Vous êtes sur la page 1sur 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah masa

atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai 6

minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan

dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain

sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni, 2008)

Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa

kritis baik ibu maupun bayinya (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Komplikasi

yang terjadi pada masa nifas adalah pre eklamsia yang biasanya ditandai dengan

adanya hipertensi, edema dan proteinuria. Hipertensi biasanya timbul terlebih

dahulu dari pada tanda-tanda lain untuk menegakkan diagnosis pre eklamsia

(Prawirohardjo, 2006).

Dampak hipertensi pada ibu nifas, dilihat dari adaptasi psikologi adalah

pada periode taking hold. Ibu nifas merasa belum mampu merawat bayinya

sendiri dan masih memerlukan bantuan dari keluarga atau orang lain untuk

merawat bayinya (Suherni, 2008).


Masa nifas (puerperineum) adalah masa dimulainya setelah plasenta lahir

dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.

Masa ini berlangsung selama 6-8 minggu. (Saifuddin, 2006)

Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa

kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat

kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi 24 jam

pertama. (Sarwono, 2002:22-123).

Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2008

AKI di Indonesia cukup tinggi yaitu sebesar 248 per 100.000 kelahiran hidup.

Angka tersebut masih tertinggi di Asia. Sementara target Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN) sebesar 226 per 100.000 kelahiran hidup.

Penyebab terbesar kematian ibu terjadi pada masa nifas yaitu perdarahan 28%,

eklampsi 24%, infeksi 11%, dan lain-lain sebesar 11% (depkes RI, 2008)

Kondisi AKI di Indonesia saat ini adalah 359/100.000 kelahiran hidup.

Sesuai hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia termasuk salah satu

yang tertinggi di dunia.

Target pencapaian Millennium Development Goals (MDGs) Tahun

2015 dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi prioritas utama

dalam pembangunan kesehatan. Dari target MDGs 102 per 100.000 kelahiran

hidup (KH), pada tahun 2007 AKI telah mengalami penurunan 228 per 100.000

menjadi 118 per 100.000 KH.


Menurut, Wheeler, 2003. Morbiditas pada minggu pertama postpartum

biasanya disebabkan karena endometritis, mastitis, infeksi pada episiotomi atau

laserasi, infeksi traktus urinerius dan penyakit lainnya.

Pemeriksaan pada masa nifas tidak banyak mendapat perhatian ibu, karena

sudah dirasa baik dan selanjutnya semua berjalan lancar. Pemeriksaan kala nifas

sebenarnya sangat penting dilakukan untuk mendapatkan penjelasan yang

berharga dari dokter/bidan yang menolong persalinan itu. Diantara masalah

penting tersebut adalah melakukan evaluasi secara menyeluruh tentang alat

kelamin dan mulut rahim yang mungkin masih luka akibat proses persalinan.

Mengingat masa nifas adalah masa transisi dimana ibu mengalami

perubahan-perubahan sehingga diperlukan dukungan baik dari petugas maupun

keluarga segera setelah kelahiran, pengalaman dramatis wanita berhubungan

dengan perubahan anatomi dan psikologi sebagai transisi ke keadaan sebelum

hamil. Secara psikologis wanita mengalami proses menuju tercapainya menjadi

seorang ibu yang dipengaruhi oleh kepercayaan individu dan kebudayaan.

Pelayanann kesehatan professional yang baik mendukung wanta melewati masa

ini dengan mngembalikan kemampuan wanita untuk merawat bayinya. Pengaruh

kebudayaan yang baik sangat penting untuk wanita dan keluarganya, dapat

meningkatkan konseling dan penilaian fisik dan psikologis.


B. Rumusan Masalah

Berdasarkaan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah

yaitu ”Bagaimana Asuhan Kebidanan Post Natal pada Ny “A” dengan Hipertensi di

Puskesmas Bua Tanggal 05Februari 2019 ?


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Umum Tentang Nifas

1. Definisi

Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa latin, yaitu puer yang

artinya bayi dan partus yang artinya melahirkan atau berarti masa sesudah

melahirkan. Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,

plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ

kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu.

Periode masa nifas (puerperium) adalah periode waktu selama 6-8 minggu

setelah persalinan (Saleha, 2009).

