Vous êtes sur la page 1sur 13

58

6.2 Pembahasan Hasil Penelitian

1. Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Siswa/i Kelas VII

SMP Negeri 2 Sekayu Tahun 2015

Berdasarkan hasil penelitian, status gizi siswa/i kelas VII SMP

Negeri 2 Sekayu dikategorikan menjadi status gizi kurus dan normal.

Dari hasil univariat menunjukkan bahwa sebagian besar responden

memiliki status gizi normal berjumlah 27 orang (67,5 %) dan responden

yang memiliki status gizi kurus berjumlah 13 orang (32,5 %).

Hasil analisa bivariat terhadap hubungan status gizi dengan

prestasi belajar siswa/i kelas VII SMP Negeri 2 Sekayu didapatkan hasil

bahwa sebagian besar responden memiliki status gizi normal dengan

prestasi belajar baik berjumlah 21 orang (77,8 %).

Berdasarkan uji korelasi Chi-Square yang dilakukan, didapat

nilai p value = 0,045, sehingga disimpulkan bahwa terdapat hubungan

yang signifikan antara status gizi dengan prestasi belajar siswa/i kelas

VII SMP Negeri 2 Sekayu.

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi

makanan dan penggunaan zat-zat gizi buruk, kurang baik, dan lebih

(Almatsier, 2010). Sedangkan menurut Mary (2011), Status gizi adalah

status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan

dan masukan nutrien.

Menurut almatsier (2010), rendahnya status gizi disebabkan oleh

penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung salah satunya


59

adalah konsumsi makanan yang kurang. Sedangkan penyebab tidak

langsung yang dominan meliputi tingkat ekonomi dan pendidikan gizi

yang kurang. Akibat status gizi yang kurang dapat menyebabkan

perkembangan otak yang tidak sempurna sehingga menyebabkan kognitif

dan kemampuan belajar terganggu.

Rendahnya status gizi dapat berpengaruh terhadap

perkembangan kecerdasan anak karena dapat menurunkan daya

konsentrasi anak dalam proses belajarnya (Syah, 2010). Kekurangan

maupun kelebihan zat-zat esensi gizi bisa mempengaruhi terjadinya

learning disabilities (gangguan belajar), bekerja kurang, kesakitan

sampai kematian. Masalah-masalah giz yang terjadi di Indonesia masih

sangat banyak antara lain kekurangan energy protein (KEP), anemia,

kurang vitamin A (KVA), gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY)

yang sangat mempengaruhi konsentrasi dan kemampuan belajar siswa

serta perkembangan kecerdasan anak (Depkes, 2010).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Fauzi (2011) mengenai hubungan status gizi dengan prestasi belajar pada

siswa/i SMP Negeri 22 Bandar Lampung hasil penelitian menjelaskan

bahwa status gizi siswa/i masuk dalam kategori normal yaitu berjumlah

66 orang (81,3 %), status gizi kurus berjumlah 20 orang (18,7 %) dan

status gizi siswa/i masuk dalam kategori baik yaitu berjumlah 81,3 % dan

dari hasil uji statistik terdapat hubungan yang bermakana antara status
60

gizi dengan prestasi belajar pada siswa/i SMP Negeri 22 Bandar

Lampung dengan nilai p value = 0,00.

Selanjutnya Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Nonce (2012) mengenai hubungan status gizi dengan

prestasi belajar pada siswa/i SD Negeri Malalayang Kecamatan

Malalayang Manado hasil penelitian menjelaskan bahwa status gizi

siswa/i masuk dalam kategori baik yaitu berjumlah 107 orang (50,5 %)

dan status gizi kurang berjumlah 105 orang (49,5 %) dan dari hasil uji

statistik terdapat hubungan yang bermakana antara status gizi dengan

prestasi belajar pada siswa/i SD Negeri Malalayang Kecamatan

Malalayang Manado dengan nilai p value = 0,00.

Oleh karena itu, Peneliti menyimpulkan bahwa status gizi

siswa/i yang baik (normal) dikarenakan responden sudah mengerti

pentingnya pola makan yang baik, mengkonsumsi makanan dan

minuman yang mengandung zat gizi yang tinggi serta kebiasaan sarapan

pagi yang baik. Status gizi siswa/i harus baik karena jika status gizi

siswa/i yang kurang akan menyebabkan keadaan kesehatan jasmani yang

bermanifestasi pada kelesuan, mengantuk dan cepat lelah. Kondisi tubuh

yang lemah apalagi disertai pusing kepala dapat menurunkan konsentrasi

belajar sehingga menurunkan kemampuan siswa/i dalam menyerap

informasi dan pengetahuan dari materi yang disampaikan dan dipelajari.

