Vous êtes sur la page 1sur 31

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN BRONCHOPNEUMONIA

Disusun Oleh:

MUHAMMAD SULKHAN HAKIM

P1337420616048

PROGRAM STUDI S1 TERAPAN KEPERAWATAN

JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan pada
parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga mengenai
alveolus disekitarnya, yang sering menimpa anak-anak dan orang dewasa, yang
disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing.
Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada juga sejumlah
penyebab non infeksi yang perlu dipertimbangkan. Bronkopneumonia lebih sering
merupakan infeksi sekunder terhadap berbagai keadaan yang melemahkan daya tahan
tubuh tetapi bisa juga sebagai infeksi primer yang biasanya kita jumpai pada anak-anak
dan orang dewasa. Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-
anak di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi,di Negara
berkembang infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam
bidang kesehatan. Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi
akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut termasuk pneumonia
dan influenza.
Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun 2001, penyakit infeksi saluran
napas bawah menempati urutan ke-2 sebagai penyebab kematian di Indonesia. Di RSUD
Dr. Soetomo Surabaya didapatkan data sekitar 180 pneumonia komuniti dengan angka
kematian antara 20 - 35 %. Pneumonia komuniti menduduki peringkat keempat dan
sepuluh penyakit terbanyak yang dirawat per tahun.
Gambaran klinis bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas
bagian atas selama beberapa hari. Batuk biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit,anak
akan mendapat batuk setelah beberapa hari, di mana pada awalnya berupa batuk kering
kemudian menjadi produktif. Gambaran klinis pada bronkopneumoni ini harus dapat
dibedakan dengan gambaran klinis Bronkiolitis, Aspirasi pneumonia,Tb paru primer,
sehingga penatalaksanaan dapat dilakukan secara tepat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Bronkopneumonia ?
2. Bagaimana etiologi dari Bronkopneumonia pada anak ?
3. Bagaiamana patofisiologi dari Bronkopneumonia pada anak?
4. Bagaimana pathways dari Bronkopneumonia pada anak?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari Bronkopneumonia?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang/therapy yang dapat dilakukan pada anak dengan
Bronkopneumonia?
7. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi pada anak dengan Bronkopneumonia?
8. Bagaimana prognosis dari Bronkopneumonia pada anak?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep dasar medis dan pelaksanaan asuhan keperawatan pada
anak dengan Bronkopneumonia

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui pengertian dari Bronkopneumonia


2. Mengetahui etiologi dari Bronkopneumonia pada anak
3. Mengetahui patofisologi dari Bronkopneumonia pada anak.
4. Mengetahui pathways dari Bronkopneumonia pada anak.
5. Mengetahui manisfestasi klinis dari Bronkopneumonia.
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang/therapy yang dapat di lakukan pada anak dengan
Bronkopneumonia.
7. Mengetahui komplikasi yang terjadi pada anak dengan Bronkopneumonia.
8. Mengetahui Prognosis dari Bronkopneumonia pada anak.
BAB II
TINJAUAN TEORI

1. Definisi
Bronchopneumoni adalah frekuensi komplikasi pulmonary, batuk produktif yang
lama, tanda dan gejalanya biasanya suhu meningkat, pernafasan meningkat. Speer, K.
M.(2008)
Bronkhopneumonia adalah salah satu peradangan paru yang terjadi pada jaringan
paru atau alveoli yang biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratus bagian atas
selama beberapa hari. Yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti
bakteri, virus, jamur dan benda asing lainnya. (Brunner & Suddrath, 2002)
Bronchopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi
dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. (Alimun,A.H.A, 2003 )
Kesimpulan Bronchopneomonia adalah salah satu jenis pneumonia tepatnya
pneumononia lobaris yang penyebaran daerah infeksinya berupa penyebaran bercak dan
dapat meluas ke parenkim paru yang ada disekitar
2. Etiologi
Secara umum individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh
adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen.
Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ
pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia
yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa,
mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. antara lain:
a. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
b. Virus : Legionella pneumoniae
c. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
d. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru
e. Terjadi karena kongesti paru yang lama.
Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi pada pasien
yang daya tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal yang terdapat dalam
mulut dan karena adanya pneumocystis crani, Mycoplasma. Alimun,A.H.A. ( 2003 )
Menurut Whaley’s dan Wong (1996: 1400) disebutkan bahwa Streptococus,
staphylococcus atau basil ektrik sebagai agen penyebab di bawah umur 3 bulan. Selain
itu juga dapat disebabkan oleh bakteri : Diplococus Pneumonia, Pneumococcus,
Stretococcus Hemoliticus Aureus, Haemophilus Influenza, Basilus Friendlander (Klebsial
Pneumoni), Mycobacterium Tuberculosis. Virus : Respiratory syntical virus, virus
influenza, virus sitomegalik.Jamur : Citoplasma Capsulatum, Criptococcus Nepromas,
Blastomices Dermatides, Cocedirides Immitis, Aspergillus Sp, Candinda Albicans,
Mycoplasma Pneumonia. Aspirasi benda asing.

