Vous êtes sur la page 1sur 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori dan model keperawatan komunitas


Kesehatan kerja, merupakan bidang khusus ilmu kesehatan yang ditujukan kepada
masyarakat pekerja dan sekitar perusahaan agar memperoleh derajat kesehatan setinggi-
tingginya, baik fisik, mental, maupun sosial.
Upaya ksehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas, beban, dam lingkungan
kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun
masyarakat di sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal (Undang-Undang
Kesehatan 1992).
Konsep dasar dari upaya kesehatan kerja ini adalah mengidentifikasi permasalahn,
mengevaluasi, dan dilanjutkan dengan tindakan pengendalian. Sasaran kesehatan kerja adalah
manusia dan meliputi aspek kesehatan dari pekerja itu sendiri. (Efendi & Makhfudli, 2009).
1. Ruang lingkup kesehatan kerja
Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan pekerjaan dan
lingkungan kerjanya baik fidsk maupun psikis dalam hal cara atau metode, proses, dan kondisi
pekerjaan yang bertujuan untuk:
- Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja di semua lapangan
kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental, maupun kesejahteraan sosialnya;
- Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh
keadaan atau kondisi lingkungan kerjanya;
- Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di dalam pekerjaannya dari kemungkinan
bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang membahayakan kesehatan;
- Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang sesuai dengan
kemampuan fisik dan psikis pekerjaannya.
2. Kapasitas, beban, dan lingkungan kerja
Kapasitas, beban, dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen utama dalam kesehatan
kerja. Kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta
kemampuan fisik yang prima diperlukan agar pekerja dapat melakukan pekerjaannya dengan
baik. Kondisi awal seseorang untuk bekerja dapat dipengaruhi oleh kondisi tempat kerja, gizi
kerja, dan lain-lain.
Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental. Beban kerja yang terlalu berat atau
kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang pekerja menderita gangguan
atau penyakit akibat kerja.
Kondisi lingkungan kerja (misalnya panas, bising, debu, zat-zat kimia, dan lain-lain) dapat
menjadi beban tambahan terhadap pekerja. Beban-beban tambahan tersebut secara sendiri atau
bersama-sama dapat menimbulkan gangguan atau penyakit akibat kerja.
3. Penyebab kecelakaan kerja
a. Penyebab dasar
1) Faktor manusia atau pribadi karena kurangnya kemampuan fisik, mental, dan psikologis karena
kurang atau lemahnya pengetahuan dan keterampilan (keahlian), stress dan motivasi yang tidak
cukup.
2) Faktor kerja atau lingkungan, antara lain karena ketidakcukupan kemampuan kepemimpinan
dan/atau pengawasan, pembelian atau pengadaan barang, perawatan, alat-alat, perlengkapan, dan
barang-barang atau bahan-bahan, standar-standar kerja, serta berbagai penyalahgunaan yang
terjadi di lingkungan kerja.

b. Penyebab langsung
1) Kondisi berbahaya (kondisi yang tidak standar), yaitu tindakan yang akan menyebabkan
kecelakaan misalnya peralatan pengaman, pelindung, atau riuntangan yang tidak memadasi atau
tidak memenuhi syarat; bahan dan peralatan yang rusak; terlalu sesak atau sempit; system-sistem
tanda peringatan yang kurang memadai; bahaya-bahaya kebakaran atau ledakan; kerapian atau
tata letak yang buruk; lingkungan berbahaya atau beracun (gas, debu, asap, uap, dan lainnya);
bising; paparan radiasi; serta ventilasi dan penerangan yang kurang (B. Sugeng, 2003).
2) Tindakan berbahaya (tindakan yang tidak standar), yaitu tingkah laku, atau perbuatan yang akan
menyebabkan kecelakaan misalnya mengoprasikan alat tanpa wewenang; gagal untuk member
peringatan dan pengamanan; bekerja dengan kecepatan yang salah; menyebabkan alat-alat
keselamatan tidak berfungsi; memindahkan alat-alat keselamatan; menggunakan alat yang rusak;
menggunakan alat dengan cara salah; serta kegagalan memakai alat pelindung atau keselamatan
diri secara benar (B. Sugeng, 2003).
B. Askep Komunitas
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis terhadap
mesyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan yang dihadapi oleh
masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalah pada fisiologis,
psikologis, sosial ekonomi, maupun spiritual dapat ditentukan.

