Vous êtes sur la page 1sur 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam proses manufaktur untuk mengendalikan atau memantau
kekuatan suatu material perlu dilalukan adanya pengujian sebagai parameter
untuk menahan suatu produk siap dilepas kepasaran.Contoh kasus
kegagagalan yang telah terjadi adanya patahnya crone kekkah,dari hasil
analisa kegagaglan di peroleh kesimpulan bahwa crane tidak mampu
menahan tekanan angin dan terjadi penambahan beban akibat tekanan dari
kasus tersebut harus dilalukan suatu pengujian untuk mengetahui sifat-sifat
mekanis yang tahan terhadap pembebanan tinggi dan tekanan tinggi.
Kegagalan dapat diantisipasi terjadinya kegagalan,salah satu
pengujian yang dapat dilakukan adalah pengujian tarik,pengujian tarik adalah
suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu bahan.
Hasil pengujian ini sangat bermanfaat bagi rekayasa teknik,sehingga
pembelajaran pengujian harus dilalukan sedini mungkin.

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan dari pratikum uji tarik antara lain:
1.Untuk memahami proses uji tarik
2.Mengamati fenomena-fenomena yang terjadi pada saat pengujian tarik
3.Untuk mengetahui kekuatan dan keuletan suatu material dan sifat-sifat
mekanis yang lainnya.
4.Mengetahui cara pengujian tarik

1.3 Batasan Masalah


Batasan masalah pada pratikum uji tarik adalah:
1.Menganalisa patahan pada specimen
2.Menghitung nilai A0 dan A1
3.Ukuran specimen adalah 16.05 mm
4.Menghitung nilai D1,D0 dan l1 dan l0

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Umum


Material adalah segala sesuatu yang menempati ruang dan memiliki
masa. Sedangkan material teknik adalah material yang digunakan dalam
proses rekayasa dibidang keteknikan.
karbon
Rendah
organik
baja sedang
ferro
tinggi
material

anorganik logam paduan rendah

tinggi
Besi cor putih

kelabu
modullar

releable

Non ferro tembaga

Emas,dll

MMC
Non logam komposit
CMC

PMC
keramik tradisional
l
teknik

polimer thermoplastik

thermosetting

elastomer

Gambar 2.1 Diagram klasifikasi material

Secara garis besar material dibagi menjadi dua yaitu material organik
dan material nonorganik.

1. Material organik
Material organik adalah material yang berasal dari makhluk hidup
seperti batu bara, kayu, dll.
2. Material anorganik
Material anorganik adlah material material yang tidak berasal dari
makhluk hidup, material anorganik dibagi lagi 2 yaitu logam dan
nonlogam.

2.1.1 Logam
Logam adalah material yang memiliki konduktivitas termal tinggi,
mempunyai ikatan ion dan kovalen,secara fisik bentuknya mengkilap,
kecepatan atom tinggi,elektronnya masih banyak yang belum berpasangan,
mampu menghantarkan listrik dengan baik.
Logam terbagi atas logam ferro dan non-ferro.
a. Logam ferro
Logam ferro adalah suatu logam yang unsur penyusun utamanya
adalah fe dan karbon. Logam ferro terdiri dari komposisi kimia yang
sederhana antara besi dan karbon. Masuknya unsur karbon ke dalam
besi dengan berbagai cara.
Jenis logam ferro adalah sebagai berikut :
1. Baja
a. Baja karbon
 Baja karbon rendah : 0.02% ≤ C ≤ 0.2% wt
 Baja karbon sedang : 0.2% ≤ C ≤ 0.5%wt
 Baja karbon tinggi : 0.5% ≤ C ≤ 2.1%wt
b. Baja paduan
 Baja paduan tinggi : persentase paduan > 8%wt
 Baja paduan rendah : pesentase paduan <8%wt
2.Besi Cor
Merupakan ferro dengan kadar karbon 2,11%≤C≤6,67% wt terdiri
dari :
a. Besi cor putih
Besi cor putih diperoleh dengan pendinginan,sifat sehingga
didapatkan fasa ferrite dan sementite yang mana jika patah
premukaannya, bewarna putih digunakan untuk menahan beban
yang sangat tinggi, bersifat sangat keras, tahan karat, karat dan
tidak memiliki grafit.

