Vous êtes sur la page 1sur 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENATALAKSANAAN DIET PADA PASIEN DIABETES MELITUS


DI POLIKLINIK DIABETIC CENTER RSUP SANGLAH

Oleh:
1. Ni Kadek Chilia Silvia NIM. P07131215042
2. Luh Made Manik Ayu Santika Sari NIM. P07131215058
3. Ni Komang Helin Anggita Dipayani NIM. P07131215064

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN GIZI PROGRAM STUDI DIV
DENPASAR
2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENATALAKSANAAN DIET PADA PASIEN DIABETES MELITUS

I. Topik : Penyakit Diabetes Melitus


II. Sub Topik : Penatalasanaan diet pada pasien Diabetes Melitus
III. Sasaran : Pasien dan keluarga pasien di RSUP Sanglah
IV. Tempat : Poliklinik Diabetic Center
V. Waktu : 30 menit
VI. Hari/Tanggal : 12 Oktober 2018

A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) merupakan sekelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang terjadi akibat
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (ADA, 2014). Menurut WHO,
Diabetes Mellitus atau kencing manis telah menjadi masalah kesehatan dunia. Prevalensi
dan insiden penyakit ini meningkat secara drastis di negara-negara industri maju dan
sedang berkembang termasuk Indonesia. WHO memprediksi data DM akan meningkat
menjadi 300 juta pada 25 tahun mendatang. International Diabetes Federation (IDF)
memperkirakan penderita DM di Indonesia tahun 2020 berjumlah 178 juta penduduk
yang berusia di atas 20 tahun dan dengan asumsi prevalensi DM sebesar 4,6% akan
didapatkan 8,2 juta pasien DM (Soegondo, Soewondo, & Subekti, 2009).
Menurut data Riskesdas 2013 prevalensi penderita DM berdasarkan wawancara
(pernah didiagnosa dan ada gejala) mengalami peningkatan dari 1,1% tahun 2007 menjadi
2,1% tahun 2013 (Kemenkes RI, 2013). Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Bali pada
tahun 2016, DM termasuk dalam salah satu dari 10 penyakit terbanyak di Puskesmas
Kota Denpasar tahun 2016, DM pada laki-laki berjumlah 2.485, DM pada perempuan
berjumlah 3.689, dan total 7.174 (Kemenkes, 2017).

B. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penyuluhan ini yaitu:
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan sasaran mengetahui tentang
penyakit DM dan penatalaksanaan diet pada pasien DM.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan pasien atau keluarga pasien memahami:
a. Pengertian penyakit DM
b. Penyebab dan faktor resiko penyakit DM
c. Gejala penyakit DM
d. Komplikasi penyakit DM
e. Penatalaksanaan diet pada pasien DM
f. Cara pencegahan (preventif) penyakit DM
g. Bahan penukar
C. Metode Penyuluhan
Dalam penyuluhan ini metode yang digunakan adalah metode ceramah dan diskusi.
D. Tempat dan Waktu Penyuluhan
1. Tempat
Tempat penyuluhan dilakukan di Poliklinik Diabetic Center
2. Waktu
Jumat, 19 Oktober 2017, pukul 08.30 WITA
E. Sasaran Penyuluhan
Sasaran penyuluhan penatalaksanaan diet pada pasien DM adalah pasien penderita
DM di RSUP Sanglah.
F. Media
Media yang akan digunakan dalam penyuluhan ini yaitu
a. Leaflet
b. Power point
G. Rencana Pembelajaran
1. Sub Materi yang disampaikan yaitu:
a. Pengertian penyakit DM
b. Penyebab dan faktor resiko penyakit DM
c. Gejala penyakit DM
d. Komplikasi penyakit DM
e. Penatalaksanaan diet pada pasien DM
f. Cara pencegahan (preventif) penyakit DM
g. Bahan Penukar

