Vous êtes sur la page 1sur 10

LAPORAN PRAKTIKUM KONSERVASI LAHAN

ACARA II
ERODIBILITAS TANAH

Dosen pengampu : Dr. Didik Taryana, M. Si

Disusun oleh:

Nama : Aisyatur Rizki Laila


NIM : 160722614614
Off/Tahun : G/2016
Asisten Praktikum : Agus Syarif
Hetty Rahmawati Sucahyo

S1 GEOGRAFI
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2017
I. Judul
Erodibilitas Tanah
II. Tujuan
1. Mampu menghitung tingkat erodibilitas suatu tanah berdasarkan
rumus K dan Nomograph.
2. Mampu menganalisis tingkat erodibilitas tanah.
3. Mampu memahami faktor - faktor yang mengakibatkan terjadinya
erodibilitas tanah.
III. Alat dan Bahan
Alat:
1. Alat tulis
2. Kalkulator
Bahan:
1. Data analisis sifat tanah
2. Nomograf
IV. Dasar Teori
Erodibilitas tanah merupakan kepekaan tanah untuk tererosi,
semakin tinggi nilai erodibilitas suatu tanah semakin mudah tanah
tersebut tererosi. Erodibilitas tanah dipengaruhi oleh tekstur tanah,
struktur tanah, bahan organik, dan permeabilitas (Arsyad, 2000;
Purwantara dan Nursa’ban, 2012). Faktor erodibilitas tanah
menunjukkan resistensi partikel tanah terhadap pengelupasan dan
transportasi partikel-partikel tanah oleh adanya energi kinetik air hujan
(Asdak, 1995).
Menurut Hardjowigeno (2003), Indeks kepekaan tanah terhadap
erosi atau erodibilitas tanah merupakan jumlah tanah yang hilang setiap
tahunnya per satuan indeks daya erosi curah hujan pada sebidang tanah
tanpa tanaman, tanpa usaha pencegahan erosi pada lereng 9 % dan
panjang 22 m. Kepekaan tanah terhadap erosi dipengaruhi oleh tekstur
tanah (terutama kadar debu +pasir halus), bahan organik, struktur dan
permeabilitas tanah.
Erodibilitas tanah dapat ditentukan dengan perhitungan nilai K
yang dapat dihitung menggunakan persamaan Weischmeier, et all
(1971).

2,713 𝑀1,14 (10−4 ) (12 − a) + 3,25 (b − 2) + 2,5 (c − 3)


𝐾=
Keterangan: 100
M : (% debu + % pasir sangat halus)(100 - % liat)
a : Bahan organik
b : Harkat struktur tanah
c : harkat tingkat permeabilitas tanah
Tabel 3.1. Klasifikasi Nilai Erodibilitas Tanah

Kelas Nilai K Harkat


1 0,00 - 0,10 Sangat Rendah
2 0,11 - 0,21 Rendah
3 0,22 - 0,32 Sedang
4 0,33 - 0,44 Agak Tinggi
5 0,45 - 0,55 Tinggi
6 0,56 - 0,64 Sangat Tinggi
Sumber: Arsyad (2006)
Erodibilitas tanah juga dapat ditentukan dengan menggunakan
nomograph. Sifat-sfat tanah yang menentukan besarnya nilai K
berdasarkan Nomograph antara lain % kandungan debu dan pasir halus,
% kandungan pasir, % kandungan bahan organik, struktur tanah dan
permeabilitas ditetapkan berdasarkan hasil pengamatan pada profil
tanah yang dapat digambar dalam Nomograph

Gambar 1. Nomograph Erodibilitas Tanah


Faktor yang mempengaruhi tingkat erodibilitas tanah antara lain:
1. Tekstrur
Tabel 3.2. Nilai Ukuran Butir – Butir Tanah (M) untuk suatu Kelas
Tekstur Tanah
Kelas tekstur tanah Nilai M Kelas tekstur tanah Nilai M
Lempung berat 210 Geluh lempung pasiran 2160
Lempung sedang 750 Debu 8245
Lempung ringan 1685 Geluh debuan 6330
Lempung debuan 2830 Geluh 4390
Lempung pasiran 3245 Geluh pasiran 3245
Geluh lempung debuan 3770 Pasir geluhan 4005
Geluh lempung 2830 Pasir 3035

2. Bahan Organik
Tabel 3.3. Kriteria Bahan Organik
Kriteria Bahan
No Nilai
Organik
1. Sangat tinggi > 6.00
2. Tinggi 4.30- 6.00
3. Sedang 2.10- 4.20
4. Rendah 1.00- 2.00
5. Sangat rendah < 1.00
Sumber: Puslitanak (1993)
3. Struktur atau Agregasi Tanah
Tabel 3.4. Penilaian Kelas Struktur Tanah
No. Struktur Kelas
1. Granuler sangat halus 1
2. Granuler halus 2
3. Granuler sedang sampai kasar 3
4. Masif kubus, lempeng 4
Sumber : Utomo (1989)
4. Permeabilitas tanah
Tabel 3.5. Kelas Permeabilitas Tanah
No Kelas Kecepatan Permeabilitas Tanah Kelas
1. Sangat lambat (< 0,5 cm/jam) 6
2. Lambat (0,5-2 cm/jam ) 5
3. Lambat sampai sedang (2,0-6,3 cm/ jam) 4
4. Sedang (6.3-12,7 cm/jam) 3
5. Sedang sampai cepat (12,7- 25,4 cm/jam) 2
6. Cepat (> 25, 4 cm/jam) 1
Sumber : Arsyad, 1989
V. Langkah Kerja
1. Menghitung indeks erodibilitas tanah dengan rumus K
a. Dengan menggunakan data analisis sifat tanah, hitung indeks
tekstur tanah (M) dengan rumus
b. M = (% pasir sangat halus+ % debu) x (100-% liat)
c. Pindahkan data kadar bahan organik, kelas struktur, dan kelas
permeabilitas pada tabel hasil untuk mempermudah perhitungan.
d. Dengan menggunakan rumus persamaan k dan data, hitung
indeks K dengan rumus
K = 2,713 M1,14 (10-4) (12-a) + 3,25 (b-2) + 2,5 (c-3) / 100
2. Menghitung indeks erodibilitas tanah dengan menggunakan
nomograf
a. Gunakan gambar nomograf dan data tabel hasil sebelumnya, lalu
tentukan letak titik kadar debu + pasir sangat halus (0,00 – 0,1
mm) di sumbu tegak sebelah kiri dari gambar nomograf.
b. Tarik garis mendatar ke kanan dari titik pada poin di atas hingga
memotong kurva kadar pasir.
c. Dari titik kurva pasir, tarik garis vertikal hingga memotong kuva
bahan organik.
d. Dari titik perpotongan bahan organik tarik garis datar ke kanan
hingga memotong kurva struktur.
e. Tarik garis horizontal ke bawah dari titik kurva struktur hingga
memotong kurva permeabilitas.
f. Tarik garis mendatar ke kiri dari titik kurva permeabilitas
menuju nilai K yang menunjukkan angka erodibilitas tanah.
VI. Hasil
1. Perhitungan erodibilitas tanah berdasarkan Nomograf (Terlampir)
2. Perhitungan erodibilitas tanah berdasarkan rumus K (Terlampir)
3. Tabel hasil perhitungan erodibilitas tanah (Terlampir)
VII. Pembahasan
Praktikum konservasi lahan kali ini membahas mengenai tingkat
erodibilitas suatu tanah. Erodibilitas itu sendiri merupakan suatu
kerentanan tanah dalam mengalami erosi. Tanah yang mempunyai
erodibilitas tinggi lebih mudah mengalami erosi daripada tanah yang
mempunyai nilai erodibilitas rendah Erodibilitas tanah menyangkut
ketahanan tanah terhadap pelepasan dan pengangkutan. Sehingga
erodibilitas tanah dipengaruhi oleh kondisi tanah yang meliputi tekstur
tanah (%debu, %pasir, %liat), struktur tanah, kandungan bahan organik
serta permeabilitas tanah. Penentuan tingkat erodibilitas ini bertujuan
untuk mengetahui tingkat erosi yang terjadi pada suatu unit lahan.
Dalam praktikum ini terdapat delapan unit lahan yang akan ditentukan
tingkat erodibilitasnya.
Penentuan tingkat erodibilitas tanah dapat dilakukan melalui
perhitungan dengan rumus K dan pembacaan nomograf. Kedua metode
tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing – masing. Cara
yang paling mudah digunakan dalam penentuan tingkat erodibilitas
suatu tanah adalah dengan menggunakan nomograf. Akan tetapi tingkat
keakuratan hasil yang didapatkan dalam penggunaan nomograf lebih
kecil dibandingkan keakuratan dalam perhitungan dengan rumus. Pada
praktikum ini dalam menentukan tingkat erodibilitas menggunakan