Gambar 2.2 Besi Cor Putih

b. Besi cor kelabu


Komposisi karbon pada 2,5%-4%wt dan Silicon 1%-3%wt.
Grafitnya yang berbentuk serpihan, membuatnya agak keras. Jika
patah permukaanya buram, bersifat mampu tempa, redam energi,
yang baik, mampu menyerap panas, tapi kekuatannya tariknya
rendah.Contoh : blok mesin (silinder)

Gambar 2.3 Besi Cor Kelabu

c. Besi cor nodular


Besi cor nodular yang mana besi cor ini ditambahkan
Silicon(Si) sebanyak 1,8%-2,8%wt.Grafitnya berbentuk nodular
(bulat) sifat mekanik hampir sepeti baja.Contoh : roda gigi
Gambar 2.4 Besi Cor Nodular

d. Besi cor Malleable


Besi yang memiliki grafit berbentuk bongkahan, bersifat
mampu tempa,keras, kekerasan pada besi cor ditentukan oleh
bentuk grafit yang dimilkinya.

Gambar 2.5 Besi Cor Malleable

b. Non ferro
Merupakan logam dengan unsure penyususn utamanya adalah
bukan dari fe. Contohnya :
1.Aluminium (Al)
2.Seng (Zn)
3.Tembaga (Cu)
4.Moligdenum (Mo)
5.Nikel (Ni)
6.Silisium (Si)

2.1.2 Non-Logam
Merupakan unsur yang tidak dapat mengantarkan arus listrik.
Elektronnya telah banyak yang berpasangan yang terdiri dari :
a. Komposit
Komposit adalah gabungan dua material atau lebih secara
makroskopis untuk memperoleh sifat material yang
diinginkan.Teknologi material terus dikembangkan, untuk
mendapatkan material dengan kekuatan lebih dan dengan bahan yang
lebih efisien dapat dilakukan dengan teknologi komposit.Komposit
terdiri dari dua komponen yaitu matriks dan penguat.Matriks
berfungsi sebagai pengikat, pelindung terhadap pengaruh lingkungan.
Kelebihan material komposit adalah sifat mekanik spesifiknya
tinggi, ketahanan korosi yang tinggi, mudah dibuat dan serat dapat
diatur sesuai dengan arah pembebanan. Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap sifat komposit adalah sifat dari matriks dan
penguatnya, fraksi volume matriks dan penguatnya, proses
pembuatan, dan interface antara matriks dan penguat.Sekarang, pada
umumnya komposit yang dibuat manusia dapat dibagi kedalam tiga
kelompok utama:
1. Komposit Matrik Polimer (Polymer Matrix Composites –
PMC)
Bahan ini merupakan bahan komposit yang sering digunakan
disebut, Polimer Berpenguatan Serat (FRP – Fibre Reinforced
Polymers or Plastics) bahan ini menggunakan suatu polimer-
berdasar resin sebagai matriknya, dan suatu jenis serat seperti
kaca, karbon dan aramid (Kevlar) sebagai penguatannya.
2. Komposit Matrik Logam (Metal Matrix Composites – MMC)
Ditemukan berkembang pada industri otomotif, bahan ini
menggunakan suatu logam seperti aluminium sebagai matrik
dan penguatnya dengan serat seperti silikon karbida.
3. Komposit Matrik Keramik (Ceramic Matrix Composites –
CMC)
Digunakan pada lingkungan bertemperatur sangat tinggi,
bahan ini menggunakan keramik sebagai matrik dan diperkuat
dengan serat pendek, atau serabut-serabut (whiskers) dimana
terbuat dari silikon karbida atau boron nitrid.
b. Polimer
Merupakan gabungan monomer-monomer rantai hidrokarbon yang
panjang dan bercabang.Polimer terbagi atas :
1) Thermoplastic, rantai hidrokarbonnya panjang
Sifat-sifat polimer :
 Lunak pada temperatur kamar, mempunyai kemampuan
meregang pada skala yang cukup besar.
 Meleleh akibat pemanasan pada suhu tinggi.
Contoh polimer : plastik biasa, asoy
2) Thermosetting, rantai hidrokarbonnya bercabang
Sifat-sifat Thermosetting :
 Pada temperatur kamar bersifat kaku, keras dan kuat.
 Tidak akan mengalami perubahan fisik akibat pemanasan
pada suhu tinggi.
 Tidak dapat di daur ulang.
Contoh : melamin dan Teflon
3) Elastomer, polimer yang elastis
Contohnya : karet gelang

c. Keramik
Merupakan paduan logam adan non-logam yang tergabung secara
satu menurut keramik karbida, boride, aliran dan karbon keramik
terbagi atas :
1. Keramik tradisional
Keramik yang dibuat secara sederhana.
Contoh : tembikar dan kendi
2. Keramik teknik
Keramik yang dibuat untuk tujuan keteknikan.