2. Kegiatan
Tabel
Daftar Kegiatan Pembelajaran Penyuluhan
No Jenis Kegiatan Alokasi Kegiatan Media
Waktu Peserta
1 Melakukan pre-test 5 menit Menjawab Kuesioner
pertanyaan
2 Memberikan salam, memperkenalkan 5 menit Mejawab salam -
diri dan menyampaikan tujuan
3 Menjelaskan materi penyuluhan: Mendengarkan
- Pengertian diabetes melitus. 5 menit dan menyimak Leaflet
- Penyebab diabetes melitus. 3 menit
- Gejala diabetes melitus 3 menit
- Komplikasi diabetes melitus 3 menit
- Penatalaksanaan diabetes melitus 10 menit
- Pencegahan penyakit diabetes 3 menit
melitus
- Bahan penukar 3 menit
4 Memberikan kesempatan kepada sasaran 10 menit Mengajukan -
untuk bertanya dan menjawab pertanyaan dan
pertanyaan dari sasaran. mendengarkan
jawaban dari
penyuluh.
5 Menyimpulkan materi yang telah 3 menit Mengajukandan -
diberikan mendengarkan
jawaban dari
penyuluh.
6 Melakukan evaluasi atau post-test 5 menit Menjawab Kuesioner
pertanyaan
7 Mengucapkan salam penutup dan 2 menit Menjawab leaflet
membagikan leaflet salam
Total Waktu 60 Menit

H. Rencana Evaluasi
a. Rencana evaluasi struktur
1) Materi : Materi penyuluhan telah siap satu hari sebelum penyuluhan, materi
penyuluhan dalam bentuk power point yang mudah dimengerti oleh peserta.
2) Alat/sarana: Alat yang digunakan dalam penyuluhan berupa proyektor, LCD,
mikrofon.
3) Media : Media yang digunakan dalam penyuluhan ini berupa power point,
leaflet, daftar bahan penukar dan food model
4) Tempat : Tempat penyuluhan yang disiapkan agak luas, bersih dan nyaman
untuk peserta, tempat duduk disediakan seuai dengan jumlah peserta.
5) Peserta : Pesererta hadir lebih dari 80%
b. Rencana evaluasi proses
1) Kegiatan berlangsung tepat waktu
2) Sasaran hadir dan sasaran berada ditempat yang telah ditentukan
3) Sasaran tetap mengikuti kegiatan penyuluhan sampai selesai
4) Peserta penyuluhan aktif bertanya
c. Rencana evaluasi hasil
Rencana evaluasi penyuluhan dilakukan secara lisan dengan menyampaikan
pertanyaan langsung kepada sasaran. Pertanyaan yang akan diberikan antara lain:
1) Apa pengertian penyakit diabetes melitus?
2) Apa saja penyebab penyakit diabetes melitus?
3) Apa saja faktor resiko penyakit diabetes melitus?
4) Bagaimana gejala penyakit diabetes melitus?
5) Apa saja komplikasi penyakit diabetes melitus?
6) Bagaimana penatalaksanaan gizi pasien diabetes melitus disertai komplikasi?
7) Bagimana cara pencegahan (preventif) penyakit diabetes melitus?
8) Apakah bahan penukar itu dan bagaimna cara menggunakannya?
I. Setting Tempat

2
Keterangan :
1. Penyaji
2. Keluarga Pasien
MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian Diabetes Melitus


Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-
duanya (ADA, 2014). Seseorang dapat didiagnosa diabetes melitus apabila mempunyai
gejala klasik diabetes melitus seperti poliuria, polidipsi dan polifagi disertai dengan kadar
gula darah sewaktu ≥200 mg/dl dan gula darah puasa ≥126 mg/dl (PERKENI, 2015).

