Vous êtes sur la page 1sur 28

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Anemia adalah salah satu penyakit yang sering diderita masyarakat, baik
anak-anak, remaja usia subur, ibu hamil ataupun orang tua. Penyebabnya
sangat beragam, dari yang karena perdarahan, kekurangan zat besi, asam folat,
vitamin B12, sampai kelainan hemolitik.
Anemia bukan suatu penyakit tertentu, tetapi cerminan perubahan
patofisiologik yang mendasar yang diuraikan melalui anamnesis yang seksama,
pemeriksaan fisik, dan konfirmasi laboratorium (Baldy, 2006).
Anemia merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat dunia yang
mempengaruhi negara maju dan negara berkembang. Anemia memiliki
dampak yang besar terhadap kesehatan masyarakat, begitu juga pada
perkembangan sosial dan ekonomi. Anemia terjadi di setiap tahap siklus
hidup manusia, di mana satu dari empat orang di dunia menderita anemia.
Risiko tertinggi anemia terdapat pada anak-anak yang belum bersekolah
(0-4,99 tahun) dan ibu hamil (World Health Organization, 2008).
Pada tahun 2002, anemia defisiensi besi telah dipertimbangkan sebagai
faktor kontribusi beban penyakit dunia yang paling penting (World Health
Organization, 2008). Anemia defisiensi besi merupakan tipe anemia paling
umum pada kehamilan, terutama di negara berkembang. Menurut Scholl dkk.
(1992), ibu dengan anemia defisiensi besi memiliki resiko tiga kali lebih
besar untuk melahiran BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah). Selain itu, Sakande
dkk. (2004) menyatakan bahwa keadaan defisiensi besi yang berat pada ibu
telah menunjukkan dampak buruk pada kadar besi bayi baru lahir, dan
selanjutnya mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya
(Emamghorashi dan Heidari, 2004).
2. Rumusan Masalah
1. Bagaiamana fokus pengkajian pada pasien anemia?
2. Apa saja prioritas masalah keperawatan pada pasien anemia?
3. Bagaimana perencanaan keperawatan pada pasien anemia?
4. Bagaimana fokus perawatan pada pasien anemia?
5. Bagaimana indikator/evaluasi keberhasilan perawatan pada pasien
anemia?
3. Tujuan
1. Mengetahui fokus pengkajian dari penyebab, tanda gejala, pemeriksaan
lab.
2. Mengetahui prioritas masalah keperawatan pada pasien anemia.
3. Mengetahui perencanaan keperawatan pada pasien anemia.
4. Mengetahui fokus perawatan pasien transfusi darah, pengaturan diet dan
obat-obatan.
5. Mengetahui indikator/evaluasi keberhasilan perawatan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan


komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan
untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan
kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).

Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah
dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 :
935).

Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah,
kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100
ml darah (Price, 2006 : 256). Dengan demikian anemia bukan merupakan
suatu diagnosis atau penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan
suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan patotisiologis yang
mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik
dan informasi laboratorium.

B. Etiologi

Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang


diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam
folat. Selebihnya merupakan akibat dari beragam kondisi seperti perdarahan,
kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya. Secara
fisiologis anemia dapat terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hb untuk
mengangkut O2 kejaringan. Akibat produksi sel darah merah tidak mencukupi.
Akibat sel darah merah prematur atau penghancuran sel darah merah yang
berlebihan. Kehilangan darah misalnya perdarahan pada waktu melahirkan.
Kekurangan nutrisi misalnya tidak tercukupi kandungan unsur besi dalam
menu sehari-hari dan banyaknya zat besi keluar melalui perdarahan. Penyakit
kronik terjadi karna turunnya produksi sel darah merah dan adanya penyekat
pada penggunaan zat besi o/ sel steroid.misalnya pada penyakit TBC yaitu
biasanya pada paru dan tulang biasanya berbentuk benjolan kecil.

Menurut Badan POM (2011), Penyebab anemia yaitu:

1. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12,


asam folat, vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk
pembentukan sel darah merah.

2. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan


terkena anemia karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya
banyak dan dia tidak memiliki cukup persediaan zat besi.

3. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin


menyerap zat besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.

4. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus


di saluran pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat
menyebabkan anemia.

5. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan


lambung (aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan
masalah dalam penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil KB,
antiarthritis, dll).

6. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini


dapat menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan
vitamin B12.

7. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal,


masalah pada kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya
dapat menyebabkan anemia karena mempengaruhi proses pembentukan sel
darah merah.

8. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang,


malaria, atau disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.

Klasifikasi Haemoglobin (Hb) Normal menurut WHO:

Berlaku untuk orang yang tinggal ditempat ketinggian sejajar dengan


permukaan laut. Semakin tinggi tempat tinggal, kadar oksigen pada tempat itu
semakin rendah, maka standar kadar Hb lebih tinggi.

1. Laki-laki dewasa: <13 g/dl

2. Perempuan dewasa: <12 g/dl

3. Wanita hamil: <11 g/dl

4. Anak (6 tahun - 12 tahun): <12 g/dl

5. Balita (6 bulan - 5 tahun): <11 g/dl

Klasifikasi Derajat Anemia menurut WHO:

Klasifikasi Derajat Anemia Menurut WHO yang dikutip dalam buku


Handayani W, dan Haribowo A S, (2008) :

1. Ringan sekali Hb 10,00 gr% -13,00 gr%


2. Ringan Hb 8,00 gr% -9,90 gr%
3. Sedang Hb 6,00 gr% -7,90 gr%
4. Berat Hb < 6,00 gr%

C. Patofisiologi

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang


atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan
sum-sum tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi
tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah
merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus
yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak
sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor
diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.

Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik
atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai
hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan
masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah
(hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma
(konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan
ikterik pada sclera.

Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya


kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah
membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini
kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat
kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel
bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang
memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa
diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).
4. Pathway

- Agen Neoplastik - Ekimosis


- Epitaksis
- Radiasi
- Perdarahan
- Obat-obatan
Saluran cerna
- Infeksi - Perdarahan
- Bahan Kimia saluran Kemih
- Perdarahan
cerebla

Gangguan Hemapotik

Leukopenia Eritropetik trombositopenia

Depresi Sistem Imun Anemia Hb turun


Kompensasi jantung

Pertahanan Sekunder Aliran Darah Perifer Oksihemoglobin Turun


terganggau Menurun

Perfusi jaringan tidak efektif


Resiko Infeksi
v Penurunan Transport O2
kejaringan
Kompensasi jantung
Hipoksia, Pucat
Metabolisme Aerob
Turun, Anaerob Naik Reepirasi meningkat,
Intoleransi Aktivitas nadi meningkat

Resiko Jatuh, Resiko Kelemahan,


Cedera Defisit Perawatan Diri keletihan

cardiomegali Gagal
jantung

Pola napas tidak efektif

Gangguan pertukaran Gas


5. Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah
disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:
a. Anemia aplastic
1) Penyebab:
 agen neoplastik/sitoplastik
 terapi radiasi
 antibiotic tertentu
 obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason
 benzene
 infeksi virus (khususnya hepatitis)

Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang

Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)

Hambatan humoral/seluler

Gangguan sel induk di sumsum tulang

Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai

Pansitopenia

Anemia aplastik
2) Gejala-gejala:
 Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
 Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan
saluran cerna, perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan
saraf pusat.
 Morfologis: anemia normositik normokromik
b. Anemia pada penyakit ginjal
Gejala-gejala:
 Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
 Hematokrit turun 20-30%
 Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi

Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah


merah maupun defisiensi eritopoitin

c. Anemia pada penyakit kronis


Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan
anemia jenis normositik normokromik (sel darah merah dengan
ukuran dan warna yang normal). Kelainan ini meliputi artristis
rematoid, abses paru, osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai
keganasan
d. Anemia defisiensi besi
1) Penyebab:
 Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil,
menstruasi
 Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
 Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis,
varises oesophagus, hemoroid, dll.)

gangguan eritropoesis


Absorbsi besi dari usus kurang

sel darah merah sedikit (jumlah kurang)

sel darah merah miskin hemoglobin

Anemia defisiensi besi

2) Gejala-gejalanya:
 Atropi papilla lidah
 Lidah pucat, merah, meradang
 Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
 Morfologi: anemia mikrositik hipokromik
e. Anemia megaloblastik
Penyebab:
Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor
Infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen
kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan ikan segar yang
terinfeksi, pecandu alkohol.