a. Pengumpulan Data
1) Hal yang perlu dikaji pada komunitas atau kelompok antara lain : Inti (Core) meliputi : Data
demografi kelompok atau komunitas yang terdiri atas usia yang beresiko, pendidikan, jenis
kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan, serta riwayat timbulnya kelompok atau
komunitas.
2) Mengkaji 8 subsistem yang mempengaruhi komunitas, antara lain:
a. Perumahan, bagaimana penerangannya, sirkulasi, bagaimana kepadatannya karena dapat
menjadi stresor bagi penduduk
b. Pendidikan komunitas, apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat
c. Keamanan dan keselamatan, bagaimana keselamatan dan keamanan tempat tinggal, apakah
masyarakat merasa nyaman atau tidak, apakag sering mengalami stres akibat keamanan dan
keselamatan yang tidak terjamin
d. Kualiti dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan, apakah cukup menunjang, sehingga
memudahkan masyarakat mendapatkan pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan
e. Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan deteksi dini dan merawat atau memantau
gangguan yang terjadi
f. Sistem komunikasi, serta komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan masyarakat untuk
meningkatkan pengetahuan yang terkait dengan gangguan penyakit
g. Sistem ekonomi, tingkat sosial ekonomi masyarakat secara keseluruhan, apakah pendapatan
yang terima sesuai dengan Upah Minimum Registrasi (UMR) atau sebaliknya
h. Rekreasi, apakah tersedia sarana rekreasi, kapan saja dibuka, apakah biayanya dapat dijangkau
masyarakat
b. Jenis Data
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subjektif dan data objektif (Mubarak,
2005):
1) Data Subjektif
Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan oleh individu, keluarga,
kelompok, dan komunitas, yang diungkapkan secara langsung melalui lisan.
2) Data Objektif
Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan pengukuran
c. Sumber Data
1) Data primer
Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dari individu,keluarga, kelompok, masyarakat berdasarkan
hasil pemeriksaan atau pengkajian.
2) Data sekunder
Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya, misalnya:kelurahan, catatan
riwayatkesehatan pasien atau medical record.
o Cara Pengumpulan Data
a. Wawancara yaitu: kegiatan timbal balik berupa tanya jawab
b. Pengamatan yaitu: melakukan observasi dengan panca indra
c. Pemeriksaan fisik: melakukan pemeriksaan pada tubuh individu
o Pengelolaan Data
a. Klasifikasi data atau kategorisasi data
b. Perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan telly
c. Tabulasi data
d. Interpretasi data
1) Analisa Data : Kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data dengan
kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan atau masalah
yang dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah keperawatan.
2) Penentuan Masalah atau Perumusan Masalah Kesehatan : Berdasarkan analisa data dapat
diketahui masalah kesehatan dan masalah keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat sehingga
dapat dirumuskan masalah kesehatan.
3) Prioritas Masalah
Prioritas masalah dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan Abraham H Maslow:
 Keadaan yang mengancam kehidupan
 Keadaan yang mengancam kesehatan
 Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan

2. Diagnosa Keperawatan
Kesehatan Diagnosis keperawatan ialah respon individu pada masalah kesehatan baik yang
aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan komunitas akan memeberikan gambaran tentang
masalah dan status kesehatan masyarakat baik yang nyata dan yang mungkin terjadi. Diagnosa
ditegakkan berdasarkan tingkat rekreasi komunitas terhadap stresor yang ada.
Selanjutnya dirumuskan dalam tiga komponen, yaitu problem/masalah (P), etiology atau
penyebab (E), dan symptom atau manifestasi/data penunjang (S) (Mubarak, 2005).
a. Problem : merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang seharusnya
terjadi.
b. Etiologi : penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang dapat memeberikan arah terhadap
intervensi keperawatan.
c. Symptom : tanda atau gejala yang tampak menunjang masalah yang terjadi.

3. Perencanaan/ Intervensi
Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis keprawatan yang sudah
ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien. Perencanaan intervensi yang dapat
dilakukan berkaitan dengan diagnosa keperawatan komunitas yang muncul diatas adalah
(Mubarak, 2005):
a. Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit
b. Lakukan demonstrasi ketrampilan cara menangani penyakit
c. Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit
d. Lakukan kerja sama dengan ahli gizi dalam mennetukan diet yang tepat
e. Lakukan olahraga secara rutin
f. Lakukan kerja sama dengan pemerintah atau aparat setempat untuk memperbaiki lingkungan
komunitas
g. Lakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan

4. Pelaksanaan/Implementasi
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan yang telah disusun.
Dalam pelaksanaannya tindakan asuhen keperawatan harus bekerjasama dengan angoota tim
kesehatan lain dalam hal melibatkan pihak puskesmas, bidan desa, dan anggota masyarakat
(Mubarak, 2005). Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan tindakan yang telah
direncanakan yang bersifat (Efendi, 2009), yaitu:
a. Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit
b. Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini perilaku hidup sehat dan melaksanakan
upaya peningkatan kesehatan
c. Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan penyakit
d. Advocat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan komunitas

5. Penilaian/Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan
proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan dengan pedoman atau rencana
proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan
tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan
masyarakat komunitas dengan tujuan yang sudah ditentukan atau dirumuskan sebelumnya
(Mubarak, 2005).
Adapun tindakan dalam melakukan evaluasi adalah:
a. Menilai respon verbal dan nonverbal komunitas setelah dilakukan intervensi
b. Menilai kemajuan oleh komunitas setelah dilakukan intervensi keperawatan
c. Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah sakit

DAFTAR PUSTAKA
Efendi, Ferry dan Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Iqbal Mubarak, Wahit (2005). Pengantar Keperawatan Komunitas. Jakata : Penerbit Sagung Seto
Sugeng, B. 2005. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : Haji Masagung
Notoatmodjo, Prof. Dr. Soekidjo.2010.Etika dan Hukum Kesehatan.Jakarta:Rineka Cipta

Vous aimerez peut-être aussi