Vous êtes sur la page 1sur 17

MAKALAH

“Prosedure Pemasangan Dan Perawatan Kateter Di Rumah Sakit


Umum Daerah Dr. M. Yunus Kota Bengkulu”

KELOMPOK 2

Disusun Oleh:

Sherly Melinda P0 5120317 036

Sarwendi Al Ghazali P0 5120317 033

Oktavia P0 5120317 025

Maria Magdalena Wisnawati P0 5120317 020

Harum Maulidia Ningsih P0 5120317 016

Elwina Dwi Putri P0 5120317 012

Anggra Safitro P0 5120317 006

Adelia Putri P0 5120317 002

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BENGKULU


PRODI DIV KEPERAWATAN
T.A 2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
limpahan rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah
tentang “Prosedure Pemasangan Dan Perawatan Kateter Pada Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. M. Yunus Kota Bengkulu” dengan lancar.

Dalam menyelesaikan makalah ini tak lupa penulis ucapkan terima kasih
kepada dosen pengajar yang telah membimbing penulis untuk menyelesaikan
makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan juga
masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca sangat penulis harapkan. Mudah-mudahan makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua, dan untuk itu penulis mengucapkan banyak
terimakasih.

Bengkulu, Januari 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................ 1

Kata Pengantar........................................................................................ 2

Daftar Isi................................................................................................. 3

BAB I Pendahuluan................................................................................ 4

A. Latar Belakang............................................................................ 4
B. Rumusan Masalah....................................................................... 5
C. Tujuan......................................................................................... 5

BAB II Pembahasan................................................................................ 6

A. Pemasangan Kateter.................................................................... 7
B. Akibat Pemasangan Kateter Yang Tidak Sesuai Standar
Operasional Prosedur............................................................ ..... 11
C. Hal yang Harus Diperhatikan Dalam Perawatan Kateter pada
Pasien yang Terpasang Kateter................................................... 12
BAB III Penutup..................................................................................... 16

A. Kesimpulan................................................................................. 16
B. Saran........................................................................................... 16

Daftar Pustaka......................................................................................... 17

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi nosokomial merupakan kejadian yang sering terjadi di
rumah sakit dan dapat menimbulkan kerugian bagi pasien, keluarga dan
rumah sakit itu sendiri. Salah satu infeksi nosokomial yang sering terjadi
adalah infeksi saluran kemih pada pasien-pasien yang terpasang kateter.
Faktor-faktor yang menyebabkan infeksi nosokomial saluran kemih antara
lain hospes, agent, prosedur pemasangan, lama kateter terpasang dan
kualitas perawatan kateter. Selain itu juga akibat dari prosedur
pemasangan kateter yang tidak memperhatikan teknik aseptik, kateter
terlalu lama terpasang dan kualitas perawatan kateter yang kurang baik
(Tietjen, Linda, dkk. 2004). Dalam beberapa studi prospek, telah
dilaporkan bahwa tingkat ISK yang berhubungan dengan pemasangan
dower kateter berkisar antara 9% - 23% . Menurut literatur lain didapatkan
pemasangan dower kateter mempunyai dampak terhadap 80% terjadinya
infeksi saluran kemih (Heather, M. And Hannie, G. 2001).
Kateter merupakan alat kesehatan yang sangat akrab baik
kegunaannya maupun cara-cara perawatannya bagi tenaga kesehatan baik
yang bertugas di rumah sakit maupun di luar rumah sakit. Katerisasi
merupakan salah satu intervensi kesehatan yang sangat sering dilakukan.
Kateterisasi kandung kemih membawa risiko tinggi terhadap infeksi
saluran kemih (ISK) dan dianggap sebagai salah satu penyebab utama
infeksi nosokomial. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan penyebab
40% dari semua infeksi nosokomial yang dilaporkan oleh rumah sakit
perawatan akut tiap tahunnya. Kira-kira 10% dari pasien-pasien yang
dirawat di rumah sakit terpasang kateter, memberikan populasi besar yang
berisiko terhadap infeksi saluran kemih yang berhubungan dengan kateter.
Tingginya infeksi setelah pemasangan kateter juga sebagai akibat
sulitnya pengontrolan, perawatan dan penggantian kateter pada penderita