2.1.2 Sifat-sifat Material


Secara garis besar material mempunyai sifat-sifat yang
mencirikannya, pada bidang teknik mesin umumnya sifat tersebut dibagi
menjadi tiga sifat. Sifat –sifat itu akan mendasari dalam pemilihan material,
sifat tersebut adalah:
 Sifat mekanik
 Sifat fisik
 Sifat teknologi
Dibawah ini akan dijelaskan secara terperinci tentang sifat-sifat
material tersebut
a) Sifat Mekanik
Sifat mekanik material, merupakan salah satu faktor terpenting
yang mendasari pemilihan bahan dalam suatu perancangan. Sifat
mekanik dapat diartikan sebagai respon atau perilaku material
terhadap pembebanan yang diberikan, dapat berupa gaya, torsi atau
gabungan keduanya. Dalam prakteknya pembebanan pada material
terbagi dua yaitu beban statik dan beban dinamik. Perbedaan antara
keduanya hanya pada fungsi waktu dimana beban statik tidak
dipengaruhi oleh fungsi waktu sedangkan beban dinamik dipengaruhi
oleh fungsi waktu.
Untuk mendapatkan sifat mekanik material, biasanya dilakukan
pengujian mekanik. Pengujian mekanik pada dasarnya bersifat
merusak (destructive test), dari pengujian tersebut akan dihasilkan
kurva atau data yang mencirikan keadaan dari material tersebut.
Setiap material yang diuji dibuat dalam bentuk sampel kecil atau
spesimen. Spesimen pengujian dapat mewakili seluruh material
apabila berasal dari jenis, komposisi dan perlakuan yang sama.
Pengujian yang tepat hanya didapatkan pada material uji yang
memenuhi aspek ketepatan pengukuran, kemampuan mesin, kualitas
atau jumlah cacat pada material dan ketelitian dalam membuat
spesimen. Sifat mekanik tersebut meliputi antara lain: kekuatan tarik,
ketangguhan, kelenturan, keuletan, kekerasan, ketahanan aus,
kekuatan impak, kekuatan mulur, kekeuatan leleh dan sebagainya.
 Kekuatan : ketahanan material terhadap deformasi total diseluruh
permukaan.
V

Y F

Gambar 2.6 Diagram Kekuatan


 Keuletan : kemampuan besarnya regangan maximum plastis yang
dapat ditahan sampai material itu patah.
V


Y
F

Gambar 2.7 Diagram keuletan


 Kekerasan : kemampuan material untuk menahan deformasi
plastis local akibat penetrasi local.
 Kelentingan : kemampuan material untuk kembali keadaan
semula jika beban dihilangkan.
V


Y
F

Gambar2.8 Diagram kelentingan


 Ketangguhan : merupakan besar energy yang mamapu diserap
material sampai material itu patah.
V
Y

Gambar 2.9 Diagram ketangguhan


 Modulus elastisitas : ukuran kekakuan sesuatu bahan dengan
membandingkan tegangan-regangan pada daerah plastis.

Gambar 2.10 Diagram modulus elastisitas

Sifar-sifat mekanik material yang perlu diperhatikan:


 Tegangan yaitu gaya diserap oleh material selama berdeformasi
persatuan luas.
 Regangan yaitu besar deformasi persatuan luas.
 Modulus elastisitas yang menunjukkan ukuran kekuatan material.
 Kekuatan yaitu besarnya tegangan untuk mendeformasi material
atau kemampuan material untuk menahan deformasi.
 Kekuatan luluh yaitu besarnya tegangan yang dibutuhkan untuk
mendeformasi plastis.
 Kekuatan tarik adalah kekuatan maksimum yang berdasarkan
pada ukuran mula.
 Keuletan yaitu besar deformasi plastis sampai terjadi patah.
 Ketangguhan yaitu besar energi yang diperlukan sampai terjadi
perpatahan.
 Kekerasan yaitu kemampuan material menahan deformasi plastis
lokal akibat penetrasi pada permukaan.

b) Sifat Fisik
Sifat penting yang kedua dalam pemilihan material adalah sifat
fisik. Sifat fisik adalah kelakuan atau sifat-sifat material yang bukan
disebabkan oleh pembebanan seperti pengaruh pemanasan,
pendinginan dan pengaruh arus listrik yang lebih mengarah pada
struktur material. Sifat fisik material antara lain : temperatur cair,
konduktivitas panas dan panas spesifik.

Struktur material sangat erat hubungannya dengan sifat mekanik.