3. Patofisiologi
Proses terjadinya bronkopneumonia dimulai dari berhasilnya kuman pathogen masuk
ke cairan mukus dalam jalan nafas. Kuman tersebut berkembang biak di saluran nafas atau
sampai di paru-paru. Bila mekanisme pertahanan seperti sistem transport mukosilia tidak
adekuat, maka kuman berkembang biak secara cepat sehingga terjadi peradangan di saluran
nafas atas, sebagai respon peradangan akan terjadi hipersekresi mukus dan merangsang
batuk. Mikroorganisme berpindah karena adanya gaya tarik bumi dan alveoli menebal.
Pengisian cairan alveoli akan melindungi mikroorganisme dari fagosit dan membantu
penyebaran organisme ke alveoli lain. Keadaan ini menyebabkan infeksi meluas, aliran darah
di paru sebagian meningkat yang diikuti peradangan vaskular dan penurunan darah kapiler .

Edema karena inflamasi akan mengeraskan paru dan akan mengurangi kapasitas paru,
penurunan produksi cairan surfaktan lebih lanjut, menurunkan compliance dan menimbulkan
atelektasis serta kolaps alveoli. Sebagai tambahan proses bronkopneumonia menyebabkan
gangguan ventilasi okulasi partial pada bronkhi dan alveoli, menurunkan tekanan oksigen
arteri, akibatnya darah vena yang menuju atrium kiri banyak yang tidak mengandung oksigen
sehingga terjadi hipoksemia arteri.
Efek sistemik akibat infeksi, fagosit melepaskan bahan kimia yang disebut endogenus
pirogen. Bila zat ini terbawa aliran darah hingga sampai hipotalamus, maka suhu tubuh akan
meningkat sehingga terjadi demam dan menggigil, hal tersebut juga menyebabkan
meningkatnya kecepatan metabolisme. Pengaruh dari meningkatnya metabolisme adalah
penyebab takhipnea dan takhikardia, tekanan darah menurun sebagai akibat dari vasodilatasi
perifer dan penurunan sirkulasi volume darah karena dehidrasi, panas dan takhipnea
meningkatkan kehilangan cairan melalui kulit (keringat) dan saluran pernafasan sehingga
menyebabkan dehidrasi. Terdapat cairan purulen pada alveolus juga dapat mengakibatkan
peningkatakan tekanan pada paru sehingga dapat berakibat penurunan kemampuan
mengambil oksigen dari luar juga mengakibatkan berkurangnya kapasitas paru. Penderita
akan berusaha melawan tingginya tekanan tersebut menggunakan otot – otot bantu
pernapasan (otot interkosta) yang menimbulkan retreksi dada sehingga gerakan dada tidak
simetris.

Takipnea pernafasan abnormal cepat dan dangkal, biasanya di definisikan lebih dari
60 hembusan permenit. Pernafasan abnormal cepat adalah gejala yang sering di sebabkan
oleh penumpukan karbon dioksida dalam paru-paru. Setiap kali kemampuan untuk
membuang karbon dioksida (CO2) menurun terjadi penumpukan CO2 darah. Hasilnya adalah
asidosis pernapasan, yang merangsang pusat pernapasan di otak untuk meningkatkan
frekuensi napas dalam upaya menormalkan pH darah. Kontras dengan bradipnea. Ronchi
bunyi gaduh yang dalam, terdengar selama ekspirasi, penyebab gerakan udara melewati jalan
napas yang menyempit akibat obstruksi napas. Obstruksi sumbatan akibat sekresi, odema,
atau tumor. Contoh : suara ngorok.

