Vous êtes sur la page 1sur 6

BAB II

Pembahasan

2.1 PENGERTIAN HALUSINASI


Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu obyek tanpa adanya rangsangan
dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh pancaindra. Halusinasi merupakan
salah satu gejala gangguan jiwa yang pasien mengalami perubahan sensori persepsi, serta
merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaan, atau penciuman.
Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada.
Pasien gangguan jiwa mengalami perubahan dalam hal orientasi realitas. Salah satu
manifestasi yang muncul adalah halusinasi yang membuat pasien tidak dapat menjalankan
pemenuhan dalam kehidupan sehari-hari.

2.2. RENTANG RESPONS NEUROBIOLOGI


Halusinasi merupakan gangguan dari persepsi sensori, waham merupakan gangguan pada isi
pikiran. Keduanya merupakan gangguan dari respons neorobiologi. Oleh karenanya secara
keseluruhan, rentang respons halusinasi mengikuti kaidah rentang respons neorobiologi.
Rentang respons neorobiologi yang paling adaptif adalah adanya pikiran logis dan
terciptanya hubungan sosial yang harmonis. Rentang respons yang paling maladaptif adalah
adanya waham, halusinasi, termasuk isolasi sosial menarik diri. Berikut adalah gambaran
rentang respons neorobiologi.

Adaptif Maladaptif

  

VVVVVVV
Pikiran logis  Kadang proses pikir  Gangguan proses

 .Persepsi akurat tidak terganggu. berpikir/waham


 Emosi konsisten dengan  Ilusi.  Halusinasi.
pengalaman.
 Emosi tidak stabil.  Kesukaran proses emosi.
 Perilaku cocok  Perilaku tidak
 Perilaku tidak biasa.
 Hubungan sosial harmonis. terorganisasi.
 Menarik diri.
 Isolasi sosial.
2.3. INTENSITAS LEVEL HALUSINASI
Karakteristik dan Perilaku Pasien Halusinasi
Level Karaktersitik Halusinasi Perilaku Pasien
TAHAP I  Mengalami ansietas  Tersenyum/tertawa sendiri.
 Memberi rasa nyaman. kesepian, rasa  Menggerakkan bibir tanpa suara.
 Tingkat ansietas bersalah, dan  Penggerakan mata yang cepat.
sedang. ketakutan.  Respons verbal yang lambat.
 Secara umum  Mencoba berfokus  Diam dan berkonsentrasi.
halusinasi merupakan pada pikiran yang
suatu kesenangan. dapat menghilangkan
ansietas.
 Pikiran dan
pengalaman sensori
masih ada dalam
kontrol kesadaran
(jika kecemasan
dikontrol).
TAHAP II  Pengalaman sensori  Peningkatan sistem saraf otak,
 Menyalahkan. menakutkan. tanda-tanda ansietas, seperti
 Tingkat kecemasan  Mulai merasa peningkatan denyut jantung,
berat secara umum kehilangan kontrol. pernapasan, dan tekanan darah.
halusinasi  Merasa dilecehkan  Rentang perhatian menyempit.
menyebabkan rasa oleh pengalaman  Konsentrasi dengan pengalaman
antipati. sensori tersebut. sensori.
 Menarik diri dari  Kehilangan kemampuan
orang lain. membedakan halusinasi dari
NON PSIKOTIK realita.

TAHAP III  Pasien menyerah dan  Perintah halusinasi ditaati.


 Mengontrol tingkat menerima  Sulit berhubungan dengan orang
kecemasan berat pengalaman lain.
pengalaman sensori sensorinya.  Rentang perhatian hanya
tidak dapat ditolak  Isi halusinasi beberapa detik atau menit.
lagi. menjadi atraktif.  Gejala fisika ansietas berat
 Kesepian bila berkeringat, tremor, dan tidak
pengalaman sensori mampu mengikuti perintah.
berakhir.
PSIKOTIK
TAHAP IV  Pengalaman sensori  Perilaku panik.
 Menguasai tingkat menjadi ancaman.  Potensial tinggi untuk bunuh diri
kecemasan panik  Halusinasi dapat atau membunuh.
secara umum diatur berlangsung selama  Tindakan kekerasan agitasi,
dan dipengaruhi oleh beberapa jam atau menarik diri, atau katatonia.
waham. hari (jika tidak  Tidak mampu berespons terhadap
diinvensi). perintah yang kompleks.
PSIKOTIK  Tidak mampu berespons terhadap
lebih dari satu orang.
2.4. KLASIFIKASI HALUSINASI
Klasifikasi Halusinasi
Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjektif
Halusinasi dengar/suara  Bicara atau tertawa sendiri.  Mendengar suara-suara
 Marah-marah tanpa sebab. atau kegaduhan.
 Mengarahkan telinga ke  Mendengar suara yang
arah tertentu. mengajak bercakap-cakap.
 Menutup telinga.  Mendengar suara
menyuruh melakukan
sesuatu yang berbahaya.
Halusinasi penglihatan  Menunjuk-nunjuk ke arah  Melihat bayangan, sinar,
tertentu. bentuk geometris, bentuk
 Ketakutan pada sesuatu kartun, melihat hantu, atau
yang tidak jelas. monster.
Halusinasi penciuman  Mencium seperti sedang  Membaui bau-bauan
membaui bau-bauan seperti bau darah, urine,
tertentu. feses, dan kadang-kadang
 Menutup hidung. bau itu menyenangkan.
Halusinasi pengecapan  Sering meludah  Merasakan rasa seperti
 Muntah darah, urine, atau feses.
Halusinasi perabaan  Menggaruk-garuk  Mengatakan ada serangga
permukaan kulit. di permukaan kulit.
 Merasa seperti tersengat
listrik.