Sifat mekanik dapat diatur dengan serangkaian proses perlakukan
fisik. Dengan adanya perlakuan fisik akan membawa penyempurnaan
dan pengembangan material bahkan penemuan material baru.

c) Sifat Teknologi
Selanjutnya sifat yang sangat berperan dalam pemilihan material
adalah sifat teknologi yaitu kemampuan material untuk dibentuk atau
diproses. Produk dengan kekuatan tinggi dapat dibuat dibuat dengan
proses pembentukan, misalnya dengan pengerolan atau penempaan.
Produk dengan bentuk yang rumit dapat dibuat dengan proses
pengecoran. Sifat-sifat teknologi diantaranya sifat mampu las, sifat
mampu cor, sifat mampu mesin dan sifat mampu bentuk. Sifat
material terdiri dari sifat mekanik yang merupakan sifat material
terhadap pengaruh yang berasal dari luar serta sifat-sifat fisik yang
ditentukan oleh komposisi yang dikandung oleh material itu sendiri.
2.1.3 Cacat material
Cacat (damage) suatu material merupakan pangkal dari kegagalan
suatu komponen dalam menjalankan fungsinya.Pemrediksian cacat dari suatu
material tidak dapat hanya didasarkan satu perilaku material yang dianalisa
secara terpisah-pisah tetapi harus dianalisa secara menyeluruh. Kemampuan
kita dalam cacat suatu material berkaitan erat dengan optimasi dimensi yang
selanjutnya akan mengoptimalkan biaya produksi.
Salah satu sarana untuk memprediksi cacat material adalah dengan
menggambarkan cacat tersebut dalam sebuah model dengan variabel yang
sesedikit mungkin. Dalam tulisan ini akan deketengahkan sebuah model cacat
dari sebuah komposit berpli tunggal yang dibangun dari perilaku elastik
material tersebut serta untuk pembebanan sesaat.
Tentu saja kita tidak akan pernah menemukan komposit berlapis
tunggal dalam kenyataan, tapi model ini dirancang untuk diintegrasikan
kedalam komposit berlapis jamak.Secara umum banyak jenis cacat yang
terjadi pada suatu material terutama pada material logam.
Cacat materal terbagi atas :
1. Cacat titik
Cacat titik adalah cacat yang terjadi pada struktur atom yang dibagi
menjadi
a. Kekosongan pada sisi atom
b. Intersity
Apabila ada atom bertahan didalam Kristal dititik pertengahan
antara posisi yang normal.
c. Subtitusi
Subtitusi adalah cacat yang apabila suatu atom meninggalkan
paosisi atom lainya.
Gambar 2.11Macam-macam cacat titik dalam sebuah kisi kristal
2. Cacat garis
Cacat garis adalah cacat yang terjadi pada segaris atom. Cacat garis
dibagi menjadi :
a. Cacat ulir
Cacat ulir adalah cacat yang searah atau sejajar bidang bujur.
b. Cacat bidang
Cacat bidang adalah cacat yang terjadi pada batas butir.
c. Cacat ruang
Cacat ruang adalah cacat berupa rongga atau retakan

2.1.4 Struktur mikro material


a) Atom.
Atom merupakan bagian terkecil dari suatu material. suatu
satuan dasar materi, yang terdiri atas inti atom serta awan elektron
bermuatan negatif yang mengelilinginya. Inti atom terdiri atas proton
yang bermuatan positif, dan neutron yang bermuatan netral.
Elektron-elektron pada sebuah atom terikat pada inti atom oleh
gaya elektromagnetik. Sekumpulan atom demikian pula dapat
berikatan satu sama lainnya, dan membentuk sebuah molekul. Atom
yang mengandung jumlah proton dan elektron yang sama bersifat
netral, sedangkan yang mengandung jumlah proton dan elektron yang
berbeda bersifat positif atau negatif dan disebut sebagai ion.
Atom dikelompokkan berdasarkan jumlah proton dan neutron
yang terdapat pada inti atom tersebut.Jumlah proton pada atom
menentukan unsur kimia atom tersebut, dan jumlah neutron
menentukan isotop unsur tersebut.Pusat dari atom disebut inti atom
atau nukleus.Inti atom terdiri dari proton dan neutron.Banyaknya
proton dalam inti atom disebut nomor atom, dan menentukan elemen
dari suatu atom.
Ukuran inti atom jauh lebih kecil dari ukuran atom itu sendiri,
dan hampir sebagian besar tersusun dari proton dan neutron, hampir
sama sekali tidak ada sumbangan dari elektron.Jumlah netron dalam
inti atom menentukan isotop elemen tersebut. Jumlah proton dan
netron dalam inti atom saling berhubungan; biasanya dalam jumlah
yang sama, dalam nukleus besar ada beberapa netron lebih.
Kedua jumlah tersebut menentukan jenis nukleus. Proton dan
netron memiliki masa yang hampir sama, dan jumlah dari kedua masa
tersebut disebut nomor massa, dan beratnya hampir sama dengan
massa atom ( tiap isotop memiliki masa yang unik ). Masa dari
elektron sangat kecil dan tidak menyumbang banyak kepada masa
atom.
b) Sel satuan. Sel satuan adalah susunan sel atom yang sama memiliki
sifat standar temperature dan berulang dengan pola tertentu.
 BCC (Body Centered Cubic)