Tabel 1
Kadar Gula Darah Sewaktu Dan Puasa Sebagai Patokan Penyaring Dan
Diagnosis DM
Bukan Belum Pasti DM
DM DM
Kadar glukosa Plasma vena <100 100-199 ≥200
Darah kapiler ,90 90-199 ≥200
darah sewaktu
(mg/dl)
Gula darah puasa Plasma vena <100 100-125 ≥126
Darah kapiler <90 90-99 ≥100
(mg/dl)
Sumber : Perkeni, 2015
Diabetes melitus dapat diklasifikasikan menjadi 4 kategori klinis yaitu Diabetes
Melitus tipe 1, Diabetes Melitus tipe 2, Diabetes Melitus gestasional, dan Diabetes
Melitus tipe lain (ADA, 2014).
B. Penyebab Diabetes Melitus
1. Diabetes melitus tipe 1
Diabetes melitus tipe 1 ini disebabkan oleh kerusakan sel beta pankreas
sehingga kekurangan insulin absolut. Umumnya penyakit berkembang kearah
ketoasidosis diabetik yang menyebabkan kematian. Pada diabetes melitus tipe ini
biasanya terjadi sebelum umur 30 tahun dan harus mendapatkan insulin dari luar.
Beberapa faktor resiko dalam diabetes melitus tipe ini adalah autoimun, infeksi
virus, riwayat keluarga diabetes mellitus
2. Diabetes melitus tipe 2
Pada tipe ini pankreas relatif menghasilkan insulin tetapi insulin yang bekerja
kurang sempurna karena adanya resistensi insulin akibat kegemukan. Faktor genetis
dan pola hidup juga sebagai penyebabnya. Faktor resiko DM tipe 2 adalah :
obesitas, stress fisik dan emosional, kehamilan umur lebih dari 40 tahun,
pengobatan dan riwayat keluarga diabetes melitus. Hampir 90% penderita diabetes
melitus adalah diabetes melitus tipe 2.
3. Diabetes mellitus gestasional (DMG)
Diabetes mellitus gestasional merupakan penyakit DM yang muncul pada saat
mengalami kehamilan padahal sebelumnya kadar glukosa darah selalu normal. Tipe
ini akan normal kembali setelah melahirkan. Faktor resiko pada DMG adalah wanita
yang hamil dengan umur lebih dari 25 tahun disertai dengan riwayat keluarga
dengan diabetes melitus, infeksi yang berulang, melahirkan dengan berat badan bayi
lebih dari 4 kg.
4. Diabetes tipe lain
Diabetes tipe lain ini disebabkan karena defek genetik fungsi sel beta, defek
genetik fungsi insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, karena obat atau
zat kimia, infeksi dan sindrom genetik lain yang berhubungan dengan diabetes
melitus. Beberapa hormon seperti hormon pertumbuhan, kortisol, glukagon, dan
epinefrin bersifat antagonis atau melawan kerja insulin. Kelebihan hormone tersebut
dapat mengakibatkan diabetes melitus tipe ini.
Faktor resiko sebagai penyebab penyakit diabetes mellitus ada 2 yaitu :
1. Faktor yang dapat diubah
a. Gaya hidup
Gaya hidup merupakan perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas
sehari-hari. Makanan cepat saji, olahraga tidak teratur dan minuman bersoda adalah
salah satu gaya hidup yang dapat memicu terjadinya DM tipe 2 (ADA, 2009).
b. Diet yang tidak sehat
Perilaku diet yang tidak sehat yaitu kurang olahraga, menekan nafsu makan,
sering mengkonsumsi makan siap saji (Abdurrahman, 2014).
c. Obesitas
Obesitas merupakan salah satu faktor risiko utama untuk terjadinya penyakit
DM. Obesitas dapat membuat sel tidak sensitif terhadap insulin (resisten insulin).
Semakin banyak jaringan lemak pada tubuh, maka tubuh semakin resisten
terhadap kerja insulin, terutama bila lemak tubuh terkumpul didaerah sentral atau
perut (central obesity)(Fathmi, 2012).
d. Tekanan darah tinggi
Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah sistole ≥ 140
mmHg atau tekanan darah diastole ≥ 90 mmHg. Hipertensi dapat menimbulkan
berbagai penyakit yaitu stroke, penyakit jantung koroner, gangguan fungsi ginjal,
gangguan penglihatan. Namun, hipertensi dapat membuat sel tidak sensitif
terhadap insulin (resisten insulin) dan merupakan salah satu faktor risiko
terjadinya diabetes mellitus(Mihardja, 2009).
2. Faktor risiko yang tidak dapat diubah
a. Usia
Semakin bertambahnya usia maka semakin tinggi risiko terkena diabetes tipe 2.
DM tipe 2 terjadi pada orang dewasa setengah baya, paling sering setelah usia 45
tahun (AHA, 2012). Meningkatnya risiko DMseiring dengan bertambahnya usia
dikaitkan dengan terjadinya penurunan fungsi fisiologis tubuh.
b. Riwayat keluarga diabetes mellitus
Seorang anak dapat diwarisi gen penyebab DM orang tua. Biasanya, seseorang
yang menderita DM mempunyai anggota keluarga yang juga terkena penyakit
tersebut (Ehsa, 2010).
c. Riwayat diabetes pada kehamilan
Riwayat diabetes pada kehamilan yaitu mendapatkan diabetes selama
kehamilan atau melahirkan bayi lebih dari 4,5 kg dapat meningkatkan risiko DM
tipe 2 (Ehsa, 2010).

