Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
2017
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/2628
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
Asuhan Keperawatan pada Tn. L dengan Prioritas Masalah
Gangguan Istirahat dan Tidur :Hipertensi
di Kelurahan Sari Rejo Kecamatan
Medan Polonia
Oleh
Ummi Kalsum Sundari Ritonga
142500030
1ii
iii1
1
iv
Universitas Sumatera Utara
3.1.2.Rumusan Masalah............................................................................... 33
3.1.3. Diagnosa Masalah .............................................................................. 33
3.1.4. Perencanaan ....................................................................................... 34
3.1.4. Pelaksanaan Keperawatan ................................................................. 36
3.1.5. Catatan Perkembngan ........................................................................ 40
BAB IV PENUTUP
3.1. Kesimpulan ........................................................................................... 42
3.2. Saran ..................................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 43
LAMPIRAN
v1
0,1% yang minum obat sendiri. Responden yang mempunyai tekanan darah
normal tetapi sedang minum obat hipertensi sebesar 0,7%. Jadi prevelensi
hipertensi di Indonesia sebesar 26,5%(Kemenkes RI,2013).
Saat Penulis Praktek Belajar Lapangan terdapat beberapa kasus yaitu
Asma dan DM. Penulis mengambil kasus Hipertensi pada Tn. L sebagai tugas
akhir Karya Tulis Ilmiah. Alasan Penulis tertarik mengangkat kasus Hipertensi
dengan Gangguan Pola Tidur karena Penulis lebih memahami, dan juga data
subjektif yang di dapatkan lebih mendukung yaitu klien mengatakan bahwa ia
sulit tidur di malam hari dan data objektif terlihat adanya kantung mata yang
berwarna hitam, Klien sering menguap dan wajah klien terlihat lemas.
B.TUJUAN
Tujuan Penulisan Karya Ilmiah ini adalah :
1. Tujuan Umum
Mampu Melakukan Asuhan Keperawatan pada Klien Hipertensi di Kelurahan Sari
Rejo Kecamatan Medan Polonia.
2. Tujuan Khusus
A.Mampu melakukan Pengkajian Asuhan Keperawatan pada Tn. L dengan
prioritas masalah Gangguan Istirahat dan Tidur akibat Hipertensi.
B.Mampu menetapkan Diagnosa Keperawatan pada Tn. L dengan prioritas Gangguan Istirahat
dan Tidur akibat Hipertensi.
C.Mampu menetapkan Rencana Intervensi Asuhan Keperawatan pada Tn. L dengan prioritas
masalah Gangguan Istirahat dan Tidur akibat Hipertensi.
D.Mampu melaksanakan Implementasi Keperawatan pada Tn. L dengan prioritas
masalah Gangguan Istirahat dan Tidur akibat Hipertensi.
E. Mampu melakukan Evaluasi Keperawatan pada Tn. L dengan prioritas masalah
Gangguan Istirahat dan Tidur akibat Hipertensi.
C. MANFAAT
1. Pasien
Menggurangi Gangguan Istirahat dan Tidur Klien serta meningkatkan
kenyamanan pada Klien.
2. Penulis
Dapat menambah Pengetahuan tentang Intervensi terhadap Gangguan Istirahat
dan Tidur akibat Hipertensi serta meningkatkan Keterampilan dan Wawasan bagi
Penulis.
2.1.1. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
hipertensi esensial atau hipertensi primer dan hipertensi sekunder atau hipertensi
renal.
1) Hipertensi esensial
Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus.
Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktifitas
sistem saraf simpatis, sistem renin angiotensin, defek dalam ekskresi Na,
peningkatan Na dan Ca intraseluler dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko
seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia. Hipertensi primer biasanya
timbul pada umur 30 – 50 tahun(Murwani Arita, 2009).
2) Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat sekitar 5 % kasus.
Penyebab spesifik diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal,
hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom cushing,
feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan
kehamilan, dan lain – lain(Murwani Arita, 2009)
2.1.2. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin
II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE
memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Selanjutnya
oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I.
Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin
II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan
darah melalui dua aksi utama. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon
antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar
pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin.
Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh
(antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya.
d. NREM tahap IV
- Tidur nyenyak.
- Sulit untuk di bangunkan , butuh stimulus intensif.
- Untuk restorasi dan istirahat, tonus otot menurun.