Secara garis besar terdapat tiga proses penting di masa nifas, yaitu

sebagai berikut:

a. Pengecilan Rahim atau Involusi

Rahim adalah organ tubuh yang spesifik dan unik karena dapat

mengecil serta membesar dengan menambah atau mengurangi jumlah

selnya. Pada wanita yang tidak hamil, berat rahim sekitar 30 gram

dengan ukuran kurang lebih besar telur ayam. Setelah bayi lahir,

umumya berat rahim menjadi sekitar 1000 gram dan dapat diraba kira-
kira 2 jari dibawah pusat. Secara alamiah rahim akan kembali mengecil

perlahan-lahan ke ukuran semula.

b. Kekentalan Darah (Hemokosentrasi) kembali Normal

Selama hamil, darah ibu mengalami hemodelusi yang menyebabkan

darah relative lebih encer, karena cairan darah bertambah tetapi sel

darahnya tetap bahkan cenderung berkurang. Setelah melahirkan, sistem

sirkulasi darah ibu akan kembali ke seperti semula. Darah kembali

mengental, dimana kadar perbandingan sel darah dan cairan darah

kembali normal. Umumnya hal ini terjadi pada hari ke-3 sampai ke-15

pascasalin.

c. Proses Laktasi atau Menyusui

Proses ini timbul setelah plasenta lahir karena plasenta mengandung

hormone penghambat prolactin yang menghambat pengeluaran ASI.

Setelah plasenta lepas hormone plasenta tidak dihasilkan lagi sehingga

terjadi produksi ASI. ASI keluar 2-3 hari setelah melahirkan.

2. Tahap Masa Nifas

Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut :

a. Periode early postpartum atau nifas dini (24 jam-1 minggu). Pada

fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak

ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup

mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan

baik.
b. Periode late postpartum atau nifas lanjut (1 minggu- 6 minggu). Pada

periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-

hari serta konseling KB (Saleha, 2009).

3. Adaptasi Perubahan Fisik Masa Nifas

a. Perubahan sistem reproduksi

Selama masa nifas alat-alat genetalia interna maupun eksterna

akan berangsurangsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.

Perubahan-perubahan alat genital ini dalam keseluruhan disebut

involusi.

Pada hari ke-5 postpartum uterus kurang lebih setinggi 7 cm di

atas simfisis atau setengah simfisis pusat, sesudah 12 hari uterus

tidak dapat diraba lagi diatas simfisis. Postpartum 2 minggu

diameternya menjadi 3,5 cm dan pada postpartum 6 minggu telah

mencapai 2,4 cm.

b. Lochea

Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan

vagina selama masa nifas. Pada 0-3 hari keluar cairan berwarna

merah atau disebut lochea rubra, pada hari ke 3 sampai ke 7 keluar

cairan berwarna merah kuning berisi darah dan lendir atau disebut

lochea sanguinolenta, pada hari ke 7 sampai ke 14 cairan yang keluar

berwarna kuning atau disebut lochea serosa, cairan ini tidak berdarah

lagi, setelah 2 minggu, lokea hanya merupakan cairan putih yang


disebut dengan lokia alba. Lochea mempunyai bau yang khas, tidak

seperti bau menstruasi.

c. Endometrium

Perubahan pada endometrium adalah trombosis, degenerasi, dan

nekrosis ditempat implantasi plasenta. Pada hari pertama tebal

endometrium 2,5 mm, mempunyai permukaan yang kasar akibat

pelepasan desidua, dan selaput janin. Setelah tiga hari mulai rata,

sehingga tidak ada pembentukan jaringan parut pada bekas

implantasi plasenta (Saleha, 2009).

d. Serviks

Perubahan yang terjadi pada servik ialah bentuk servik agak

mengangah seperti corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk ini

disebabkan oleh corpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi,

sedangkan servik tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada

perbatasan antara korvus dan servik berbentuk semacam cincin

(Sulistyawati, 2009).

e. Perubahan sistem pencernaan

Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan. Hal ini

disebabkan karena makanan padat dan kurang berserat selama

persalinan.
f. Perubahan perkemihan

Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu,

tergantung pada keadaan sebelum persalinan, lamanya partus kala

dua dilalui, besarnya tekanan kepala yang menekan pada saat

persalinan (Rahmawati, 2009).

g. Perubahan sistem muskuloskeletal

Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang

pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan

pulih kembali sehingga tak jarang uterus jatuh kebelakang dan

menjadi retropleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendor.

Tidak jarang pula wanita mengeluh kandungannya turun setelah

melahirkan karena ligamen, fasia, jaringan penunjang alat genetalia

menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6 - 8

minggu setelah persalinan (Sulistyawati, 2009).

h. Perubahan tanda-tanda vital

1) Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat celsius.