2.5. Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Faktor Predisposisi
1. Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal yang
dapat meningkatkan stres dan ansietas yang dapat berakhir dengan gangguan
persepsi. Pasien mungkin menekan perasaannya sehingga pematangan fungsi
intelektual dan emosi tidak efektif.
2. Faktor sosial budaya
Berbagai faktor di masyarakat yang membuat seseorang merasa disingkirkan
atau kesepian, selanjutnya tidak dapat diatasi sehingga timbul akibat berat
seperti delusi dan halusinasi.
3. Faktor psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis, serta peran ganda atau peran
yang bertentangan dapat menimbulkan ansietas berat terakhir dengan
pengingkaran terhadap kenyataan, sehingga terjadi halusinasi.
4. Faktor biologis
Struktur otak yang abnormal ditemukan pada pasien gangguan orientasi
realitas, serta dapat ditemukan atropik otak, pembesaran ventikal, perubahan
besar, serta bentuk sel kortikal dan limbik.
5. Faktor genetik
Gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi umumnya ditemukan pada
pasien skizofrenia. Skizofrenia ditemukan cukup tinggi pada keluarga yang
salah satu anggota keluarganya mengalami skizofrenia, serta akan lebih tinggi
jika kedua orang tua skizofrenia.

b. Faktor Presipitasi
1. Stresor sosial budaya
Stres dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan stabilitas keluarga,
perpisahan dengan orang yang penting, atau diasingkan dari kelompok dapat
menimbulkan halusinasi.

2. Faktor biokimia
Berbagai penelitian tentang dopamin, norepinetrin, indolamin, serta zat
halusigenik diduga berkaitan dengan gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi.

3. Faktor psikologis
Intensitas kecemasan yang ekstrem dan memanjang disertai terbatasnya
kemampuan mengatasi masalah memungkinkan berkembangnya gangguan orientasi
realitas. Pasien mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan yang tidak
menyenangkan.

4. Perilaku
Perilaku yang perlu dikaji pada pasien dengan gangguan orientasi realitas
berkaitan dengan perubahan proses pikir, afektif persepsi, motorik, dan sosial.
2. DIAGNOSIS
Pohon Masalah
Risiko mencederai diri sendiri, orang lain,
dan lingkungan

Perubahan persepsi sensosi: halusinasi.

Isolasi sosial: menarik diri.

Diagnosis Keperawatan
1. Risiko mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan berhubungan dengan halusinasi.
2. Perubahan persepsi sensor: halusinasi berhubungan dengan menarik diri.

RENCANA INTERVENSI
Tindakan Keperawatan untuk Pasien
1. Tujuan tindakan untuk pasien meliputi hal berikut.
a. Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya.
b. Pasien dapat mengontrol halusinasinya.
c. Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal.
2. Tindakan keperawatan
a. Membantu pasien mengenali halusinasi dengan cara berdiskusi dengan pasien tentang
isi halusinasi (apa yang didengar/dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi
terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul, dan respons
pasien saat halusinasi muncul.
b. Melatih pasien mengontrol halusinasi. Untuk membantu pasien agar mampu
mengontrol halusinasi, Anda dapat melatih pasien empat cara yang sudah terbukti
dapat mengendalikan halusinasi, yaitu sebagai berikut.
1) Menghardik halusinasi.
2) Bercakap-cakap dengan orang lain.
3) Melakukan aktivitas yang terjadwal.
4) Menggunakan obat secara teratur.
Tindakan Keperawatan untuk Keluarga
1. Tujuan
a. Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di rumah sakit maupun di rumah.
b. Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien.
2. Tindakan keperawatan
a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien.
b. Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang
dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi, serta cara
merawat pasien halusinasi.
c. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien
dengan halusinasi langsung di hadapan pasien.
d. Buat perencanaan pulang dengan keluarga.
EVALUASI
Evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang sudah Anda lakukan untuk pasien
halusinasi adalah sebagai berikut.
BAKKJ

1. Pasien mempercayai kepada perawat.


2. Pasien menyadari bahwa yang dialaminya tidak ada objeknya dan merupakan masalah
yang harus diatasi.
3. Pasien dapat mengontrol halusinasi.
4. Keluarga mampu merawat pasien di rumah, ditandai dengan hal berikut.
a. Keluarga mampu menjelaskan masalah halusinasi yang dialami oleh pasien.
b. Keluarga mampu menjelaskan cara merawat pasien di rumah.
c. Keluarga mampu memperagakan cara bersikap terhadap pasien.
d. Keluarga mampu menjelaskan fasilitas kesehatan yang dapat digunakan untuk
mengatasi masalah pasien.
e. Keluarga melaporkan keberhasilannnya merawat pasien.

BACAAN
Keliat, B.A., Akemat, Helena, N.C.D., dan Nurhaeni, H. 2007. Keperawatan Kesehatan Jiwa
Komunitas: CMHN (Basic Courese). Jakarta: EGC.
Lab/UPF Kedokteran Jiwa. 1994. Pedoman Diagnosis dan Terapi. RSUD Dr. Soetomo
Surabaya.
Maramis, W.F. 2010. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press: Surabaya.
Stuart dan Laraia. 2005. Principles and Pratice of Psychiatric Nursing. 8th Edition. St.Louis:
Mosby.
Stuart, G. W. dan Sundeen, S. J. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta: EGC.
Suliswati, dkk. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Varcarolis. 2006. Fundamentalis of Psychiatric Nursing Edisi 5. St.Louis: Elsevier.

Vous aimerez peut-être aussi