4
yang memerlukan pemasangan kateter menetap. Sesuai petunjuk
penyusunan pedoman pengendalian infeksi nosokomial rumah sakit,
bahwa perawat juga berperan dalam pencegahan infeksi nosokomial,
terutama melalui perawatan kateter dan memperhatikan teknik
pemasangan sesuai Standar Operasional Prosedur. Mengingat risiko dari
tindakan invasif, maka pencegahan menjadi sangat penting mulai dari
pemasangan, perawatan, dan penggantian kateter harus dikerjakan baik
oleh perawat karena tindakan tersebut adalah tanggung jawab perawat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa perbedaan dari pemasangan dan perawatan kateter yang dilakukan
di RSUD M. Yunus Bengkulu dengan apa yang ada di literatur
2. Dampak apa yang akan timbul jika tidak melakukan pemasangan
kateter sesuai dengan Standar Operasional Prosedur
3. Bagaimana prosedur pemasangan kateter dengan benar sesuai dengan
Standar Operasional Prosedur
4. Bagaimana cara mencegah dan menangani infeksi nosokomial saluran
kemih dengan memperhatikan teknik pemasangan dan perawatan
kateter

C. Tujuan
1. Mengetahui perbedaan pemasangan kateter antara apa yang sudah di
pelajari dengan apa yang sebenarnya terjadi di RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu (Dilengkapi oleh Jurnal Keperawatan)
2. Mengetahui dampak apa yang akan timbul jika tidak melakukan
pemasangan kateter sesuai dengan standar operasional prosedur
3. Mengetahui prosedur pemasangan kateter dengan benar berdasarkan
buku dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
4. Mengetahui cara mencegah terjadinya infeksi nososkomial dan
perawatan kateter dalam pemasangan kateter

5
BAB II

PEMBAHASAN

PROSEDURE PEMASANGAN DAN PERAWATAN KATETER PADA


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. M. YUNUS KOTA BENGKULU

Setelah dilakukan observasi prosedur pemasangan dan perawatan kateter


selama 6 hari pada salah satu pasien Tn. M di ruang Stroke RSUD M. Yunus
Bengkulu diperoleh beberapa hasil analisa sebagai berikut :

1. Perawatan kateter tidak terlalu diperhatikan, hanya dilakukan perawatan


jika kateter sudah di lepas
2. Dari hasil observasi, kateter terpasang selama 5 hari tanpa di ganti
3. Pada saat pemasangan kateter, perawat tidak terlalu memperhatikan respon
pasien
4. Pada saat pemasangan kateter, tidak dilakukan tindakan septik dan aseptik
seperti pada prosedur yang tertulis di SOP.
Saat melakukan tindakan pemasangan kateter, perawat melakukan
tindakan sebagai berikut :

Persiapan tempat
dan alat Alat-alat:
1. Kateter, ukuran disesuaikan dengan pasien.
2. Kantong penampung urine (Urine Bag).
3. Kassa.
4. Cairan pelumas/jelly.
5. Bengkok
6. sarung tangan
7. Spuit 20 cc dan aquades.
8. Plester atau gunting.
Persiapan pasien 1. Memberitahu pasien (Informed Consent)
2. Menyiapkan pasien dalam posisi dorsal recumbent
Persiapan
Lingkungan Memasang sketsel/tabir dan menutup pintu.
Pelaksanaan 1. Pakai sarung tangan.
Pada Pasien Pria
1. Tangan kiri perawat memegang penis atas.
2. Preputium ditarik sedikit ke pangkalnya

6
3. Oleskan minyak pelicin pada ujung kateter sepanjang 12.5-17.5 cm
4. Penis agak ditarik supaya lurus, dan kateter dimasukkan perlahan-lahan (17.5-22 cm
(dewasa) dan menganjurkan pasien untuk nafas panjang
5. Urine yang keluar ditampung dalam bengkok lalu masukkan lagi 5cm.
6. Bila kateter dipasang tetap/permanen maka kateter dikunci memakai spuit dan
aquades steril (mengisi balon)
7. Menyambung kateter dengan urobag/urine bag.
8. Fiksasi kateter di paha dengan plester bila untuk aktifitas
9. Pasien dirapikan
10. Rapikan dan alat-alat dibereskan
11. Mencuci tangan
12. Buka sampiran
Evaluasi 1. Observasi pengeluaran urine (jumlah, warna, dan bau).