Untuk mempertahankan kondisi jasmani yang sehat, siswa/i dianjurkan


61

untuk mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung zat gizi

baik (4 sehat 5 sempurna).

2. Hubungan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa/i Kelas

VII SMP Negeri 2 Sekayu Tahun 2015

Berdasarkan hasil penelitian, motivasi belajar pada siswa/i kelas

VII SMP Negeri 2 Sekayu dikategorikan menjadi motivasi belajar rendah

dan tinggi. Dari hasil univariat didapatkan bahwa sebagian besar

responden memiliki motivasi belajar yang tinggi berjumlah 29 orang

(72,5 %). Sedangkan responden yang memiliki motivasi belajar rendah

berjumlah 11 orang (27,5 %).

Hasil analisa bivariat terhadap hubungan motivasi belajar

dengan prestasi belajar siswa/i kelas VII SMP Negeri 2 Sekayu

didapatkan hasil bahwa responden sebagian besar responden memiliki

motivasi belajar tinggi dengan prestasi belajar baik berjumlah 23 orang

(76,7 %).

Berdasarkan uji korelasi Chi-Square yang dilakukan, didapat

nilai p value = 0,032, sehingga disimpulkan bahwa terdapat hubungan

yang signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa/i

kelas VII SMP Negeri 2 Sekayu.

Motivasi ialah keadaan internal organisme baik manusia ataupun

hewan-hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam

pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk


62

bertingkah laku secara terarah. (Gheitman, 1986; Reber, 1988 dalam

Syah, 2010).

Wlodkowski dan janea dalam Asril 2011 menambahkan bahwa

motivasi belajar juga memiliki pengaruh pada prestasi belajar.

Menurutnya Motivasi ialah daya pendorong, keinginan, hasrat sesorang

untuk melakukan, memberikan arah dalam belajar sehingga tujuan

belajar dapat tercapai. Seseorang termotivasi untuk melakukan sesuatu

karena memiliki harapan tertentu, artinya seseorang dengan motivasi

tinggi cenderung lebih mudah dalam belajar dan hasilnya pun cenderung

baik. Sedangkan seseorang dengan motivasi rendah cenderung kesulitan

dalam transfer belajar dan hasilnya pun cenderung kurang bagus.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Rizky (2009) mengenai hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi

belajar pada siswa/i SMP Muhammadiyah 1 Medan menjelaskan bahwa

motivasi belajar siswa/i masuk dalam kategori tinggi yaitu berjumlah 54

orang (61,5 %) dan kategori rendah yaitu berjumlah 27 orang (38,5 %)

dan prestasi belajar siswa/i masuk dalam kategori baik yaitu berjumlah

61,5 % dan dari hasil uji statistik terdapat hubungan yang bermakana

antara motivasi belajar dengan prestasi belajar pada siswa/i SMP

Muhammadiyah 1 Medan dengan nilai p=0,003.

Selanjutnya Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Atik (2013) mengenai hubungan antara minat masuk

jurusan DIII Kebidanan dan motivasi belajar dengan prestasi belajar


63

mahasiswa Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali menjelaskan

bahwa motivasi belajar mahasiswa masuk dalam kategori tinggi

berjumlah 46 orang (55,4 %) dan kategori rendah berjumlah 37 orang

(44,6 %) dan prestasi belajar mahasiswa masuk dalam kategori baik yaitu

berjumlah 51 orang (61,4 %) dari hasil uji statistik terdapat hubungan

yang bermakana antara minat masuk jurusan DIII Kebidanan dan

motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa Akademi Kebidanan

Estu Utomo Boyolali dengan nilai p=0,000.

Peneliti menyimpulkan bahwa motivasi belajar siswa/i yang

tinggi dikarenakan adanya dorongan yang kuat dalam diri individu itu

sendiri untuk belajar, mengulang kembali pelajaran yang telah diberikan

dan keinginan untuk berprestasi serta membanggakan orangtua. Siswa/i

yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan memperoleh prestasi

belajar yang baik atau memuaskan. Begitupun sebaliknya siswa/i yang

memiliki motivasi belajar yang rendah akan memperoleh prestasi belajar

yang cukup atau kurang memuaskan. Motivasi atau dorongan yang kuat

dalam belajar sangat diperlukan siswa. Hai ini memberikan semangat

belajar untuk lebih memahami dan menerima informasi serta ilmu dari

pelajaran yang dipelajari di sekolah sehingga siswa/i bisa mendapatkan

prestasi belajar yang baik.


