Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
P1337420616048
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep dasar medis dan pelaksanaan asuhan keperawatan pada
anak dengan Bronkopneumonia
1. Definisi
Bronchopneumoni adalah frekuensi komplikasi pulmonary, batuk produktif yang
lama, tanda dan gejalanya biasanya suhu meningkat, pernafasan meningkat. Speer, K.
M.(2008)
Bronkhopneumonia adalah salah satu peradangan paru yang terjadi pada jaringan
paru atau alveoli yang biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratus bagian atas
selama beberapa hari. Yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti
bakteri, virus, jamur dan benda asing lainnya. (Brunner & Suddrath, 2002)
Bronchopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi
dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. (Alimun,A.H.A, 2003 )
Kesimpulan Bronchopneomonia adalah salah satu jenis pneumonia tepatnya
pneumononia lobaris yang penyebaran daerah infeksinya berupa penyebaran bercak dan
dapat meluas ke parenkim paru yang ada disekitar
2. Etiologi
Secara umum individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh
adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen.
Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ
pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia
yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa,
mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. antara lain:
a. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
b. Virus : Legionella pneumoniae
c. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
d. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru
e. Terjadi karena kongesti paru yang lama.
Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi pada pasien
yang daya tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal yang terdapat dalam
mulut dan karena adanya pneumocystis crani, Mycoplasma. Alimun,A.H.A. ( 2003 )
Menurut Whaley’s dan Wong (1996: 1400) disebutkan bahwa Streptococus,
staphylococcus atau basil ektrik sebagai agen penyebab di bawah umur 3 bulan. Selain
itu juga dapat disebabkan oleh bakteri : Diplococus Pneumonia, Pneumococcus,
Stretococcus Hemoliticus Aureus, Haemophilus Influenza, Basilus Friendlander (Klebsial
Pneumoni), Mycobacterium Tuberculosis. Virus : Respiratory syntical virus, virus
influenza, virus sitomegalik.Jamur : Citoplasma Capsulatum, Criptococcus Nepromas,
Blastomices Dermatides, Cocedirides Immitis, Aspergillus Sp, Candinda Albicans,
Mycoplasma Pneumonia. Aspirasi benda asing.
3. Patofisiologi
Proses terjadinya bronkopneumonia dimulai dari berhasilnya kuman pathogen masuk
ke cairan mukus dalam jalan nafas. Kuman tersebut berkembang biak di saluran nafas atau
sampai di paru-paru. Bila mekanisme pertahanan seperti sistem transport mukosilia tidak
adekuat, maka kuman berkembang biak secara cepat sehingga terjadi peradangan di saluran
nafas atas, sebagai respon peradangan akan terjadi hipersekresi mukus dan merangsang
batuk. Mikroorganisme berpindah karena adanya gaya tarik bumi dan alveoli menebal.
Pengisian cairan alveoli akan melindungi mikroorganisme dari fagosit dan membantu
penyebaran organisme ke alveoli lain. Keadaan ini menyebabkan infeksi meluas, aliran darah
di paru sebagian meningkat yang diikuti peradangan vaskular dan penurunan darah kapiler .
Edema karena inflamasi akan mengeraskan paru dan akan mengurangi kapasitas paru,
penurunan produksi cairan surfaktan lebih lanjut, menurunkan compliance dan menimbulkan
atelektasis serta kolaps alveoli. Sebagai tambahan proses bronkopneumonia menyebabkan
gangguan ventilasi okulasi partial pada bronkhi dan alveoli, menurunkan tekanan oksigen
arteri, akibatnya darah vena yang menuju atrium kiri banyak yang tidak mengandung oksigen
sehingga terjadi hipoksemia arteri.