Pada kasus ini, kami akan membahas lebih tentang prosedur pemasangan
kateter. Prosedur pemasangan kateter perlu memperhatikan teknik septik dan
aseptik dengan benar sehingga tidak menimbulkan iritasi atau trauma pada saluran
kemih yang dapat menjadi sumber infeksi.

A. Pemasangan Kateter
Dikutip dari buku Kebutuhan Dasar Manusia I oleh Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, Pemasangan kateter adalah suatu kegiatan
yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan eleminasi urin dengan melakukan
pemasangan kateter untuk membantu memenuhi kebutuhan BAK, keadaan
penyakit, preoperasi dan postoperasi, dan diagnostik. BAK merupakan
kebutuhan setiap manusia yang harus terpenuhi. Tindakan memberikan
bantuan pada pasien yang mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan dasar
eleminasi urin karena ketidakmampuan atau keterbatasan untuk melakukan
BAK secara spontan keadaan penyakit seperti retensio urine, coma dan lain-
lain, preoperasi dan postoperasi, dan diagnostik.

7
1. Standar Operasional Prosedur Pemasangan Kateter

Pengertian Suatu kegiatan yang dilakukan yang untuk memenuhi kebutuhan eliminasi urine.
Indikasi 1. Pasien dengan gangguan eliminasi urine.
2. Pasien dengan pemantauan output.
3. Pasien post op.
Tujuan Memenuhi kebutuhan urin eliminasi.
Persiapan tempat
dan alat Alat-alat:
1. Baki.
2. Kateter steril, ukuran disesuaikan dengan pasien.
3. Kantong penampung urine (Urine Bag).
4. Kapas sublimat/kapas savlon steril dalam tempatnya.
5. Kassa.
6. Korentang.
7. Cairan pelumas/jelly.
8. Perlak dan alasnya.
9. Bengkok 2 buah (untuk kapas kotor dan penampung urine.
10. Pinset anatomi atau sarung tangan steril.
11. Duk steril.
12. Spuit 20 cc dan aquades.
13. Sketsel.
14. Selimut ekstra.
15. Plester atau gunting.
Persiapan pasien 1. Memberitahu pasien dan menjelaskan tujuannya.
2. Menyiapkan pasien dalam posisi dorsal recumbent (Gambar 1).
Persiapan
Lingkungan Memasang sketsel/tabir dan menutup pintu.
Pelaksanaan 1. Pasang ekstra selimut.
2. Perlak dan alasnya dipasang di bawah bokong dan lepas pakaian .
3. Meletakkan dua bengkok diantara kedua tungkai.
4. Mencuci tangan.
5. Pakai sarung tangan.
6. Memasang duk steril.
Pada Pasien Perempuan
1. Membuka labia minora dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri, dan tangan kanan
memengang kapas sublimat.
2. Membersihkan vulva dengan kapas savlon/sublimat dari labia mayora dari atas
kebawah 1 kali usap, kapas kotor diletakkan dibengkok, kemudian labia minora, dan
perineum sampai bersih (sesuai kebutuhan) .
3. Dengan memakai sarung tangan atau dengan pinset anatomis mengambil kateter dan
diberi pelumas pada ujungnya 2.5-5 cm (Gambar 2).
4. Perawat membuka labia minora dengan tangan kiri.

8
5. Memasukkan kateter ke dalam orificium uretra perlahan-lahan (5-7.5 cm dewasa) dan
menganjurkan pasien untuk menarik nafas panjang (Gambar 3 & Gambar 4).
6. Urine yang keluar ditampung dalam bengkok atau botol steril dan masukan lagi (2.5-5
cm).
7. Bila kateter dipasang tetap/permanen maka, isi balon 5-15 cc (kateter dikunci memakai
spuit dan aquades steril) (Gambar 6).
8. Tarik sedikit kateter untuk memeriksa bolan sudah terfiksasi dengan baik.
9. Menyambung kateter dengan urobag/urine bag.
10. Fiksasi kateter di paha dengan plester bila untuk aktifitas (Gambar 7).
11. Pasien dirapikan dengan angkat pengalas dan selimut.
12. Rapikan dan alat-alat dibereskan.
13. Lepas sarung tangan.
14. Mencuci tangan.
15. Buka sampiran.