64

3. Hubungan Minat Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa/i Kelas VII

SMP Negeri 2 Sekayu Tahun 2015

Berdasarkan hasil penelitian, minat belajar pada siswa/i kelas

VII SMP Negeri 2 Sekayu dikategorikan menjadi minat belajar rendah

dan tinggi. Dari hasil univariat didapatkan bahwa sebagian besar

responden memiliki minat belajar yang tinggi berjumlah 25 orang (72,5

%). Sedangkan responden yang memiliki minat belajar rendah berjumlah

15 orang (27,5 %).

Hasil analisa bivariat terhadap hubungan minat belajar dengan

prestasi belajar siswa/i kelas VII SMP Negeri 2 Sekayu didapatkan hasil

bahwa sebagian besar responden memiliki motivasi belajar tinggi dengan

prestasi belajar baik berjumlah 20 orang (80 %).

Berdasarkan uji korelasi Chi-Square yang dilakukan, didapat

yaitu nilai p value = 0,029, sehingga disimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara minat belajar dengan prestasi belajar

siswa/i kelas VII SMP Negeri 2 Sekayu.

Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan

kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.

Minat seperti yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat

mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-

bidang studi tertentu. Seorang siswa yang menaruh minat besar ke

pelajaran tertentu akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada

siswa lainnya (Syah, 2010).


65

Menurut Slamento (2010), minat belajar besar pengaruhnya

terhadap prestasi belajar karena jika bahan pelajaran tidak sesuai dengan

minat siswa, siswa tidak akan belajar sebaik-baiknya. Siswa akan segan

untuk belajar dan tidak memperoleh kepuasaan dari pelajaran itu. Minat

merupakan bentuk sikap ketertarikan atau sepenuhnya terlibat dengan

suatu kegiatan karena menyadari begitu pentingnya atau bernilai kegiatan

tersebut. Dengan tumbuhnya minat dalam diri seseorang akan melahirkan

perhatian untuk melakukan sesuatu dengan tekun dalam jangka waktu

yang lama, lebih berkonsentrasi, mudah mengingat dan tidak mudah

bosan dengan apa yang dipelajari. Kegiatan belajar mengajar dapat

berjalan dengan baik apabila siswa memiliki minat belajar yang besar.

Siswa yang tidak memiliki minat belajar akan merasa malas dan tidak

semangat dalam mengikuti belajar dan akhirnya akan berpengaruh pada

prestasi belajarnya.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Erin (2013) mengenai hubungan antara minat belajar dengan prestasi

belajar pada siswa/i kelas XI IPS SMA Surakarta menjelaskan bahwa

minat belajar siswa/i dalam kategori tinggi berjumlah 65 orang (70,6 %)

dan kategori rendah berjumlah 27 orang (29,4 %) dan minat belajar

siswa/i mempengaruhi prestasi belajar sebanyak 22,8 % dan dari hasil uji

statistik terdapat hubungan yang bermakana antara minat belajar dengan

prestasi belajar pada siswa/i kelas XI IPS SMA Surakarta dengan nilai

p=0,000.
66

Selanjutnya penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Puspita (2008) mengenai hubungan antara minat belajar

dengan prestasi belajar siswa kelas X pada Mata Diklat Gambar Proyeksi

Bangunan Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 6

Malang menjelaskan bahwa minat belajar siswa/i dalam kategori tinggi

berjumlah 30 orang (41,7 %), kategori sedang berjumlah 39 siswa (54,2

%) dan kategori rendah berjumlah 3 orang (4,2 %) dan minat belajar

siswa/i mempengaruhi prestasi belajar sebanyak 71,67 % dan dari hasil

uji statistik terdapat hubungan yang bermakana antara minat belajar

dengan prestasi belajar siswa kelas X pada Mata Diklat Gambar Proyeksi

Bangunan Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 6

Malang dengan nilai p=0,02.

Peneliti menyimpulkan bahwa minat belajar siswa/i yang tinggi

dikarenakan siswa/i tertarik dengan metode belajar yang diberikan oleh

guru dan pada pelajaran yang dipelajari disekolah.

Hal ini menunjukkan bahwa untuk mencapai prestasi belajar

yang baik, maka siswa harus memiliki minat belajar yang tinggi. Minat

merupakan kekuatan yang ada didalam diri siswa yang dapat

mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Dengan adanya minat

yang tinggi terhadap pelajaran yang diberikan disekolah akan membuat

siswa lebih tekun dalam mempelajari pelajaran-pelajaran tersebut.

Apabila siswa/i tidak mempunyai minat yang tinggi maka

mereka pun akan malas belajar dan akan berdampak pada prestasi
67

belajarnya. Oleh karena itu, untuk memperoleh prestasi belajar yang

baik, siswa diharapkan mampu menumbuhkan minat belajarnya secara

optimal.

4. Hubungan Peran Keluarga dalam belajar dengan Prestasi Belajar

Siswa/i Kelas VII SMP Negeri 2 Sekayu Tahun 2015

Berdasarkan hasil penelitian, peran kelurga dalam belajar belajar

pada siswa/i kelas VII SMP Negeri 2 Sekayu dikategorikan menjadi

peran keluarga rendah dan tinggi. Dari hasil univariat didapatkan bahwa

sebagian besar responden memiliki peran keluarga yang tinggi dalam

belajar berjumlah 28 orang (70 %). Sedangkan responden yang memiliki

peran keluarga yang rendah berjumlah 12 orang (30 %).

Hasil analisa bivariat terhadap hubungan peran keluarga dalam

belajar dengan prestasi belajar siswa/i kelas VII SMP Negeri 2 Sekayu

didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden memiliki peran

keluarga dalam belajar tinggi dengan prestasi belajar baik berjumlah 22

orang (55 %).

Berdasarkan uji korelasi Chi-Square yang dilakukan, didapat

yaitu nilai p value = 0,022, sehingga disimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara peran keluarga dengan prestasi belajar

siswa/i kelas VII SMP Negeri 2 Sekayu.

Pengertian peran keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah tanggapan murid atas perhatian yang diberikan oleh keluarga


68

terhadap pendidikan anaknya yaitu tanggapan tentang bagaimana cara

keluarga menyediakan fasilitas yang mendukung proses belajar,

memberikan bimbingan belajar di rumah, memberikan dorongan untuk

belajar, memberikan pengawasan dan memberikan pengarahan

pentingnya belajar.

Perhatian orangtua dengan penuh kasih sayang terhadap

pendidikan anaknya akan menumbuhkan aktivitas anak sebagai suatu

potensi yang sangat berharga untuk menghadapi masa depan. Orang tua

yang selalu berperan aktif dalam pendidikan anaknya serta memiliki

tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan mengasuh anaknya dengan

lebih terbuka dan tidak hanya menekan anaknya untuk mendapatkan

prestasi yang baik tetapi lebih memberikan arahan pada anak agar dapat

mencapai prestasi yang baik (Tongkalog, 2012).

Contoh kebiasaan yang diterapkan orangtua siswa dalam

mengelola keluarga (family management practices) yang keliru, seperti

kelalaian orangtua dalam memonitor kegiatan anak, dapat menimbulkan

dampak lebih buruk lagi. Dalam hal ini bukan hanya anak tidak mau

belajar melainkan ia juga cenderung berprilaku menyimpang, terutama

penyimpangan perilaku berat seperti antisosial.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Nadharatunna (2014) mengenai hubungan antara peran keluarga dengan

prestasi belajar pada siswa/i kelas V dan VI SD Negeri 108 Taulan

Makasar menjelaskan bahwa siswa/i dengan peran keluarga yang baik


69

berjumlah 27 orang (61,4 %) dan kurang berjumlah 17 orang (38,6 %)

dan siswa/i dengan peran keluarga yang baik dan prestasi belajar yang

baik sebanyak 45,5 % dan dari hasil uji statistik terdapat hubungan yang

bermakana antara peran keluarga dengan prestasi belajar pada siswa/i

kelas V dan VI SD Negeri 108 Taulan Makasar dengan nilai p=0,001.

Selanjutnya Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Eka Jumiati (2010) mengenai hubungan antara Perhatian

orangtua dan minat belajar dengan prestasi belajar siswa/i kelas VIII C

dan VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta menjelaskan bahwa dari

hasil uji statistik terdapat hubungan yang bermakana antara Perhatian

orangtua dengan prestasi belajar siswa/i kelas VIII C dan VIII D SMP

Pangudi Luhur 1 Yogyakarta dengan nilai p=0,000.

Peneliti menyimpulkan bahwa perhatian keluarga khususnya

orangtua dalam proses belajar atau pendidikan anaknya akan

menumbuhkan keinginan anak untuk belajar secara giat dan disiplin guna

mencapai prestai belajar yang baik.

Siswa/i yang memiliki keluarga yang berperan tinggi dalam

proses belajarnya seperti memberikan bantuan jika anak mengalami

kesulitan dalam belajar, semangat serta memenuhi kebutuhan belajar

mereka akan memiliki prestasi belajar yang baik. Sebaliknya keluarga

yang kurang memberikan perhatian kepada pendidikan anak-anaknya

seperti tidak memperhatikan dan memenuhi kebutuhan dalam belajar,

tidak mengatur waktu belajar, tidak mau tahu bagaimana kemajuan


70

belajar anaknya, tidak memahami kesulitan yang dialaminya dalam

belajar akan menyebabkan anaknya kesulitan dalam belajar dan

berpengaruh pada prestasi belajarnya.

Vous aimerez peut-être aussi