Vous êtes sur la page 1sur 13

ILMU KEALAMAN DAN FILSAFAT SEBAGAI PRODUK OLAH PIKIR

MANUSIA
(ILMU KEALAMAN)
Makalah
Disusun guna memenuhi tugas matakuliah Filsafat Sains dan Bioetika yang dibimbing
oleh Ibu Dr.Murni Saptasari, M.Si

Oleh:
Arinda Eka Lidiastuti/180341863010/Offering C

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang
kita panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ilmiah mata kuliah Filsafat Sains dan Bioetika.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka penulis
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ilmiah Ilmu Kealaman Dan
Filsafat Sebagai Produk Olah Pikir Manusia dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.

Malang, September 2018

Penyusun

1
Daftar Isi
Kata Pengantar ................................................................................................... 1
Daftar Isis ............................................................................................................ 2
Bab I. Pendahuluan ............................................................................................ 3
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 3
1.3 Tujuan Masalah .................................................................................. 3
1.4 Manfaat ............................................................................................... 4
Bab II. Pembahasan .......................................................................................... 5
2.1 Pengertian Filsafat .............................................................................. 5
2.2 Pengertian Ilmu Kealaman ................................................................. 6
2.3 Kebenaran Ilmu Kalaman .................................................................. 6
2.3 Telaah Bidang Ilmu Kealaman ........................................................... 8
Bab III. Penutup ................................................................................................ 11
3.1 Kesimpulan ........................................................................................ 11
3.2 Saran .................................................................................................. 11
Daftar Pustaka .................................................................................................... 12

2
3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Filsafat merupakan pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang
memiliki konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat adalah ilmu
yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam manusia,
dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan dan hakikat yang dapat dicapai
akal manusia seelah mencapai pengetahuan. Philosophia dapat diartikan sebagai ahli
piker segala sesuatu yang dianggap benar. Pada mulanya philosophia merupakan hasil
olah pikir manusia tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam semesta.
Seiring berkembangnya jaman terdapat penemuan-penemuan dengan
menggunakan alat-alat canggih. Dimana hal tersebut dapat menggeser pemahaman dan
pola pikir manusia. Pergeseran tersebut tidak bisa dielakkan karena memang banyak
ajaran yang tidak sesuai dan menyebabkan philosophia terpecah menjadi dua.
Philosophia yang terpecah menjadi dua antara lain yakni aliran atas asas induktif dan
aliran metafisik. Aliran atas asas induktif lebih dikenal dengan aliran kealaman. Aliran
kealaman merangkum perkembangan nalar manusia sepanjang sejarah. Ilmu kealaman
merupakan salah satu produk dari olah pikir manusia yang akan penulis bahas pada
pembahasan makalah berikut.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada makalah berikut adalah:
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan filsafat?
1.2.2 Apakah yang dimaksud dengan ilmu kealaman?
1.2.3 Bagaimanakah kebenaran ilmu kealaman?
1.2.4 Bagaimanakah telaah bidang ilmu kealaman?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah adalah sebagai berikut:

4
1.3.1 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan filsafat.
1.3.2 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan ilmu kealaman.
1.3.3 Untuk mengetahui bagaimana kebenaran ilmu kealaman.
1.3.4 Untuk mengetahui bidang telaah pada ilmu kealaman.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari makalah adalah sebagai berikut:
Bagi Pembaca
Manfaat malakalah ini bagi pembaca adalah dapat menambah referensi dan
pengetahuan mengenai ilmu kealaman dan filsafat sebagai produk olah pikir manusia
yang meliputi ilmu kealaman itu sendiri. Pembaca juga dapat menambah wawasan
mengenai produk olah pikir manusia dalam kategori ilmu kealaman melalui makalah
ini.
Bagi Penulis
Penulis dapat mengembangka pengetahuan melalui literasi dalam bidang ilmu
kealaman dan filsafat sebagai produk olah pikir manusia yang meliputi ilmu kealaman.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Filsafat