Efek sistemik akibat infeksi, fagosit melepaskan bahan kimia yang disebut endogenus
pirogen. Bila zat ini terbawa aliran darah hingga sampai hipotalamus, maka suhu tubuh akan
meningkat sehingga terjadi demam dan menggigil, hal tersebut juga menyebabkan
meningkatnya kecepatan metabolisme. Pengaruh dari meningkatnya metabolisme adalah
penyebab takhipnea dan takhikardia, tekanan darah menurun sebagai akibat dari vasodilatasi
perifer dan penurunan sirkulasi volume darah karena dehidrasi, panas dan takhipnea
meningkatkan kehilangan cairan melalui kulit (keringat) dan saluran pernafasan sehingga
menyebabkan dehidrasi. Terdapat cairan purulen pada alveolus juga dapat mengakibatkan
peningkatakan tekanan pada paru sehingga dapat berakibat penurunan kemampuan
mengambil oksigen dari luar juga mengakibatkan berkurangnya kapasitas paru. Penderita
akan berusaha melawan tingginya tekanan tersebut menggunakan otot – otot bantu
pernapasan (otot interkosta) yang menimbulkan retreksi dada sehingga gerakan dada tidak
simetris.
Takipnea pernafasan abnormal cepat dan dangkal, biasanya di definisikan lebih dari
60 hembusan permenit. Pernafasan abnormal cepat adalah gejala yang sering di sebabkan
oleh penumpukan karbon dioksida dalam paru-paru. Setiap kali kemampuan untuk
membuang karbon dioksida (CO2) menurun terjadi penumpukan CO2 darah. Hasilnya adalah
asidosis pernapasan, yang merangsang pusat pernapasan di otak untuk meningkatkan
frekuensi napas dalam upaya menormalkan pH darah. Kontras dengan bradipnea. Ronchi
bunyi gaduh yang dalam, terdengar selama ekspirasi, penyebab gerakan udara melewati jalan
napas yang menyempit akibat obstruksi napas. Obstruksi sumbatan akibat sekresi, odema,
atau tumor. Contoh : suara ngorok.
Sputum cairan yang diproduksi dalam alveoli dan bronkioli. Sputum yang memenuhi
syarat pemeriksaan harus betul-betul dari trakea dan bronki bukan berupa air ludah. Sputum
dapat dibedakan dengan ludah antara lain: ludah biasa akan membentuk gelembung-
gelembung jernih di bagian atas permukaan cairan,sedang pada sputum hal ini jarang terjadi.
Secara mikroskopis ludah akan menunjukan gambaran sel-sel gepeng sedang pada sputum.
Jika kuman terbawa bersama makanan akan masuk ke lambung dan terjadi
peningkatan asam lambung, hal inilah yang menyebabkan mual, muntah dan anoreksia,
sehingga timbul masalah pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Infeksi traktus
respiratorius bagian atas selama beberapa hari suhu tubuh dapat naik secara mendadak
sampai 39-40 dan disertai kejang karena demam yang tinggi sehingga anak menjadi sangat
gelisah.
Virus, bakteri ataupun jamur yang menjadi penyebab dari penyakit bronkopneumonia
ini masuk lalu mengiritasi saluran nafas bagian bawah sehingga menimbulkan inflamasi dan
suhu tubuh pun meningkat (hipertermi). Adanya hipertermi tersebut menyebabkan suplai O2
dalam darah pun menurun dan terjadi hipoksia. Persediaan O2 dalam darah yang semakin
menurun, akan menyebabkan fatique sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Selain
masuk menuju saluran nafas bawah, kuman juga menuju ke saluran cerna sehingga terjadi
infeksi. Adanya infeksi tersebut menyebabkan flora normal usus dan gerak
peristaltiknya meningkat, karena hal tersebut membuat terjadinya malabsorpsi sehingga
menyebabkan frekuensi BAB bertambah per harinya.
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas selama
beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39–40°C dan mungkin disertai
kejang karena demam yag tinggi. Anak sangat gelisah, dispneu, pernafasan cepat dan
dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut. Batuk
biasanya tidak dijumpai di awal penyakit, anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari,
dimana pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif.