Pada Pasien Pria


1. Tangan kiri perawat memegang penis atas.
2. Preputium ditarik sedikit ke pangkalnya dan dibersihkan dengan kapas savlon minimal 3
kali.
3. Oleskan minyak pelicin pada ujung kateter sepanjang 12.5-17.5 cm (Gambar 2).
4. Penis agak ditarik supaya lurus, dan kateter dimasukkan perlahan-lahan (17.5-22 cm
(dewasa) dan menganjurkan pasien untuk nafas panjang (Gambar 5).
5. Urine yang keluar ditampung dalam bengkok atau botol steril lalu masukkan lagi 5cm.
6. Bila kateter dipasang tetap/permanen maka kateter dikunci memakai spuit dan
aquades steril (mengisi balon) (Gambar 6).
7. Menyambung kateter dengan urobag/urine bag.
8. Fiksasi kateter di paha dengan plester bila untuk aktifitas (Gambar 7).
9. Pasien dirapikan dengan angkat pengalas dan selimut/
10. Rapikan dan alat-alat dibereskan/
11. Mencuci tangan/
12. Buka sampiran/
Sikap Sikap Selama Pelaksanaan:
1. Menunjukkan sikap sopan dan ramah.
2. Menjamin Privacy pasien.
3. Bekerja dengan teliti.
4. Memperhatikan body mechanism.
Evaluasi 1. Tanyakan keadaan dan kenyamanan pasien setelah tindakan.
2. Observasi pengeluaran urine (jumlah, warna, dan bau).

9
Gambar 1. Tahap Pertama Persiapan Alat dan Klien Sebelum Pemasangan Kateter Indwelling
(Prinsip Steril)

Gambar 2. Persiapan Pemberian Jelly di Ujung Kateter untuk wanita 5-7,5 cm, laki-laki 30 cm.

Gambar 3. Lokasi Pemasangan Kateter Indwelling pada Meatus Urinarius

Gambar 4. Proses pemasangan dengan satu tangan di non-sterilkan untuk membuka labia mayora
dan minora, sedangkan satu tangan steril untuk memasukan kateter indwelling

10
Gambar 5. Perbedaan pemasangan kateter indwelling pada laki-laki dan wanita

Gambar 6. Setelah kateter terpasang dan urin keluar, maka posisi kateter indwelling dalam posisi
yang benar
dan masukan aquabides 15-20 cc untuk mengembangkan balon.

Gambar 7. Setelah paten kateter indwelling, difiksasi/diplester.

B. Akibat Pemasangan Kateter Yang Tidak Sesuai Standar Operasional Prosedur


1. Terjadi infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah penyakit infeksi nosokomial yang
biasa terjadi pada saat organisme naik dari uretra ke kandung kemih.
Sekali organisme mencapai kandung kemih, organisme ini akan
berkembang biak dan meningkat sehingga menyebabkan infeksi pada
ureter dan ginjal (Smeltzer & Bare, 2005).

11
Infeksi nosokomial saluraran kemih (INSK) disebabkan oleh beberapa
faktor, antara lain agent yang masuk ke dalam tubuh memiliki virulensi
yang kuat, hospes yang lemah, dan memiliki daya imun yang rendah,
(Azwar, S., 1994). Selain itu juga akibat dari prosedur pemasangan
kateter yang tidak memperhatikan teknik aseptik, kateter terlalu lama
terpasang dan kualitas perawatan kateter yang kurang baik (Tietjen,
Linda, dkk. 2004). CRF, DM dan stroke merupakan penyakit yang
memiliki risiko tinggi terjadinya ISK. Faktor lingkungan juga
mempengaruhi, misalnya pasien yang tidak dikelompokkan sesuai jenis
penyakit menular, akan menjadi predisposisi terjadinya infeksi
nosokomial yang besar.
Pemberian perawatan kateter yang berkualitas tinggi akan dapat
mengurangi tingkat terjadinya infeksi nosokomial saluran kemih, bila
kateter terpasang lebih dari 7 hari maka penggantian kateter baru harus
dilakukan dengan teknik pemasangan kateter yang memperhatikan teknik
aseptik serta perawatan kateter yang baik. Sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Potter & Perry (2005) bahwa perawatan kateter adalah
suatu tindakan keperawatan dalam memelihara kateter dengan antiseptik
untuk membersihkan ujung uretra dan selang kateter bagian luar serta
mempertahankan kepatenan kelancaran aliran urin pada sistem drainase
kateter. Pasien yang dikateterisasi dapat mengalami infeksi saluran kemih
melalui berbagai cara. Perawatan kateter merupakan tindakan yang
penting untuk mengontrol infeksi. Perawatan kateter yang salah dapat
menyebabkan masuknya mikroorganisme. Daerah yang memiliki resiko
masuknya mikroorganisme ini adalah daerah insersi kateter, kantung
drainase, sambungan selang, klep, dan sambungan antara selang dan
kantung.