Filsafat secara etimologis, istilah filsafat yang merupakan padanan kata
falsafah (bahasa Arab) dan philosophy (bahasa Inggris), berasal dari bahasa
Yunani (philosophia) (Rapar, 1996:14). Secara harfiah filsafat berarti cinta akan
kebijaksanaan. Filsafat adalah pengetahuan yang dimiliki rasio yang menembus
dasar-dasar terakhir dari segala sesuatu (Widyawati, 2013:87). Filsafat menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan pengetahuan dna penyelidikan
dengan akal budi mengenai hakikat yang ada, sebab, asal, dan teori yang
mendasari alam pikiran suatu kegiatan ilmu yang berintokan logika, estetika,
metafisika, dan epistomologi. Filsafat berasal dari bahasa Yunani yang terdiri
dari kata philein dan Sophia. Philein memiliki arti cinta dan Sophia memiliki arti
bijaksana. Filsafat dari bahasa inggris yakni philosophy yang berarti
penyelidikan rasional tentang eksistensi. pengetahuan,dan etika. Filsafat menurut
Aristoteles yakni ilmu pengetahuan yang senantiasa berupaya mencari prinsip-
prinsip dan penyebab-penyebab dari realitas (Rapar, 1996:16).
Filsafat dikenal sebagai master scientiarium, yaitu induk dari segala
ilmu. Filsafat selain keberadaanya mendahului ilmu, sekaligus meletakkan
dasar-dasar yang kuat bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Filsafat dikatakan
sebagai induk dari segala ilmu, selain atas dasar alasan historis, juga
dikarenakan kajian filsafat memiliki sifat begitu mendasar atau mengakar yang
tidak lain merupakan suatu pencarian abadi terhadap kebenaran yang paling
hakiki (Kuswanjono, 2016:293-294). Filsafat dapat diartikan berpikir dan
merasa sedalam-dalamnya terhadap segala sesuatu sampai pada inti persoalan.
Orang yang pertama kali memakai kata philosophia yakni Pythagoras (572-497
SM), dan membagi manusia menjadi tiga tipe yakni mereka yang mencintai
kesenangan, mereka yang mencintai kegiatan dan mereka yang mencintai
kebijaksanaan.

6
2.2 Pengertian Ilmu Kealaman
Ilmu kealaman merupakan salah satu produk dari olah pikir manusia
yang telah diuji kebenaranya. Menurut Puwadarminta (dalam Atabik,
20014:257) kebenaran merupakan keadaan yang benar (cocok dengan keadaan
dan hal yang sesungguhnya). Menurut Fautanu (2012), kebenaran merupakan
sesuatu yang benar sungguh-sungguh ada, misalkan kebenaran yang diajarkan
agama. Selanjutnya kebenaran diartikan pula kejujuran, kelurusan hati. Cara
atau metode untuk menguji sudah baku, yaitu menggunakan metode ilmiah.
Sehingga kebenaran yang dicapai sudah pasti yakni kebenaran ilmiah.
Kebenaran ilmiah tidak datang tiba-tiba, kebenaran ilmiah akan muncul setelah
diproses dengan mekanisme ilmiah juga. Kebenaran ilmiah merupakan
kebenaran yang telah diuji keabsahanya, baik secara nalar maupun empiric,
sehingga memiliki landasan kuat untuk dianggap benar, selama tidak
digugurnkan oleh kebenaran ilmiah lainya yang lebih terandalkan (Qomar,
2006:61).
Kebenaran ilmiah juga dapat disebut apabila ditinjau secara deduktif
adalah benar dan ditinjau dari segi induktif pun juga benar. Kebenaran-
kebenaran tersebut bersifat sinergis karena berasal dari landasan teori yang
relevan. Deduktif adalah cara menarik kesimpulan dari umum ke khusus,
sedangkan induktif cara menarik kesimpulan cara menarik kesimpulan dari
khusus ke umum. Dengan kata lain dedyktif dapat diartikan masuk akal, dan
induktif sesuai degan kenyataan. Kenyataan merupakan syarat yang sangat
penting dalam mengkaji ilmu kealaman, karena memang bidang sasaran dari
ilmu kealaman terbatas pada hal-hal yang bersifat nyata atau fisik.

