Vous êtes sur la page 1sur 23

KASUS 1

“KELETIHAN”

Seorang perempuan G1P0A0 hamil 40-41 minggu, sedang dalam proses persalinan
kala II diruang bersalin. Kondisi klien saat ini kien mengataka mengalami nyeri
sangat hebat dan terlihat sangat keletihan karena klien mengalami kala I selama 14
jam. Saat ini klien telah mengalami pembukan lengkap sejak 1 jam 30 menit yang
lalu. Pemeriksaan tanda vital di dapatkan TD: 110/70 mmHg, N: 90x/m, S: 36,70C,
dan RR: 20x/m. TFU 34 cm, TBJ 3500 gr, presentase kepala, DJJ 140x/m, lendir
darah (+), kepala janin teraba masih tinggi, air ketuban jernih vesika, klien
mengungkapkan merasa cemas dengan persalinannya saat ini kerena anaknya tidak
kunjung lahir.

1. KLASIFIKASI ISTILAH PENTING


a. G1P0A0 : Gravida pertama, Para/partus 0, Abortus 0
G (Gravida) : Jumlah seluruh kehamilan
P (Para/partus) : Jumlah bayi yang dilahirkan dan memungkinkan hidup
A (Abortus) :Bayi yang dilahirkan <20 minggu (Sarjan, 2014)
b. Kala I: Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol
sampai pembukaan lengkap. Lama kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam
sedangkan multigravida 8 jam. (Manuaba, 2010)
c. TFU: Tinggi fundus uteri di atas simfisis pubis digunakan sebagai salah satu
indikator untuk menentukan kemajuan pertumbuhan janin dan dapat dijadikan
perkiraan usia kehamilan.
d. TBJ: Salah satu cara yang mudah dan sederhana untuk memperkirakan berat janin
adalah mengukur Tinggi Fundus Uteri (TFU). Studi ini menguji validitas penggunaan
rumus TBJ dalam memprediksi berat badan lahir berdasarkan tinggi fundus uteri ibu
hamil.
e. DJJ: Adalah denyut jantung janin, dapat terdeteksi dengan dopler pada usia
kehamilan 12 minggu.
2. Kata Kunci
a. G1P0A0
b. Kala I selama 14 jam
c. Mengalami nyeri sangat hebat
d. Terlihat sangat keletihan
e. TD: 110/70 mmHg
f. N: 90x/m
g. S: 36,70C
h. RR: 20x/m
i. TFU 34 cm
j. TBJ 3500 gr
k. Presentase kepala
l. DJJ 140x/m
m. lendir darah (+)
n. Kepala janin teraba masih tinggi
o. Air ketuban jernih vesika
p. Klien mengungkapkan merasa cemas dengan persalinannya saat ini kerena anaknya
tidak kunjung lahir
3. Mind Map

KELETIHAN

KPD MEMANJANG KALA I MEMANJANG


Persalinan yang fase latennya
KPD memanjang adalah berlangsung lebih dari 8 jam dan fase
KPD yang terjadi lebih dari 12 jam aktif laju pembukaannya tidak adekuat
sebelum waktunya melahirkan atau bervariasi; kurang dari 1 cm
(Constance Sinclair, 2010). setiap jam selama sekurang-kurangnya
2 jam setelah kemajuan persalinan;
Manifestasi klinik: kurang dari 1,2 cm per jam pada
- Keluar air ketuban berwarna putih primigravida dan kurang dari1,5 cm
keruh, jernih, kuning, hijau atau per jam pada multivara; lebih dari 12
kecoklatan, sedikit-sedikit atau jam sejak pembukaan 4 sampai
sekaligus banyak. pembukaan lengkap (rata-rata 0,5 cm
- Dapat disertai demam bila sudah per jam) (simkin, 2005; saifuddin,
infeksi 2009).
- Janin mudah di raba Lama kala I untuk
- Pada periksa dalam selaput primigravida sekitar 12 jam sedangkan
ketuban tidak, air ketuban sudah pada multigravida berlangsung selam
kering. 8 jam. Berdasarkan kurve friedman
- Ispekulo; tampak air ketuban pembukaan primi 1 cm perjam dan
mengalir atau selaput ketuban multi 2 cm perjam (Manuaba, 2007,
tidak ada Hlm. 165).
(mansjoer, 2002). Manifestasi klinik
- Pada ibu; gelisah, letih, suhu
badan meningkat, berkeringat,
nadi cepat, pernapasan cepat dan
meteorismus. Di daerah lokal
sering dijumpai edema vulva,
edema serviks, cairan ketuban
yang berbau, terdapat mekonium.
- Pada janin; DJJ
cepat/hebat/tidak teratur bahkan
negatif; air ketuban terdapat
mekonium, kental kehijaun,
berbau. (Mochtar, 2011)
Manifestasi Klinik KPD KALA I
MEMANJANG
a. Kala I selama 14 jam + +
b. Mengalami nyeri - -
sangat hebat
c. Terlihat sangat - +
keletihan + -
d. Air ketuban jernih - +
vesika
e. Cemas - +

4. PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING
a. Apa penyebab pasien mengalami kala I memanjang?
b. Penanganan apa yang bisa dilakukan pada persalinan yang lama?
5. JAWABAN PERTANYAAN PENTING
a. Apa penyebab pasien mengalami kala I memanjang
1) Kelainan panggul (panggul sempit)
2) Ketuban pecah dini
3) Kelainan his
4) Bayi besar atau ada kelainan kongenital
5) Kelainan letak janin
b. Penanganan apa yang bisa dilakukan pada persalinan yang lama
1) Penanganan umum:
a) Nilai dengan segera kedaan ibu hamil dan janin termasuk hidarasi dan tanda
vital.
b) Kaji kembali partograf, apakah pasien sudah inpartu, nilai keadaan his,
frekuensi, durasi dan konsistensinya.
c) Perbaiki keadaan umum dengan: dukungan emosi, perubahan posisi sesuai
dengan penangan persalinan normal. Periksa keton dalam urin dan berikan
cairan baik oral maupun parenteral. Upayaka BAK pemasangan kateter hanya
dilakukan jika perlu.
2) Penangan khusus terbagi atas penanganan khusus pada persalinan palsu, fase
laten memanjang dan fase aktif memanjang.
a) Pada persalinan palsu: persalinan lama karena memang belum masuk dalam
keadaan inpartu atau persalina palsu, tindakan yang dilakukan adalah periksa
apakah ada infeksi saluran kemih atau ketuban pecah.
b) Fase laten memanjang: his berlangsung secara teratur dan pembukaan tidak
bertambah maka lakukan ulang penilaian serviks: jika tidak ada perubahan
pendataran dan pembukaan serviks dan tidak ada gawat janin, mungkin pasien
belum inpartu. Jika ada kemajuan pendataran dan pembukaan serviks, maka
lakukan amniotomi dan induksi persalinan dengan oksitosin dna prostaglandin.
Lakukan penilaian ulang setiap 4 jam, jika pasien tidak masuk fase aktif
setelah dilakukan pemberian oksitosin selama 8 jam, lakukan seksio sesarea.
Jika didapatkan tanda-tanda infeksi seperti demam dan cairan vagina berbau:
lakukan akselerasi persalinan pervaginam dengan oksitosin berikan antibiotik
kombinasi hingga persalinan terjadi.
c) Fase aktif memanjang: jika tidak ada tanda-tanda CPD, atau obstruksi dan
ketuban masih utuh, ketuban dipecahkan. Nilai his: jika his tidak adekuat yaitu
kurang dari 3kali dalam 10 menit dengan durasi kurang dari 40 detik
pertimbangkan adanya inersia uteri. Jika his adekuat pertimbangkan adanya
disporporsi.
6. TUJUAN PEMBELAJARAN SELANJUTNYA
a. Mampu mengidentifikasi diagnosa/masalah potensial inpartu kala I memanjang
b. Mampu menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera inpartu kala I memanjang
c. Mampu melaksanakan langsung asuhan/implementasi inpartu kala I memanjang
d. Mampu melaksanakan evaluasi inpartu kala I memanjang
7. INFORMASI TAMBAHAN
a. Hubungan Senam hamil terhadap persalinan lama Saat menghadapi persalinan
umumnya ibu-ibu, baik yang belum pernah melahirkan ataupun yang sudah
pengalaman melahirkan dilanda rasa cemas dan panik. Hal ini membuat otot-otot
menjadi tegang, termasuk otot pada jalan lahir, ketegangan bisa terjadi karena stres
atau ketakutan yang dapat menyebabkan kakunya otot-otot dan persendian sehingga
persalinan menjadi tidak wajar. Pengaruh senam hamil adalah untuk meningkatkan
serta memperbaiki sistem peredaran darah, khususnya ke otot-otot, sehingga
meningkatkan kekuatan dari tonus otot, selain itu juga meningkatkan sirkulasi darah
ke uteroplasenta yang mengakibatkan perbaikan pertumbuhan otot uterus dan
perkembangan janin intrauterin. Pertumbuhan otototot uterus yang optimal akan
menyebabkan kondisi uterus lebih optimal dan terkoordinasi disaat persalinan. Senam
hamil memberikan efek yang positif terhadap pembukaan serviks dan aktivitas uterus
yang terkoordinasi saat persalinan, persalinan lebih awal dan lebih singkat pada
wanita yang melakukan senam hamil dibandingkan dengan wanita yang tidak
melakukan senam hamil (Artal dkk, (1999). Sebuah penelitian dokter di Trondheim
University hospital di norwegia diperiksa 300 ibu hamil yang sehat dan belum pernah
melahirkan. Setengah dari wanita hamil tersebut yang berusia 20 sampai dengan 36
minggu diberikan latihan intensif otot panggul (latihan kegel), para peneliti
menyelidiki apakah latihan panggul dapat mempengaruhi durasi persalinan dan
mempersingkat waktu persalinan , wanita yang mendapat latihan intensif otot panggul
memiliki kontrol otot panggul dan fleksibilitas yang lebih besar, yang mengakibatkan
persalinan lebih mudah. Laporan ini menunjukkan bahwa latihan panggul bisa
mencegah kala dua dalam persalinan lama karena didapatkan hasil 38% wanita yang
tidak mengikuti senam hamil mengalai pemanjangan di kala II yang lebih dari 1 jam
sedangkan wanita yang mengikuti senam hamil hanya 24 % yang mengalami
pemanjangan kala II (Salseven,2004). Jika dilihat dari beberapa hasil penelitian dapat
disimpulkan kalau memang ada hubungan antara senam hamil dan persalinan lama
sehingga para tenaga kesehatan yang terlibat langsung dalam pemeriksaan senam
hamil untuk lebih memberikan penjelasan manfaat senam hamil dan anjuran untuk
mengikutinya.
b. Hubungan Karakteristik Ibu terhadap Risiko Terjadinya Persalinan Lama
1) Umur
Di kedua ujung masa reproduksi, usia ibu mempengaruhi hasil akhir kehamilan.
Menurut national center for health statistics (Smith dkk, 1999),sekitar 13%
persalinan terjadi pada wanita usia antara 15 sampai 19 tahun. Remaja memiliki
kemungkinan lebih besar mengalami anemia, dan berisiko lebih tinggi memiliki
janin yang pertumbuhanya terhambat, persalinan prematur, dan angka kematian
bayi yang lebih tinggi (Fraser dkk,1995) sedangkan pada persalinan biasanya
terjadi distosia servikalis yaitu persalinan tidak maju karena servik kaku, tidak
membuka karena tidak adanya relaksasi sehubungan dengan incoordinate uterine
action primer atau karena kekakuan perineum. Karena tidak direncanakan ,
sebagian besar kehamilan remaja jarang mendapat konseling prakonsepsi. (Varney
dkk, 2008). Saat ini, sekitar 10% kehamilan terjadi pada kelompok usia 35 tahun
keatas, wanita yang lebih tua lebih besar kemungkinanya meminta konseling
prakonsepsi baik karena wanita tersebut telah menunda kehamilan dan sekarang
ingin mengoptimalkan kehamilanya, atau sebelum terapi infertilitas. Dahulu
istilah gravida tua digunakan untuk mendefinisikan wanita usia lebih dari 35
tahun, dan kelainan tertentu pada hasil akhir kehamilan persalinan yaitu distosia
karena kelainan tenaga yang terkait usia memang mulai meningkat pada kelompok
usia ini. Penelitan- penelitan awal mengisyaratkan bahwa wanita berusia lebih dari
35 tahun berisiko lebih tinggi mengalami penyulit obstetris serta morbiditas dan