Sputum cairan yang diproduksi dalam alveoli dan bronkioli. Sputum yang memenuhi
syarat pemeriksaan harus betul-betul dari trakea dan bronki bukan berupa air ludah. Sputum
dapat dibedakan dengan ludah antara lain: ludah biasa akan membentuk gelembung-
gelembung jernih di bagian atas permukaan cairan,sedang pada sputum hal ini jarang terjadi.
Secara mikroskopis ludah akan menunjukan gambaran sel-sel gepeng sedang pada sputum.
Jika kuman terbawa bersama makanan akan masuk ke lambung dan terjadi
peningkatan asam lambung, hal inilah yang menyebabkan mual, muntah dan anoreksia,
sehingga timbul masalah pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Infeksi traktus
respiratorius bagian atas selama beberapa hari suhu tubuh dapat naik secara mendadak
sampai 39-40 dan disertai kejang karena demam yang tinggi sehingga anak menjadi sangat
gelisah.

Virus, bakteri ataupun jamur yang menjadi penyebab dari penyakit bronkopneumonia
ini masuk lalu mengiritasi saluran nafas bagian bawah sehingga menimbulkan inflamasi dan
suhu tubuh pun meningkat (hipertermi). Adanya hipertermi tersebut menyebabkan suplai O2
dalam darah pun menurun dan terjadi hipoksia. Persediaan O2 dalam darah yang semakin
menurun, akan menyebabkan fatique sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Selain
masuk menuju saluran nafas bawah, kuman juga menuju ke saluran cerna sehingga terjadi
infeksi. Adanya infeksi tersebut menyebabkan flora normal usus dan gerak
peristaltiknya meningkat, karena hal tersebut membuat terjadinya malabsorpsi sehingga
menyebabkan frekuensi BAB bertambah per harinya.

Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas selama
beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39–40°C dan mungkin disertai
kejang karena demam yag tinggi. Anak sangat gelisah, dispneu, pernafasan cepat dan
dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut. Batuk
biasanya tidak dijumpai di awal penyakit, anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari,
dimana pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif.
4. Pathways
5. Manifestasi Klinis

Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan


 Nyeri pleuritik
 Nafas dangkal dan mendengkur
 Takipnea
 Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
o Mengecil, kemudian menjadi hilang
o Krekels, ronki, egofoni
o Gerakan dada tidak simetris
o Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium
o Diaforesis
o Anoreksia
o Malaise
o Batuk kental, produktif
o Gelisah
o Sianosis
 Area sirkumoral
 Dasar kuku kebiruan
 Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati

6. Therapy dan Pemeriksaan Penunjang


1. Terapi dan Tindakan medis
Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tetapi hal
ini tidak dapat selalu dilakukan dan memakan waktu yang cukup lama, maka dalam
praktek diberikan pengobatan polifarmasi maka yang biasanya diberikan:

1. Penisilin 50.000 U/kgBB/hari,ditambah dengan kloramfenikol 50-70


mg/kgBB/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas
seperti ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari.
2. Pemberian oksigen dan cairan intravena, biasanya diperlukan campuran
glukose 5% dan Nacl 0.9% dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan
KCL 10 mEq/500 ml/botol infus.
3. Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolik akibat kurang
makan dapat diberikan koreksi sesuai denagn hasil analisa gas darah arteri.
4. Pasien bronkopnemonia ringan tidak usah dirawat dirumah sakit.

2. Pemeriksaan Penunjang
 Foto polos : digunakan untuk melihat adanya infeksi di paru dan status
pulmoner
 Nilai analisa gas darah: untuk mengetahui status kardiopulmoner yang
berhubungan dengan oksigenasi
 Hitung darah lengkap dan hitung jenis: digunakan untuk menetapkan
adanya anemia, infeksi dan proses inflamasi
 Pewarnaan gram: untuk seleksi awal anti mikroba
 Tes kulit untuk tuberkulin: untuk mengesampingkan kemungkinan terjadi
tuberkulosis jika anak tidak berespon terhadap pengobatan
 Jumlah lekosit: terjadi lekositosis pada pneumonia bacterial. 19
pemeriksaan laborat didapatkan leukosit meningkat mencapai 15.00-
40.000/cm3, urine biasanya lebih tua dan terdapat albuminuria ringan dan
pada analisa gas darah tepi menunjukkan asidosis metabolic dengan atau
beberapa lobus
 Tes fungsi paru: digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan
luas dan beratnya penyakit dan membantu memperbaiki keadaan
 Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi
 Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti
virus
7. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada anak yang mengalami bronkopneumonia terjadi akibat tidak
dilakukan pengobatan secara segera. Komplikasi yang kemungkinan terjadi pada diantaranya
sebagai berikut:

1.Otitis media

Terjadi apabila anak yang mengalami bronkopnemonia tidak segera diobati


sehingga jumlah sputum menjadi berlebih dan akan masuk ke dalam tuba eustaci sehingga
menghalangi masuknya udara ke telinga tengah.