2.3 Kebenaran Ilmu Kealaman


Kebenaran ilmu kealaman sudah khas yakni kebenaran ilmiah. Terdapat
berbagai kebenaran yang menyertai kebenaran ilmu kealaman tersebut, yang
mana kehadiranya dapat digunakan sebagai rambu-rambu untuk membedakan
kajian ilmu kealaman dan yang bukan ilmu kealaman. Kebenaran harus

7
dianalisis dari tinjauan pembenaran, seperti pemastian terjamin (warranted
assertibility, pengupayaan kesimpulan yang pasti melalui prosedur tertentu dan
terjamin) (Kirkham, 2017:71). Adapun rambu-rambu tersebut antara lain adalah
sebagai berikut:
a. Kebenaran obyektif
Kebenaran obyektif merupakan kebenaran yang sesuai dengan obyeknya,
artinya adalah sesuai dengan kenyataan.
b. Kebenaran korespodensi
Kebenaran korespodensi merupakan kebenaran yang berhubungan
dengan teori yang digunakan.
c. Kebenaran koherensi.
Kebenaran koherensi merupakan kebenaran yang mengandung makna
yang dianggap benar, karena teori yang digunakan secara kronologis (koheren)
dapat menjelaskan kenyataan yang dipermasalahkan tersebut. Kebenaran
koherensi merupakan suatu proses atau suatu hasil proses atau keadaan yang
menunjukkan adanya keadaan yang runtut, masuk akal, saling berhubungan
antara gagasan-gagasan yang dimilikioleh seorang subjek mengenai objek
tetentu (Budisutrisna, 2016:4).
d. Kebenaran paragmatisme
Kebenaran paragmatisme merupakan kebenaran yang kriteria
kebenaranya berguna atau tidak berguna pada suatu pernyataan kebenaran untuk
kehidupan manusia.
Kebenaran selain Terdapat rambu-rambunya, juga digolongkan kedalam
beberapa jenis, antara lain adalah sebagai berikut (Tim Dosen Filsafat dalam
Wahana, 2008), Pertama, atas dasar sumber atau asal dari kebenaran
pengetahuan, dapat bersumber antara lain dari: fakta empiris (kebenaran
empiris), wahyu atau kitab suci (kebenaran wahyu), fiksi atau fantasi (kebenaran
fiksi). Kedua, atas dasar cara atau sarana yang digunakan untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan. Antara lain dapat menggunakan: indera
(kebenaran inderawi), akal budi (kebenaran intelektual), intuisi (kebenaran
intuitif), iman (kebenaran iman). Ketiga, atas dasar bidang atau lingkup

8
kehidupan, membuat pengetahuan diusahakan dan dikembangkan secara
berbeda. Antara lain, pengetahuan agama (kebenaran agama), pengetahuan
moral (kebenaran moral), pengetahuan seni (kebenaran seni), pengetahuan
budaya (kebenaran budaya), pengetahuan sejarah (kebenaran historis),
pengetahuan hukum (kebenaran yuridis), pengetahuan politik (kebenaran
politik). Keempat, atas dasar tingkat pengetahuan yang diharapkan dan
diperolehnya: yaitu pengetahuan biasa sehari-hari (ordinary knowledge)
memiliki kebenaran yang sifatnya subyektif, amat terikat pada subyek yang
mengenal, pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) menghasilkan
kebenaran ilmiah, pengetahuan filsafati (philosofical knowledge)
menghasilkan kebenaran filsafati (Wahana, 2008).
Kebenaran-kebenaran tersebut merupakan kebenaran yang menyertai
kebenaran ilmu. Selain kebenaran-kebanaran tersebut Terdapat kebanaran lainya
yakni kebenaran filosofis dan kebenaran absolut. Kebenaran filosifis dijelaskan
pada pembicaraan filsafat, kebenaran absolut merupakan kebanaran mutlak
yang harus diakui kebenaranya. Hal yang perlu dingat bahwa kebenran ilmu aka
ada pergeseran-pergeseran akibat canggihnya alat peralatan yang digunakan
untuk menambah kapasitas jangkauan pancaindra manusia yang sifatnya
terbatas.