Sintesis DNA terganggu

Gangguan maturasi inti sel darah merah

Megaloblas (eritroblas yang besar)


Eritrosit immatur dan hipofungsi

2. Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah


disebabkan oleh destruksi sel darah merah:
 Pengaruh obat-obatan tertentu
 Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia
limfositik kronik
 Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
 Proses autoimun
 Reaksi transfusi
 Malaria

Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit

Antigesn pada eritrosit berubah

Dianggap benda asing oleh tubuh

sel darah merah dihancurkan oleh limposit

Anemia hemolisis

6. Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang.
Akibatnya, penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang
batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksisaluran napas,
jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih
kuat.P a d a k a s u s i b u h a m i l d e n g a n a n e m i a , j i k a l a m b a t
d i t a n g a n i d a n b e r k e l a n j u t a n d a p a t menyebabkan kematian, dan
berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah,anemia bisa
juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak ( Sumber :
Noer, Sjaifoellah. 1998. )

7. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti
darah yang hilang:
1. Anemia aplastik:
a. Transplantasi sumsum tulang
b. Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin
antitimosit(ATG)
2. Anemia pada penyakit ginjal
a. Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan
asam folat
b. Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan
penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan
kelainan yang mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk
membuat darah, sehingga Hb meningkat.
4. Anemia pada defisiensi besi
a. Dicari penyebab defisiensi besi
b. Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus
dan fumarat ferosus.
5. Anemia megaloblastik
a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12,
bila difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak
tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan
injeksi IM.
b. Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus
diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa
atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
c. Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan
penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan
gangguan absorbsi.
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Fokus Pengkajian
1. Penyebab Spesifik
Penyebab anemia sangat banyak, namun yang paling dapat dikelompokkan
dalam tiga mekanisme utama yang menghasilkan anemia:
a. kehilangan darah (perdarahan yang berlebihan)
b. produksi yang tidak memadai dari sel-sel darah merah
c. penghancuran berlebihan dari sel-sel darah merah

Contoh lebih spesifik penyebab anemia dapat dilihat pada tabel berikut:

Penyebab:

1) Perdarahan yang berlebihan dan kronis


 tumor kandung kemih
 Kanker pada saluran pencernaan
 perdarahan menstruasi yang berat
 Wasir
 tumor ginjal
 mimisan
 Polip di saluran pencernaan
 Borok di lambung atau usus kecil
2) Perdarahan yang berlebihan tiba-tiba
 Cedera
 Persalinan
 Sebuah pembuluh darah pecah
 Operasi
3) Penurunan produksi sel darah merah
 kekurangan zat besi
 Leukemia
 Kekurangan vitamin B12
 Kekurangan vitamin C
4) Peningkatan Kerusakan Sel darah Merah
 Reaksi autoimun terhadap sel darah merah
 Pembesaran limpa
 kekurangan Glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD)
 penyakit hemoglobin C
 penyakit Hemoglobin E
 penyakit Hemoglobin S-
 eliptositosis turun-temurun
 sferositosis herediter
 kerusakan mekanis sel darah merah

2. Tanda dan Gejala


Gejala anemia disebut juga sebagai sindrom anemia atau anemic syndrome.
Gejala umum anemia atau sindrom anemia adalah gejala yang timbul pada
semua jenis Anemia pada kadar hemoglobin yang sudah menurun
sedemikian rupa dibawah titik tertentu. Gejala ini timbul karena anoksia
organ target dan mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan
hemoglobin.
Terdapat tiga tanda-tanda Anemia secara umum menurut Kurniawan dkk,
1998 yaitu :
 Lesu, Lemah, Letih, Lelah, Lalai “5L”
 Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
 Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak
tangan menjadi pucat

Sementara gejala khas yang menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia
adalah sebagai berikut “Handayani dan Haribowo, 2008”:

 Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis.


 Anemia defisisensi asam folat: lidah merah “buffy tongue”
 Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali
 Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda infeksi.

3. Pemeriksaan Lab. Spesifik


Menurut Engram, 1999 : 430 pemeriksaan Lab. Spesifik pada anemia :
a. Jumlah darah lengkap (JLD) dibawah normal ( hemoglobin,
hematokrit dan SDM )
b. Feritin dan kadar besi serum rendah pada anemia defisit besi.
c. Kadar B12 serum rendah pada anemia perniosa.
d. Tes Comb direk positef menandakan anemia hemolitik autoimun.
e. Hemoglobin elektroforesis mengidentifikasi tipe hemoglobin abnormal
pada penyakit sel sabit.
f. Tes schiling digunakan untuk mendiagnosa defesiensi vitamin B12.