Gambar 2.12 Sel unit BCC


a√3 = 4R
a = 4R / √3
𝑛 𝑎𝑡𝑜𝑚 .𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑡𝑜𝑚
nPF (BCC) = 𝑣𝑜𝑙 𝑠𝑒𝑙 𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛
2.4/3.𝜋𝑅 3
= 4𝑅 3
( )
√3

= 0,68 %
 FCC (Face centered Cubic)
Gambar 2.13 Sel unit FCC

a√2 = 4R
a = 4R / √2
𝑛 𝑎𝑡𝑜𝑚 .𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑡𝑜𝑚
nPF (FCC) = 𝑣𝑜𝑙 𝑠𝑒𝑙 𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛
2.4/2.𝜋𝑅 3
= 4𝑅 3
( )
√2

= 0,74 %
 HCP (Hexagonal Close Packed)

Gambar 2.14 Sel unit HCP

2.1.5 Pengujian material


Aplikasi dari sebuah material sangat dipengaruhi oleh sifat fisis dan
mekanis dari material tersebut.Sifat fisis dan mekanis dari sebuah material
dapat diketahui apabila sudah dilakukan pengujian.Tujuan dari dilakukannya
suatu pengujian mekanis adalah untuk menentukan respon material dari suatu
konstruksi, komponen atau rakitan fabrikasi pada saat dikenakan beban atau
deformasi dari luar. Dalam hal ini akan ditentukan seberapa jauh perilaku
inheren (sifat yang lebih merupakan ketergantungan atas fenomena atomik
maupun mikroskopis dan bukan dipengaruhi bentuk atau ukuran benda uji)
dari material terhadap pembebanan tersebut.
Pengujian adalah untuk mengetahui sifat fisis dan mekanis
(mechanical properties) material tergantung dari jenis material yang akan
dilakukan pengujian. Sementara ini ada beberapa jenis material yang dapat
dijadikan acuan yaitu material logam, keramik, komposit dan polimer. Selain
itu sasaran penggunaan dari material tersebut juga akan mempengaruhi jenis
pengujian yang akan dilakukan.

Pengujian material adalah proses penentuan sifat-sifat material dan


dibagi atas:
a. Destructive test : yaitu pengujian tanpa merusak bahan uji seperti :
- Uji keras
- Uji tarik
- Uji impak
b. Non destruktif test : yaitu pengujian tanpa merusak material seperti :
- Die penetrant test
- Visual test
- Radiography test

Menurut jenis materialnya jenis-jenis yang bias dilakukan yaitu:


1. Material logam
 Uji Tarik
 Uji Kekerasan
 Uji Impak
 Uji Fracture Toughness
 Uji Creep
 Uji Puntiran
 Uji Struktur Mikro

2. Material keramik
 Uji Densitas
 Uji Kekerasan
 Uji Fracture Toughness
 Uji Bending
 Uji Struktur Mikro
3. Material komposit
 Uji Tarik
 Uji Kekerasan
 Uji Impak
 Uji Fracture Toughness
 Uji Puntiran
 Uji Bending
 Uji Struktur Mikro
4. Material polimer
 Uji Tarik
 Uji Kekerasan
 Uji Impak
 Uji Fracture Toughness
 Uji Struktur Mikro

2.1.6 Pembebanan terhadap material


Menurut sifatnya, pembebanan material pada saat pengujiannya di
bedakan menjadi 3 yaitu :
1. Pembebanan statis(steady load), yiatu apabila beban dalam
keadaan diam dimana benda tersebut tidak dapat erubah arah.
2. Pembebanan dinamis(variying load),pembebanan yang
variabelnya berubah setiap waktu.
3. Pembebanan kejut (shock load),yaitu apabila pembebanan yang
dilakukan secara tiba-tiba.
2.1.7 Baja Kontruksi

Baja merupakan salah satu material struktur selain beton yang sudah
sangat banyak diaplikasikan dalam kehidupan manusia. Dalam mendisain
struktur baja, dewasa ini dipergunakan dua filosofi desain yaitu : desain
tegangan kerja, yang diacu oleh American Institute of Steel Construction
(AISC) sebagai Allowable Stress Design (ASD) yang telah menjadi filosofi
utama selama 100 tahun terakhir.dan desain keadaan batas yang diacu oleh
AISC sebagai Load and Resistance Factor Design (LRFD). Selama kurang
lebih 20 tahun ini, desain struktural telah bergeser menuju prosedur desain
yang lebih rasional dan berdasarkan pada probabilitas yang disebut sebagai
desain “keadaan batas” (limit sates). Metoda keadaan batas meliputi metode-
metode yang umumnya disebut sebagai “desain kekuatan ultimit” (ultimate
strength design), “desain kekuatan” (strength design), “desain plastik”
(plastic design), “desain faktor beban” (load factor design), “desain batas”
(limit design), dan sekarang “desain faktor resistensi dan beban (LRFD).

Struktur dan batang-batang struktur harus memiliki kekuatan dan


ketahanan yang cukup, sehingga dapat berfungsi selama umur layanan.Desain
harus menyediakan cadangan kekuatan yang diperlukan untuk menanggung
beban layanan, terutama terhadap kemungkinan kelebihan beban.Kelebihan
beban dapat terjadi akibat perubahan fungsi struktur, terlalu rendahnya
taksiran atas efek-efek beban karena penyederhanaan yang berlebihan dalam
analisis srtukturalnya, atau akibat variasi-variasi dalam prosedur
konstruksinya.Disamping itu harus ada cadangan terhadap kemungkinan
mutu kekuatan material yang lebih rendah.Penyimpangan dalam dimensi
batang, meskipun dalam batas toleransi yang masih dapat diterima, dapat
mengakibatkan suatu batang memiliki kekuatan yang lebih rendah ketimbang
yang telah diperhitungkan.Material (baja untuk elemen batang, baut dan las)
mungkin saja memiliki kekuatan yang lebih kecil daripada yang digunakan
dalam perhitungan desain.Suatu profil baja mungkin saja memiliki tegangan
leleh dibawah harga minimum yang dispesifikasikan namun masih berada
dalam batas-batas yang secara statistik masih dapat diterima.

Apapun filosofinya, desain struktural harus memberikan keamanan


yang cukup, baik terhadap kemungkinan kelebihan beban (overload) atau
kekurangan kekuatan (understrength).Selama tiga puluh tahun terakhir ini,
telah berkembang studi mengenai unsur-unsur yang menentukan keamanan
struktural.Dorongan yang utama berasal dari keinginan untuk menyelidiki
kemungkinan terjadinya “kegagalan” pada batang, penyambung, atau sistem
dengan menggunakan berbagai metode probabilitas.

Namun istilah “keadaan batas” lebih disukai ketimbang


“kegagalan”.Keadaan batas berarti “kondisi-kondisi dimana suatu struktur
berhenti memenuhi fungsi yang diharapkan darinya”. Keadaan batas pada
umumnya dibagi menjadi dua kategori yaitu pertama kekuatan (strength) :
merupakan fenomena-fenomena prilaku pada saat mencapai kekuatan daktail
maksimum, tekukan, fatig, retakan, dan geseran, kedua kemampuan layanan
(serviceability), menyangkut penggunaan bangunan, misalnya karena adanya
defleksi, vibrasi, deformasi permanen dan rekahan.
2.1.8 Baja KSTI

Logam yang berasal dari bijih besi (tambang) yang banyak digunakan
untuk kehidupan manusia sehari-hari dari yang bermanfaat sampai dengan
yang merusakkan.Dalam tabel periodik, besi mempunyai simbol Fe dan
nomor atom 26.Besi juga mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.

Gambar 2.15 Mekanisme pengeliminasian pengotor dari skrap


cair dengan kombinasi metoda bubbling dan compound separation
pada besi KSTI 16.
2.1 Teori Khusus
Material memiliki berbagai macam karakteristik dan sifat yang
berbeda-beda pada tiap jenisnya. Perbedaaan ini dapat kita ketahui melalui
berbagai macam jenis percobaan terhadap material tersebut. Diantaranya
adalah dengan cara pengujian tarik. Pengujian tarik dilakukan untuk
mengetahui kekuatan tarik pada logam sebagai acuan untuk
mengklarifikasikan logam tersebut tergolong jenis yang dikehendaki sesuai
standar atau tidak. Pengujian tarik biasanya dilakukan dengan spesimen
berbentuk batang silinder atau plat. Pengujian terhadap spesimen dilakukan
dengan memberikan beban secara perlahan-lahan sehingga spesimen akan
mengalami deformasi yang berupa pengecilan penampang dan pertambahan
panjang pada spesiman uji.
Deformasi yang terjadi ada dua macam yaitu :
a. Deformasi plastis, yaitu benda tidak dapat kembali kebentuk semula
setelah tegangan yang diberikan dihilangkan.
b. Deformasi elastis, yaitu benda dapat kembali kebentuk semula setelah
tegangan yang diberikan dihilangkan.

Disamping itu, dari pengujian tarik akan dapat diamati beberapa


fenomena yang terjadi selama deformasi, antara lain :
 Elastisitas
 Plastisitas
 Fenomena luluh
 Bidang patah
 Pengecilan penampang setempat (neeking).
Untuk keseragaman pengukuran serta hasilnya dapat dipakai
secara umum maka specimen uji tarik dibuat dengan ukuarn standar.
Ada banyak standar yang dapat digunakan seperti ASTM, JIS, DIN
dan sebagainya tergantung dari industry dan institusi yang
menggunakannya. Salah satu contohnya adalah sebagai berikut :

Data dasar dari sifat mekanis logam ulet (ductile metal) diperolah dari
percobaan uji tarik, dimana benda uji dengan desain tertentu mengalami
beban aksial yang semakin besar sampai benda uji itu putus. Beban dan
perpanjangan diukur berkali-kali selama dilakukan pengujian dan dinyatakan
sebagai tengangan rata-rata serta regangan rata-rata.
Data yang diperoleh dar pengujian tarik pada umumnya digambarkan
sebagai diagram tegangan regangan. Perilaku umum bahan yang diberikan
dapat diklarifikasikan sebagai ulet atau getas, tergantung apakah beban
tersebut memperlihatkan kemampuan deformasi elastis atau tidak. Pada
gambar melukiskan garis lengkung OA merupakan daerah elastis dimana
hukum hokke ditaati. Titik A’ adalah batas utama batas proporsional elastis
dimana garis lengkung tegangan regangan menyimpang dari liniernya. Untuk
keperluan rekayasa, batas perilaku yang digunakan adalah titik B yaitu pada
keadaan luluh (yield strength).
Bahan yang getas adanya deformasi akan patah hampir pada batas
elastis (gbr 2.a). bahan ini termasuk getas sempurna (perilaku ideal) terlihat
pada garis lengkung tegangan-regangan.
Logam getas misalnya besi cor putih, memperlihatkan plastis
dalam jumlah kecil sebelum patah (gbr 2.b), terlihat pada garis lengkung
tegangan-regangan dengan sedikit keuletan.

Menurut Dieter tegangan dan regangan tarik dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
Pmaks
σ= ………….. (2.1)
A0

1
𝐴𝑜 = 4 π D² …………(2.2)
Dimana :
D = diameter awal benda uji (mm)
σ = tegangan (kg/mm²)
Pmaks = beban maksimum (kg)
Ao = luas penampang awal benda uji (mm²)
Lf−L0
εmaks = x 100% ………(2.3)
Lo
dimana :
εmaks = regangan (%)
Lf = panjang benda saat patah (mm)
Do = diameter benda uji mula-mula (mm)
Lo = panjang benda uji mula-mula (mm)
BAB III
METODOLOGI
3.1 DIAGRAM ALIR

MULAI

PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN

TIDAK
OK

YA

UJI TARIK

PENGAMBILAN
DATA

ANALISA DAN
PEMBAHASAN

SELESAI

Gambar 3.1 Diagram alir


3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
a.mesin uji
mesin uji yang digunakan seperti pada gambar dibawah ini

spesifikasi:
type:9501
volt:360 v
cap:500 th
acccy
nm:1500
datc:2009.10
Gamabar 3.2 mesin uji

b.Jangka sorong
Digunakan untuk mengukur spesimen

Gambar 3.3 jangka sorong

c.Penggaris
Digunakan untuk mengukur panjang specimen

Gambar 3.4 Penggaris


3.22 Bahan
a.Spesimen
Spesimen yang digunakan tampak seperti gambar dibawah ini

Gambar 3.5 spesimen

3.3 prosedur pratikum


a.Ukur dimensi specimen mengunakan jangka sorong

Gambar 3.6 Pengukuran dimensi specimen


b.Hidupkan alat atau mesin uji tarik dengan cara tekan tobol stard

hhhhhhhh

Gambar 3.7 menghidupkan mesin uji

c.Tekan tombol hidrolik pump,untuk mengerakan rahang bawah


mesin uji

Gambar 3.8 tombol hidrolik pump

d.Tekan tombol up untuk menahan rahang bawah ,tekan tombol down


untuk menurunkan rahang bawah.

Gambar 3.9 tombol up


e.Kunci lenggan bawah specimen

Gambar 3.10 penguncian spesimen

f.untuk mengunci bagian bawah tekan tombol down untuk


menurunkan rahang sambil putar tuas sampai betul-betul terkunci

Gambar 3.11 penguncian specimen

g.Lakukan proses penarikan pada specimen dengan cara tekan tombol


down hingga benda uji putus

Gambar 3.12 spesimen patah

h.Analisa patahan yang terjadi pada spesimen

Gambar 3.13 patahan spesimen


3.4 Prosedur Pengujian

a.Hidupkan alat atau mesin uji tarik dengan cara tekan tobol stard

hhhhhhhh

Gambar 3.7 menghidupkan mesin uji

b.Tekan tombol hidrolik pump,untuk mengerakan rahang bawah


mesin uji

Gambar 3.8 tombol hidrolik pump

c.Tekan tombol up untuk menahan rahang bawah ,tekan tombol down


untuk menurunkan rahang bawah.

Gambar 3.9 tombol up


d.Kunci lenggan bawah specimen

Gambar 3.10 penguncian spesimen

e.untuk mengunci bagian bawah tekan tombol down untuk


menurunkan rahang sambil putar tuas sampai betul-betul terkunci

Gambar 3.11 penguncian specimen

f.Lakukan proses penarikan pada specimen dengan cara tekan tombol


down hingga benda uji putus

Gambar 3.12 spesimen patah


g.Analisa patahan yang terjadi pada spesimen

Gambar 3.13 patahan specimen


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Hasil pengujian
Adapun hasil dari pengujian tarik dapat dilihat pada table 4.1

N L0(m A0(m A1(m D1(


D0(mm) L1(mm)
O m) m) m) mm)

1 6.05 77.60 89.60 28.73 14.51 4.30

4.1.2
3,14.𝑑0²
A0= 4
3,14.(6,05𝑚𝑚)²
= 4
= 28,73 mm²

3,14.𝑑1²
A1= 4
3,14.(4.30𝑚𝑚)²
= 4
58.05 𝑚𝑚²
= 4
= 14.51 mm²

𝑚𝑚−𝑚𝑚
Ɛ = x 100 %
𝑚𝑚
89.60−77.6
= x 100 %
77.6
= 15 %
4.2 Pembahasan
Dari pratikum uji tarik yang dilakukan dapat diketahui sebagai
berikut:
Pengujian tarik dilakukan untuk mengukur ketahanan suatu
material terhadap gaya yang yang diberikan secara lambat.
Dari pengukuran specimen baja yang digunakan baja standard
ASTM didapatkan diameter awal (D0) 6.05 mm,kemudian setelah
dilakukan pengujian tarik diameter specimen berkurang yaitu 4.30
mm.
Hal ini disebabkan penanmpang mengalami pengecilan atau
necking.
Panjang specimen sebelum di uji tarik yaitu 7,3 mmsetelah
diuji tarik sampai specimen putus maka panjangnyabertambah
sampai 81 mm.dari pengujian ini akan diketahui regangan dan
tegangan yang dialami specimen itu putus,saat diuji tarik specimen
akan bertambah panjang dan terjadi putusnya specimen pada
specimen akan terlihat keuletan dan kekuatan tariknya setelah
specimen itu putus.
Saat di uji tarik specimen akan bertambah panjang dan terjadi
putusnya specimen.Adapun hasil dari pengujian tarik adalah
sebagai berikut:
D0 =6.05mm
D1=4.30mm
L0=77.60mm
L1=89.60mm
A1=14.51mm
Dapat mengetahui fenomena-fenomena yang terjadi semakin
besar regangan maka semakin ulet suatu material ,dan sebaliknya
jika regangan kecil maka material akan semakin getas namun
demikian pada pengujian uji tarik patahan berwarna mengkilap
sehinggga dapat disebut patah getas
BAB IV
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan uji tarik maka dapat didapatkan
nilai :
D0 =6.05mm
D1=4.30mm
L0=77.60mm
L1=89.60mm
A1=14.51mm
Tegangan yang terjadi perbandingan antara beban yang
diberikan dengan besaarnya luas penampang pada beban
tersebut,fenomena yang terjadi pada saat pengujian specimen
dengan uji tarik adalah Elastisitas,Plastisitas,Fenomena
luluh,Pengecilan penampang,dan pengecilan titik putus.

1.2 Saran
-Sebelum pratikum hendaknya pratikan belajar terlebih dahulu
-saat pratikum pratikan harus memperhatikan keselamatan
-pada saat pratikum pratikan harus sungguh-sungguh
DAFTAR PUSTAKA

Hestiawan.Hendri.2010.Modul Praktikum Material Teknik.Universitas


Bengkulu.
Politeknik Manufaktur Negeri Bandung.2010.Makalah Pengetahuan Bahan
.Uji Tarik dan Uji Impack.http:/www.polman.com.16 November 2010.
Santoso.Budi.2010.Laporan Prktikum Uji Tarik.http:/www.script.com.16
November 2010
LAMPIRAN
MESIN UJI

Pengukuran dimensi specimen

menghidupkan mesin uji


tombol hidrolik pump

tombol up

penguncian spesimen

penguncian specimen

patahan spesimen

Vous aimerez peut-être aussi