Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Dian Istiqamah Mardhatillah
10542 0272 11
Pembimbing :
dr. Wahyudi, Sp.BS
Assalamu’Alaikum WR.WB
Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas
rahmat, hidayah, kesehatan dan kesempatan-Nya sehingga laporan kasus dengan
judul ‘’ STORE ICH” ini dapat diselesaikan. Salam dan shalawat senantiasa
tercurah kepada baginda Rasulullah SAW, sang pembelajar sejati yang
memberikan pedoman hidup yang sesungguhnya.
Pada kesempatan ini, secara khusus penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada dosen pembimbing dr. Wahyudi,
Sp.BS yang telah memberikan petunjuk, pengarahan dan nasehat yang sangat
berharga dalam penyusunan sampai dengan selesainya laporan kasus ini.
Penulis menyadari sepenuhnya masih banyak terdapat kelemahan dan
kekurangan dalam penyusunan laporan kasus ini, baik dari isi maupun
penulisannya. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak senantiasa penulis
harapkan demi penyempurnaan laporan kasus ini.
Demikian, Semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi pembaca secara
umum dan penulis secara khususnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Tn. F (62-94-43) Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 35 Tahun Suku bangsa : Indonesia
Status perkawinan : Belum menikah Agama : Kristen
Pekerjaan : - Pendidikan :-
Alamat : Jln. Pontiku
Tanggal masuk RS : 20 April 2018
Keluhan utama :
Kesadaran menurun.
Riwayat pengobatan :
Pasien mengkonsumsi obat hipertensi tapi tidak rutin
Riwayat Alergi :
Riwayat alergi disangkal
Kepala
Ekspresi wajah : Tampak simetris
Rambut : Hitam
Bentuk : Normocephali
Mata
Konjungtiva : pucat (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Kedudukan bola mata: ortoforia/ortoforia
Pupil : bulat isokor diameter 2,5mm/2,5mm. Refleks
cahaya langsung (normal/normal), refleks cahaya
tidak langsung (normal/normal)
Telinga
Selaput pendengaran : sulit dinilai Lubang : lapang
Penyumbatan : -/- Serumen : +/+
Perdarahan : -/- Cairan : -/-
Mulut
Bibir : darah (-), swelling (-), stomatitis (-).
Leher
Trakhea terletak di tengah
Tidak teraba benjolan/KGB yang membesar
Kelenjar Tiroid : tidak teraba membesar
Kelenjar Limfe : tidak teraba membesar
Thoraks
Bentuk : simetris
Pembuluh darah : tidak tampak pelebaran pembuluh darah
Paru – Paru
Pemeriksaan Depan Belakang
Inspeksi Kiri Simetris saat statis dan Simetris saat statis dan
dinamis dinamis
Kanan Simetris saat statis dan Simetris saat statis dan
dinamis dinamis
Palpasi Kiri - Tidak ada benjolan - Tidak ada benjolan
- Vocal fremitus simetris - Vocal fremitus simetris
Kanan - Tidak ada benjolan - Tidak ada benjolan
- Vocal fremitus simetris - Vocal fremitus simetris
Perkusi Kiri Sonor di seluruh lapang Sonor di seluruh lapang
paru paru
Kanan Sonor di seluruh lapang Sonor di seluruh lapang
paru paru
Auskultasi Kiri - Suara vesikuler - Suara vesikuler
- Wheezing (-), Ronki (-) - Wheezing (-), Ronki (-)
Kanan - Suara vesikuler - Suara vesikuler
- Wheezing (-), Ronki (-) - Wheezing (-), Ronki (-)
Jantung
Inspeksi : Tidak tampak pulsasi iktus cordis
Palpasi : Teraba ictus cordis sela iga V, 1cm sebelah lateral
linea midklavikularis kiri.
Perkusi : Sonor/sonor
Batas kanan : Sela iga III-V linea sternalis kanan.
Batas kiri : Sela iga V, 1cm sebelah lateral linea midklavikularis
kiri.
Batas atas : Sela iga III linea parasternal kiri.
Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni reguler, Gallop (-), Murmur
(-).
Abdomen
Inspeksi : Tidak ada lesi, tidak ada bekas operasi, datar, simetris,
smiling umbilicus (-), dilatasi vena (-)
Palpasi : Timpani
Dinding perut : Supel, tidak teraba adanya massa / benjolan, defense
muscular (-), tidak terdapat nyeri tekan pada epigastrium,
tidak terdapat nyeri lepas.
Hati : Tidak teraba
Limpa : Tidak teraba
Ginjal : Ballotement -/-
Perkusi : Timpani di keempat kuadran abdomen
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas
Akral teraba hangat pada keempat ekstremitas. edema (-).
STATUS NEUROLOGIS
A. GCS : E2M5V2
B. Gerakan Abnormal : -
C. Leher : Sikap baik, gerak terbatas
D. Tanda Rangsang Meningeal : Tidak dilakukan
E. Nervus Kranialis
N.I ( Olfaktorius )
Subjektif Tidak Dilakukan
N. II ( Optikus )
Tajam penglihatan Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
(visus bedside)
Lapang penglihatan Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
Melihat warna Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
Ukuran Isokor, D 3mm Isokor, D 3mm
Fundus Okuli Tidak dilakukan
N.V (Trigeminus)
Membuka mulut + +
Menggerakan Rahang + +
Oftalmikus + +
Maxillaris + +
Mandibularis + +
N. VII ( Fasialis )
Perasaan lidah ( 2/3 anterior ) Tidak Dilakukan
Motorik Oksipitofrontalis Baik Baik
Motorik orbikularis okuli Baik Baik
Motorik orbikularis oris Baik Baik
N.VIII ( Vestibulokoklearis )
Tes pendengaran Tidak dilakukan
Tes keseimbangan Tidak dilakukan
N. IX,X ( Vagus )
Perasaan Lidah ( 1/3 belakang ) Tidak dilakukan
Refleks Menelan Baik
Refleks Muntah Tidak dilakukan
N.XI (Assesorius)
Mengangkat bahu Tidak dilakukan
Menoleh Tidak dilakukan
N.XII ( Hipoglosus )
Pergerakan Lidah Sulit
Disatria Ya
Kanan Kiri
Ekstremitas Bawah
Postur Tubuh Baik Baik
Atrofi Otot (-) (-)
Tonus Otot Menurun Normal
Gerak involunter (-) (-)
Kekuatan Otot 1111 4444
G. Refleks
Pemeriksaan Kanan Kiri
Refleks Fisiologis
Bisep + +
Trisep + +
Patella + +
Achiles + +
H. Gerakan Involunter
Kanan Kiri
Tremor - -
Chorea - -
J. Fungsi Autonom
Miksi : Baik
Defekasi : Baik
Sekresi keringat : Baik
Kesan :
- Perdarahan intra cerebri sinistra
- Herniasi subfalcine
V. RESUME
Pasien datang ke IGD RS Pelamonia dengan keluhan kesadaran menurun
sejak -/+ 1 jam yang lalu sebelum masuk rumah sakit, sebelum kesadaran
menurun pasien mengeluh pusing, lemah sebagian badan sebelah kanan, tiba-tiba
pasien duduk karena badan mulai lemah dan terjatuh tidak sadarkan diri. Muntah
1x saat di RS, lemah separuh badan sebelah kanan, mulut mencong ke kiri.
Menurut keluarganya pasien memiliki riwayat hipertensi, kolestrol, dan asam urat
tapi jarang kontrol. Sejak seminggu yang lalu pasien sudah sering mengalami
muntah dan pusing. Riwayat DM (-) HT (+).
Pada pemeriksaan fisik ditemukan kesadaran somnolen (GCS E2M5V2),
TD 200/140 mmHg, nadi 80 x/menit, pernapasan 28x/menit, dan suhu 36oC. Pada
pemeriksaan neurologis ditemukan defisit .
Pada pemeriksaan darah ditemukan leukositosis. Pada pemeriksaan MRI
kepala ditemukan adanya perdarahn ntrcrebri sinistra.
VI. Diagnosis
Stroke Intracerebral Hemoragic
VII. Penatalaksanaan:
1. Non medikamentosa
o Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit dan pengobatan
yang diberikan.
o Apabila keluarga pasien menemukan pasien mengalami penurunan
kesadaran, diharapkan keluarga pasien segera melapor ke petugas
medis.
2. Medikamentosa
Dari Specialis Neurologi
IVFD RL 20 tpm
Head up 30o
Oksigen 6-8 liter
Pasang NGT
Drips Santagesic/tgc
Manitol 20% 100cc/8jam/iv habis dalam 20 menit
Inj.Citicolin 500mg/12j/iv
Drips Neurobion amp/12j/drips
Inj. Omeprazole 40mg/12j/iv
Amlodipin 10mg 1x1
Lasix 1 amp extra
Dari Spesialis Bedah Saraf
Inj. Ceftriaxone 2 gr pre op
IX. Prognosis
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad fungsionam : Dubia ad bonam
Ad Sanationam : Dubia ad bonam
A. ANATOMI
Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron, sel-sel penunjang
yang dikenal sebagai sel glia, cairan serebrospinal, dan pembuluh darah.
Semua orang memiliki jumlah neuron yang sama sekitar 100 miliar, tetapi
koneksi di antara berbagi neuron berbeda-beda. Pada orang dewasa, otak
membentuk hanya sekitar 2% (sekitar 1,4 kg) dari berat tubuh total,
tetapi mengkonsumsi sekitar 20% oksigen dan 50% glukosa yang ada di
dalam darah arterial.
Otak diselimuti oleh selaput otak yang disebut selaput meninges.
Selaput meninges terdiri dari 3 lapisan :
1. Lapisan durameter yaitu lapisan yang terdapat di paling luar dari otak dan
bersifat tidak kenyal. Lapisan ini melekat langsung dengan tulang
tengkorak. Berfungsi untuk melindungi jaringan-jaringan yang halus dari
otak dan medula spinalis.
2. Lapisan araknoid yaitu lapisan yang berada dibagian tengah dan terdiri
dari lapisan yang berbentuk jaring laba-laba. Ruangan dalam lapisan
ini disebut dengan ruang subaraknoid dan memiliki cairan yang disebut
cairan serebrospinal. Lapisan ini berfungsi untuk melindungi otak dan
medulla spinalis dari guncangan.
3. Lapisan piameter yaitu lapisan yang terdapat paling dalam dari otak
dan melekat langsung pada otak. Lapisan ini banyak memiliki
pembuluh darah. Berfungsi untuk melindungi otak secara langsung.
C. EPIDEMIOLOGI
Sekitar 10% kasus stroke disebabkan oleh PIS. Sumber data dari
Stroke Data Bank (SDB), menyebutkan bahwa setidaknya 1 dari 10 kasus
stroke disebabkan oleh perdarahan parenkim otak. Populasi dimana frekuensi
hipertensinya tinggi, seperti Amerika-Afrika dan orang-orang Cina, Jepang
dan keturunan Thai, memiliki frekuensi yang tinggi terjadinya PIS. Perdarahan
intraserebral dapat terjadi pada rentang umur yang lebar, dapat terjadi pada
dekade tujuh puluh, delapan puluh dan sembilan puluh. Walaupun persentase
tertinggi kasus stroke pada usia dibawah 40 tahun adalah kasus perdarahan,
PIS sering juga terjadi pada usia yang lebih lanjut.
Usia lanjut dan hipertensi merupakan faktor resiko paling penting
dalam PIS. Perdarahan intraserebral terjadi sedikit lebih sering pada pria
dibanding wanita dan lebih sering pada usia muda dan setengah-baya pada ras
kulit hitam dibanding kulit putih di usia yang sama.
D. PATOFISIOLOGI
Kebanyakan kasus PIS terjadi pada pasien dengan hipertensi kronik.
Keadaan ini menyebabkan perubahan arteriosklerotik pembuluh darah kecil,
terutama pada cabang-cabang arteri serebri media, yang mensuplai ke dalam
basal ganglia dan kapsula interna. Pembuluh-pembuluh darah ini menjadi
lemah, sehingga terjadi robekan dan reduplikasi pada lamina interna,
hialinisasi lapisan media dan akhirnya terbentuk aneurisma kecil yang dikenal
dengan aneurisma Charcot-Bouchard. Hal yang sama dapat terjadi pembuluh
darah yang mensuplai pons dan serebelum. Rupturnya satu dari pembuluh
darah yang lemah menyebabkan perdarahan ke dalam substansi otak.
Pada pasien dengan tekanan darah normal dan pasien usia tua, PIS
dapat disebabkan adanya cerebral amyloid angiopathy (CAA). Keadaan ini
disebabkan adanya akumulasi protein β-amyloid didalam dinding arteri
leptomeningen dan kortikal yang berukuran kecil dan sedang. Penumpukan
protein β-amyloid ini menggantikan kolagen dan elemen-elemen kontraktil,
menyebabkan arteri menjadi rapuh dan lemah, yang memudahkan terjadinya
resiko ruptur spontan. Berkurangnya elemen-elemen kontraktil disertai
vasokonstriksi dapat menimbulkan perdarahan masif, dan dapat meluas ke
dalam ventrikel atau ruang subdural. Selanjutnya, berkurangnya kontraktilitas
menimbulkan kecenderungan perdarahan di kemudian hari. Hal ini memiliki
hubungan yang signifikan antara apolipoprotein E4 dengan perdarahan
serebral yang berhubungan dengan amyloid angiopathy.
Suatu malformasi angiomatous (arteriovenous malformation/AVM)
pada otak dapat ruptur dan menimbulkan perdarahan intraserebral tipe lobular.
Gangguan aliran venous karena stenosis atau oklusi dari aliran vena akan
meningkatkan terjadinya perdarahan dari suatu AVM.
Terapi antikoagulan juga dapat meningkatkan resiko terjadinya
perdarahan intraserebral, terutama pada pasien-pasien dengan trombosis vena,
emboli paru, penyakit serebrovaskular dengan transient ischemic attack (TIA)
atau katub jantung prostetik. Nilai internationa! normalized ratio (INR) 2,0 -
3,0 merupakan batas adekuat antikoagulasi pada semua kasus kecuali untuk
pencegahan emboli pada katub jantung prostetik, dimana nilai yang
direkomendasikan berkisar 2,5 - 3,5. Antikoagulan lain seperti heparin,
trombolitik dan aspirin meningkatkan resiko PIS. Penggunaan trornbolitik
setelah infark miokard sering diikuti terjadinya PIS pada beberapa ribu pasien
tiap tahunnya.
E. GEJALA KLINIS
Mayoritas pasien mengalami nyeri kepala akut dan penurunan
kesadaran yang berkembang cepat sampai keadaan koma. Pada pemeriksaaan
biasanya di dapati hipertensi kronik. Gejala dan tanda tergantung lokasi
perdarahan. Herniasi uncal dengan hilangnya fungsi batang otak dapat terjadi.
Pasien yang selamat secara bertahap mengalami pemulihan kesadaran dlam
beberapa hari. Pasien dengan perdarahan pada lobus temporal atau lobus
frontal dapat mengalami seizure tiba-tiba yang dapat diikuti kelumpuhan
kontralateral.
Pasien usia tua dengan tekanan darah normal yang mengalami PIS atau
perdarahan intraserebral karena amyloid angiopathy biasanya telah menderita
penyakit Alzheimer atau demensia progresif tipe Alzheimer dan dalam
perjalanannnya perdarahan dapat memasuki rongga subarakhnoid.
F. DIAGNOSIS
Computed Tomography (CT- scan) merupakan pemeriksaan paling
sensitif untuk PIS dalam beberapa jam pertama setelah perdarahan. CT-scan
dapat diulang dalam 24 jam untuk menilai stabilitas. Bedah emergensi dengan
mengeluarkan massa darah diindikasikan pada pasien sadar yang mengalami
peningkatan volume perdarahan. Magnetic resonance imaging (MRI) dapat
menunjukkan perdarahan intraserebral dalam beberapa jam pertama setelah
perdarahan. Perubahan gambaran MRI tergantung stadium disolusi
hemoglobinoksihemoglobin-deoksihemogtobin-methemoglobin-ferritin dan
hemosiderin.
G. OUTCOME FUNGSIONAL
Prediksi akurat untuk outcome pada PIS di unit gawat darurat menjadi
masalah yang penting bukan saja untuk menghadapi keluarga pasien, tapi juga
untuk menilai pasiennya membutuhkan perawatan intensif invasif, yang sering
membutuhkan rujukan rumah sakit. Pada dasarnya, prediksi ini untuk
mengidentifikasi pasien untuk mencapai pemulihan outcome fungsionalnya,
lebih dari sekedar dapat bertahan hidup, yang nantinya dapat memberi arahan
kepada keluarga dan tim medis untuk perawatan selanjutnya.
Ada banyak model instrumen untuk memprediksi outcome pada PIS
yang telah di publikasi dan telah diterima luas penggunaanya dalam klinis.
Prediktor yang sering digunakan termasuk volume perdarahan, nilai SKG,
hidrosefalus, letak lesi perdarahan, usia atau adanya perdarahan
intraventrikular.
Kehilangan fungsi yang terjadi setelah stroke sering digambarkan
sebagai impairments, disabilitas dan handicaps. Oleh WHO membuat batasan
sebagai berikut:
1. Impairments : menggambarkan hilangnya fungsi fisiologis, psikologis dan
anatomis yang disebabkan stroke. Tindakan psikoterapi, fisioterapi, terapi
okupasional ditujukan untuk memperbaiki kelainan ini.
2. Disabilitas adalah hambatan, kehilangan kemampuan untuk berbuat
sesuatu yang seharusnya dilakukan orang yang sehat seperti : tidak bisa
berjalan, menelan, melihat akibat pengaruh stroke.
3. Handicaps adalah halangan atau gangguan pada seorang penderita stroke
berperan sebagai manusia normal akibat impairment atau disability
tersebut.
I. INSTRUMEN
FUNC SCORE
FUNC score adalah instrumen penilaian klinis saat pasien stroke
perdarahan intraserebral tiba di rumah sakit, yang dapat memprediksi
pencapaian kemandirian fungsional setelah 90 hari kemudian.
Skor pada FUNC score dimulai 0 -11, skor ini tidak dikategorikan
dalam beberapa kelompok ( misal ringan, sedang atau berat ), tetapi dari
hasil studi sebelumnya menunjukkan bahwa nilai 11 mengindikasikan
kemungkinan yang sangat kuat bahwa outcome pasien dengan skor ini (11)
secara fungsional tidak akan bergantung kepada orang lain
(independence). Kenyataan lain menunjukkan bahwa tidak ada pasien
dengan nilai FUNC Score ≤ 4 yang mampu mencapai kemandirian secara
fungsional. Jadi semakin besar nilai FUNC score semakin besar pula
kemungkinannya pasien akan mencapai kemandirian secara fungsional.
FUNC score terdiri dari 5 komponen utama yaitu volume PIS,
umur, lokasi PIS, nilai SKG dan gangguan kognitif sebelum terjadinya
PIS.
1. Volume lesi perdarahan (PIS)
Volume lesi perdarahan diukur berdasarkan metode A x B x C /2,
dimana :
A = diameter terpanjang pada slice perdarahan yang terbesar
B = diameter tegak lurus dari A,
C = tebal potongan dimana lesi perdarahan masih terlihat.
Volume perdarahan dalam FUNC score dikategorikan dalam 3
kelornpok, yang dianggap paling bermakna secara klinis, yaitu : < 30
cm3 (nilai 4), 30-60 cm3 (nilai 2) dan > 60 cm3 (nilai 0).
2. Usia
Usia dikategorikan dalam 3 kelompok, yaitu : < 70 tahun (nilai 2), 70-
79 tahun (nilai 1) dan > 80 tahun (nilai 0)
3. Lokasi lesi perdarahan (PIS)
Lokasi perdarahan dibedakan datam 3 ketompok, yaitu lobar (niiai 2),
deep (nilai 1) dan infratentorial (nilai 0). Pembagian lokasi ini
memiliki nilai poin berdasarkan tingkat kekuatan yang berhubungan
dengan outcome.
Perdarahan di kategorikan lobar jika sumber perdarahan terlihat pada
daerah permukaan hemisfer serebral ke bagian dalam struktur gray
matter dari lobus frontal, parietal, temporal ataupun oksipital. Lokasi
deep berarti perdarahan bersumber dari daerah thalamus atau basal
ganglia. Lokasi infratentorial berarti perdarahan terjadi pada daerah
pons atau serebellar
4. Nilai Skala Koma Glasgow (SKG)
Niiai SKG dalam FUNC score dikategorikan dalam 2 kelompok yaitu
SKG > 8 (nilai 2) dan SKG < 8 (nilai 0).
5. Gangguan kognitif sebelum terjadinya PIS
Gangguan kognitif sebelum terjadinya PIS adalah adanya riwayat
gangguan kognitif yang didapat dari hasil wawancara dengan keluarga
ataupun dari rekam medis yang tersedia. Penilaiannya dengan
memakai kuesioner IQCODE (Informant Questionnaire on Cognitive
Decline in the Elderly) yang dibuat sedemikian rupa sehingga mampu
menggambarkan secara relatif perubahan kognitif pasien dalam 10
tahun terakhir. Dalam penelitian ini IQ CODE yang dipakai adalah
yang short IQ CODE yang terdiri dari 16 pertanyaan dimana masing-
masing pertanyaan memilkii 5 pilihan jawaban mulai dari nilai 1 (yang
berarti meningkat dengan perkiraan peningkatannya cukup besar)
sampai nilai 5 (yang berarti memburuk dengan perkiraan
perburukannya cukup berat).
Glasgow Coma Scale (GCS) atau Skala Koma Glasgow (SKG)
adalah suatu skala yang digunakan secara luas sebagai pengukuran klinis
semikuantitatif dari tingkat kesadaran berdasarkan keadaan buka mata,
respon verbal dan motorik penderita.
ICH ( Intracerebral Haemorrhage ) Score : adalah instrumen
penilaian klinis saat pasien stroke perdarahan intraserebral tiba di rumah
sakit, yang dapat memprediksi outcome mortalitas dalam 30 hari
kemudian, yang terdiri dari 5 komponen utama yaitu volume PIS, umur,
perdarahan infratentorial, nilai SKG dan perdarahan intraventrikular. Nilai
antara 0-6 dimana nilai 6 berarti resiko kematiannya dalam 30 hari sangat
tinggi.
J. PENATALAKSANAAN
Terapi hemostatik
Eptacog alfa adalah obat haemostasis yang dianjurkan untuk pasien
hemofilia yang resisten terhadap pengobatan faktor VIII replacement
dan juga bermanfaat untuk penderita dengan fungsi koagulasi yang
normal.
Aminocaproic acid terbuktitidak mempunyai efek menguntungkan.
Pemberian rF VIIa pada PIS pada onset 3 jam hasilnya adalah highly-
significant, tapi tidak ada perbedaan bila pemberian dilakukan setelah
lebih dari 3 jam.
Reversal of anticoagulation
Pasien PIS akibat dari pemakaian warfarin harus secepatnya diberikan
fresh frozen plasma atau prothrombic complex concentrate dan vitamin
K.
Prothrombic-complex concentrates suatu konsentrat dari vitamin K
dependent coagulation factor II, VII, IX, dan X, menormalkan INR
lebih cepat dibandingkan FFP dan dengan jumlah volume lebih rendah
sehingga aman untuk jantung dan ginjal.
Dosis tunggal intravena rFVIIa 10-90µg/kg pada pasien PIS yang
memakai warfarin dapat menormalkan INR dalam beberapa menit.
Pemberian obat ini harus tetap diikuti dengan coagulation-factor
replacement dan vitamin K karena efeknya hanya beberapa jam.
Pasien PIS akibat penggunaan unfractionated atau low moleculer
weight heparin diberikan Protamine Sulfat, dan pasien dengan
trombositopenia atau adanya gangguan fungsi platelet dapat diberikan
dosis tunggal Desmopressin, transfusi platelet, atau keduanya.
Pada pasien yang memang harus menggunakan antikoagulan maka
pemberian obat dapat dimulai pada hari ke-7-14 setelah erjadinya
perdarahan.
Tindakan bedah pada PIS
Keputusan mengenai apakah dioperasi dan kapan dioperasi masih tetap
kontroversial.
Tidak dioperasi bila:
- Pasien dengan perdarahan kecil (<10cm3) atau defisit neurologis
minimal.
- Pasien dengan GCS <4. Meskipun pasien GCS <4 dengan
perdarahan intraserebral disertai kompresi batang otak masih
mungkin untuk life saving.
Dioperasi bila:
- Pasien dengan perdarahan serebelar >3cm dengan perburukan
klinis atau kompresi batang otak dan hidrosefalus dari obstruksi
ventrikel harus secepatnya dibedah.
- PIS dengan lesi struktural seperti aneurisma malformasi AV atau
angioma cavernosa dibedah jika mempunyai harapan outcome
yang baik dan lesi strukturnya terjangkau.
- Pasien usia muda dengan perdarahan lobar sedang s/d besar yang
memburuk.
- Pembedahan untuk mengevakuasi hematoma terhadap pasien usia
muda dengan perdarahan lobar yang luas (>50cm) masih
menguuntungkan