2.Bronkiektase
Hal ini terjadi akibat bronkus mengalami kerusakan dan timbul fibrosis juga
terdapat pelebaran bronkus akibat tumpukan nanah.

3.Abses Paru
Rongga bronkus terlalu banyak cairan akibat dari infeksi bakteri dalam paru –
paru.

4.Empiema
Anak yang mengalami bronkopneumonia, paru – parunya mengalami infeksi
akibat bakteri maupun virus sehingga rongga pleuranya berisi nanah.

8. Prognosis
Prognosis dari penyakit bronkopneumonia yaitu dapat sembuh total, mortalitas kurang
dari 1 %, mortalitas bisa lebih tinggi didapatkan pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi
energi-protein dan datang terlambat untuk pengobatan. Interaksi sinergis antara malnutrisi dan
infeksi sudah lama diketahui. Infeksi berat dapat memperjelek keadaan melalui asupan makanan
dan peningkatan hilangnya zat-zat gizi esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi ringan memberikan
pengaruh negatif pada daya tahan tubuh terhadap infeksi. Kedua-duanya bekerja sinergis, maka
malnutrisi bersama-sama dengan infeksi memberi dampak negatif yang lebih besar dibandingkan
dengan dampak oleh faktor infeksi dan malnutrisi apabila berdiri sendiri.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
1) Identitas klien
1.Nama :…
2.Umur :…
3Suku/bangsa :…
4.Agama :…
5.Pendidikan :…
6.Alamat : …
7.Lingkungan tempat tinggal : …
8.Sumber air minum :…
9.Pembuangan sampah :…
10.Sumber air kotor :…

2) Keluhan utama
Sebagian besar keluhan utama bronkopneumonia adalah sesak nafas. Sesak nafas yang akibat
dari adanya eksudat yang menyebabkan sumbatan pada lumen bronkus.

3) Riwayat Penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas
selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-40oC dan
kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.
b. Riwayat penyakit dahulu
Anak dengan bronkopneumonia sebelumnya pernah menderita penyakit infeksi
yang menyebabkan sistem imun menurun

.
c. Riwayat penyakit keluarga
Terdapat anggota keluarga menderita penyakit paru-paru atau penyakit infeksi
saluran pernafasan yang dapat menularkan kepada anggotanya, keadaan ini dapat
memberikan petunjuk kemungkinan penyakit tersebut diuraikan.

4) Riwayat Kehamilan
Penyakit bronkopneumoni tidak dipengaruhi oleh adanya gangguan atau kelainan
pada kehamilan/persalinan.

5) Riwayat Tumbuh Kembang


1. Perkembangan
2. Anak merasa sedih karena tidak dapat berkumpul bersama teman sebayanya
3. Anak memilik keinginan untuk sembuh
4. Anak merasa bosan karena tidak dapat terlalu banyak beraktivitas
5. Pertumbuhan
6. BB anak menurun ½ kg setelah 3 hari dirawat
7. TB anak 98 cm
6) Riwayat Imunisasi
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat penyakit
infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena sistem pertahanan tubuh yang tidak
cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder. Imunisasi yang diperlukan, diantaranya;
BCG, DPT, Polio, Hepatitis B dan Campak.

7) Riwayat psikososial spiritual


Riwayat psikososial merupakan respon anak terhadap penyakit dan dampak dari
hospitalisasi sesuai dengan tahap perkembangannya yaitu takut dan menangis bila
didekati oleh orang yang tidak dikenal.