2.4 Telaah Bidang Ilmu Kealaman


Ilmu kealaman dengan tegas memposisikan dirinya untuk bidang telaah
pada hal-hal yang bersifat nyata (obyektif). Kebenaranya sangat khas, yakni
kebenaran ilmu kealaman, sehingga berbeda dengan kebenaran-kebenaran yang
lainya, seperti kebenaran filosofis dan kebenaran absolut. Meskipun ilmu
kealaman dengan filsafat memiliki obyek yang sama yakni alam semesta,
termasuk bumi dan segala isinya, namun tetap saja memiliki perbedaan.
Perbedaan tersebut meliputi mekanisme pencapaian kebenaran, bidang sasaran
dan obyek pertanyaanya.
Dalam hal mekanisme pencapaian kebenaran pada ilmu kealaman
bertolak dari hal-hal yang nyata atau konkret. Artinya adalah berbeda dari hal

9
pengamatan, yakni pengamatan dengan panca indra, yang tentunya juga diikuti
dengan pemikiran. Sedangkan pada filsafatbertolak dari hal-hal yang
abstrakartinya bertolak dengan pemiran yakni pada organ otak. Pada bidang
sasaran, pada ilmu kealaman terbatas pada hal-hal yang sifatnya fisik, sedangkan
pada filsafat terbatas pada hal-hal yang fisik, tetapi menembus yang tidak fisik
(metafisik). Dalam hal obyek pertanyaan, pada ilmu kelaman mempertanyakan
apa, bagaimana, mengapa, dan dimana. Sedangkan pada filsafat
mempertanyakan secara mendalam apa sebenarnya, darimana asalnya, dan
kemana akhirnya (Sutomo, 2009).

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Filsafat merupakan berpikir dan merasa sedalam-dalamnya terhadap segala
sesuatu sampai pada inti persoalan, atau pandangan seseorang atau
sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang
dicita-citakan.
b. Ilmu kealaman merupakan salah satu bentuk produk dari olah pikir manusia
yang telah diuji kebenaranya.
c. Kebenaran ilmu kealaman merupakan berbagai kebenaran yang menyertai
kebenaran ilmu kealaman, yang mana kehadiranya dapat digunakan sebagai
rambu-rambu untuk membedakan kajian ilmu kealaman dan yang bukan
ilmu kealaman
d. Telaah ilmu kealaman dengan tegas memposisikan dirinya untuk bidang
telaah pada hal-hal yang bersifat nyata (obyektif).

3.2 Saran
Saran bagi penulis adalah dapat menambahkan referensi yang lebih
banyak lagi agar makalah menjadi lebih baik. Masukan dari pembaca diperlukan
guna perbaikan makalah sehingga menjadi lebih baik.

11
Daftar Pustaka

Atabik, Ahmad. 2014. Teori Kebenaran Perspektif Filsafat Ilmu: Sebuah Kerangka
untuk Memahami Pengetahua Agama. Jurnal Fikrah. Vol 2 (1).

Budisutrisna. 2016. Komparasi Teori Kebenaran Mo Tzu dan Pancasila: Relevansi bagi
Pengembangan Ilmu Pengetahuan di Indonesia. Jurnal Filsafat. Vol 26 (1).

Fautanu, Idzam. 2012. Filsafat Ilmu; Teori dan Aplikasi. Jakarta: Referensi.

Kirham, Richard L. 2017. Teori-Teori Kebenaran Pengantar Kritis dan Komprehensif.


Bandung: Nusa Media.

Kuswanjono, Arqom. 2016. Hakikat Ilmu dalam Pemikiran Islam. Jurnal Filsafat. Vol
26 (2).

Qomar, Mujamil. 2006. Epistemologi Pendidikan Islam. Jakarta: Erlangga.

Rapar, Jan Hendrik. 1996. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.

Sutomo, H, 2009. FilsafatIlmuKealamandanEtikaLingkungan. Malang: UM press.

Wahana, Paulus. 2008. Menguak Kebenaran Ilmu Pengetahuan dan Aplikasinya dalam
Kegiatan Perkuliahan. Jurnal Filsafat. Vol 18 (3).
Widyawati, Setya. 2013. Filsafat Ilmu sebagai Landasan Pengembangan Ilmu
Pendidikan. Jurnal Seni Budaya. Vol (11) 1.

12

Vous aimerez peut-être aussi