C. Gejala Diabetes Melitus


Beberapa gejala umum yang dapat ditimbulkan oleh penyakit DM, (PERKENI, 2015)
diantaranya :
1. Pengeluaran urin (Poliuria)
Poliuria adalah keadaan dimana volume air kemih dalam 24 jam meningkat
melebihi batas normal. Poliuria timbul sebagai gejala DM dikarenakan kadar gula
dalam tubuh relatif tinggi sehingga tubuh tidak sanggup untuk mengurainya dan
berusaha untuk mengeluarkannya melalui urin. Gejala pengeluaran urin ini lebih
sering terjadi pada malam hari dan urin yang dikeluarkan mengandung glukosa.
2. Timbul rasa haus (Polidipsia)
Polidipsia adalah rasa haus berlebihan yang timbul karena kadarglukosa terbawa
oleh urin sehingga tubuh merespon untuk meningkatkan asupan cairan.
3. Timbul rasa lapar (Polifagia)
Pasien DM akan merasa cepat lapar dan lemas, hal tersebut disebabkan karena
glukosa dalam tubuh semakin habis sedangkan kadar glukosa dalam darah cukup
tinggi.
D. Komplikasi Diabetes Melitus
1. Komplikasi diabetes mellitus
Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang dapat menimbulkan
berbagai macam komplikasi, antara lain :
a. Komplikasi metabolik akut
Kompikasi metabolik akut pada penyakit diabetes melitus terdapat tiga macam
yang berhubungan dengan gangguan keseimbangan kadar glukosa darah jangka
pendek, diantaranya :
1) Hipoglikemia
Hipoglikemia (kekurangan glukosa dalam darah) timbulsebagai komplikasi
diabetes yang disebabkan karena pengobatan yang kurang tepat (Smeltzer & Bare,
2008).
2) Ketoasidosis diabetic
Ketoasidosis diabetik (KAD) disebabkan karena kelebihankadar glukosa dalam
darah sedangkan kadar insulin dalam tubuh sangat menurun sehingga mengakibatkan
kekacauan metabolik yang ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis dan ketosis
(Soewondo, 2006)
3) Sindrom hiperglikemia hiperosmoler nonketotik (HHNK)
Sindrom HHNK adalah komplikasi diabetes melitus yang ditandai dengan
hiperglikemia berat dengan kadar glukosaserum lebih dari 600 mg/dl (Price &
Wilson, 2006).
b. Komplikasi metabolik kronik
Komplikasi metabolik kronik pada pasien DM dapat berupa kerusakan pada
pembuluh darah kecil (mikrovaskuler) dan komplikasi pada pembuluh darah besar
(makrovaskuler), (Price & Wilson, 2006)diantaranya :
1) Komplikasi pembuluh darah kecil (mikrovaskuler)
a) Kerusakan retina mata (Retinopati)
Kerusakan retina mata (Retinopati) adalah suatu mikroangiopati ditandai
dengan kerusakan dan sumbatan pembuluh darah kecil.

b) Kerusakan ginjal (Nefropati diabetic)


Kerusakan ginjal pada pasien DM ditandai dengan albuminuria menetap
(>300 mg/24jam atau >200 ih/menit) minimal 2 kali pemeriksaan dalam kurun
waktu 3-6 bulan. Nefropati diabetik merupakan penyebab utama terjadinya
gagal ginjal terminal.