Sesudah partus dapat naik kurang lebih 0,5 derajat celsius dari

keadaan normal.

2) Nadi normal berkisar antara 60-80 denyutan permenit setelah

partus.

3) Tekanan darah pada beberapa kasus ditemukan keadaan

hipertensi postpartum akan menghilang dengan sendirinya


apabila tidak terdapat penyakit-penyakit lain yang menyertainya

dalam setengah bulan tanpa pengobatan (Saleha, 2009).

4. Adaptasi Psikologis pada Masa Nifas

Ada 3 fase penyesuaian ibu terhadap perannya sebagai orangtua,

yaitu fase taking in, fase taking hold, fase letting go (Lubis, 2010).

a. Fase Taking-in

Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung

dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu,

fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman

selama proses persalinan sering berulang diceritakannya. Kelelahan

membuat ibu cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur,

seperti mudah tersinggung. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi

pasif terhadap lingkungannya. Oleh karena itu kondisi ibu perlu

dipahami dengan menjaga komunikasi yang baik. Gangguan

psikologis yang mungkin dirasakan ibu adalah:

1) Kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang diinginkan

tentang bayinya misalnya jenis kelamin tertentu, warna kulit,

jenis rambut dan lain-lain.

2) Ketidaknyamanan sebagai akibat dari perubahan fisk yang

dialami ibu misalnya rasa mules karena rahim berkontraksi untuk

kembali pada keadaan semula, payudara bengkak, nyeri luka

jahitan.
3) Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya.

b. Fase Taking Hold

Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan.Pada

fase taking hold, ibu merasa khawatir atau ketidak mampuan dan rasa

tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Selain itu perasaannya

sangat sensitif sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya

kurang hati-hati.Oleh karena itu ibu memerlukan dukungan karena

saat ini merasakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai

penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa

percaya diri.

c. Fase Letting Go

Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran

barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah

mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.Keinginan

untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini.

5. Keluarga berencana (KB)

Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu untuk

mendapatkan objek-objek tertentu, menghindari kehamilan yang tidak

diinginkan mendapatkan kehamilan yang diinginkan, mengatur interval

kehamilan, menentukan jumlah anak dalam keluarga, mengontrol saat

kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri. (Hanifa, 2003).


Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan, alat

yang digunakan untuk menunda kehamilan dan menjarangkan jarak

kelahiran. (Hanifa, 2003).

Kontrasepsi memiliki banyak jenis pilihan dan digunakan

berdasarkan indikasi tertentu sehingga tidak menimbulkan efeksamping

yang berbahaya bagi akseptor. Jenis kontrasepsi antara lain:

a. MAL (Metode Amenorea Laktasi);

b. Pil progestine;

c. Pil kombinasi;

d. Suntik progestine;

e. Suntik kombinasi;

f. AKDR (Alat kontasepsi dalam Rahim);

g. AKBK (Alat kontrasepsi bawah kulit);

h. Kondom wanita;

i. Kondom pria;

j. Tubektomi ;

k. Vasktomi

MAL (Metode Amenorea Laktasi)

MAL (Metode Amenorea Laktasi) adalah metode kontrasepsi yang

mengandalkan pemberian ASI secara ekslusif sampai bayi berusia 6

bulan (BKKBN.pdf).

Kriteria MAL yaitu :


a. Ibu belum menstruasi;

b. Ibu memberikan ASI ekslusif;

c. Bayi belum berusia 6 bulan.

Keuntungan menggunakan MAL yaitu tingkat keberhasilan yang

tinggi sekitar (98%), langsung bekerja mencegah kehamilan, tidak

menganggu senggama, tidak ada efek samping bagi kesehatan, tidak

perlu datang ke nakes, tidak mengeluarkan baya. Sedangkan

kelemahannya jika ibu tidak menyusui secara penuh atau eksklusif maka

dapat terjadi kegagalan kontrasepsi.

Syarat kriteria agar MAL efektif yaitu

a. Ibu harus menyusui bayu secara penuh;

b. Perdarahan yang terjadi <56 hari pasca bersalinan belum dianggap

darah haid;

c. Bayi menghisap payudara ibu secara langsung;

d. IMD pada bayi baru lahir sampai 1 jam; (5) memberikan kolostrum

pada bayi;

e. Ibu menyusui sesuai kebutuhan bayi melalui kedua payudara;

f. Bayi disusui sesering mungkin termasuk malam hari;

g. Hindari jarak menyusui hingga 4 jam.

