Vous êtes sur la page 1sur 4

C.

Pola makan

Pola makan adalah cara seseorang atau sekelompok orang yang memilih dan memakan
makanan sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, budaya dan sosial.
Sehingga kajian yang mempengaruhi pola makan dapat meliputi kegiatan dalam memilih
pangan, cara memperoleh, menyimpan dan beberapa yang dimakan dan sebagainya
(Koesmardini, 2006).

Uripi (2002) dalam Wahyu, Dewi (2015) pola makan terdiri dari frekuensi makan, jenis
makanan dan porsi makan.Namun dalam pembahasan ini hanya meliputi pada frekuensi/jadwal
makan dan jenis makan.Dalam penelitian yang dilakukan oleh Pasaribu (2014) dan Okviani
(2011) mengatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara porsi makan dengan
gastritis.
1. Frekuensi makan
Frekuensi makan merupakan seringnya seseorang melakukan kegiatan makan dalam
sehari baik makanan utama maupun makanan selingan. Menurut Hudha (2006) frekuensi
makan dikatan baik bila frekuensi makan setiap harinya 3 kali makanan utama atau 2 kali
makanan utama dengan 1 kali makanan selingan, dan dinilai kurang baik bila frekuensi
makan setiap harinya 2 kali makan utama atau kurang. Pada umumnya setiap orang
melakukan makanan utama 3 kali, yaitu makan pagi, makan siang, dan makan
malam atau sore.Ketiga waktu makan tersebut yang paling penting adalah makan pagi,
sebab dapat membekali tubuh dengan berbagai zat makanan terutama kalori dan protein
berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan remaja. Selain itu, di pagi hari kebutuhan
kalori seseorang cukup banyak sehingga bila tidak sarapan, maka lambung akan lebih
banyak memproduksi asam (Putheran, 2011 dalam Dwigint, 2015).
Pada remaja dengan kebiasaan makan yang tidak teratur dengan jeda waktu makan
yang terlalu lama (frekuensi makan kurang dari tiga kali dalam sehari) akan
menyebabkan terjadinya maag. Jeda antara waktu makan merupakan penentuan pengisian
dan pengosongan lambung.Jeda waktu makan yang baik yaitu berkisar antara 4-5 jam.
Kerja lambung akan meningkat pada pagi hari, yaitu jam 07.00-09.00. ketika siang hari
berada dalam kondisi normal dan melemah pada waktu malam hari jam 19.00-21.00 WIB
(Sherwood, 2012).
Makan teratur dapat membuat alat pencernaan bekerja secara teratur. Agar
pencernaan efisien ia harus bekerja secara wajar dan alamiah, artinya pola makan harus
sesuai dengan siklus penccernaan dan kemampuan fungsi penccernaan. Adapun siklus
pencernaan, yaitu:
a. Siklus pencernaan (12 siang-8 malam) merupakan saat yang tepat
untuk mengkonsumsi makanan padat karena siklus pencernaan bekerja lebih aktif.
Setelah pukul 8-9 malam sebaiknya tidak makan- makanan padat karena lambung
tidak boleh sesak dengan makanan pada saat tidur.
b. Siklus penyerapan (8 malam-4 pagi) pada saat tubuh dan fikiran kita sedang
istirahat total atau tidur, tubuh mulai menyerap atau mengasimilasi, dan
mengedarkan zat makanan. Kurang tidur atau makan larut malam akan
memboroskan energi dan mengganggu aktivitas siklus ini.
c. Siklus pembuangan (4 pagi-12 siang) secara intensif tubuh mulai melakukan
pembuangan sisa-sisa makanan dan sisa-sisa metabolisme.

Siklus ini paling banyak memakai energi. Selagi siklus ini berjalan sebaiknya tidak
mengkonsumsi makanan berat atau padat karena menurunkan intensitas proses pembuangan,
memperlambat proses pencernaan, dan memboroskan energy (Andang, 2001) dalam
(Ginting, 2008).

Tabel 2. Pembagian Waktu Makan


Waktu Jam
makan
Makan pagi 07.00
Snack pagi 10.00
Makan siang 13.00
Snack siang 16.00
Makan 19.00
malam

Makan tepat waktu merujuk pada konsep tiga kali makan dalam sehari ialah sarapan,
makan siang, dan makan malam.Dalam memulai makan, janganlah makan setelah benar-benar
lapar. Atur waktu makan seperti sarapan pada jam 06.00-08.00, makan siang pada jam 12.00-
13.00, dan makan malam antara jam 18.00-20.00 (Tilong, 2014). Menurut Warmbrand (2000)
pola makan yang baik adalah dengan memulai sarapan pagi sebelum beraktivitas, makan siang
sebelum ada rangsangan lapar dan makan malam sebelum tidur.

2. Jenis makanan
Jenis makanan yang dikonsumsi remaja dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu
makanan utama dan makanan selingan.Makanan utama adalah makanan yang dikonsumsi
seseorang berupa makan pagi, makan siang, dan makan malam yang terdiri dari makanan
pokok, lauk-pauk, sayur, buah dan minuman.
Makanan pokok adalah makanan yang dianggap memegang peranan penting dalam
susunan hidangan.P ada umumnya makanan pokok berfungsi sebagai sumber energy
(kalori) dalam tuuh dan memberikan rasa kenyang (Sediaotama, 2004). Makanan pokok
yang biasa dikonsumsi yaitu nasi, roti, dan mie atau bihun.
Beberapa jenis minuman dan makanan yang kurang baik untuk dikonsumsi dan dapat
menyebabkan kerusakan ketahanan selaput lambung adalah sebagai berikut Abata
(2014):
a. Minuman yang merangsang pengeluaran asam lambung antara lain: kopi, anggur
putih, sari buah sitrus, dan susu.
b. Makanan yang sangat asam atau pedas seperti cuka, cabai, dan merica (makanan
yang merangsang perut dan dapat merusak dinding lambung).
c. Makanan yang sulit dicerna dan dapat memperlambat pengosongan lambung.
Karena hal ini dapat menyebabkan peningkatan peregangan di lambung yang
akhirnya dapat meningkatkan asam lambung antara lain makanan berlemak, kue
tar, coklat dan keju.
d. Makanan yang melemahkan klep kerongkongan bawah sehingga menyebabkan
cairan lambung dapat naik ke kerongkongan seperti alcohol, coklat, makanan
tinggi lemak, dan gorengan.
e. Makanan dan minuman yang banyak mengandung gas dan juga yang terlalu
banyak serat, antara lain: sayur-sayuran tertentu seperti sawi dan kol; buah-buahan
tertentu seperti nangka dan pisang ambon; makanan yang berserat tinggi seperti
kedongdong dan buah yang dikeringkan; minuman yang mengandung
banyak gas (seperti minuman bersoda).
f. Kegiatan yang dapat meningkatkan gas di dalam lambung juga harus dihindari,
antara lain makan permen karet khususnya permen karet serta merokok

Vous aimerez peut-être aussi