c) Kerusakan syaraf (Neuropati diabetik)


Neuropati diabetik merupakan komplikasi yang paling sering ditemukan pada
pasien DM. Neuropati pada DM mengacau pada sekelompok penyakit yang
menyerang semua tipe saraf.
2) Komplikasi pembuluh darah besar (makrovaskuler)
Komplikasi pada pembuluh darah besar pada pasiendiabetes yaitu stroke dan
risiko jantung koroner.
a) Penyakit jantung koroner
Komplikasi penyakit jantung koroner pada pasien DM disebabkan karena adanya
iskemia atau infark miokard yang terkadang tidak disertai dengan nyeri dada atau
disebut dengan SMI (Silent Myocardial Infarction).
b) Penyakit serebrovaskuler
Pasien DM berisiko 2 kali lipat dibandingkan dengan pasien non-DM untuk
terkena penyakit serebrovaskuler. Gejala yang ditimbulkan menyerupai gejala pada
komplikasi akut DM, seperti adanya keluhan pusing atau vertigo, gangguan
penglihatan, kelemahan dan bicara pelo.
c) Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi jarang memberikan keluhan yang dramatis
seperti kerusakan mata atau kerusakan ginjal. Orang diabetes cenderung terkena
hipertensi dua kali lipat dibandingkan dengan yang tanpa diabetes. Diabetes mellitus
merusak pembuluh darah, antara 35 sampai 75 persen komplikasi diabetes adalah
disebabkan hipertensi.