6. Evidence Based

Inkontinensia urine merupakan kondisi yang umum terjadi pada

wanita. Etiologi inkontinensia urine bersifat multifaktorial, tetapi


kehamilan dan pelahiran tampaknya menjadi faktor resiko utama,

khusunya pada ibu muda dan paruh baya. Indeks massa tubuh yang tinggi

juga merupakan faktor resiko inkontinensia urine. Kenaikan berat badan

menunjukkan asosiasi yang kuat dengan inkontinensia urine. Kenaikan

berat badan yang berlebihan selama kehamilan diyakini memberi

kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan inkontinensia urine

selama dan setelah kehamilan, tetapi studi epidemiologi yang mengkaji

hubungan ini tidak adekuat. Keterbatasan studi terkait hubungan antara

inkontinensia urine dengan berat badan mendorong Wesnes memutuskan

untuk melakukan analisis yang didasarka pada Norwegian Mother and

Child Cohort Study (MoBa), sebuah studi kohort ibu hamil berbasis

populasi yang besar dengan beberapa tahun tindak lanjut untuk

menyelidiki masalah kesehatan ibu dan anak.

Studi yang dilakukan dengan tujuan menyelidiki bagaimana kejadian

inkontinensia urine selama kehamilan dipengaruhi oleh kenaikan berat

badan selama usia gestasi 0-15 minggu dan 15-30 minggu. Selain itu,

studi ini juga menginvestigasi bagaimana kejadian dan prevalensi

inkontinensia urine pada 6 bulan postpartum dipengaruhi oleh kenaikan

berat badan selama usia gestasi 0-15 minggu, 15-30 minggu.


B. Tinjauan Khusus Tentang Hipertensi

1. Definisi Hipertensi

Hipertensi Postpartum adalah Hipertensi atau kenaikan tekanan darah

lebih dari 160/90 mmHg setelah anak lahir.

Hipertensi Postpatum juga dikenal sebagai tekanan darah tinggi yang

terjadi pada seorang wanita setelah bayinya lahir. Ini biasanya terjadi pada

minggu pertama setelah bayi lahir. Sedangkan hipertensi dapat umum

setelah kelahiran bayi anda, itu adalah sesuatu yang harus dipantau ketat

karena bisa berbahaya.Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan stroke atau

dalam kasus yang lebih ekstrim,bahkan kematian. Untungnya, karena terjadi

begitu cepat setelah melahirkan, kebanyakan wanita sudah dalam perawatan

dokter mereka, bidan, dan perawat sehingga lebih mudah untuk mengawasi

kondisi.

Hipertensi akhir postpartum adalah sebuah kejadian yang tidak biasa

yang menggambarkan wanita dengan kehamilan normotensif yang

mengembangkan hipertensi beberapa minggu sampai beberapa bulan setelah

melahirkan.

Hipertensi Post partum adalah Tekanan darah secara tipikal meningkat

setelah kehamialn lewat lima hari pertama. Maka wanita yang telah

mengalami hipertensi selama kehamilan dapat menjadi normotensive dengan

cepat setelah kelahiran, tetapi kemudian menjadi hipertensi lagi dalam


minggu pertama post natal. Kebutuhan untuk mendapatkan kontrol

hipertensi dapat memperlambat pulangnya pasien.

Hipertensi Postpartum adalah hipertensi yang biasanya sembuh secara

spontan dalam beberapa minggu (rata-rata 16 ± 9,5 hari) dan hampir selalu

pergi oleh 12 minggu postpartum.

2. Etiologi

Kondisi stress dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah, karena

saat seseorang dalam kondisi stress akan terjadi pengeluaran beberapa

hormon yang akan menyebabkan penyempitan dari pembuluh darah, dan

pengeluaran cairan lambung yang berlebihan, akibatnya seseorang akan

mengalami mual, muntah, mudah kenyang, nyeri lambung yang berulang,

dan nyeri kepala. Kondisi stress yang terus menerus dapat menyebabkan

komplikasi hipertensi pula.

Pola hidup yang tidak seimbang, merupakan sikap hidup yang tidak

tepat komposisi antara asupan makanan, olahraga dan istirahat, sehingga

menimbulkan gejala awal seperti obesitas yang selanjutnya dapat

menyebabkan gangguan lain seperti kencing manis, dan gangguan jantung.