- Sekresi lambung menurun.
- Gerak bola mata cepat.
2. Tahap tidur REM
a. Lebih sulit dibangunkan dibandingkan dengan tidur NREM.
b. Padaa orang dewasa normal REM yaitu 20-25% dari tidur malamnya.
c. Jika individu terbangun pada tidur REM maka biasanya terjadi mimpi.
d. Tidur REM penting untuk keseimbangan mental, emosi juga berperan
dalam belajar, memori, dan adaptasi.
3. Karakteristik tidur REM
a. Mata : Cepat tertup dan terbuka.
b. Otot- otot : Kejang otot kecil, otot besar imobilisasi.
c. Pernapasan : Tidak teratur kadang dengan apnea.
d. Nadi : Cepat dan ireguler.
e. Tekanan darah : Meningkat atau fluktuasi.
f. Sekresi gaster : Meningkat.
g. Metabolisme : Meningkat, temperatur tubuh naik
h. Gelombang otak : EEG aktif.
i. Siklus tidur : Sulit dibangunkan.
NREM I REM
NREM IV
2.2.3. Gangguan Tidur
Pengetahua mengenai gangguan tidur yang sering terjaadi membantu
perawat mendapatkan dan mengenali data yang tepat. Gangguan tidur
dapat dikategorikan sebagai parasomnia, gangguan primer, dan gangguan
sekunder.
2.2.3.1. Parasomnia
Parasomnia adalah perilaku yang dapat menggangu tidur atau terjdi selama
tidur. Internasional Classification of Sleep Disorder (American Sleep
Disorder assosiation 1997) membagi parasomnia menjadi gangguan
terjaga(misalnya berjalan dalam tidur,teror tidur), gangguan transisi
bangun tidur (misalnya mengigau), parasomnia yang berhubungan dengan
tidur REM (misalnya mimpi buruk) dan lainnya (misalnya bruksisme)
2.2.3.2. Gangguan Tidur Primer
Gangguan tidur primer adalah gangguan yang masalah utamanya berupa
masalah tidur seseorang. Gangguan ini meliputi insomnia, hipersomnia,
narkolepsi, apnea tidur, dan deprivasi tidur.
2.2.3.3. Insomnia
Insomnia, gangguan tidur yang paling sering terjadi, adalah
ketidakmampuan untuk tidur dengan jumlah atau kualitas yang cukup.
Individu yang menderita insomnia tidak merasa segar pada saat bangun
tidur. Terdapat tiga tipe insomnia.
bahkan saat berbicara dengan orang lain atau saat mengendarai mobil.
Narkolepsi menurut riwayat telah di kendalikan oleh stimulan dan
antidepresan sistem saraf pusat tetapi sebuah obat yang telah diakui oleh
Food and Drug Administration Amerika Serikat tahun 1999, yaitu
medofinil, meningkatkan kewaspadaan tanpa menstimulasi sistem tubuh
lain atau menggangu tidur di waktu malam.
2.2.3.6. Apnea Tidur
Apnea tidur adalah henti nafas secara periodik selama tidur. Gangguan ini
perlu dikaji oleh seorang ahli di bidang tidur, tetapi apnea tidur sering kali
dicurigai pada orang yang berdengkur dengan keras, sering terjaga di
waktu malam, mengalami rasa ngantuk yang berlebihan di siang hari,
insomnia, sakit kepala di pagi hari, kemunduran intelektual, iritabilitas
atau perubahan keperibadian lain, serta perubahan fisiologis seperti
hipertensi dan aritmia jantung. Apnea tidur sering terjadi pada pria berusia
lebih dari 50 tahun dan pada wanita pasca menopause.
Periode apnea yang berlangsung dari 10 detik sampai 2 menit, terjadi
selama tidur REM, atau tidur NREM. Frekuensi periode apnea berkisar
dari 50-600 kali permalam. Episode apnea ini menyedot energi seseorang
dan menyebabkan rasa ngantuk berlebihan di siang hari.Tiga tipe apnea
tidur yang umum adalah apnea obstruktif, apnea pusat, apnea campuran.
Apnea obstruktif terjadi pada saat struktur faring atau rongga mulut
menyumbat aliran udara. Individu terus berupaya untuk bernafas yaitu otot
dada dan abdomen bergerak. Pergerakan diafragma menjadi lebih kuat dan
lebih kuat sampai obstruksi disingkirkan. Pembesaran tonsil, deviasi
septum nasal, polip hidung, dan kegemukan dapan menjadi penyebab
apnea obstruktif pada klien.