mortalitas perinatal. Bagi wanita berumur yang mengidap penyakit kronik atau
yang kondisi fisiknya kurang, risiko ini sangat mungkin terjadi. Namun bagi
wanita yang beratnya normal, secara fisik bugar dan tanpa masalah medis,
risikonya jauh lebih rendah dari pada yang sebelumnya dilaporkan. Penelitian
Amirudin (2006) menunjukkan hasil analisis risiko umur ibu terhadap kejadian
persalinan lama memperlihatkan nilai OR= 1,766 (95% CI: 0,853<OR<3,652). Ini
berarti bahwa ibu dengan umur <20 tahun atau >35 tahun memiliki risiko
mengalami persalinan lama 1,766 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu
dengan umur 20-35 tahun tapi tidak bermakna secara statistik. Umur ibu yang
terlalu muda atau tua dianggap penting karena ikut menentukan prognosa
persalinan karena dapat membawa risiko. Penelitian Siti Mulidah di Kabupaten
Purworejo tahun 2002 menunjukkan umur ibu <20 atau >35 tahun memiliki risiko
0,58 kali lebih besar mengalami persalinan lama dibanding umur 20-35 tahun dan
tidak bermakna secara statistik.. Jika dilihat dari jumlah responden yang diteliti,
sebagian besar ibu hamil adalah kelompok usia reproduktif yaitu 20 sampai 35
tahun sehingga dapat dimungkinkan kejadian persalinan lama akan lebih banyak
pada kelompok ini.
2) Pendidikan
Pendidikan merupakan variabel dari kelas social yang sering dihubungankan
dengan angka kesakitan dan kematian. Semakin tinggi tingkat pendidikan
diharapkan semakin tinggi juga pengetahuan seseorang tentang semua hal yang
berhubungan dengan kesehatan , karena wawasan dan pola pikir seseorang lebih
baik dari pada yang tidak berpendidikan. Hubungan ini tidak bermakna secara
statistic dengan p> 0.05. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Rusmartini
(2003) yang menunjukkan bahwa faktor pendidikan tidak berhubungan dengan
terjadinya persalinan lama, nilai p > 0.05. namun tidak sesuai dengan penelitian
Hasil penelitian Mulidah (2002) pendidikan ibu yang rendah (<SMP) mempunyai
risiko 6 kali lebih tinggi untuk mengalami persalinan lama dibandingkan dengan
ibu dengan pendidikan tinggi (>SMP) . dan Penelitian Irsal dan Hasibullah
pendidikan ibu rendah memberikan risiko 9.3 kali lipat untuk mengalami kala II
yang lebih lama. Hal ini kemungkinan besar dikarenakan ibu yang bersalin di
RSPAD Gatot Soebroto DITKESAD tingkat pendidikanya menengah keatas, Hull
dan Pratomo (1990) melaporkan ibu yang melahirkan di rumah sakit dikota besar
50% relative berpendidikan tinggi. Pendidikan berpengaruh pada cara berpikir,
tindakan, dan pengambilan keputusan seseorang dalam menggunakan pelayanan
kesehatan, semakin tinggi pendidikan ibu maka akan semakin baik pengetahuanya
terhadap kesehatan (Dep kes, 1998).
3) Pekerjaan
Status pekerjaan ibu mencerminkan keadaan sosial ekonomi keluarga,
berdasarkan jenis pekerjaannya tersebut dapat dilihat kemampuan keluarga
terutama dalam pemenuhan makanan bergizi. Khususnya bagi ibu hamil,
pemenuhan kebutuhan makanan bergizi sangat berpengaruh terhadap
kehamilannya. Kekurangan gizi dapat berakibat buruk pada ibu maupun bayinya.
Hal ini sejalan dengan penelitian Rusmartini (2003) menunjukkan bahwa ibu
hamil yang tidak bekerja dan tidak Jurnal Ilmiah Kesehatan, 7(2); September 2015
senam saat hamil berpotensi 7.59 kali untuk menjadi kasus persalinan lama
dibandingkan dengan ibu yang bekerja dan mengikuti senam saat hamil.
Penelitian lain oleh Djalalluddin dkk (2004) menunjukkan bahwa ibu hamil tidak
bekerja selama kehamilanya berpotensi 1.71 kali terjadi persalinan lama
dibandingkan ibu hamil yang bekerja dan penelitian di RSIA Badrul Aini Medan
oleh Abdi tahun 2002-2006 dengan desain penelitian case series yang menyatakan
bahwa ibu dengan persalinan tak maju pekerjaan terbanyak pada ibu rumah tangga
(70%). Hal ini terjadi karena aktifitas ibu rumah tangga dianggap relatif lebih
ringan dibandingkan ibu yang bekerja diluar rumah oleh sebab itu ibu rumah
tangga diharapkan mau meningkatkan aktifitas seperti jalan-jalan pagi, mengepal
dengan jongkok akan membantu menguatkan otot panggul yang berfungsi pada
persalinan.
4) Paritas
Penelitian Retnowati (2005) menunjukkan bahwa ada hubungan antara paritas
dengan komplikasi persalinan (p 0.003). Penelitian lain yang sejalan yaitu
Amirudin (2006) menunjukkan hasil analisis risiko paritas terhadap kejadian
persalinan lama memperlihatkan nilai OR= 3,441 (95% CI: 1,992<OR<6,159). Ini
berarti bahwa ibu dengan paritas 1 memiliki risiko mengalami persalinan lama
3,441 kali lebih besar dibandingkan dengan paritas >1dan bermakna secara
statistik. Ibu paritas 1 cendrung lebih lama mengalami pembukaan lengkap
dibanding ibu dengan paritas >1. Penelitian Siti Mulidah di Kabupaten Purworejo
tahun 2002 bahwa ibu dengan paritas I cenderung lebih besar risikonya
mengalami persalinan lama sebesar 3,45 kali dan bermakna secara statistik.
Soeprono (1987) menyatakan bahwa insiden persalinan lama pada berbagai
paritas menunjukkan hasil yang berbeda dan secara statistik sangat bermakna
(p=0,001). Paritas merupakan faktor penting dalam menentukan nasib ibu dan
janin baik selama kehamilan maupun selama persalinan. Pada ibu dengan primi
para (wanita yang melahirkan bayi hidup pertama kali), karena pengalaman
melahirkan belum ada maka kemungkinan terjadinya kelainan dan komplikasi
cukup besar baik pada kekuatan his (power), jalan lahir (passage) dan kondisi
janin (passanger). Informasi yang kurang tentang persalinan bisa juga
mempengaruhi proses persalinan.
5) Tinggi Badan
Setiap wanita memiliki risiko yang dapat merugikan jiwanya maupun janin
maupun janin yang dikandungnya hanya saja memiliki derajat risiko yang
bervariasi. Faktor risiko bisa berhubungan dengan karakteristik individu wanita
tersebut. Faktor risiko mempunyai hubungan spesfik dengan akibat yang
dihasilkan, walaupun beberapa tumpang tindih dapat terjadi namun sifat yang
berhubungan dengan risiko yang lebih tinggi dari satu akibat bisa tidak
berhubungan dengan risiko tinggi pada akibat lainya. Kerugianya sifat-sifat seperti
umur yang sangat muda dan sangat tua, primiparitas, grandemultiparitas, berat
badan tidak sesuai dengan tinggi badan, tubuh pendek, sering dibicarakan sebagai
faktor risiko universal yang dihubungkan dengan semua atau paling tidak sebagian
besar sebagai penyulit pada kehamilan. Wanita yang tinggi badanya yang kurang
dari 145 dianggap berisiko untuk terjadi CPD (cephalo pelvic disproportion)
dibandingkan wanita yang memiliki tinggi badan lebih dari 145cm. Contoh kasus
wanita dengan kenaikan berat badan cukup tinggi mungkin risiko melahirkan