Konsumsi garam berlebihan, dapat menimbulkan darah tinggi

diakibatkan oleh peningkatan kekentalan dari darah, sehingga jantung

membutuhkan tenaga yang lebih untuk mendorong darah sampai ke jaringan

paling kecil.
Kebiasaan konsumsi alkohol, kafein, merokok dapat menyebabkan

kekakuan dari pembuluh darah sehingga kemampuan elastisitas pada saat

mengalami tekanan yang tinggi menjadi hilang.

Kadang-kadang, tekanan darah mungkin jauh lebih tinggi dalam periode

pasca-melahirkan dibandingkan antepartum atau intrapartum. Hal ini

mungkin disebabkan oleh kombinasi faktor, termasuk pemberian larutan

garam pada wanita yang memiliki kelahiran sesar, hilangnya vasodilatasi

kehamilan terkait setelah melahirkan, mobilisasi cairan ekstraselular setelah

melahirkan, dan administrasi non-steroid anti-inflamasi agen untuk

postdelivery analgesia . Aldosteronisme primer merupakan penyebab yang

jarang hipertensi postpartum. Wanita dengan gangguan ini mungkin

memiliki tekanan darah lebih rendah selama kehamilan karena efek

natriuretik dari progesteron, dan mungkin hadir dengan hipertensi

postpartum signifikan dengan atau tanpa hipokalemia .

3. PATOFISIOLOGI

Menurunnya tonus vaskuler meransang saraf simpatis yang diteruskan

ke sel jugularis. Dari sel jugalaris ini bias meningkatkan tekanan darah.

Danapabila diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada

rennin yang berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan

pada angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada

pembuluh darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga

dapat meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkanretensi natrium.


Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanandarah. Dengan

Peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ

organ seperti jantung

4. TANDA DAN GEJALA

a. Sakit kepala berat (kepala terasa berat)

b. Pusing-pusing

c. Penglihatan kabur (berkunang-kunang)

d. Mual-mual

e. Sesak napas

5. Apa yang Harus Dilakukan Untuk Menghindari Hipertensi Postpartum

Adalah penting untuk menyadari hipertensi postpartum sehingga anda

dapat bekerja dengan penyedia layanan anda untuk melindungi kesehatan

anda. Tapi itu juga penting untuk dicatat bahwa itu adalah kondisi yang

relatif jarang.

Hal ini seharusnya tidak mungkin bahwa banyak wanita akan mengalami

tekanan darah tinggi baru setelah melahirkan. Hal ini terutama berlaku jika

mereka melakukan apapun yang mereka bisa untukt tatap sehat selama

kehamilan. Makan yang benar,berolah raga secara teratur dan memantau

tekanan darah anda selama kehamilan (terutama di dekat masa kerja).

Selama anda berhati-hati,anda akan memiliki kehamilan

normal,persalinan yang aman dan pemulihan postpartum mudah sehingga

anda dapat berkonsentrasi pada mengurus bayi baru anda yang berharga.
6. Penanganan

Penanganan pada penderita hipertensi postpum dapat dilakukan dengan :

a. Penanganannya bisa cukup diberi obat anti hipertensi atau bila perlu bisa

diberikan MgSO4 lewat infus atau suntikan pada bokong.

b. Agen antihipertensi mungkin diperlukan sementara postpartum jika

hipertensi parah. Obat-obatan oral serupa dengan yang digunakan dalam

populasi tidak hamil dapat digunakan. Singkat furosemide terapi (20 mg

oral sekali atau dua kali per hari selama lima hari) dapat memfasilitasi

kembali ke normotension pada wanita dengan berat, tetapi tidak ringan,

preeklampsia, terutama mereka dengan edema yang signifika.

c. Tekanan darah harus dipantau secara ketat, idealnya dengan evaluasi di

rumah pasien, untuk menghindari hipotensi seperti tekanan darah wanita

kembali ke tingkat dasar normal. Jika sebelum hamil tekanan darah

normal, dan jika tekanan darah dikendalikan, adalah wajar untuk

menghentikan agen antihipertensi setelah tiga minggu dan memonitor

tekanan darah untuk menilai apakah perawatan lebih lanjut diindikasikan


BAB III

STUDI KASUS

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN POST

PARTUM PADA Ny “I” HARI KE I DENGAN

HIPERTENSI DI PUSKESMAS BUA

TANGGAL 28 JANUARI 2019

No. Register : xxx xxxxxx

Tgl Kunjungan : 28 Januari 2019 Jam : 10.20 WIB

Tgl Pengkajian : 28 Januari 2019 Jam : 10.20 WIB

Nama pengkaji : Rafika

BIODATA ISTRI / SUAMI

Nama : Ny.i/Tn.i

Umur : 35thn/40th

Nikah/lamanya : 1x/±15thn

Agama : Islam/Islam

Suku : Makasar/Bugis

Pendidikan : SMP/SMA

Pekerjaan : IRT/Wiraswasta

Alamat : Ds.Tiromanda
DATA SUBJEKTIF (S)