Apnea pusat diduga melibatkan defek pusat pernafasan di otak. Setiap
upaya pernafasan, seperti pergerakan dada dan aliran udara menurun.
Klien yang mengalami cedera batang otak dan distrofi otot misalnya sering
kali mengalami apnea tidur pusat. Pada saat ini tidak ada obatnya. Apnea
campuran merupakan kombinasi dari apnea pusat dan apnea obstruktif.
E. Mudah lelah
Kelelahan dapat menyebabkan gangguan tidur, dimana biasanya seseorang
yang kelelahan akan merasa seolah-olah mereka bangun ketika tidur dan
biasanya tidak mendapatkan tidur yang dalam.
Faktor Lingkungan
keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kemampuan untuk tertidur
dan tetap tertidur di antaranya adalah suara/ kebisingan, suhu ruangan,
dan pencahayaan. Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi
seseorang dapat mempercepat terjadinya proses tidur.
A. Suara bising
Kebisingan dapat menyebabkan tertundanya tidur dan juga dapat
membangunkan seseorang dari tidur sebagian besar orang tidak
mengeluhkan kurang tidur karena kebisingan tetapi memiliki tidur yang
non-restoratif, mengalami kelelahan dan atau sakit kepala pada saat
bangun pagi dan kantuk yang berlebihan di siang hari.
B. Sorot lampu ruangan yang terlalu terang
sorot lampu yang terlalu terang dapat menyebabkan gangguan tidur dan
dapat menghambat sekresi melatonin pada tubuh. Hal ini dapat
menyebabkan terjadinya pergeseran sistem sirkadian, dimana jadwal
tidur maju secara bertahap.
C. Suhu ruangan
Suhu ruangan yang terlalu panas/ terlalu dingin seringkali menyebabkan
seseorang gelisah. Keadaan ini akan mengganggu tidur seseorang.
seseorang akan mengalami gangguan tidur apabila tidur di ruangan yang
terlalu panas ataupun terlalu dingin.
- Ketakutan
- Tidur siang atau tidur sore lama
- Berduka
- Perubahan hormone terkait jenis kelamin
- Gangguan pola tidur normal (misalnya, berpergian, kerja shift)
- Konsumsi alkohol, kafein, obat, atau substansi lainnya.
- Tidur terputus
- Tangguang jawab sebagai orang tua
- Ketidaknyamanan fisik (nyeri panas, sesak napas, mual, dan lain
sebagainya).
- Stres
Didapatkan beberapa data-data yang mendukung, berikut ini adalah data-
data yang dapat memperkuat dalam menegakkan diagnosa insomnia apabila pada
pasien yang dirawat didapatkan beberapa data dan tidak harus semua data yang
ada berikut ini:
- Afek tampak berubah
- Tampak kurang bergairah.
- Menyatakan perubahan dalam perasaan.
- Menyatakan penurunan status kesehatan.
- Menyatakan penurunan kualitas hidup.
- Menyatakan sulit berkonsentrasi.
- Menyatakan sulit tidur.
- Menyatakan sulit tidur nyenyak.
- Menyatakan kurang puas tidur (pada saat ini).
- Menayatakan kurang bergairah.
- Menyatakan sulit tidur kembali setelah terbangun. Menyatakan gangguan
tidur yang berdampak pada keesokanhari.
- Menyatakan terbangunterlalu pagi.
- Sering membolos dari aktivitas.
b. Deprivasi tidur
Periode panjang tanpa tidur (“tidur ayam”, yang priodik dan alami secara
terus menerus).
- Halusinasi.
- Tremor tangan.
- Peningkatan sensitivitas terhadap nyeri.
- Ketidakmampuan konsentrasi.
- Iritabilitas.
- Letargi.
- Lesu.
- Malaise.
- Gangguan persepsi(gangguan sensasi tubuh,waham,merasa
melayang/sempoyongan)
- Gelisah.
- Reaksi lambat.