B. Prioritas masalah keperawatan pasien


1. Perubahan perfusi jaringan perifer
2. Intoleransi aktivitas
3. Defisit nutrisi
C. Fokus perawatan pasien
1. Transfusi darah
Transfusi darah dilakukan pada anemia berat dengan gejala sebagai
berikut:
a. Semua anak dengan kadar Ht ≤12% atau Hb ≤4 g/dl
b. Anak dengan anemia tidak berat (hematokrit 13-18% : Hb 4-6 g/dl)
dengan beberapa tampilan klinis berikut:
 Dehidrasi yang terlihat secara kelinis
 Syok
 Gangguan kesadaran
 Gagal jantung
 Pernafasan yang dalam dan berat
 Parasitemia malaria yang sangat tinggi (>10% sel merah
berparasit).
c. Jika komponen sel darah merah (PRC) tersedia, pemberian
10ml/kgBB selama 3-4 jam lebih baik daripada pemberian darah
utuh. Jika tidak tersedia, beri darah utuh segar (20ml/kgBB) dalam
3-4 jam.
d. Periksa frekuensi napas dan denyut nadi anak setiap 15 menit. Jika
salah satu diantaranya mengalami peningkatan, lambatkan transfusi.
Jika anak terlihat mengalami kelebihan cairan karena transfusi darah,
berikan furosemide 1-2 mh/kgBB IV, hingga jumlah total maksimal
20 mg.
e. Bila transfusi, kadar Hb masih tetap sama pada sebelumnya, ulangi
transfusi.
f. Pada anak dengan gizi buruk, kelebihan cairan merupakan
komplikasi yang umum terjadi dan serius. Berikan komponen sel
darah merah atau darah utuh, 10 ml/kgBB (bukan 20 ml/kgBB)
hanya sekali dan jangan ulangi transfusi.
2. Pengaturan diet dan obat-obatan
Berikut beberapa makanan yang harus ada dalam diet bagi penderita
anemia:
a. Kedelai
Kacang-kacangan adalah sumber zat besi yang baik, terutama kacang
kedelaijuga rendah lemak tapi tinggi protein sehingga bisa mencegah
anemia.
b. Roti gandum
Roti gandum adalah sumber zat besi yang baik
c. Telur
Satu butir telur mengandung 1mg zat besi serta antioksidan dan
protein yang tinggi. Jadi, telur dapat memenuhi kebutuhan vitamin
dalam tubuh yang hilang akibat anemia
d. Bayam
Sayuran hijau seperti bayam adalah sumber zat besi yang baik.
Selain itu, bayam juga mengandung serat, vitamin A, B9 , C dan E,
kalsium dan beta karoten yang penting untuk tubuh. Anda bisa
mengonsumsi bayam dalam bentuk salad atau sup.
Sayuran hijau lainnya yang bisa digunakan sebagai obat anemia yang
alami adalah selada, seledri, dan brokoli.
e. Tomat
Makanan yang kaya vitamin C seperti tomat juga dapat membantu
mengobati dan mencegah anemia. Pasalnya, vitamin C dapat
membantu tubuh menyerap zat besi.
f. Daging
Daging mengandung zat besi yang dapat meningkatkan hemoglobin.
Pengobatan yang harus diarahkan pada penderita anemia:
a. Transfusi darah
b. Kortikosteroid atau obat lain yang menekan sistem kekebalan tubuh.
c. Erythropoietin, obat yang membantu sumsum tulang membuat lebih
banyak sel darah.
d. Suplemen zat besi, vitamin B12, asam folat, atau vitamin dan
mineral lainnya.
D. Indikator/evaluasi keberhasilan perawatan
Evaluasi adalah perbandingan yang sistimik atau terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan
cara berkesinambungan, dengan malibatkan pasien, keluarga dan tenaga
kesehatan lainnya ( Lynda Juall Capenito, 1999 : 28 )
Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :
1. Infeksi tidak terjadi
2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
3. Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
4. Peningkatan perfusi jaringan
5. Dapat mempertahankan integritas kulit
6. Membuat/kembali pola normal dan fungsi usus.
7. Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic
dan rencana pengobatan.
E. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :
a. Data Demografi
Nama klien :
Umur :
Diagnosa medis :
Tanggal masuk :
Alamat :
Suku :
Agama :
Pekerjaan :
Status perkawinan :
Status pendidikan :
b. Riwayat Penyakit
1. Keluhan utama
Klien lemas
2. Riwayat penyakit sekarang
+ 4 hari yang lalu klien datang ke RSU Kudus dnegan keluhan
lemas BAB hitam cair oleh dokter disarankan untuk rawat inap
3. Riwayat penyakit yang lalu
Klien sudah pernah diobname di RS mardi rahayu 1x dengan
penyakit yang sama. (Anemia)
4. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga tidak ada yang menderita penyakit anemia, hipertensi,
DM, asma
5. pola fungsional menurut gordon
a. Pola persepsi kesehatan
Menurut klien kesehatan sangat penting dan berharga, jika
klien mengalami gangguan klien langsung berobat ke dokter
umum
b. Pola nutrisi
1. Sebelum sakit : Klien makan 3x sehari, makan nasi,
lauk, sayur, minum + 8 gelas (2000 cc) per hari
2. Selama sakit : Klien makan 3x sehari makan bubur,
minum 5 gelas (1250 cc)
c. Pola eliminasi
1. Sebelum sakit : Klien BAB 1x sehari dengan
konsistensi lembek warna kuning. Klien BAK 4-5 x
sehari dengan warna kuning jernih dan bau yang khas.
2. Selama sakit : Klien BAB 3x sehari dengan
konsistensi cair warna hitam. Klien BAK 4-5x sehari
dengan warna kuning jernih dan bau yang khas
3. Pola aktivitas dan latihan
1. Sebelum sakit : Sebelum sakit klien melakukan
aktivitas sehari-hari dengan mandiri
2. Selama sakit : Klien melakukan aktivitas dibantu
keluarga dan perawat
4. Pola kognitif
1. Sebelum sakit : Klien memandang kesehatan adalah
hal yang penting. Klien bisa berfikir dan bertindak dan
bisa menyelesaikan masalahnya.
2. Selama sakit : Klien masih bisa berpikir dan
mengambil keputusan jika ada sesuatu masalah klien
membicarakannya dengan perawat dan petugas Rumah
Sakit
5. Pola istirahat
1. Sebelum sakit : Klien tidur mulai jam
21.00-05.00 WIB
2. Selama sakit : Selama sakit klien tidur mulai
jam 21-00 sebentar-sebentar bangun karena perut mules
3. Pola konsep diri
1. Identitas diri : Klien adalah seorang kepala rumah
tangga yang bekerja di sebuah kota
2. Ideal diri : Harapan klien setelah pulang dari RS
klien dapat bekerja lagi untuk menafkahi keluarganya
3. Harga diri : Klien tidak malu dengan keadaan di
RS sekarang ini.
4. Gambaran diri : Klien merasa sedih tentang
penyakitnya
4. Pola hubungan dan peran
1. Sebelum sakit : Hubungan dengan keluarga baik
dan harmonis
2. Selama sakit : Hubungan dengan keluarga
baik dengan perawat dan dengan pasien di sekitarnya
baik
5. Pola reproduksi dan seksual
Klien menikah dan mempunyai anak 5
6. Koping terhadap stres
Klien setiap ada masalah dibicarakan dengan keluarga dan
perawat
7. Keyakinan / kepercayaan
Klien beragama islam dan selalu berdoa untuk
kesembuhannya.

B. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : lemah
2. Tingkat kesadaran : composmentis
3. Tanda-tanda vital : TD 100/60 mmHg, suhu 370C, N : 80 x/mnt,
RR : 20 x/mnt
4. Kepala : mesochepal
5. Rambut : Beruban, tidak berketombe, tidak berminyak
6. Mata : Konjungtiva anemis, sklera mata tidak ikteris,
reflek pupil terhadap cahaya baik dan tidak menggunakan alat bantu
pengelihatan
7. Hidung : Simetris, tidak ada sekret
8. Telinga : simetris, bersih tidak ada serumen
9. Mulut : Bibir lembab, tidak ada sariawan
10. Leher dan tenggorok : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
11. Dada dan thorak
12. Paru-paru
a. Inspeksi : Pengembangan nafas kanan dan kiri simetris
b. Perkusi : Sonor
c. Palpitasi : Tidak ada krepitasi paru
d. Auskultasi : Vesikuler
13. Jantung
a. Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
b. Perkusi : Pekak
c. Palpitasi : Ictus cordis teraba pada IC-5 garis tengah
klavikula kiri
d. Auskultasi : S1-S2 murni
14. Abdomen
a. Inspeksi : Perut cembung
b. Perkusi : Pekak
c. Palpitasi : Teraba nyeri pada ulu hati
d. Auskultasi : Bunyi normal
15. Genital : bersih
16. Ekstremitas : tidak ada oedema, ektremitas atas karena
terpasang infus normal saline + drip ranitidin 20 tts/menit
F. Diagnosa Keperawatan Dan Rencana Keperawatan

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional


keperawatan Hasil
1 Perubahan Menunjukkan 1.1 awasi 1.1 memberikan
perfusi perfusi jaringan tanda-tanda informasi
jaringan perifer adekuat. vital, kaji tentang
perifer pengisian derajat/keadeku
Kriteria hasil :
berhubungan kapiler, atan perfusi
dengan warna jaringan dan
-Tanda vital stabil
penurunan sel kulit, membantu
darah merah -Membran mukosa membran menentukan
yang warna merah muda mukosa dan kebutuhan
diperlukan dasar kuku. intervensi.
-Pengisian kapiler
untuk
baik
pengiriman 1.2 tinggikan 1.2
oksigen/nutri kepala Meningkatkan
-Haluran urine baik
en ke sel tempat tidur ekspansi paru
(Doengoes,20 sesuai dan
00) toleransi. memaksimalkan
oksigenasi
untuk
kebutuhan
seluler.
1.3 awasi upaya 1.3 dispnea,
pernafasan gemericik
dengan menunjukkan
auskultasi GJK karena
bunyi nafas regangan
dan selidiki jantung lama/
keluhan peningkatan
nyeri dada, kompensasi
palpitasi. curah jantung.

1.4 Kaji untuk 1.4 dapat


respon mengidentifikas
melambat, i gangguan
mudah fungsi serebral
terangsang, karena hipoksia
agitasi, atau defisiensi
bingung vitamin B12
gangguan
memori.
1.5 Kolaborasi: 1.5
a. Awasi a.
pemeriks Mengidentifikas
aan i defisiensi dan
laborator kebutuhan
ium, pengobatan/resp
misal ons terhadap
Hb/Ht nyeri.
b. Berikan b.
SDM meningkatkan
darah sel pembawa
lengkap/ oksigen,
packed memperbaiki
produk defisiensi untuk
darah menurunkan
sesuai risiko
indikasi, perdarahan.
awasi c.
ketat memaksimalkan
untuk transpor
komplik oksigen
asi kejaringan.
transfusi.
c. Berikan
oksigen
tambaha
n sesuai
indikasi.
2 Intoleransi Gangguan 2.1 kaji 2.1
aktivitas b.d intoleransi aktivitas kemampuan mempengaruhi
ketidakseimb dapat pasien untuk pilihan
angan antara berkurang/hilang. melakukan intervensi/bantu
suplai KH: tugas/aktivitas an
oksigen - Melaporkan 2.2 kaji 2.2
(pengirim) peningkatan kehilanga/gangg menunjukkan
dan toleransi uan perubahan
kebutuhan aktivitas keseimbangan neurologi
(Doengoes,20 - Pemahaman gaya jalan, karena
00) tentang kelemahan otot defisiensi
pembatasan vitamin B12
terapeutik 2.3 Awasi TTV 2.3 manifestasi
yang selama dan kardiopulmonal
diperlukan sesudah aktivitas dari upaya
- Menunjukka jantung dan
n penurunan paru untuk
tanda membawa
fisiologis jumlah oksigen
adekuat ke
jaringan.

2.4 Ubah posisi 2.4 hipotensi


pasien dengan postural atau
perlahan dan hipoksia
pantau terhadap serebral dapat
pusing. menyebabkan
pusing,
berdenyut, dan
peningkatan
resiko cedera.
3 Defisit nutrisi Defisit nutri dapat 3.1 kaji riwayat 3.1
b.d kegagalan berkurang/hilang nutrisi termasuk mengidentifikas
untuk KH: makanan yang i defisiensi,
mencerna/abs - Tidak disukai menduga
orbsi nutrien mengalami kemungkinan
yang tanda intervensi
diperlukan malnutrisi 3.2 Timbang 3.2 Mengawasi
untuk - Menunjukka berat badan tiap penurunan berat
pembentukan n prilaku hari badan atau
SDM normal perubahan efektivitas
pola hidup intervensi
untuk sendiri.
meningkatka 3.3 Berikan 3.3 Makan
n dan atau makanan sedikit sedikit dapat
mempertahan dan frekuensi menurunkan
kan berat sering/makan di dan
badan yang antara waktu meningkatkan
sesuai berat makan. pemasukan juga
badan ideal. mencegah
- BB distensi gaster.
meningkat

3.4 Observasi 3.4 Gejala GI


dan catat dapat
kejadian menunjukkan
mual/muntah efek anemia
dan gejala lain (hipoksia) pada
yang organ.
berhubungan.
DAFTAR PUSTAKA

www.ichc.org/105-tatalaksana-anemia

Vous aimerez peut-être aussi