1. Ini merupakan kehamilan yang ke-1 dan tidak pernah keguguran

2. HPHT tanggal 19-04-2018

3. Umur kehamilan ± 9 bulan

4. Ibu mengeluh sakit kepala, pusing dan penglihatan kabur

DATA OBJEKTIF (O)

1. Keadaan umu ibu : Baik

2. Kesadaran : Compos mentis

3. Tanda-tanda Vital

Tekanan Darah : 160/100 mmHg

Nadi : 80x/menit

Suhu : 36,5ᵒC

Respirasi : 20x/menit

4. Pemeriksaan Fisik

Kepala : Rambut lurus, hitam, tidak rontok, tidak teraba benjolan dan odema

Muka : Tidak pucat, tidak odema, dan tidak ada cloasma

Mata : Simetris, konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterus

Telinga : Simetris, bersih, tidak ada serumen, tidak ada peradangan

Hidung : Simetris, bersih, tidak terlihat polip dan secret yang keluar

Mulut : Bibir tidak terlihat pucat, lidah bersih, tidak ada stomatitis

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, limfe dan vena jugularis
Mammae : Simetris, papilla kecoklatan, tidak teraba adanya benjolan

abnormal, tidak ada nyeri tekan, payudara tegang, ASI keluar

Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, terlihat linea nigra

- Involusi Uterus

TFU : 2 jari di bawah pusat

Kontraksi : Baik

- Pengeluaran pervaginam

Lochea : Rubra

Banyaknya : 3x ganti pembalut

Bau : Amis

- Perinimu dan Anus

Odema : Tidak ada

Jahitan : Tidak Ada

Keadaan luka : Tidak ada

Hemoroid : Tidak ada

Genetalia : Terdapat laserasi perineum, tidak terlihat

adanyaodem dan varises

Ekstremitas : Tidak ada odem, varises, kuku tidak pucat

5. Pemeriksaan Penunjang

Darah : HB : 12 gr%

Gol Darah :-

Urin : Proteinuria : (-)


ASSESMENT (A)

Diagnosa : Post natal hari ke I

Masalah Aktual : Hipertensi

Masalah Potensial : Antisipasi terjadinya Preeklampsia Berat

PLANNING (P)

1. Membangun hubungan saling percaya antara Ibu dan bidan dengan cara

meyakinkan Ibu bahwa keadaannya akan membaik, bersikap ramah, dan sopan

terhadap klien serta menjaga privasi klien.

Hasil : Antara bidan dan klien telah terjalin hubungan baik dan saling percaya.

2. Memantau dan mengobservasi tanda vital dan perdarahan.

Hasil : Tanda vital dan perdarahan Ibu sudah diobservasi

3. Memberitahukan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan kepada Ibu bahwa

kontraksi uterus baik, TD= 140/100mmHg, N= 80x/menit, R= 20x/menit, dan

T=36,5ᵒC dan memberitahukan kepada Ibu bahwa saat ini kondisinya nifas

dengan hipertensi.

Hasil : Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.

4. Menjelaskan kepada Ibu penyebab sakit kepala adalah karena efek dari tekanan

darah tinggi dan kondisi yang lemah setelah persalinan dan cara mengatasinya

yaitu dengan cukup istirahat.

Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan bersedia

melaksanakannya.
5. Memberitahukan pada Ibu tanda-tanda bahaya nifas, antara lain :

a. Pandangan Kabur

b. Bengkak pada wajah dan tangan

c. Pusing berlebihan

d. Nyeri pada perut berlebihan

e. Suhu tubuh ≥38ᵒC

f. Ibu tidak nafsu makan

g. Perdarahan hebat

Hasil : Ibu sudah mengetahui tanda-tanda bahaya nifas.

6. Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG dalam pemberian obat Nifedipine

1omg/oral

Hasil : Kolaborasi sudah dilakukan

7. Menganjurkan Ibu untuk makan makanan bergizi agar keadaan Ibu cepat pulih

dan ASI lancar.

Hasil : Ibu bersedia untuk makan makanan bergizi

8. Menganjurkan Ibu agar istirahat yang cukup dan agar tidak terlalu lelah dan

produksi ASI lancar, serta proses involusi uterus berjalan lancar sehingga dapat

mencegah perdarahan.