8) Pemeriksaan umum
Kesadaran compos mentis sampai koma, keadaan umum lemah dan gelisah, suhu
tubuh 39-400C, nadi cepat dan lemah, respirasi cepat dan dangkal, BB sesuai dengan
umur.
9) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik head to toe pada anak dengan bronkopneumonia :

1.Kepala
 bentuk kepala
 warna rambut
 distribusi rambut
 ada lesi atau tidak
 hygiene
 ada hematoma atau tidak
2.Mata
 sklera berwarna merah (ada peningkatan suhu tubuh)
 kaji reflek cahaya
 konjungtiva anemis atau tidak
 pergerakan bola mata
3.Telinga
 simetris atau tidak
 kebersihan
 tes pendengaran
4.Hidung
 ada polip atau tidak
 nyeri tekan
 kebersihan
 pernafasan cuping hidung
 fungsi penciuman
5.Mulut
 warna bibir
 mukosa bibir lembab atau tidak
 mukosa bibir kering (meningkatnya suhu tubuh)
 reflek mengisap
 reflek menelan
6 Dada
 Paru – paru
Inspeksi : Irama nafas tidak teratur, pernapasan dangkal, penggunaan otot
bantu napas

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

Perkusi : Sonor

Auskultasi : Suara paru ronchi

 Jantung
Inspeksi : Tidak ada pembesaran pada dada sebelah kiri

Perkusi : Suara jantung terdengar redup

Auskultasi : Nada S1 S2 dan lub dup

7.Abdomen
Inspeksi : bentuk, lesi
Palpasi : Splenomegali, hepatomegali, nyeri tekan, nyeri lepas, turgor kulit <3
detik
Perkusi : Suara abdomen timpani
Auskultasi :Bising usus meningkat (normal 4-9x/menit)

10.Pemeriksaan Penunjang
1. Foto polos : ditemukan adanya infeksi di paru dan status pulmoner
2. Nilai analisa gas darah: untuk mengetahui status kardiopulmoner yang
berhubungan dengan oksigenasi
3. Hitung darah lengkap dan hitung jenis: ditemukan adanya proses inflamasi
4. Pewarnaan gram: untuk seleksi awal anti mikroba
5. Tes kulit untuk tuberkulin: untuk mengesampingkan kemungkinan terjadi
tuberkulosis jika anak tidak berespon terhadap pengobatan
6. Jumlah lekosit: terjadi lekositosis pada pneumonia bacterial. Menurut Ngastiyah;
1997; 41, pemeriksaan laborat didapatkan leukosit meningkat mencapai 15.00-
40.000/cm3, urine biasanya lebih tua dan terdapat albuminuria ringan dan pada
analisa gas darah tepi menunjukkan asidosis metabolic dengan atau beberapa
lobus
7. Tes fungsi paru: digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan luas dan
beratnya penyakit dan membantu memperbaiki keadaan
8. Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi
9. Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti virus

11.Pola Fungsi Kesehatan


Mengenai pola fungsi kesehatan anak dengan penyakit bronkopneumonia meliputi:

1. Aktivitas/istirahatnya yang menimbulkan gejala fatigue dan insomnia, dengan


tanda letargi dan penurunan toleransi terhadap aktivitas.
2. Sirkulasinya yang menimbulkan gejala riwayat gagal jantung kronis, dengan
tanda takikardi dan penampilan keperanan atau pucat.
3. Integritas ego anak dengan bronkopneumonia akan menerima banyak stressor
sehingga menimbulkan maslah finansialnya.
4. Nyeri / Kenyamanan ditandai dengan sakit kepala, nyeri dada meningkat dan
batuk myalgia, atralgia.
5. Anak akan timbul gejala kehilangan nafsu makan, mual/muntah, riwayat DM dan
ditandai dengan distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan
turgor buruk dan penampilan malnutrusi.
6. Anak merasakan sakit kepala pada bagian frontal yang ditandai dengan adanya
perubahan mental.
7. Anak merasakan nyeri pada bagian dada secara meningkat, batuk myalgia dan
atralgia.
8. Pernafasan pada anak dengan bronkopneumonia akan dangkal menyebabkan
pucat atau sianosis bibir/kuku dan menggunakan bantuan otot aksesori, karena
adanya sputum dan pada perkusi ditemukan pekak diatas area yang konsolidasi,
gesekan friksi pleural dengan bunyi nafas menurun atau tak ada di atas area yang
terlibat atau nafas berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan, mungkin
pada kasus rubella / varisela.
9. Penyuluhan yang ditujukan untuk setiap pasien atau orang lain yang
membutuhkan bantuan.