E. Penatalaksanaan Diabetes Melitus


Terdapat empat pilar penatalaksanaan DM (PERKENI, 2015) yaitu:
1. Edukasi
Edukasi yang komprehensif dan upaya peningkatan motivasi dibutuhkan untuk
memberikan pengetahuan mengenai kondisi pasien dan untuk mencapai perubahan perilaku.
Pengetahuan tentang pemantauan glukosa darah mandiri, tanda, dan gejala hipoglikemia serta
cara mengatasinya harus diberikan kepada pasien.
2. Terapi nutrisi medis
Terapi nutrisi medis merupakan bagian dari penatalaksanaan diabetes secara total. Pada
pasien diabetes perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan,
jenis, dan jumlah makanan, terutama pada pasien yang menggunakan obat penurun glukosa
darah atau insulin. Diet pasien DM yang utama adalah pembatasan karbohidrat kompleks dan
lemak serta peningkatan asupan serat.
a. Prinsip Diet:
Prinsip pengaturan makan pada penderita diabetes adalah pola makan 3J yang harus
dipahami dan diingat oleh para penderita diabetes dalam mengatur pola makan sehari-
hari yaitu:
1) Jadwal
Pengaturan jadwal bagi penderita diabetes biasanya adalah 6 kali makan, tiga
kali makan utama dan tiga kali selingan. Usahakan makan tepat waktu karena
apabila telat makan akan terjadi hipoglikemia (rendahnya kadar gula darah)
dengan gejala seperti mual, muntah, dan pingsan.
2) Jumlah
Prinsip jumlah makanan yang dianjurkan untuk penderita diabetes adalah porsi
kecil dan sering, artinya makan dalam jumlah sedikit tetapi sering.
3) Jenis
Jenis makanan menentukan kecepatan naiknya adar gula darah. Kecepatan
suatu makanan dalam menaikkan kadar gula darah disebut juga indeks glikemik.
Semakin cepat menaikkan kadar gula darah sehabis makanan tersebut dikonsumsi,
maka semakin tinggi indeks glikemik makanan tersebut. Jadi, hindari makanan
yang berindeks glikmik tinggi seperti sumber karbohidrat sederhana, gula, madu,
surup. roti, mie, dan lain-lain.
b. Tujuan Diet :
Tujuan diet penyakit diabetes mellitus adalah membantu pasien memperbaiki
kebiasaan makan dan olah raga untuk mendapatkan kontrol metabolik yg lebih baik
dengan cara :
 Mempertahankan kadar glukosa darah dan lipid dalam batas normal
 Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal
 Memberikan cukup energi untuk mencapai dan mempertahankan BB ideal
 Menghindari dan menangani komplikasi akut pasien yang menggunakan
insulin seperti hiperglikemi, komplikasi jangka pendek, dan jangka lama, serta
masalah yang berhubungan dengan latihan jasmani
 Meningkatkan derajat kesehatan secara keseuruhan melalui gizi yang optimal
c. Syarat Diet
1) Kebutuhan energy ditentukan berdasarkan berat badan , tinggi badan dan
disesuaikan dengan kebutuhan untuk aktifitas fisik dan keadaan khusus,
misalnya kehamilan atau laktasi serta ada tidaknya komplikasi.
2) Kebutuhan karbohidrat adalah yaitu 60-70% dari total kebutuhan energi. Jenis
karbohidrat yang dianjurkan dan yang tidak dianjurkan yaitu:
 Sumber karbohidrat yang dianjurkan: beras, ubi, singkong, kentang, roti
tawar, tepung terigu, sagu, dan tepung singkong
 Sumber karbohidrat yang tidak dianjurkan: sumber karbohidrat tinggi
natrium, seperti cake, biscuit, dan krekers.
3) Kebutuhan protein normal yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total. Jenis
protein yang dianjurkan dan yang tidak dianjurkan:
 Sumber protein hewani yang dianjurkan: daging sapi, ayam ikan, telur,
susu, dan hasil olahannya
 Sumber protein hewani yang tidak dianjurkan: daging dan ikan yang
diawetkan, seperti ikan asin, dendeng, sarden, dan corned beef.
 Sumber protein nabati yang dianjurkan: semua jenis kacang-kacangan
yang merupakan protein bernilai biologik tinggi.
 Sumber protein nabati yang tidak dianjurkan: semua jenis kacang-
kacangan yang merupakan protein bernilai biologik rendah
4) Kebutuhan lemak sedang yaitu 20-25 % dari kebutuhan energy total dalam
bentuk 10% dari kebutuhan energy total berasal dari lemak jenuh, 10% dari
lemak tidak jenuh ganda, sedangkan sisanya dari lemak tidak jenuh tunggal.
Asupan kolesterol makanan dibatasi, yaitu ≤ 300 mg/hari.
 Sumber lemak
5) Pengunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak diperbolehkan
kecuali jumlahnya sedikit sebagi bumbu. Bila kadar glukosa darah sudah
terkendali, diperbolehkan mengonsumsi gula murni sampai 5% dari kebutuhan
energy total.
6) Penggunaan gula alternatif dalam jumlah terbatas
7) Asupan serat dianjurkan 25g/hari dengan mengutamakan serat larut air yang
terdapat di dalam sayur dan buah.
8) Pasien DM dengan tekanan darah normal diperbolehkan mengonsumsi natrium
dalam bentuk garam dapur seperti orang sehat yaitu 3000 mg/hari. Apabila
mengalami hipertensi, asupan garam harus dikurangi.
9) Cukup vitamin dan mineral. Apabila asupan dari makanan cukup, penambahan
vitamin dan mineral dalam bentuk suplemen tidak diperlukan.
3. Latihan jasmani
Latihan jasmani berupa aktivitas fisik sehari-hari dan olahraga secara teratur 3-4
kali seminggu selama 30 menit. Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga
dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin. Latihan jasmani
yang dianjurkan berupa latihan yang bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai,
joging, dan berenang. Latihan jasmani disesuaikan dengan usia dan status kesehatan.
4. Terapi farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makanan dan latihan
jasmani. Terapi berupa suntikan insulin dan obat hipoglikemik oral, diantaranya adalah
metformin dan gibenklamid.
5. Pemantauan gula darah mandiri (PGDM)
Pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan dengan menggunakan darah
kapiler. Waktu pemeriksaan PGDM bervariasi, tergantung pada tujuan pemeriksaan yang
pada umumnya terkait dengan terapi yang diberikan. Waktu yang dianjurkan adalah pada
saat sebelum makan, 2 jam setelah makan (untuk menilai ekskursi glukosa), menjelang
waktu tidur (untuk menilai risiko hipoglikemia), dan di antara siklus tidur (untuk menilai
adanya hipoglikemia nokturnal yang kadang tanpa gejala), atau ketika mengalami gejala
seperti hypoglycemic spells.
F. Pencegahan Penyakit Diabetes Melitus
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer adalah upaya yang ditunjukan pada kelompok yang
memiliki faktor risiko, yakni mereka yang belum terkena, tetapi berpontensi untuk
mendapat DM dan kelompok intoleransi glukosa. Pencegahan primer dilakuakan
dengan tindakan penyuluhan dan pengelolaan yang ditunjukan untuk kelompok
masyarakat yang mempunyai resiko tinggi dan intoleransi gukosa.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat timbulnya
penyakit pada pasien yang telah terdiagnosis Dm. tindaan pencegahan seunder
dilakukan dengan pengendalian kadar glukosa sesuai target terapi serta pengendalian
faktor resiko penyulit yang lain dengan pemberian pengobatan yang optimal.
Melakukan deteksi dini adanya penyulit merupakan bagian dari pencegahan skunder.
Tindakan ini dilakuakan sejak awal pengelolaan penyakit DM. program penyuluhan
memegang peran penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani
program pengobatan sehingga mencapai target terapi yang diharapkan. Penyuluhan
dilakukan sejak pertemuan pertama dan perlu selalu diulang pda pertemuan
berikutnya.
3. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier ditujukan pada kelompok penyandang diabetes yang telah
mengalami penyulit dalam upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut serta
meningkatkan kualitas hidup upaya rehabilitasi pada pasien dilakukan sedini
mungkin, sebelum kecacatan menetap. Pada upaya pencegahan tersier tetap dilakukan
penyuluhan pada pasien dan keluarga. Materi penyuluhan termasuk upaya rehabilitasi
yang dapat dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang optimal. Pencegahan tersier
memerlukan pelayanan kesehatan kemprehensif dan terintegrasi antar disiplin yang
terkait, terutama di rumah sakit rujukan. Kerjasama yang baik antara para ahli
berbagai disiplin (jantung, gnjal, mata, saraf, bedah ortopedi, bedah faskular,
radiologi, rehabilitasi medis, gizi, pediatric dll) sangat diperlukan dalam menunjang
keberhasilan pencegahan tersier.