bayi dengan retardasi pertumbuhan dalam rahim lebih rendah, namun berisiko
untuk dapat mengakibatkan CPD (cepallopelvic disproportion) atau persalinan
lama (Varney, 2008). Hal ini sejalan dengan Penelitian Rusmartini (2003) yaitu
presentase ibu dengan tinggi badan ≤ 150 cm pada kasus 16.9 %lebih tinggi
dibandingkan kontrol(4%). Dilihat dari kekuatan hubungan tinggi badan ibu
mempunyai hubungan terhadap persalinan lama dengan p 0.003 dan odds ratio 5.
Banyak penelitian yang menguji langkah-langkah antropometrik sebagai prediktor
disproporsi Fetomaternal memberikan bukti bahwa seorang wanita lebih pendek,
semakin besar kemungkinan adalah ketidakseimbangan yang signifikan antara
janin dan panggul ibu, yang mengakibatkan terjadinya persalinan lama. Meskipun
ketinggian ibu dapat memprediksi risiko persalinan lama, juga merupakan indeks
kesehatan umum wanita dan status gizi dari masa kecilnya, di mana faktor genetik
memainkan peran utama. Dengan demikian, ketinggian tertentu harus terkait
dengan latar belakang genetik sendiri pasien. Hal ini ditunjukkan oleh berbagai
sumber yang telah diidentifikasi dalam studi yang berbeda sebagai yang
berhubungan dengan atau memprediksi peningkatan risiko persalinan lama.
Misalnya, asosiasi telah diidentifikasi untuk ketinggian ≤ 150-153 cm di Ghana,
<155 cm di Burkina Faso , <156 cm di Denmark , ≤ 150 cm di Kenya, <146 cm di
Tanzania , dan <140 cm di India ; kelahiran sesar diperkirakan dengan ketinggian
<160 cm di Zimbabwe dan ≤ 157 cm di Amerika Serikat (Konje dan Ladipo,
2000).
6) IMT
Prevalensi persalinan lama bervariasi dari satu negara ke negara lain, tetapi lebih
umum di negara-negara berkembang karena kurangnya fasilitas perawatan
kesehatan yang memadai , gizi buruk, kemiskinan, dan faktor sosial ekonomi dan
budaya yang menentang ortodoks perawatan dan pemeriksaan pada saat
kehamilan. Di negara-negara berkembang, kejadian persalinan sulit untuk
memperkirakan, terutama karena prosedur pengumpulan data sekunder kurang
dan karena kebanyakan studi yang dilaporkan adalah berdasarkan data dari yang
besar, rumah sakit tersier. Namun demikian, insiden persalinan lama dilaporkan
bervariasi dari 1-2/100 Jurnal Ilmiah Kesehatan, 7(2); September 2015 persalinan
di Nigeria untuk 3 / 100 persalinan di India . Perkiraan insiden ini adalah
independen dari angka kelahiran sectio caesaria karena sebagian besar persalinan
lama di negara berkembang masih dirawat dengan penanganan yang lambat
daripada oleh persalinan sectio caesaria (JC Konje observasi tidak diterbitkan,
1998). Janin didalam kandungan memerlukan zat gizi, karena janin harus
mendapatkan nutrisi yang baik, maka ibu juga harus mengkonsumsi makanan
yang baik karena hanya ibu yang dapat memenuhi kebutuhan janin.
c. Hubungan Karakteristik bayi terhadap Risiko Terjadinya Persalinan Lama
1) Berat Bayi Lahir Hasil analisa hubungan antara berat badan lahir dengan
persalinan lama adalah ibu yang memiliki anak dengan berat badan lahir lebih dari
3500 gram memiliki risiko 2.65 kali untuk terjadi persalinan lama dibandingkan
dengan ibu yang memiliki bayi dengan berat badan lahir < 3500 gram. Hubungan
ini bermakna secara statistic dengan p< 0.05. Hal ini sejalan dengan penelitian
Rusmartini (2003) bahwa ibu yang melahirkan bayi yang berat lahirnya >3500
gram memiliki risiko terjadi persalinan lama 2.17 kali dibandingkan dengan ibu
yang melahirkan bayi dengan berat badan <3500 gram. Nilai dari latihan selama
kehamilan adalah kontroversial, baik manfaat dan risiko telah dihipotesiskan.
Sebagai bukti empiris yang sedikit, masalah yang diselidiki dalam penelitian
prospektif yang dinilai dampak pada pertumbuhan janin latihan ibu di setiap
trimester kehamilan, pada penelitian Kardel dan Kase mendapatkan hasil tidak ada
perbedaan berat badan bayi lahir antara ibu yang ikut senam, bekerja dengan
intensitas tinggi dan sedang. Penelitian Campbel mendapatkan hasil ibu yang
mengikuti senam hamil > 5 kali mendapatkan berat badan lahir lebih baik (OR
4.61). Berat badan lahir sangat mempengaruhi proses persalinan karena semakin
besar berat lahir seorang bayi akan mempengaruhi tenaga ibu serta risiko dalam
persalinan misalnya distosia bahu.
2) Faktor Dominan Yang Meningkatkan Risiko Kejadian Persalinan Lama Hasil
analisis multivariat regresi logistik dengan model faktor risiko, faktor confounding
yang berkaitan dengan persalinan lama adalah paritas dan tinggi badan. Adapun
OR yang diperoleh adalah 7.9 artinya ibu yang tidak mengikuti senam hamil
berisiko7.9 kali mengalami kejadian persalinan lama dibandingkan dibandingkan
dengan ibu yang mengikuti senam hamil. Sedangkan hasil analisis dengan model
faktor prediksi hasinya tidak berbeda jauh dengan hasil analisis dengan model
prediksi bahwa variabel yang meningkatkan risiko untuk persalinan lama adalah
senam hamil, tinggi badan, kerja,berat badan lahir dan paritas. Variabel yang
paling dominan meningkatkan kejadian persalinan lama adalah variabel senam
hamil dengan OR 7.5 yang berarti ibu yang tidak mengikuti senam hamil
berpeluang meningkatkan risiko persalinan lama sebanyak 7.5 kali dibandingkan
ibu yang mengikuti senam hamil. Hasil penelitian ini sejalan dengan Penelitian
Salseven (2004) yang menunjukkan bahwa latihan panggul bisa mencegah kala
dua dalam persalinan lama karena didapatkan hasil 38% wanita yang tidak
mengikuti senam hamil mengalai pemanjangan di kala II yang lebih dari 1 jam
sedangkan wanita yang mengikuti senam hamil hanya 24 % yang mengalami
pemanjangan kala II.
8. KLARIFIKASI INFORMASI
a. CPD (cepallopelvic disproportion)
Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah suatu bentuk ketidaksesuaian
antara ukuran kepala janin dengan panggul ibu. (Reader, 1997). Seksio sesarea yaitu
suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat diatas 500 gram, melalui sayatan
pada dinding uterus yang masih utuh. Seksio sesarea yaitu suatu cara melahirkan
janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau
vagina untu melahirkan janin dari rahim (Mochtar, 1998).
Jadi post sektio caesarea dengan CPD adalah suatu tindakan yang dilakukan
untuk melahirkan janin melalui sayatan pada dinding uetrus dikarenakan ukuran
kepala janin dan panggul ibu tidak sesuai.
b. Kala II
Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm)
dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga disebut sebagai kala pengeluaran
bayi. Gejala dan tanda kala dua persalinan adalah : Ibu merasakan ingin meneran
bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