4. Pathways
5. Manifestasi Klinis
2. Pemeriksaan Penunjang
Foto polos : digunakan untuk melihat adanya infeksi di paru dan status
pulmoner
Nilai analisa gas darah: untuk mengetahui status kardiopulmoner yang
berhubungan dengan oksigenasi
Hitung darah lengkap dan hitung jenis: digunakan untuk menetapkan
adanya anemia, infeksi dan proses inflamasi
Pewarnaan gram: untuk seleksi awal anti mikroba
Tes kulit untuk tuberkulin: untuk mengesampingkan kemungkinan terjadi
tuberkulosis jika anak tidak berespon terhadap pengobatan
Jumlah lekosit: terjadi lekositosis pada pneumonia bacterial. 19
pemeriksaan laborat didapatkan leukosit meningkat mencapai 15.00-
40.000/cm3, urine biasanya lebih tua dan terdapat albuminuria ringan dan
pada analisa gas darah tepi menunjukkan asidosis metabolic dengan atau
beberapa lobus
Tes fungsi paru: digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan
luas dan beratnya penyakit dan membantu memperbaiki keadaan
Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi
Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti
virus
7. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada anak yang mengalami bronkopneumonia terjadi akibat tidak
dilakukan pengobatan secara segera. Komplikasi yang kemungkinan terjadi pada diantaranya
sebagai berikut:
1.Otitis media
2.Bronkiektase
Hal ini terjadi akibat bronkus mengalami kerusakan dan timbul fibrosis juga
terdapat pelebaran bronkus akibat tumpukan nanah.
3.Abses Paru
Rongga bronkus terlalu banyak cairan akibat dari infeksi bakteri dalam paru –
paru.
4.Empiema
Anak yang mengalami bronkopneumonia, paru – parunya mengalami infeksi
akibat bakteri maupun virus sehingga rongga pleuranya berisi nanah.
8. Prognosis
Prognosis dari penyakit bronkopneumonia yaitu dapat sembuh total, mortalitas kurang
dari 1 %, mortalitas bisa lebih tinggi didapatkan pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi
energi-protein dan datang terlambat untuk pengobatan. Interaksi sinergis antara malnutrisi dan
infeksi sudah lama diketahui. Infeksi berat dapat memperjelek keadaan melalui asupan makanan
dan peningkatan hilangnya zat-zat gizi esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi ringan memberikan
pengaruh negatif pada daya tahan tubuh terhadap infeksi. Kedua-duanya bekerja sinergis, maka
malnutrisi bersama-sama dengan infeksi memberi dampak negatif yang lebih besar dibandingkan
dengan dampak oleh faktor infeksi dan malnutrisi apabila berdiri sendiri.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1) Identitas klien
1.Nama :…
2.Umur :…
3Suku/bangsa :…
4.Agama :…
5.Pendidikan :…
6.Alamat : …
7.Lingkungan tempat tinggal : …
8.Sumber air minum :…
9.Pembuangan sampah :…
10.Sumber air kotor :…
2) Keluhan utama
Sebagian besar keluhan utama bronkopneumonia adalah sesak nafas. Sesak nafas yang akibat
dari adanya eksudat yang menyebabkan sumbatan pada lumen bronkus.
3) Riwayat Penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas
selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-40oC dan
kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.
b. Riwayat penyakit dahulu
Anak dengan bronkopneumonia sebelumnya pernah menderita penyakit infeksi
yang menyebabkan sistem imun menurun
.
c. Riwayat penyakit keluarga
Terdapat anggota keluarga menderita penyakit paru-paru atau penyakit infeksi
saluran pernafasan yang dapat menularkan kepada anggotanya, keadaan ini dapat
memberikan petunjuk kemungkinan penyakit tersebut diuraikan.
4) Riwayat Kehamilan
Penyakit bronkopneumoni tidak dipengaruhi oleh adanya gangguan atau kelainan
pada kehamilan/persalinan.
8) Pemeriksaan umum
Kesadaran compos mentis sampai koma, keadaan umum lemah dan gelisah, suhu
tubuh 39-400C, nadi cepat dan lemah, respirasi cepat dan dangkal, BB sesuai dengan
umur.
9) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik head to toe pada anak dengan bronkopneumonia :
1.Kepala
bentuk kepala
warna rambut
distribusi rambut
ada lesi atau tidak
hygiene
ada hematoma atau tidak
2.Mata
sklera berwarna merah (ada peningkatan suhu tubuh)
kaji reflek cahaya
konjungtiva anemis atau tidak
pergerakan bola mata
3.Telinga
simetris atau tidak
kebersihan
tes pendengaran
4.Hidung
ada polip atau tidak
nyeri tekan
kebersihan
pernafasan cuping hidung
fungsi penciuman
5.Mulut
warna bibir
mukosa bibir lembab atau tidak
mukosa bibir kering (meningkatnya suhu tubuh)
reflek mengisap
reflek menelan
6 Dada
Paru – paru
Inspeksi : Irama nafas tidak teratur, pernapasan dangkal, penggunaan otot
bantu napas
Perkusi : Sonor
Jantung
Inspeksi : Tidak ada pembesaran pada dada sebelah kiri
7.Abdomen
Inspeksi : bentuk, lesi
Palpasi : Splenomegali, hepatomegali, nyeri tekan, nyeri lepas, turgor kulit <3
detik
Perkusi : Suara abdomen timpani
Auskultasi :Bising usus meningkat (normal 4-9x/menit)
10.Pemeriksaan Penunjang
1. Foto polos : ditemukan adanya infeksi di paru dan status pulmoner
2. Nilai analisa gas darah: untuk mengetahui status kardiopulmoner yang
berhubungan dengan oksigenasi
3. Hitung darah lengkap dan hitung jenis: ditemukan adanya proses inflamasi
4. Pewarnaan gram: untuk seleksi awal anti mikroba
5. Tes kulit untuk tuberkulin: untuk mengesampingkan kemungkinan terjadi
tuberkulosis jika anak tidak berespon terhadap pengobatan
6. Jumlah lekosit: terjadi lekositosis pada pneumonia bacterial. Menurut Ngastiyah;
1997; 41, pemeriksaan laborat didapatkan leukosit meningkat mencapai 15.00-
40.000/cm3, urine biasanya lebih tua dan terdapat albuminuria ringan dan pada
analisa gas darah tepi menunjukkan asidosis metabolic dengan atau beberapa
lobus
7. Tes fungsi paru: digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan luas dan
beratnya penyakit dan membantu memperbaiki keadaan
8. Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi
9. Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti virus
12.Diagnosa
Bersihan jalan napas tidak efektif d peningkatan produksi sputum
Pola nafas tidak efektifd hiperventilasi
Gangguan pertukaran gas d perubahan membran alveolar kapiler
Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan demam, menurunnya
intake dan tachipnea
Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan pemasukan
atau mencerna makanan atau mengabsorpsi zat-zat gizi berhubungan dengan
faktor biologis, psikologis atau ekonomi
NIC :
NOC :
Airway suction
a. Respiratory status :
Ventilation a. Pastikan kebutuhan oral /
tracheal suctioning
b. Respiratory status :
Airway patency b. Auskultasi suara nafas
sebelum dan sesudah suctioning.
c. Aspiration Control
c. Informasikan pada klien dan
keluarga tentang suctioning
Bersihan jalan nafas tidak Kriteria Hasil :
d. Minta klien nafas dalam
efektif b.d peningkatan a. Mendemonstrasikan
sebelum suction dilakukan.
1 produksi sputum batuk efektif dan suara
nafas yang bersih, tidak e.Berikan O2 dengan
ada sianosis dan dyspneu menggunakan nasal untuk
(mampu mengeluarkan memfasilitasi suksion
sputum, mampu bernafas nasotrakeal
dengan mudah, tidak ada
f. Gunakan alat yang steril sitiap
pursed lips)
melakukan tindakan
b. Menunjukkan jalan
g. Anjurkan pasien untuk
nafas yang paten (klien
istirahat dan napas dalam
tidak merasa tercekik,
setelah kateter dikeluarkan dari
irama nafas, frekuensi
nasotrakeal
pernafasan dalam
rentang normal, tidak ada h. Monitor status oksigen pasien
suara nafas abnormal)
i. Ajarkan keluarga bagaimana
c. Mampu cara melakukan suksion
mengidentifikasikan dan
j. Hentikan suksion dan berikan
mencegah factor yang
oksigen apabila pasien
dapat menghambat jalan
menunjukkan bradikardi,
nafas
peningkatan saturasi O2, dll.