- Paranoia sementara.
c. Kesiapan Meningkatkan Tidur
Pola “tidur ayam” yang priodik dan alami, yang memberi istirahat adekuat,
mempertahankan gaya hidup yang diinginkan, dan dapat ditingkatkan.Penyebab
terjadinya kesiapan meningkatkan tidur, masih belum diketahui.Data-data yang
mendukung untuk menegakkan diagnose devrivasi tidur adalah:
- Jumlah tidur sesuai kebutuhan perkembangan.
- Mengekspresikan perasaan dapat beristirahat setelah tidur.
- Mematuhi rutinitas tidur yang meningkatkan kebiasaan tidur.
- Penggunaan obat penginduksi tidur hanya kadang-kadang saja.
- Menyatakan merasa cukup istirahat setelah tidur.
d. Gangguan Pola Tidur.
Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur kibat factor eksternal.
Penyebab terjadinya gangguan pola tidur:
- Kelembaban lingkungan sekitar.
- Suhu lingkungan sekitarnya.
- Tangguang jawab pemberi asuhan.
- Perubahan pajanan terhadap cahaya-gelap.
- Gangguan (misalnya untuk tujuan terapeutik, pementauan, pemeriksaan
laboratorium).
4. Keadaan tempat tidur yang nyaman, bersih, dan bantal yang nyaman.
5. Tingkatkan aktivitas sehari-hari dan kurangi aktivitas sebelum tidur.
6. Anjurkan klien untuk makan tinggi Protein sebelum tidur misalnya keju,
kacang
7. Pengetahuan kesehatan : jadwal tidur mengurangi stres, cemas dan
latihan relaksasi.
8. Anjurkan klien untuk tidurdengan posisi yangnyaman, seperti posisi
SIM (Miring Kanan Miring Kiri)
2.4.5. Implementasi
Intervensi keperawatan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas tidur
klien melibatkan banyak upaya non farmakologi. Upaya ini terdiri atas
penyuluhan kesehatan mengenai kebiasaan tidur, dukungan terhadap ritual waktu
tidur, penyediaan lingkungan yang tenang,upaya khusus meningkatkan
kenyamanan dan relaksasi, dan pertimbangan penting mengenai penggunaan obat
tidur.
2.4.6. Evaluasi
Dengan menggunakan data yang dikumpulkan selama perawatan dan hasil
yang di susun selama tahap perencanaan sebagai panduan, perawat menilai apakah
tujuan klien dan hasil telah tercapai. Data yang dikumpulkan terdiri dari observsi
durasi tidur klien dan tanda tidur REM dan NREM dan pertanyaan mengenai
bagaimana perasaan klien pada saat bangun,atau mengenai penggunaan teknik
relaksaki, kepatuhan terhadap siklus bangun tidur yang konsisten,atau
mengkonsusmsi susu sebelum tidur.
I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. L
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 51 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jalan Karya Bakti I No. 16 Kelurahan Sari Rejo
Kecamatan Medan Poloni
Tanggal Persalinan :-
Ruangan/kamar :-
Golongan darah :-
Tanggal Pengkajian : 20 Juni 2017
Diagnosa Medis : Hipertensi
II. KELUHAN UMUM
Tn. L mengatakan sulit tidur di malam hari
III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
A. Provocative/palliative
1. Apa Penyebabnya
25
Tn. A mengatakan bahwa gangguan tidur ini terjadi sejak kurang lebih 1 Tahun
yang lalu terutama saat Nyeri Kepala.
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan
berusaha untuk tidur.
B. Quantity/quality
1. Bagaimana dirasakan
Tn. L mengatakan tubuhnya lemas, kepala pusing, dan merasar ngantuk
tetapi sulit untuk tidur.
2. Bagaimana dilihat
Ketika di observasi Tn. L tampak lemas, adanya kantong mata berwarna
hitam.
IV. RIWAYAT HIPERTENSI
Pasien mengalami Hipertensi kurang lebih 5 tahun yang lalu.
V. RIWAYATKESEHATAN MASA LALU
A. Penyakit yang pernah dialami
Stroke Ringan.
B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan
Minum Obat,
C. Pernah dirawat/dioperasi
Pernah.
D. Lama dirawat
3 Hari.
E. Alergi
Ada alergi obat.
VI. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
A. Orang tua
Hipertensi.
B. Saudara Kandung
Hipertensi dan DM.
C. Penyakit keturunan yang ada
Hipertensi.
Nyeri Kepala
Kuantitas tidur
malam hari jam
01.00 – 05.00.
42