C. Hal yang Harus Diperhatikan Dalam Perawatan Kateter pada Pasien yang
Terpasang Kateter
1. Melakukan Perawatan Kateter Minimal Sekali Setiap Harinya

12
Prinsip umum dalam perawatan kateter adalah dengan melakukan
perawatan kateter uretra 2 kali sehari dan setelah defekasi17. Perawatan
kateter yang dilakukan setiap hari menurunkan kemungkinan terjadinya
infeksi saluran kemih dibanding dengan perawatan kateter yang hanya
dilakukan tiap 3 – 5 hari sekali
2. Mencuci Tangan Sebelum dan Sesudah Melakukan Penanganan Kateter
dan Kantong
Penampung Urin
Tindakan mencuci tangan mutlak harus dilakukan sebelum dan setelah
penanganan kateter, selang dan kantong penampung urin Mencuci tangan
merupakan tindakan yang sangat penting yang harus dilakukan ketika
beralih dari pasien yang satu ke pasien yang lainnya untuk memberikan
perawatan pada saat sebelum serta sesudah menangani setiap bagian dari
kateter atau sistem drainase Biasanya tangan dari petugas kesehatan
merupakan jalur penyebaran patogen ke pasien, karena kurangnya
kesadaran dari petugas kesehatan untuk mencuci tangan. Penggunaan
sabun antimikroba dianjurkan bila perawat perlu untuk mengurangi jumlah
mikroba total di tangan atau dengan menggunakan handrubs, hal ini tidak
jadi masalah karena handrubs mengandung alkohol yang dianjurkan untuk
digunakan dimana fasilitas mencuci tangan tidak adekuat atau tidak dapat
dilakukan dan tangan tidak terlalu kotor.
3. Menggunakan Sarung Tangan Saat Melakukan Perawatan Kateter
Sarung tangan mencegah penularan patogen melalui cara kontak
langsung maupun tidak langsung. Penggunaan sarung tangan yang berbeda
antar pasien dapat mencegah penyebaran mikroorganisme ke pasien yang
lain
4. Membersihkan Daerah Meatus Dengan Cairan Antiseptik
Membersihkan daerah meatus mengurangi risiko terpapar infeksi
selama prosedur pemasangan kateter. Dengan membersihkan daerah
meatus juga mengurangi jumlah mikroorganisme di meatus. Rasionalisasi
dari tindakan ini adalah mengurangi jumlah mikroorganisme pada metus

13
uretra. Kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal
dari flora normal usus dan hidup secara komensal di dalam introitus
vagina, prepusium penis, kulit perineum, dan di sekitar anus.
5. Membersihkan Ujung Kateter Dekat Meatus dengan Cairan Antiseptik
Rasionalisasi dari tindakan membersihkan ujung kateter dekat meatus
adalah mengurangi terdapatnya sekresi atau drainase pada permukaan luar
kateter. Membersihkan kateter maupun perineal care dengan antiseptik
setiap hari tidak efektif untuk menurunkan angka kejadian infeksi saluran
kemih, tapi pada kenyataannya membersihkan kateter setiap hari
berhubungan erat dengan peningkatan risiko bakteriuri. Kemudian
mengolesi antiseptik, diruangan biasa digunakan povidin iodine yang
berguna untuk mengurangi pertumbuhan mikroorganisme lebih lanjut
ditempat kateter.
6. Mengosongkan Kantong Urin Setiap 8 Jam Sekali Atau Lebih Sering Jika
Urin Terdapat Dalam Volume Besar
Tindakan mengosongkan kantung urin ketika kantung telah penuh ini
selalu dilakukan perawat, karena perawat juga telah melaksanakan salah
satu perannya yaitu sebagai pendidik. Perawat melibatkan keluarga dalam
perawatan pasien dengan cara memberikan pendidikan kesehatan pada
keluarga untuk mengosongkan kantung urin setiap 8 jam sekali atau lebih
sering jika urin terdapat dalam volume besar sekaligus mengukur haluaran
urin pasien. Tindakan ini akan mengurangi risiko proliferasi bakteri.
7. Selang Tidak Menekuk Atau Terpilin
Selang yang tertekuk atau terpilin mengakibatkan urin terakumulasi
dalam gelungan selang tersebut. Urin tidak boleh dibiarkan berkumpul
dalam selang karena aliran urin yang bebas harus dipertahankan untuk
mencegah infeksi. Urin yang terakumulasi dalam selang menyebabkan
bakteri mudah berkembangbiak sehingga menyebabkan infeksi
8. Mempertahankan System Drainase Tertutup
Sistem drainase tertutup ini merupakan sistem untuk mencegah
diskoneksi, sehingga mengurangi risiko terkontaminasi bakteri. Peneliti

14
lain menganjurkan suatu perawatan kateter menentap secara drainase
tertutup, artinya sambungan diantara kateter dan pipa kantong air kencing
tidak boleh dibuka dan pipa pembuangan air kencing pada kantong air
kencing hanya dibuka pada saat pengosongan air kencing saja.

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kateter merupakan alat kesehatan yang sangat akrab baik kegunaannya
maupun cara-cara perawatannya bagi tenaga kesehatan baik yang bertugas di
rumah sakit maupun di luar rumah sakit. Katerisasi merupakan salah satu
intervensi kesehatan yang sangat sering dilakukan. Kateterisasi kandung
kemih membawa risiko tinggi terhadap infeksi saluran kemih (ISK) dan
dianggap sebagai salah satu penyebab utama infeksi nosokomial. Faktor-
faktor yang menyebabkan infeksi nosokomial saluran kemih antara lain
hospes, agent, prosedur pemasangan, lama kateter terpasang dan kualitas
perawatan kateter. Selain itu juga akibat dari prosedur pemasangan kateter
yang tidak memperhatikan teknik aseptik, kateter terlalu lama terpasang dan
kualitas perawatan kateter yang kurang baik (Tietjen, Linda, dkk. 2004)
Pemberian perawatan kateter yang berkualitas tinggi akan dapat
mengurangi tingkat terjadinya infeksi nosokomial saluran kemih, bila kateter
terpasang lebih dari 7 hari maka penggantian kateter baru harus dilakukan
dengan teknik pemasangan kateter yang memperhatikan teknik aseptik serta
perawatan kateter yang baik

B. Saran
Akan lebih baik jika makalah ini di lengkapi dengan sumber dari beberapa
buku keperawatan dan beberapa jurnal keperawatan internasional. Serta tata
penulisan akan lebih baik tersusun secara sistematis dan menurut kaidah
penulisan yang tepat.

16
DAFTAR PUSTAKA
Kasiati. Ni Wayan Dwi Rosmalawati. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak
Keperawatan :Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia I. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia Pusdik SDM Kesehatan : Jakarta Selatan
(Di ambil dari : http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/08/Praktikum-KDM-1-Komprehensif.pdf)

Kasmad. Sujianto, Untung. Hidayati, Wahyu. 2007. Hubungan Antara Kualitas


Perawatan Kateter dengan Kejadian Infeksi Nosokomial Saluran
Kemih. Jurnal Keperawatan Vol.1 No.1. Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Marlina. A Samad, Roni. 2012. Hubungan Pemasangan Kateter dengan


Kejadian Infeksi Saluran Kemih Pada Pasien Di Ruang Rawat Inap
Penyakit Dalam RSUDZA Banda Aceh Tahun 2012. Jurnal PSIK
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh : Banda Aceh

Perdana, Melyza. Haryani. Aulawi, Khudazi. 2017. Hubungan Pelaksanaan


Perawatan Indwelling Kateter dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih.
Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas Vol.1/No.01/Maret/2017.
Departemen Keperawatan Medikal Bedah Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta
(Di ambil dari : https://jurnal.ugm.ac.id/jkkk/article/view/29012&ved=
2ahUKEwiS4KOuv4gAhUKtl8KHYQ9C90QFjAAegQIARAB&usg=AO
vVaw1kcswNT4AB-AQOKii5-log)

17

Vous aimerez peut-être aussi