Airway Management
NIC :
NOC : Airway Management
a.Respiratory status : a.Buka jalan nafas, guanakan
Ventilation teknik chin lift atau jaw thrust
Pola nafas tidak efektif
bila perlu
2 b.d hiperventilasi b.Respiratory status :
Airway patency b.Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
c.Vital sign Status
c.Identifikasi pasien perlunya
Kriteria Hasil :
pemasangan alat jalan nafas
a. Mendemonstrasikan
buatan
batuk efektif dan suara
nafas yang bersih, tidak d.Pasang mayo bila perlu
ada sianosis dan dyspneu
e.Lakukan fisioterapi dada jika
(mampu mengeluarkan
perlu
sputum, mampu bernafas
dengan mudah, tidak ada f.Keluarkan sekret dengan batuk
pursed lips) atau suction
Terapi Oksigen
a. Bersihkan mulut, hidung dan
secret trakea
NOC :
NIC :
a. Respiratory Status :
Airway Management
Gas exchange
a.Buka jalan nafas, guanakan
b. Respiratory Status : teknik chin lift atau jaw thrust
ventilation bila perlu
Respiratory Monitoring
a.Monitor rata – rata,
kedalaman, irama dan usaha
respirasi
NIC :
NOC :
Nutritional Status : food a.Kaji adanya tanda dehidrasi
Risiko kekurangan
and Fluid Intake
volume cairan b.Jaga kelancaran aliran infus
berhubungan dengan
c.Periksa adanya tromboplebitis
demam, menurunnya
Kriteria Hasil :
intake dan tachipnea d.Pantau tanda vital tiap 6 jam
a.Adanya peningkatan
4 berat badan sesuai e.Lakukan kompres dingin jika
dengan tujuan terdapat hipertermia suhu diatas
38 C
b.Volume cairan normal
f.Pantau balance cairan
c.Pengeluaran BAB
normal (tidak terjadi g.Berikan nutrisi sesuai diit
peningkatan)
h. Awasi turgor kulit
d.Tidak ada tanda
dehidrasi
h.Akral hangat
NIC :
NOC :
Nutrition Management
Ketidakseimbangan Nutritional Status : food
a.Kaji adanya alergi makanan
nutrisi kurang dari and Fluid Intake
kebutuhan tubuh b.d b.Kolaborasi dengan ahli gizi
ketidakmampuan untuk menentukan jumlah kalori
Kriteria Hasil :
pemasukan atau mencerna dan nutrisi yang dibutuhkan
a.Adanya peningkatan
makanan atau pasien.
berat badan sesuai
mengabsorpsi zat-zat gizi
dengan tujuan c. Anjurkan pasien untuk
berhubungan dengan
meningkatkan intake Fe
faktor biologis, psikologis b.Berat badan ideal
5 atau ekonomi sesuai dengan tinggi d.Anjurkan pasien untuk
badan meningkatkan protein dan
vitamin C
c.Mampu
mengidentifikasi e. Berikan substansi gula
kebutuhan nutrisi
f.Yakinkan diet yang dimakan
d.Tidak ada tanda tanda mengandung tinggi serat untuk
malnutrisi mencegah konstipasi
Nutrition Monitoring
a.BB pasien dalam batas normal
13. Evaluasi
Pasien mampu:
1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan
dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada
pursed lips)
2. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
3. Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan nafas
4. Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)
5. Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress pernafasan
Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan
program pengobatan
6. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
7. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan kesimpulan diatas kami memberanikan diri untuk memberikan saran sebagai
berikut:
Somantri, Irman. 2012. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika