Kehormatan.

Pasal 1312

TATA TERTIB

1. Pengurus Pusat adalah penanggung jawab penyelenggaraaan


KongresMusyawarah Nasional sedangkan utusan wilayah adalah perserta
utusan.
2. KongresMusyawarah Nasional dihadiri oleh utusan Wilayah, Pengurus
Pusat, Peninjau dan Undangan Khusus Pengurus Pusat.
3. Peserta dengan mandat resmi mempunyai hak bicara dan hak suara,
sedangkan Pengurus Pusat dengan mandat resmi dan Peninjau hanya
mempunyai hak bicara.
4. Banyaknya suara wilayah dalam KongresMusyawarah Nasional
menggunakan acuan sebagai berikut:
a. 1 sampai 5 anggota 1 (satu) suara.
b. 6 sampai 10 anggota 2 (dua) suara.
c. 11 sampai 15 anggota 3 (tiga) suara.
d. 16 sampai 20 anggota 4 (empat) suara.
e. lebih dari 20 anggota 5 (lima) suara.
5. Jumlah Peserta Peninjau ditetapkan oleh Pengurus Pusat.
13

6. Sidang KongresMusyawarah Nasional dipimpin oleh 3 (tiga) orang dipilih


dari Peserta dan oleh Peserta sidang. Pengesahan Kuorum, pembahasan dan
pengesahan agenda acara, tata tertib sidang dan pemilihan Pimpinan Sidang
KongresMusyawarah Nasional dipimpin oleh Panitia Pengarah
KongresMusyawarah Nasional.
7. KongresMusyawarah Nasional dinyatakan sah bila dihadiri lebih dari
setengah dua pertiga jumlah wilayah yang ada pada saat penghitungan
kuorum.
8. Apabila ayat (7) tidak terpenuhi, maka KongresMusyawarah Nasional
diundur paling lama 24 jam dan setelah itu KongresMusyawarah Nasional
dianggap sah.
9. Setelah laporan pertanggungjawaban Pengurus Pusat diterima oleh
KongresMusyawarah Nasional, maka Pengurus Pusat dinyatakan
demisioner.

RAPAT ANGGOTA WILAYAH

Pasal 14

STATUS

1. Musyawarah wilayah merupakan Forum Pengambilan Keputusan tertinggi


di tingkat wilayah.
2. Musyawarah Wilayah adalah musyawarah anggota sebagai perorangan
dalam satu wilayah.
3. Penetapanh suatu wilayah ditetapkan olehatas persetujuan Pengurus Pusat.
4. Penyelenggaraan Musyawarah Wilayah dilaksanakan selambat-lambatnya 6
(enam) bulan setelah KongresMusyawarah Nasional.
5. Musyawarah Wilayah diadakan sekali dalam 3 (tiga) tahun.

Pasal 15

KEKUASAAN TUGAS DAN WEWENANG

1. Menilai pertanggungjawaban Pengurus Wilayah mengenai amanat yang


diberikan oleh Musyawarah Wilayah.
2. Menetapkan garis besar program kerja wilayah dengan berpedoman pada
garis-garis besar haluan organisasi dan program kerja nasional pusat.
3. Memilih Pengurus Wilayah untuk periode berikutnya.

Pasal 16

TATA TERTIB
14

1. Pengurus Wilayah adalah penanggung jawab Musyawarah Wilayah.


Anggota Biasa, Anggota Muda adalah peserta, sedangkan yang lainnya
sebagai peninjau.
2. Musyawarah Wilayah dihadiri oleh Pengurus Wilayah, Anggota Biasa,
Anggota Muda, Anggota Luar Biasa, Anggota Kehormatan, Pengurus Pusat,
dan Undangan Pengurus Wilayah.
3. Peserta mempunyai hak bicara dan hak suara, sedang Peninjau hanya
mempunyai hak bicara.
4. Jumlah peserta peninjau ditetapkan Pengurus Wilayah.
5. Sidang Musyawarah Wilayah dipimpin oleh tiga orang Pimpinan Sidang
yang dipilih dari peserta dan oleh peserta. Sidang pembahasan dan
pengesahan agenda acara, tata tertib serta sidang pemilihan sidang dipimpin
oleh ketua Panitia Pengarah Musyawarah Wilayah.
6. Musyawarah Wilayah dinyatakan sah bila dihadiri oleh lebih dari setengah
dua pertiga jumlah anggota biasa dan anggota muda.
7. Apabila ayat (6) tidak terpenuhi, maka Musyawarah Wilayah diundur paling
lama 1 x 24 jam dan setelah itu, Musyawarah Wilayah dianggap sah.
8. Setelah laporan pertanggungjawaban Pengurus Wilayah diterima oleh
Musyawarah Wilayah, maka pengurus wilayah dinyatakan demisioner.