Hasil : Ibu mengerti dan bersedia untuk istirahat yang cukup.

9. Menganjurkan pada Ibu untuk mobilisasi dini untuk memperlancar pengeluaran

lochea, memperlancar peredaran darah.

Hasil : Ibu bersedia untuk melakukan ambulasi dini.


10. Menganjurkan Ibu untuk menjaga kebersihan diri, seperti mandi 2x sehari,

membersihkan daerah genetalia dengan air bersih setelah BAK/BAB dan pada

saat mandi, mengganti pembalut sesuai dengan kebutuhan dan mencuci tangan

sebelum maupun sesudah melakukan apapun.

Hasil : Ibu bersedia untuk menjaga kebersihan diri.

11. Menganjurkan Ibu cara merawat dan menjaga payudara yaitu :

a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama bagian putting susu

b. Menggunakan BH yang menyokong payudara

c. Apabila puting payudara lecetoleskan kolstrum atau ASI yang keluar di

sekitar putting susu yang lecet.

d. Apabila lecet, dapat diistirahatkan selama 24 jam ASI dikeluarkan dan

diminumkan menggunakan sendok

e. Untuk menghilangkan nyeri, Ibu dapat minum paracetamol tablet setiap 10

jam

f. Menyusui bayinya sesering mungkin secara bergantian antara payudara

kanan dan kiri

Hasil : Ibu bersedia dan mengerti dengan penjelasan yang diberikan

12. Mengajarkan Ibu cara menyusui yang baik dan benar, yaitu:

a. Ibu duduk bersandar atau berbaring dengan santai

b. Sebelum menekan payudara, tangan dan buah dada serta putting susu harus

dibersihkan dulu
c. Sebelum menyusui tekan daerah areola di antara telunjuk dan Ibu jari

sehingga ASI keluar 2-3 tetes kemudian oleskan ke putting hingga areola

d. Pegang bayi pada bahu belakangnya dengan tangan satu, kepala bayi

diletakkan pada lengkung siku Ibu, dan bokong bayi ditahan dengan telapak

tangan, serta perut bayi menempel pada badan Ibu

e. Memasukkan putting susu ke dalam mulut bayi sampai areola mammae tidak

terlihat

f. Setelah menyusui oleskan kembali ASI ke putting susu hingga areola

g. Menyendawakan bayi dengan menggendong kemudian menepuk-nepuk

punggung atau tinggikan kepala dan badan bayi lalu ditepuk-tepuk punggung

bayi.

Hasil : Ibu mengerti dan bersedia melaksanakannya.


BAB IV

PEMBAHASAN

A. Data Subjektif

Dalam suatu pengkajian, pengambilan data dimulai dari pengumpulan data

baik dari ibu maupun dari keluarga. Data atau fakta yang merupakan informasi

temasuk biodata, mencakup nama, umur, tempat tinggal, pekerjaan, status

perkawinan, pendidikan, serta keluhan-keluhan yang diperoleh dari hasil

wawancara langsung pada pasien atau dari keluarga dan tenaga kesehatan

lainnya.

Pada tinjauan kasus penulis tidak menemukan hambatan dalam

pengumpulan informasi, sikap ibu dapat menerima kehadiran penulis dalam

memberikan asuhan kebidanan. Begitupun dengan petugas kesehatan yang ada

diruangan memberikan informasi secara terbuka, sehingga memudahkan penulis

untuk memperoleh data-data yang diinginkan sesuai dengan permasalahan yang

diangkat. Melalui pengkajian pada anamnese, maka didapatlah informasi:

5. Ini merupakan kehamilan yang ke-6 dan tidak pernah keguguran

6. HPHT tanggal 08-05-2018

7. Umur kehamilan ± 9 bulan

8. Ibu mengeluh sakit kepala, pusing dan penglihatan kabur


B. Data Objektif

Dalam tinjauan pustaka bahwa pengumpulan data dimulai dari anamnese,

pemerikasaan fisik (inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi) dan pemeriksaan

TTV. Pada tinjauan pustaka dijelaskan bahwa post partum yang mengalami

hipertensi akan merasakan beberapa keluhan seperti sakit kepala dan mual

muntah.

Pada tinjauan kasus yaitu melalui pengkajian pada anamnese dan

pemeriksaan fisik ditemukan ibu mengeluh sering pusing, nafsu makan

berkurang dan TD 140/100mmHg.

Pada kasus Ny “A” data yang diperoleh menunjukkan adanya persamaan

gejala yang terdapat pada tinjauan pustaka. Dengan demikian apa yang

dikemukakan di tinjauan pustaka dan pada tinjauan kasus telah sejalan atau tidak

ada kesenjangan antara teori dan kasus.

C. Analisis

Diagnosa merupakan keputusan yang ditegakkan dari hasil perumusan

masalah yang mencakup kondisi, masalah dan prediksi terhadap kondisi tersebut.

Dalam menegakkan suatu diagnosa kebidanan atau masalah kebidanan, harus

berdasarkan pendekatan asuhan kebidanan didukung oleh beberapa data baik data

subjektif maupun data objektif yang diperoleh dari hasil pengkajian yang telah

dilaksanakan.

Pada tinjauan teori dijelaskan bahwa hipertensi post partum dapat

ditegakkan berdasarkan adanya tanda-tanda bahaya nifas, antara Pandangan


Kabur, Bengkak pada wajah dan tangan, Pusing berlebihan, Nyeri pada perut

berlebihan, Suhu tubuh ≥38ᵒC, ibu tidak nafsu makan dan Perdarahan hebat.

Begitu pula dengan kasus Ny ”I” data yang diperoleh keadaan umum ibu baik

dengan hipertensi.

Dengan demikian apa yang dikemukakan di tinjauan pustaka dan pada

tinjauan kasus telah sejalan atau tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

D. Penatalaksanaan

Pada tinjauan pustaka, penanganan yang diberikan pada penderita

hipertensi adalah Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG dalam pemberian

obat Nifedipine 1omg/oral, makan makanan bergizi, istirahat yang cukup agar

tidak terlalu lelah dan produksi ASI lancar serta proses involusi uterus berjalan

lancar sehingga dapat mencegah perdarahan dan menjaga kebersihan diri.

Adapun penatalaksanaan yang diberikan pada Ny”A” adalah menganjurkan

untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi dan vitamin, istirahat

yang cukup, penatalaksanaan dengan pemberian makanan tambahan,

menjelaskan tanda bahaya post partum dan menganjurkan ibu berkunjung setiap

ada keluhan.
BAB V

PENUTUP

Setelah membahas dan menguraikan kasus Ny”A” dengan hipertensi di

Puskesmas Bua tanggal 05 Februarii 2019 dalam bab ini penulis menarik kesimpulan

dan saran sebagai berikut:

A. Kesimpulan

1. Dari hasil yang diperoleh dari kasus Ny”A” dengan Hipertensi didapat dari

hasil anamnesis yaitu ibu sering merasakan pusing, TD tinggi merupakan

salah satu tanda dari Hipertensi.

2. Penyebab Hipertensi yaitu karena ibu mempunyai riwayat preeklamsi pada

saat persalinan.

3. Memastikan kembali yang ibu alami untuk lebih menegakan diagnose.

4. Penatalaksanaan yang dilakukan pada Ny”A” sesuai dengan perencanaan

yang dilakukan serta sebagian besar telah terlaksana secara keseluruhan,

seperti istirahat yang cukup, menganjurkan ibu untuk makan-makanan

bergizi seperti sayur dan buah-buahan.

B. Saran

1. Bagi Ilmiah

Diharapkan agar teori-teori mengenai Masa Nifas lebih diperbarui agar

mahasiswa tidak ketinggalan dengan informasi tentang Masa nifas.


2. Bagi Praktis

Diharapkan dari studi kasus ini dapat dijadikan sebagai pembelajaran

dan dijadikan sebagai bekal ilmu yang bermanfaat.

3. Bagi Institusi

Pembimbing institusi diharapkan lebih meningkatkan lagi dalam

memberikan bimbingan agar mahasiswa lebih terampil dalam memberikan

asuhan kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA

Hanifa Wiknjosastro, 2003. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawiroharjo.

Saleha, Siti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba

Medika

Sulistyawati, Ari. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta :

Salemba Medika

Prawiroharjo, Sarwono.2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Gramedia,

Yayasan Bina
TUGAS INDIVIDU

ASUHAN KEBIDANAN POST PARTUM HARI I


DENGAN HIPERTENSI
DI PUSKESMAS BUA TANGGAL 28 JANUARI 2019

DI SUSUN OLEH :
RAFIKA
B.18.03.259

PROGRAM STUDI KEBIDANAN


PROGRAM SARJANA TERAPAN
STIKES MEGA BUANA
PALOPO
2019

Vous aimerez peut-être aussi