12.Diagnosa
 Bersihan jalan napas tidak efektif d peningkatan produksi sputum
 Pola nafas tidak efektifd hiperventilasi
 Gangguan pertukaran gas d perubahan membran alveolar kapiler
 Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan demam, menurunnya
intake dan tachipnea
 Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan pemasukan
atau mencerna makanan atau mengabsorpsi zat-zat gizi berhubungan dengan
faktor biologis, psikologis atau ekonomi

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria


No Hasil Intervensi

NIC :
NOC :
Airway suction
a. Respiratory status :
Ventilation a. Pastikan kebutuhan oral /
tracheal suctioning
b. Respiratory status :
Airway patency b. Auskultasi suara nafas
sebelum dan sesudah suctioning.
c. Aspiration Control
c. Informasikan pada klien dan
keluarga tentang suctioning
Bersihan jalan nafas tidak Kriteria Hasil :
d. Minta klien nafas dalam
efektif b.d peningkatan a. Mendemonstrasikan
sebelum suction dilakukan.
1 produksi sputum batuk efektif dan suara
nafas yang bersih, tidak e.Berikan O2 dengan
ada sianosis dan dyspneu menggunakan nasal untuk
(mampu mengeluarkan memfasilitasi suksion
sputum, mampu bernafas nasotrakeal
dengan mudah, tidak ada
f. Gunakan alat yang steril sitiap
pursed lips)
melakukan tindakan
b. Menunjukkan jalan
g. Anjurkan pasien untuk
nafas yang paten (klien
istirahat dan napas dalam
tidak merasa tercekik,
setelah kateter dikeluarkan dari
irama nafas, frekuensi
nasotrakeal
pernafasan dalam
rentang normal, tidak ada h. Monitor status oksigen pasien
suara nafas abnormal)
i. Ajarkan keluarga bagaimana
c. Mampu cara melakukan suksion
mengidentifikasikan dan
j. Hentikan suksion dan berikan
mencegah factor yang
oksigen apabila pasien
dapat menghambat jalan
menunjukkan bradikardi,
nafas
peningkatan saturasi O2, dll.

Airway Management

a.Buka jalan nafas, guanakan


teknik chin lift atau jaw thrust
bila perlu

b. Posisikan pasien untuk


memaksimalkan ventilasi

c. Identifikasi pasien perlunya


pemasangan alat jalan nafas
buatan

d.Pasang mayo bila perlu

e.Lakukan fisioterapi dada jika


perlu

f. Keluarkan sekret dengan


batuk atau suction

g. Auskultasi suara nafas, catat


adanya suara tambahan

h.Lakukan suction pada mayo

i. Berikan bronkodilator bila


perlu

j.Berikan pelembab udara Kassa


basah NaCl Lembab

k. Atur intake untuk cairan


mengoptimalkan keseimbangan.

l. Monitor respirasi dan status


O2

NIC :
NOC : Airway Management
a.Respiratory status : a.Buka jalan nafas, guanakan
Ventilation teknik chin lift atau jaw thrust
Pola nafas tidak efektif
bila perlu
2 b.d hiperventilasi b.Respiratory status :
Airway patency b.Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
c.Vital sign Status
c.Identifikasi pasien perlunya
Kriteria Hasil :
pemasangan alat jalan nafas
a. Mendemonstrasikan
buatan
batuk efektif dan suara
nafas yang bersih, tidak d.Pasang mayo bila perlu
ada sianosis dan dyspneu
e.Lakukan fisioterapi dada jika
(mampu mengeluarkan
perlu
sputum, mampu bernafas
dengan mudah, tidak ada f.Keluarkan sekret dengan batuk
pursed lips) atau suction

b. Menunjukkan jalan g.Auskultasi suara nafas, catat


nafas yang paten (klien adanya suara tambahan
tidak merasa tercekik,
h.Lakukan suction pada mayo
irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam i.Berikan bronkodilator bila
rentang normal, tidak ada perlu
suara nafas abnormal)
j.Berikan pelembab udara Kassa
c. Tanda Tanda vital basah NaCl Lembab
dalam rentang normal
k.Atur intake untuk cairan
(tekanan darah, nadi,
mengoptimalkan keseimbangan.
pernafasan)
l. Monitor respirasi dan status
O2

Terapi Oksigen
a. Bersihkan mulut, hidung dan
secret trakea

b.Pertahankan jalan nafas yang


paten

c. Atur peralatan oksigenasi

d.Monitor aliran oksigen

e.Pertahankan posisi pasien

f. Onservasi adanya tanda tanda


hipoventilasi

g. Monitor adanya kecemasan


pasien terhadap oksigenasi

Vital sign Monitoring


a.Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR

b.Catat adanya fluktuasi tekanan


darah

c.Monitor VS saat pasien


berbaring, duduk, atau berdiri

d.Auskultasi TD pada kedua


lengan dan bandingkan

e.Monitor TD, nadi, RR,


sebelum, selama, dan setelah
aktivitas

f.Monitor kualitas dari nadi


g.Monitor frekuensi dan irama
pernapasan

h.Monitor suara paru

i.Monitor pola pernapasan


abnormal

j.Monitor suhu, warna, dan


kelembaban kulit

k.Monitor sianosis perifer

l.Monitor adanya cushing triad


(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)

m.Identifikasi penyebab dari


perubahan vital sign

NOC :
NIC :
a. Respiratory Status :
Airway Management
Gas exchange
a.Buka jalan nafas, guanakan
b. Respiratory Status : teknik chin lift atau jaw thrust
ventilation bila perlu

c.Vital Sign Status b.Posisikan pasien untuk


memaksimalkan ventilasi
Kriteria Hasil :
a. Mendemonstrasikan c.Identifikasi pasien perlunya
Gangguan pertukaran gas
peningkatan ventilasi dan pemasangan alat jalan nafas
b.d perubahan membran
oksigenasi yang adekuat buatan
3 kapiler-alveolar
b. Memelihara d. Pasang mayo bila perlu
kebersihan paru paru dan
e.Lakukan fisioterapi dada jika
bebas dari tanda tanda
perlu
distress pernafasan
f.Keluarkan sekret dengan batuk
c. Mendemonstrasikan
atau suction
batuk efektif dan suara
nafas yang bersih, tidak g.Auskultasi suara nafas, catat
ada sianosis dan dyspneu adanya suara tambahan
(mampu mengeluarkan
h.Berika bronkodilator bial
sputum, mampu bernafas
perlu
dengan mudah, tidak ada
pursed lips) i.Barikan pelembab udara

d. Tanda tanda vital j.Atur intake untuk cairan


dalam rentang normal mengoptimalkan keseimbangan.

k.Monitor respirasi dan status


O2

Respiratory Monitoring
a.Monitor rata – rata,
kedalaman, irama dan usaha
respirasi

b.Catat pergerakan dada,amati


kesimetrisan, penggunaan otot
tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal

c. Monitor suara nafas, seperti


dengkur

d. Monitor pola nafas :


bradipena, takipenia, kussmaul,
hiperventilasi, cheyne stokes,
biot

e.Catat lokasi trakea

f. Monitor kelelahan otot


diagfragma (gerakan
paradoksis)

g. Auskultasi suara nafas, catat


area penurunan / tidak adanya
ventilasi dan suara tambahan

h. Tentukan kebutuhan suction


dengan mengauskultasi crakles
dan ronkhi pada jalan napas
utama

i. auskultasi suara paru setelah


tindakan untuk mengetahui
hasilnya

NIC :
NOC :
Nutritional Status : food a.Kaji adanya tanda dehidrasi
Risiko kekurangan
and Fluid Intake
volume cairan b.Jaga kelancaran aliran infus
berhubungan dengan
c.Periksa adanya tromboplebitis
demam, menurunnya
Kriteria Hasil :
intake dan tachipnea d.Pantau tanda vital tiap 6 jam
a.Adanya peningkatan
4 berat badan sesuai e.Lakukan kompres dingin jika
dengan tujuan terdapat hipertermia suhu diatas
38 C
b.Volume cairan normal
f.Pantau balance cairan
c.Pengeluaran BAB
normal (tidak terjadi g.Berikan nutrisi sesuai diit
peningkatan)
h. Awasi turgor kulit
d.Tidak ada tanda
dehidrasi

e.Suhu tubuh normal


36,5-37 0C

f. Kelopak mata tidak


cekung

g.Turgor kulit baik

h.Akral hangat

NIC :
NOC :
Nutrition Management
Ketidakseimbangan Nutritional Status : food
a.Kaji adanya alergi makanan
nutrisi kurang dari and Fluid Intake
kebutuhan tubuh b.d b.Kolaborasi dengan ahli gizi
ketidakmampuan untuk menentukan jumlah kalori
Kriteria Hasil :
pemasukan atau mencerna dan nutrisi yang dibutuhkan
a.Adanya peningkatan
makanan atau pasien.
berat badan sesuai
mengabsorpsi zat-zat gizi
dengan tujuan c. Anjurkan pasien untuk
berhubungan dengan
meningkatkan intake Fe
faktor biologis, psikologis b.Berat badan ideal
5 atau ekonomi sesuai dengan tinggi d.Anjurkan pasien untuk
badan meningkatkan protein dan
vitamin C
c.Mampu
mengidentifikasi e. Berikan substansi gula
kebutuhan nutrisi
f.Yakinkan diet yang dimakan
d.Tidak ada tanda tanda mengandung tinggi serat untuk
malnutrisi mencegah konstipasi

e.Tidak terjadi g Berikan makanan yang terpilih


penurunan berat badan ( sudah dikonsultasikan dengan
yang berarti ahli gizi)

h.Ajarkan pasien bagaimana


membuat catatan makanan
harian.

i. Monitor jumlah nutrisi dan


kandungan kalori

j. Berikan informasi tentang


kebutuhan nutrisi

k. Kaji kemampuan pasien


untuk mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan

Nutrition Monitoring
a.BB pasien dalam batas normal

b.Monitor adanya penurunan


berat badan

c.Monitor tipe dan jumlah


aktivitas yang biasa dilakukan

d.Monitor interaksi anak atau


orangtua selama makan

e.Monitor lingkungan selama


makan

f.Jadwalkan pengobatan dan


tindakan tidak selama jam
makan

g.Monitor kulit kering dan


perubahan pigmentasi

h.Monitor turgor kulit

i.Monitor kekeringan, rambut


kusam, dan mudah patah

j.Monitor mual dan muntah

k.Monitor kadar albumin, total


protein, Hb, dan kadar Ht

l.Monitor makanan kesukaan

m. Monitor pertumbuhan dan


perkembangan

n.Monitor pucat, kemerahan,


dan kekeringan jaringan
konjungtiva

o.Monitor kalori dan intake


nuntrisi
p.Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral.

q.Catat jika lidah berwarna


magenta, scarlet

13. Evaluasi

Pasien mampu:

1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan
dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada
pursed lips)
2. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
3. Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan nafas
4. Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)
5. Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress pernafasan
Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan
program pengobatan
6. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
7. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bronchopneomonia adalah salah satu jenis pneumonia tepatnya pneumononia lobaris


yang penyebaran daerah infeksinya berupa penyebaran bercak dan dapat meluas ke parenkim
paru yang ada disekitarnya.
Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan pada
parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga mengenai
alveolus disekitarnya, yang sering menimpa anak-anak dan orang dewasa, yang disebabkan
oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. Kebanyakan
kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada juga sejumlah penyebab non
infeksi yang perlu dipertimbangkan.
B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas kami memberanikan diri untuk memberikan saran sebagai
berikut:

 Dalam memberikan pelayanan keperawatan tidak boleh membeda-bedakan status


klien.
 Dalam melakukan asuhan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan
perlu adanya pendekatan dengan klien yaitu; menjalin hubungan saling percaya
sehingga klien mau mengungkapkan apa yang dirasakan dan masalah
keperawatan yang dihadapi dapat teratasi.
 Untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan khususnya pada kasus
Bronchopneumonia alergia diruang anggrek hendaknya perawat meningkatkan
pengetahuan tentang masalah bronkopneumonia
 Dalam melakukan pengkajian pada klien dengan anak dengan bronkopneumonia
perawat diharuskan memiliki sikap sabar, sopan, teliti, cermat, mempunyai
pengetahuan, wawasan yang luas dan ketrampilan yang memadai.
DAFTAR PUSTAKA

Wilkinson, Judith M. 2013. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: diagnosis NANDA,


intervensi NIC, kriteria hasil NOC, ed 9. Jakarta: EGC

Departemen Kesehatan RI ( 1996). Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, Depkes ;


Jakarta.

Somantri, Irman. 2012. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika

Djojodibroto, Darmanto. 2009. Respirologi (respiratory medicine). Jakarta: EGC

Brunner & Suddrath. (2002). Keperawatan Medikel Bedah. EGC:Jakarta.

Alimun,A.H.A. ( 2003 ) . Ilmu kesehatan anak untuk pendidikan kebidanan .Jakarta :


Salemba Medika

Vous aimerez peut-être aussi