MUSYAWARAH KERJA NASIONAL

Pasal 17

STATUS

1. Musyawarah Kerja Nasional adalah rapat Pengurus Pusat yang dihadiri oleh
segenap perangkat organisasi dari tingkat pusat dan tingkat wilayah.
2. Musyawarah Kerja Nasional diadakan sekurang kurangnya sekali dalam
periode kepengurusan Pengurus Pusat.

Pasal 18

KEKUASAAN TUGAS DAN WEWENANG

1. Menilai Pelaksanaan Program Kerja Nasional yang diamanatkan


KongresMusyawarah Nasional, menyempurnakan dan memperbaikinya
untuk dilaksanakan pada sisa periode kepengurusan selanjutnya.
2. Mengadakan pembicaraan pendahuluan tentang bahan-bahan
KongresMusyawarah Nasional yang akan datang.

Pasal 19
15

TATA TERTIB

1. Pengurus Pusat adalah penanggung jawab penyelenggaraan Musyawarah


Kerja Nasional.
2. Musyawarah Kerja Nasional dihadiri oleh Pengurus Pusat, Perangkat
Organisasi tingkat Pusat, Pengurus Wilayah dan Undangan Pengurus Pusat.
3. Sidang-sidang Musyawarah Kerja Nasional dipimpin oleh Pengurus Pusat.

B. STRUKTUR KEPEMIMPINAN

PENGURUS PUSAT

Pasal 20

STATUS

1. Pengurus Pusat adalah instansi kepemimpinan tertinggi di tingkat pusat,


serta bertanggung jawab atas nama organisasi ke dalam dan keluar.
2. Masa jabatan Pengurus Pusat adalah 3 (tiga) tahun dan dapat dipilih
kembali untuk periode berikutnya sebanyak-banyaknya 2 (dua) kali, kecuali
dalam keadaan yang sangat khusus dan diputuskan dalam
KongresMusyawarah Nasional.

Pasal 21

PERSONALIA

1. Personalia Pengurus Pusat sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua Umum,


Ketua-Ketua Bidang, Sekretaris Umum, Bendahara Umum, Wakil
Bendahara Umum dan beberapa orang Ketua Departemen yang secara
bersama-sama melaksanakan secara kolektif.
2. Yang dapat menjadi Pengurus Pusat adalah Anggota Biasa, aktif dan
berdedikasi tinggi terhadap organisasi.
3. Dalam kepengurusan pusat dapat dibentuk Dewan Penasehat dengan fungsi
memberi saran kepada Pengurus Pusat diminta atau tidak diminta.
4. Yang dapat menjadi Dewan Penasehat adalah Anggota Kehormatan atau
diluar anggota yang disetujui oleh Pengurus Pusat.

Pasal 22

TUGAS DAN WEWENANG


16

1. Melaksanakan isi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta


Keputusan yang telah ditetapkan KongresMusyawarah Nasional.
2. Mengambil keputusan organisasi dan mempertanggungjawabkannya kepada
KongresMusyawarah Nasional.
3. Membina hubungan baik dengan instansi lain guna kepentingan
pengembangan organisasi.
4. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada anggota melalui forum
KongresMusyawarah Nasional.
5. Menyelenggarakan KongresMusyawarah Nasional pada akhir periode
kepengurusan.
6. Menyiapkan materi KongresMusyawarah Nasional melalui Musyawarah
Kerja Nasional.
7. Mengangkat dan mengesahkan Pengurus Wilayah dan perangkat organisasi
lainnya.
8. Menetapkan Menyetujui luasnya teritori satu Pengurus Wilayah.

Pasal 23

TATA CARA PENGELOLAAN

1. Pengurus Pusat disahkan di KongresMusyawarah Nasional yang sedang


dilaksanakan.
2. Pengurus Pusat menjalankan tugas setelah dilakukan serah terima dengan
Pengurus Pusat demisioner di KongresMusyawarah Nasional yang sedang
dilaksanakan.
3. Untuk menyelenggarakan kegiatannya Pengurus Pusat harus mengadakan
rapat-rapat berupa rapat Pengurus HarianRapat Kerja. dan Rapat Pleno.
4. Rapat Pengurus Harian dihadiri oleh Ketua Umum sampai Wakil Bendahara
Umum.
5. Rapat Pleno Kerja dihadiri oleh seluruh Pengurus Pusat.

PENGURUS WILAYAH

Pasal 24

STATUS

1. Wilayah merupakan kesatuan organisasi berdasarkan propinsi di Indonesia


yang dibentuk di tempat yang mempunyai sekurang-kurangnya 5 (lima)
Anggota Biasa. dan Anggota Muda.
2. Apabila syarat pada ayat (1) belum terpenuhi, maka diharuskan untuk
bergabung dengan propinsi terdekat sesuai penetapan Pengurus Pusat.
17

3. Masa jabatan Pengurus Wilayah adalah 3 (tiga) tahun dan dapat dipilih
kembali untuk masa jabatan periode berikutnya sebanyak-banyaknya 2
periode.
4. Dalam kepengurusan wilayah dapat dibentuk Dewan Penasehat dengan
fungsi memberi saran kepada Pengurus Wilayah diminta atau tidak diminta.
5. Pengurus Wilayah berkedudukan di tempat yang ditetapkan disetujui oleh
Pengurus Pusat.

Pasal 25

PERSONALIA

1. Personalia Pengurus Wilayah paling kurang terdiri dari Ketua, Sekretaris,


Bendahara dan Anggota.
2. Yang menjadi Ketua Pengurus Wilayah adalah Anggota Biasa.
3. Dalam kepengurusan wilayah dapat dibentuk Dewan Penasehat dengan
fungsi memberi saran kepada Pengurus Wilayah diminta atau tidak diminta.
4. Yang dapat menjadi Dewan Penasehat adalah Anggota Kehormatan atau
diluar anggota yang disetujui oleh Pengurus Wilayah.

Pasal 26

TUGAS DAN WEWENANG

1. Melaksanakan keputusan KongresMusyawarah Nasional dan keputusan


Musyawarah Wilayah.
2. Memberikan laporan kepada Pengurus Pusat tentang kegiatan yang
dilakukan sekali dalam 1 (satu) tahun. 3 (tiga) bulan.
3. Membina hubungan baik dengan instansi lain guna kepentingan
pengembangan organisasi.
4. Bertanggung jawab kepada anggota.

Pasal 27

TATA CARA PENGELOLAAN

1. Pengurus Wilayah dipilih oleh anggota melalui Musyawarah Wilayah dan


disahkan oleh Pengurus Pusat.
2. Pengurus Wilayah yang baru dapat menjalankan tugasnya setelah ada
pengesahan dari Pengurus Pusat dan serah terima jabatan dengan pengurus
demisioner.
3. Untuk penyelenggaraan kegiatannya Pengurus Wilayah harus mengadakan
rapat-rapat.Rapat Kerja.
18

BAB III

KEUANGAN

Pasal 28

1. Besarnya uang pangkal dan uang iuran serta sumber lainnya ditetapkan
oleh KongresMusyawarah Nasional.
2. Untuk kepentingan kegiatan wilayah, masing-masing wilayah dapat
menetapkan iuran tambahan dengan persetujuan anggota.

BAB IV

ATRIBUT, LAMBANG, DAN LOGO DAN MARS

Pasal 29

1. Atribut berupa lambang dan simbol lain ditetapkan oleh


KongresMusyawarah Nasional.
2. Ukuran, cara penggunaan atribut lambang dan logo diatur dalam ketentuan
tersendiri oleh Pengurus Pusat.(secretariat, PJ dr Aditya)
3. Mars PDTDI ditetapkan dan diatur dalam ketentuan tersendiri oleh
Musyawarah Nasional.
4. Kartu Anggota ditetapkan dan dikeluarkan oleh Pengurus Pusat atas usulan
Wilayah.
.

BAB V

PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN


ANGGARAN RUMAH TANGGA

Pasal 30

1. Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga hanya dilakukan


oleh KongresMusyawarah Nasional.
2. Rancangan perubahan tersebut diajukan oleh Pengurus Pusat atau Pengurus
Wilayah.
3. Rancangan perubahan telah disampaikan kepada Pengurus Pusat selambat-
lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum KongresMusyawarah Nasional.

BAB VI
19

PEMBUBARAN ORGANISASI

Pasal 31

1. Pembubaran hanya dapat dilakukan oleh KongresMusyawarah Nasional dan


PB IDI yang dilaksanakan khusus untuk itu.
2. Keputusan pembubaran harus disetujui oleh sekurang-kurangnya setengah
dua pertiga suara yang hadir di KongresMusyawarah Nasional.
3. Sesudah pembubaran, maka segala hak milik diserahkan kepada Badan
Sosial yang ditetapkan oleh KongresMusyawarah Nasional.
4. Tata cara pelaksanaan Kongres Nasional Khusus akan diatur tersendiri.

BAB VII

TAMBAHAN

Pasal 32

1. Setiap anggota dianggap telah mengetahui Anggaran Dasar dan Anggaran


Rumah Tangga.
2. Perselisihan dalam penafsiran AD/ART diputuskan oleh Pengurus Pusat.
3. Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini dibuat dalam
peraturan tersendiri sepanjang tidak bertentangan dengan AD/ART.

Pasal 33

5. Setiap anggota harus mentaati AD/ART ini dan bagi yang melanggarnya
akan dikenakan sanksi dengan ketentuan tersendiri. (PR Dept.Organisasi PJ
dr. Halimi)

Balikpapan, November 2018


Surakarta, 6 November 2009

Vous aimerez peut-être aussi