kedua metode tersebut. Hal ini bertujuan untuk membandingkan hasil
yang didapat antara perhitungan rumus K dengan pembacaan nomograf.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, unit lahan
Petung Sewu A10 memiliki tingkat erodibilitas yang tinggi.
Berdasarkan perhitungan dengan rumus K mendapatkan hasil sebesar
0,46 dan pada pembacaan nomograf mendapatkan hasil sebesar 0,49.
Hal ini menunjukkan bahwa tanah yang terdapat pada unit lahan Petung
Sewu A10 memiliki kerentanan terhadap erosi cukup tinggi. Tingkat
erodibilitas yang cukup tinggi terjadi karena pada unit lahan Petung
Sewu A10 memiliki tingkat permeabilitas yang sangat lambat yaitu
sebesar 0,29 cm/jam. Tingkat permeabilitas pada suatu tanah
menunjukkan kemampuan tanah untuk melewatkan atau meloloskan air
yang jatuh ke permukaan tanah. Apabila permeabilitas pada suatu tanah
lambat, maka tanah tersebut akan sulit meloloskan air dan dapat
mengakibatkan adanya aliran permukaan. Sehingga hal tersebut dapat
mengakibatkan tanah menjadi lebih mudah tererosi. Selain
permeabilitas, kandungan bahan organik di dalam tanah juga
mempengaruhi tingkat erodibilitas tanah. Unit lahan Petung Sewu A10
memiliki kandungan bahan organik yang rendah yaitu sebesar 1,93%.
Rendahnya kandungan bahan organik menjadikan tanah lebih mudah
tererosi. Hal ini dikarenakan laju infiltrasi dan perkolasi tanah kurang
dan menyebabkan adanya aliran permukaan yang dapat mengikis tanah.
Sedangkan pada unit lahan Petung Sewu B7 memiliki tingkat
erodibilitas sedang, dengan hasil perhitungan rumus K sebesar 0,28 dan
hasil pembacaan nomograf sebesar 0,31. Tingkat erodibilitas pada unit
lahan Petung Sewu B7 lebih rendah dibandingkan dengan unit lahan
Petung Sewu A10 dikarenakan pada unit lahan Petung Sewu B7
memiliki tingkat permeabilitas dan kandungan bahan organik yang lebih
tinggi. Unit lahan ini memiliki laju permeabilitas sebesar 0,32 cm/jam
dan kandungan bahan organik sebesar 2%. Sehingga kemampuan tanah
dalam meloloskan air pada unit lahan ini lebih baik daripada tanah pada
unit lahan Petung Sewu A10. Sehingga tanah tersebut lebih mampu
menekan terjadinya erosi.
Pada unit lahan Sumber Suko C6 dan Sumber Suko F3 memiliki
tingkat erodibilitas sedang. Hasil perhitungan dari kedua unit lahan
tersebut memiliki selisih yang sangat kecil. Yakni pada unit Lahan
Sumber Suko C6 memiliki hasil perhitungan sebesar 0,25 dan hasil
pembacaan nomograf sebesar 0,24. Sedangkan pada unit lahan Sumber
Suko F3 memiliki hasil perhitungan sebesar 0,23 dan hasil pembacaan
monograf sebesar 0,22. Tingkat erodibilitas yang sedang pada unit lahan
tersebut dipengaruhi oleh laju permeabilitas yang sedang yaitu sebesar
7,86 cm/jam pada unit lahan Sumber Suko C6 dan 6,80 cm/jam pada
unit lahan Sumber Suko F3. Laju permeabilitas pada bentuk lahan ini
lebih besar dari unit lahan Petung Sewu karena tanah pada kedua unit
lahan tersebut berstruktur granuler halus. Sehingga tanah tersebut lebih
mudah dalam meloloskan air yang jatuh di atas permukaan tanah. Hal
tersebut menyebabkan tanah lebih mudah dalam menekan terjadinya
erosi.
Sedangkan pada unit lahan Dalisodo D2 dan unit lahan Dalisodo
E4 memiliki tingkat erodibilitas agak tinggi. Hasil perhitungan rumus
dan pembacaan nomograf pada unit lahan Dalisodo D2 memiliki hasil
yang sama yaitu sebesar 0,39. Pada unit lahan Dalisodo E4 juga
memiliki hasil yang sama dalam perhitungan rumus dan pembacaan
nomograf yakni sebesar 0,35. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan
bahwa tanah pada kedua unit lahan ini cukup mudah tererosi. Hal ini
dikarenakan pada unit lahan Dalisodo D2 dan E4 memiliki kandungan
bahan organik yang sedang dan laju permeabilitas yang cukup lambat.
Sehingga hal tersebut menjadikan tanah sulit untuk meloloskan air dan
laju infiltrasi pada tanah menjadi rendah. Selain itu pada kedua unit
lahan ini memiliki tekstur tanah dengan %debu yang lebih besar. Debu
merupakan fraksi tanah yang paling mudah tererosi karena selain
mempunyai ukuran yang relatif halus, fraksi ini juga tidak mempunyai
ikatan.
Pada unit lahan Parang Argo A9 memiliki tingkat erodibilitas
yang rendah dengan hasil perhitungan sebesar 0,18 dan hasil pembacaan
nomograf sebesar 0,17. Hal ini menunjukkan bahwa pada unit lahan
Parang Argo A9 memiliki tingkat erosi yang rendah. Hal ini dikarenakan
pada unit lahan Parang Argo A9 memiliki tingkat permeabilitas yang
lebih cepat daripada unit lahan yang lain yaitu sebesar 17,37 cm/jam.
Cepatnya laju permeabilitas pada unit lahan ini dipengaruhi oleh tekstur
tanah yang memiliki fraksi pasir yang lebih dominan. Sehingga
kemampuan tanah dalam meloloskan air lebih baik. Selain itu tanah
yang memiliki fraksi pasir yang dominan umumnya mempunyai tingkat
erodibilitas tanah yang rendah dan mampu menekan laju erosi.
Sedangkan pada unit lahan Jedong E3 memiliki tingkat
erodibilitas tanah dari sedang sampai agak tinggi. Hasil perhitungan
rumus pada unit lahan ini sebesar 0,30 dan hasil pembacaan nomograf
sebesar 0,38. Tingkat erodibilitas yang cukup tinggi pada unit lahan ini
dipengaruhi oleh laju permeabilitas yang sangat lambat sebesar 0,30
cm/jam dan kandungan bahan organik yang sangat rendah sebesar
0,48%. Rendahnya laju permeabilitas pada unit lahan ini dikarenakan
tekstur tanahnya didominasi oleh liat. Hal ini menjadikan tanah cukup
sulit dalam meloloskan air dan lebih mudah mengalami run off.
Sehingga tanah tersebut lebih mudah untuk tererosi.
VIII. Kesimpulan
Tingkat erodibilitas tanah tertinggi terdapat pada unit lahan
Petung Sewu A10 dengan nilai erodibilitas sebesar 0,46. Tingkat
erodibilitas terendah terdapat pada unit lahan Parang Argo A9 dengan
nilai erodibilitas sebesar 0,18. Semakin besar tingkat erodibilitas tanah
maka semakin besar kepekaan tanah terhadap erosi. Begitu pula
sebaliknya, semakin rendah tingkat erodibilitas maka semakin rendah
pula kepekaan tanah terhadap erosi. Faktor – faktor yang mempengaruhi
tinggi rendahnya erodibilitas tanah antara lain kondisi tanah yang
meliputi tekstur tanah, struktur tanah, kandungan bahan organik, serta
laju permeabilitas.
IX. Daftar Rujukan
Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press.
Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air Edisi Kedua. Bogor: IPB
Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press
Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta:
Akademika Pressindo.
Purwantara, S dan Nursa’ban, M. 2012. Pengukuran Tingkat Bahaya
Bencana Erosi di Kecamatan Kokap. Geomedia 10 (1): 111-128
Puslittanak, 1993. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan. Pusat Penelitian
tanah dan Agroklimat Kerjasama dengan Proyek Pembangunan
Penelitian Pertanian Nasional badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.
Utomo, W. H., 1989. Konservasi tanah di Indonesia Suatu Rekanan dan
Analisis. Jakarta: Rajawali Press.
Wischmeier, W.H., C.B. Johnson dan B.V. Cross. 1971. A Soil
Erodibility Nomograph for Farmland and Construction Site.
Jurnal Soil and Water Conservation 26, Hlm: 189-193

Vous aimerez peut-être aussi