G. Bahan Penukar
Adanya Daftar Bahan Makanan Penukar digunakan untuk memudahkan penyusunan
menu yang bervariasi dan bergizi dengan mengelompokkan bahan makanan berdasarkan
peranannya dalam pola menu makanan seimbang dan zat gizi yang dikandungnya. Daftar ini
pertama kali disusun di Indonesia pada tahun 1972 oleh Persatuan Ahli Gizi Indonesia dan
Bagian Gizi Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo yang terutama ditujukan untuk
menyusun diet pada penyakit diabetes mellitus.
Daftar Bahan Makanan Penukar membantu kita mencari pilihan bahan-bahan
makanan yang beraneka ragam tetapi sama kandungan gizinya. Dalam bahasa baku, menu
ialah susunan bermacam makanan yang dihidangkan. Makanan disini tidak terbatas hanya
pada sesuatu yang dimakan, tetapi juga sesuatu yang diminum. Lalu pengertian Daftar
Bahan Makanan Penukar ialah Daftar yang membuat bahan-bahan makanan dalam jumlah
tertentu dengan kandungan gizi yang kurang lebih sama sehingga bisa disaling tukarkan
satu macam bahan makanan dengan yang lainnya.
Bahan makanan dibagi ke dalam delapan golongan yaitu:
1. Bahan makanan sumber karbohidrat
2. Bahan makanan sumber protein hewani
3. Bahan makanan sumber protein nabati
4. Sayuran
5. Buah-buahan
6. Susu
7. Minyak
8. Gula
Untuk tiap golongan bahan makanan disusun daftar bahan makanan dalam jumlah
yang zat gizinya setara dalam energi, karbohidrat, lemak, dan protein. Bahan makanan dalam
jumlah tersebut dapat saling menukarkan. Perhatikan terlebih dahulu bahan makanan tiap
golongan yang digunakan sebagai acuan, ukuran standar (dalam ukuran rumah tangga dan
gram) dan nilai energi, karbohidrat, lemak, dan proteinnya.

Gol. Sumber Ukuran Energi Karbohidrat Lemak Protein


Makanan Urt* gram (kkal) (gram) (gram) (gram)
I Sumber karbohidrat
Nasi ¾ gls 100 175 40 - 4
II Sumber protein
hewani 1 ptg 50 95 - 6 10
Daging sapi
III Sumber protein nabati
Tempe 2 ptg 50 80 8 3 6
IV Sayuran
Sayuran campur 1 gls 100 50 10 - 3
V Buah-buahan
Pepaya 1 ptg 100 40 10 - -
VI Susu
Susu sapi segar 1 gls 200 130 9 7 7
VII Minyak
Minyak goreng ½ sdm 5 45 - 5 -
VIII Gula
Gula pasir 1 sdm 10 40 10 - -
Keterangan:
Urt* : Ukuran Rumah Tangga
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, F. (2014). Faktor Pendorong Perilaku Diet Tidak Sehat Pada Mahasiswi
Universitas Mulawarman. Ejournal Psikologi, 2(2), 163–170.

ADA. (2009). Standart of Medical Care in Diabetes. Diabetes Care, 32, S13–S61.

ADA. (2014). Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. Diabetes Care.

AHA. (2012). Understand Your Risk for Diabetes.

Ehsa. (2010). Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.

Fathmi, A. (2012). Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kadar Gula Darah pada
Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar.
Surakarta: akultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah.

Kemenkes. (2017). Profil Dinas Kesehatan Kota Denpasar 2016. Denpasar: Dinas Kesehatan
Kota Denpasar.

KemenkesRI. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI.

Mihardja, L. (2009). Faktor yang berhubungan dengan pengendalian gula darah pada
penderita diabetes melitus di perkotaan indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia,
59(9), 23–31.

PERKENI. (2015). Konsensus Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di


Indonesia 2015. Perkeni. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Price, A. S., & Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Smeltzer, S., & Bare. (2008). Brunner & Suddarth’s Textbook of medical surgical Nursing.
Philadelpia: Lippincott.

Soegondo, S., Soewondo, P., & Subekti, I. (2009). Penatalaksanaan diabetes melitus terpadu.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Soewondo, P. (2006). Ketoasidosis diabetik. In Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III edisi
IV. Jakarta: Penerbit FK UI.

Abdurrahman, F. (2014). Faktor Pendorong Perilaku Diet Tidak Sehat Pada Mahasiswi
Universitas Mulawarman. Ejournal Psikologi, 2(2), 163–170.

ADA. (2009). Standart of Medical Care in Diabetes. Diabetes Care, 32, S13–S61.

ADA. (2014). Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. Diabetes Care.

AHA. (2012). Understand Your Risk for Diabetes.

Ehsa. (2010). Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.

Fathmi, A. (2012). Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kadar Gula Darah pada
Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar.
Surakarta: akultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah.

Kemenkes. (2017). Profil Dinas Kesehatan Kota Denpasar 2016. Denpasar: Dinas Kesehatan
Kota Denpasar.

KemenkesRI. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI.

Mihardja, L. (2009). Faktor yang berhubungan dengan pengendalian gula darah pada
penderita diabetes melitus di perkotaan indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia,
59(9), 23–31.

PERKENI. (2015). Konsensus Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di


Indonesia 2015. Perkeni. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Price, A. S., & Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Smeltzer, S., & Bare. (2008). Brunner & Suddarth’s Textbook of medical surgical Nursing.
Philadelpia: Lippincott.

Soegondo, S., Soewondo, P., & Subekti, I. (2009). Penatalaksanaan diabetes melitus terpadu.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Soewondo, P. (2006). Ketoasidosis diabetik. In Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III edisi
IV. Jakarta: Penerbit FK UI.

Vous aimerez peut-être aussi