9. ANALISA DAN SINTESIS INFORMASI
A. Konsep Medik Kala I Memanjang
1. Definisi
Kala I memanjang adalah persalinan yang fase latennya berlangsung lebih dari
8 jam dan fase aktif laju pembukaannya tidak adekuat atau bervariasi; kurang dari 1
cm setiap jam selama sekurang-kurangnya 2 jam setelah kemajuan persalinan; kurang
dari 1,2 cm per jam pada primigravida dan kurang dari1,5 cm per jam pada multivara;
lebih dari 12 jam sejak pembukaan 4 sampai pembukaan lengkap (rata-rata 0,5 cm per
jam) (simkin, 2005; saifuddin, 2009).
Lama kala I untuk primigravida sekitar 12 jam sedangkan pada multigravida
berlangsung selam 8 jam. Berdasarkan kurve friedman pembukaan primi 1 cm
perjam dan multi 2 cm perjam (Manuaba, 2007, Hlm. 165).
2. Etiologi
Menurut Mochtar (2011), sebab-sebab terjadinya partus lama yaitu:
a) Kelainan letak janin
b) Kelainan-kelainan panggul
c) Kelainan his
d) Janin besar atau ada kelainan kongenital
e) Primi tua
f) Ketuban pecah dini
3. Manifestasi Klinik
a) Pada ibu
Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat, pernafaasan cepat
dan meteorismus. Pada di daerah lokal sering di jumpai edema vulva, edema
serviks, cairan ketuban yang berbau, terdapat mekonium.
b) Pada janin
1) Denyut jantung janin cepat/hebat/tidak teratur bahkan negatif; air ketuban
terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan, berbau.
2) Kaput suksedaneum yang besar.
3) Moulage kepala yang hebat.
4) Kematian janin dalam kandungan.
5) Kematiap janin intrapartal.
4. Patofisiologi
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kala I lama meliputi kelainan letak
janin seperti letak sungsang, letak lintang, presentase muka, dahi dan puncak kepala,
kelainan panggul seperti velvis terlalu kecil dan CPD (Cephalopelvic
Disproportion), kelainan his seperti inersia uteri, incoordinate uteri uction. Kelainan-
kelainan tersebut dapat mengakibatkan pembukaan serviks berjalan sangat lambat,
akibatnya kala I menjadi lama (Saifuddin, 2009).
5. Predisposisi
Faktor-faktor yang mempengaruhi kala I lama antara lain:
a) Kelainan letak janin
Meliputi presentase puncak kepala, presentase muka, presentase dahi, letak
sungsang, letak melintang, dan presentase ganda. Pada kelainan letak janin
dapat menyebabkan partus lam dan ketuban pecah dini, dengan demikian mudah
terjadi infeksi intrapartum. Sementara pada janin dapat berakibat adanya
gtrauma partus dan hipoksia karena kontraksi uterus terus menerus (Mochtar,
2011).
b) Kelainan his
1) Inertia uteri (Hypotonik uterine contraction)
Hypotonik uterine contraction suatu keadaan dimana kontraksi uterus lebih
lama, singkat, dan jarang daripada biasa. Keadaan umum penderita baik dan
rasa nyeri tidak seberapa. Selama ketuban masih utuh umumnya tidak
banyak bahaya, baik bagi ibu maupun janin, kecuali jika persalinan terlalu
lama.
2) Inertia uteri sekunder
Timbul setelah berlangsungnya his kuat untuk waktu yang lama. Karena
dewasa ini persalinan tidak dibiarkan berlangsung lama sehingga dapat
menimbulkan kelelahan otot uterus, maka inertsia sekunder jarang
ditemukan, kecuali pada wanita yang tidak di beri pengawasan baik waktu
persalinan.
3) His terlampau kuat (Hypertonik uterine contraction)
His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan selesai
dalam waktu yang singkat. Partus yang sudah selesai kurang dari 3 jam,
dinamakan partus presipitatus: sifat his normal, tonus otot diluar his juga
biasa, kelainan terletak pada kekuatan his. Bahaya partus resipitatus bagi ibu
adalah terjadinya perlukaan luas pada jalan lahir, khususnya serviks uteri,
vagina, perineum, sedangkan bayi bisa mengalami perdarahan dalam
tengkorak karena bagian tersebut mengalami tekanan kuat dalam waktu yang
singkat.
4) Incoordinate uterine action
Tidak adanya koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah, dan bawah
menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan pembukaan sehingga
menyebabkan kala I lama.
c) Kelainan lain
Meliputi pimpinan persalinan yang salah, janin besar atau ada kelainan
kongenital, primi tua primer dan sekunder, perut gantung, grandemulti, ketuban
pecah dini ketika serviks masih menutup, keras dan belum mendatar, kecemasan
dan ketakutan atau respon stres, pemberian analgetik yang kuat atau terlalu
cepat pada persalinan dan pemberian anastesi terdahulu sectio cesaria, IUFD
(Intra Uterin Fetal Death), ibu usia muda atau di bawah 17 tahun, adanya derajat
plasenta previa yang tidak diketahui atau adanya masa seperti fibroid yang
muncul dari uterus atau serviks (Chapman, 2006; Simkin, 2005; Oxorn, 2010;
Liu, 2007).
6. Komplikasi
a) Bagi Ibu
1) Ketuban Pecah Dini
Apabila kepala tertahan pada pintu atas panggul, seluruh tenaga dari uterus
di arahkan kr bagian membran yang menyentuh os internal. Akibatnya,
ketuban pecah dini lebih mudah terjadi infeksi (Wijayarini, 2004).
2) Sepsis puerperalis
Infeksi merupakan bahaya serius bagi ibu dan janin pada kasus persalinan
lama, terutama karena selaput ketuban pecah dini. Bahaya infeksi akan
meningkat karena pemeriksaan vagina yang berulang-ulang (Wijayarini,
2004).
3) Penipisan segmen bawah rahim yang abnormal menimbulkan bahaya serius
selama persalinan lama. Jika disproporsi sangat jelas sehingga tidak ada
engagement atau penurunan, segmen bawah rahim menjadi sangat tegang,
dan adapat diikuti oleh ruptur (Cungningham, 2013).
4) Cedera dasar panggul
Cedera pada otot dasar panggul, persyarafan, atau fasia penghubung adalah
konsekuensi perlahiran pervaginan yang sering terjadi, terutama apabila
kelahirannya sulit (Cuningham, 2013)
5) Dehidrasi
Ibu nampak kelelahan, nadi meningkat, tensi mungkin normal atau telah
turun, temperatur meningkat (Manuaba, 2004)
6) Pemeriksaan dalam
Terdapat oedam serviks, dan air ketuban bercampur mekoneum (Manuaba,
2004)
b) Bagi Janin
Persalinan dengan kala 1 lama dapat menyebabkan detak jantung janin
mengalami gangguan, dapat menjadi takikardi sampai bradikardi. Pada
pemeriksaan dengan menggunakan NST atau OCT menunjukkan asfiksia
intrauterin. Dan pada pemeriksaan sampel darah kulit kepala menuju pada
aneorobik metabolisme dan asidosis. Selain itu, persalinan lama juga dapat
berakibat adanya kaput suksidaneum yang besar (pembengkakan kulit kepala)
seringkali terbentuk pada bagian kepala yang dependen, dan molase (tumpang
tindih tulang-tulang kranium) pada kranium janin mengakibatkan perubahan
bentuk kepala (Hollingworth, 2012; Manuaba, 2013; Wijayarni, 2004).
7. Penatalaksanaan
Menurut Sarifuddin (20009), Simkin (2005), dan Oxorn (2010), penanganan umum
pada ibu bersalin kala 1 lama yaitu:

a. Nilali keadaan umum, tanda-tanda vital dan tingkat hidrasinya.


b. Tentukan keadaan janin :
1) Periksa DJJ selama atau segera sesudah his, hitung frekuensinya minimal
sekali 30 menit selma fase aktif.
2) Jika tredapat gawat janin lakukan sectio cesarea kecuali jika syarat dipenuhi
lakukan ekstrasi vakum atu forceps.
3) Jika ketuban sudah peca, air ketuban kehijau-hijauan atau bercampur darah
pikirkan kemungkinan gawat janin.
4) Jika tidak ada air ketuban yang mengalir setelah selaput ketuban pecah,
pertimbangkan adanya indikasi penurunan jumlah air ketuban yang dapat
menyebabkan gawat janin.
5) Perbaiki keadaan umum dengan:
a) Berikan dukungan semangat pada pasien selama persalinan.
b) Pemberian intake cairan setidaknya 2.500 ml/hari.
c) Dehidrasi ditandai adanya asepton dalam urine harus dicegah
d) Pengosongan kandung kemih dan usus harus
e) Pemberian sedatif agar ibu dapat istirahat dan rasa nyerinya diredakan
dengan pemberian analgetik (Tramadol atau Pethidine 25 mg). Semua
preparat ini harus digunakan dengan dosis dan waktu tepat sebab dalam
jumlah berlebihan dapat mengganggu kontraksi dan membahayakan
bayinya.
f) Pemefriksaan rektum atau vagina harus dikerjakan dengan frekuensi
sekecil mungkin. Pemerikasaan menyakiti pasien dan meningkatkan
resiko infeksi. Setiap pemeriksaan harus dilakukan dengan maksud yang
jelas.
g) Apabila kontaksi tidak adekuat menganjurkan untuk mobilisasi dengan
berjalan dan mengubah posisi dalam persalinan.
h) Rehidrasi melalui rehidrasi melalui infus atau minum.
i) Merangsang puting susu.
j) Acupresure.
k) Mandi selang persalinan fase aktif
l) Lakukan penilaian prekuensi dan lamanya kontraksi berdasarkan patograf
6) Evaluasi ulang dengan pemeriksaan Vagina tiap 4 jam.
7) Apabila garis tindakan dilewati (memotong) lakukan sectio cesarea.
8) Apabila ada kemajuan evaluasi setiap 2 jam.
9) Apabila tidak didapatkan tanda CPD (Cephalopelvic Dispropotion) atau
berikan penanganan umum yang kemungkinan akan memperbaiki kontraksi
dan mempercepat kemajuan persalinan.
10) Apabila ketuban utuh maka pecahkan ketuban.
11) Apabila kecepatan pembukaan servik pada waktu fase aktif kurang dari
1cm/jam lakukan penilaian kontraksi uterus.
12) Lakukan induksi dengan oksitosin drip 5 unit dalam 500 cc dekstrosa atau
Nacl.
13) Konsultasi dokter jika persalinan tidak ada kemajuan
ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Ny. -, DENGAN KALA I MEMANJANG

Seorang perempuan G1P0A0 hamil 40-41 minggu, sedang dalam proses persalinan
kala II diruang bersalin. Kondisi klien saat ini kien mengataka mengalami nyeri
sangat hebat dan terlihat sangat keletihan karena klien mengalami kala I selama 14
jam. Saat ini klien telah mengalami pembukan lengkap sejak 1 jam 30 menit yang
lalu. Pemeriksaan tanda vital di dapatkan TD: 110/70 mmHg, N: 90x/m, S: 36,70C,
dan RR: 20x/m. TFU 34 cm, TBJ 3500 gr, presentase kepala, DJJ 140x/m, lendir
darah (+), kepala janin teraba masih tinggi, air ketuban jernih vesika, klien
mengungkapkan merasa cemas dengan persalinannya saat ini kerena anaknya tidak
kunjung lahir.

1. Pengkajian
a) Data demografi
1) Biodata pasien
Nama : Ny. -
Umur :-
Jenis kelamin : Perempuan
Diagnosa medis : Kala I memanjang
b) Riwayat kesehatan
1) Keluhan saat dikaji : Kien mengatakan mengalami nyeri
sangat hebat dan terlihat sangat keletihan karena klien mengalami kala I
selama 14 jam.
2) Keluhan yang menyertai : Saat ini klien telah mengalami
pembukan lengkap sejak 1 jam 30 menit yang lalu. Pemeriksaan tanda
vital di dapatkan TD: 110/70 mmHg, N: 90x/m, S: 36,70C, dan RR:
20x/m. TFU 34 cm, TBJ 3500 gr, presentase kepala, DJJ 140x/m, lendir
darah (+), kepala janin teraba masih tinggi, air ketuban jernih vesika,
klien mengungkapkan merasa cemas dengan persalinannya saat ini
kerena anaknya tidak kunjung lahir.

c) Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum :
 Tanda – tanda vital : TD: 1 10/70 mmHg, N: 90x/m, RR: 20x/m,
SB ; 36,70C DJJ: 140x/m
 Sistem Reproduksi :-
DATA
1) Kien mengatakan mengalami nyeri sangat hebat
2) Terlihat sangat keletihan karena klien mengalami kala I selama 14
jam
3) Saat ini klien telah mengalami pembukan lengkap sejak 1 jam 30
menit yang lalu.
4) Pemeriksaan tanda vital di dapatkan:
TD: 110/70 mmHg N: 90x/m
S: 36,70C RR: 20x/m
TFU 34 cm TBJ: 3500 gr
DJJ 140x/m
5) Lendir darah (+)
6) Presentase kepala
7) Kepala janin teraba masih tinggi
8) Air ketuban jernih vesika
9) Klien mengungkapkan merasa cemas dengan persalinannya saat ini
kerena anaknya tidak kunjung lahir.
ANALISA DATA

NO DATA MASALAH KEPERAWATAN


1. Data Subjektif :
 Klien mengatakan mengalami nyeri
sangat hebat
Data Objektif :
 Terlihat sangat keletihan karena
klien mengalami kala I selama 14 Nyeri akut
jam
 Saat ini klien telah mengalami
pembukan lengkap sejak 1 jam 30
menit yang lalu
 Kepala janin teraba masih tinggi
2. Data Subjektif :
 Klien mengungkapkan merasa
cemas dengan persalinannya saat ini
Ansietas
kerena anaknya tidak kunjung lahir
Data Objektif :
 Kepala janin teraba masih tinggi
3.

Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada skenario ini adalah :
1) Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus.
2) Ansietas akut berhubungan dengan krisis situasional.
PATHWAY

Kehamilan (40-41 minggu)

Tanda-tanda Inpartu

Proses Persalinan

Kala 1

Kelainan His Kontraksi Uterus

Presentasi kepala masih tinggi Nyeri Akut

Kala 1 memanjang

Pasien merasa cemas

Ansietas
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi (NIC)
(NANDA) Evaluasi (NOC)
1. Nyeri akut NOC NIC
berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji ketidaknyamanan,
kontraksi uterus keperawatan selama perhatikan budaya dan
Ditandai dengan: proses persalinan nyeri respon
Data Subjektif : klien berkurang dengan 2. Bantu teknik relaksasi dan
 Klien mengatakan criteria hasil : massase.
mengalami nyeri  Ibu dapat menggunakan 3. Hitung waktu, frekuensi
sangat hebat teknik dalam secara berkala.
Data Objektif : mengontrol nyeri 4. Observasi TD
 Klien Terlihat  Ibu tampak rileks
sangat keletihan diantara kontraksi.
karena klien  Ibu terhindar dari
mengalami kala I analgesik/anestesia
selama 14 jam efek.
 Saat ini klien telah
mengalami
pembukan
lengkap sejak 1
jam 30 menit yang
lalu
 Kepala janin
teraba masih
tinggi
2. Ansietas akut NOC NIC
berhubungan dengan Setelah dilakukan askep 1. Anjurkan klien untuk,
krisis situasional selama proses persalinan mengungkapkan perasaan,
ditandai dengan : kecemasan klien masalah dan rasa takut.
Subjektif : berkurang denga kriteria 2. Kolaborasi dengan tenaga
 Klien hasil : medis untuk
mengungkapkan  Tampak rileks penatalaksanaan selanjutnya
merasa cemas  Pasien kooperatif sesuai dengan kondisi
dengan dalam teknik pasien.
persalinannya saat relaksasi dan nafas
ini kerena dalam.
anaknya tidak  Pasien melaporkan
kunjung lahir cemas berkurang
Data Objektif :  TD stabil
 Kepala janin
teraba masih
tinggi

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, E,J, 2000, Buku Saku Patofisiologi, EGC, Jakarta

Wilkinson M. Judith & Ahern R. Nancy Edisi 10 (2016), Buku Saku Diagnosis Keperawatan,
Jakarta
Mediaction Publishing Jilid I,II,III (2015), Aplikasi NANDA & NIC-NOC, Jakarta
Fitria, Rahmi, 2013 Efektifitas Jahe Untuk Menurunkan Mual Muntah Pada Kehamilan
Trimester I Di Puskesmas Dolok Masihul Kec. Dolok Masihul Kab. Serdang Bedagai
Varney, Helen., & Krieb, Jan M., & Gegor, Carolyn L. 2008. Asuhan Kebidanan volume 1.
EGC : Jakarta.

IPG, Supriatmaja. 2007. Hasil Penelitian Senam Hamil dan Lama Persalinan: Pengaruh
Senarn Hamil Terhadap Persalinan Kala I dan 11.Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan
Fakultas UNUD, Denpasar

Kasdu, Dini. 2007. Solusi dan Problem kebidanan. Puspa swara : Jakarta.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, 7(2); September 2015

Vous aimerez peut-être aussi