Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
A. PENGERTIAN
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan viceralis
dan parietalis. Proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap
penyakit lain. (Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma:2015:212)
Efusi pleura adalah kondisi dimana udara atau cairan berkumpul dirongga pleura yang dapat
menyebabkan paru kolaps sebagian atau seluruhnya. (muralitharan nair & ian peate:2015:249)
B. KLASIFIKASI
Efusi pleura di bagi menjadi 2 yaitu :
1. Efusi pleura transudat
Merupakan ultrafiltrat plasma, yang menandakan bahwa membran pleura tidak terkena penyakit.
Akumulasi cairan di sebabkan oleh faktor sistemik yang mempengaruhi produksi dan absorbsi cairan
pleura.
2. Efusi pleura eksudat
Efusi pleura ini terjadi akibat kebocoran cairan melewati pembuluh kapiler yang rusak dan masuk kedalam
paru terdekat.(Morton,2012)
C. ETIOLOGI
Efusi pleura disebabkan oleh :
1. Peningkatan tekanan pada kapiler subpleura atau limfatik
2. Peningakatan permeabilitas kapiler
3. Penurunan tekanan osmotic koloid darah
4. Peningkatan tekanan negative intrapleura
5. Kerusakan drainase limfatik ruang pleura
Ada juga yang disebabkan oleh
1. Infeksi(eksudat)
- Tubercolosis
- Pneumonitis
- Emboli paru
- kanker
- Infeksi virus,jamur,dan parasit.
2. Non infeksi (transudat)
- Gagal jantung kongesif (90% kasus)
- Sindroma nefrotik
- Gagal hati
- Gagal ginjal
- Emboli par
D. PATOFISIOLOGI
Dalam keadaan normal tidak ada rongga kosong antara pleura parietalis dan pleura viceralis, karena di
antara pleura tersebut terdapat cairan antara 1 – 20 cc yang merupakan lapisan tipis serosa dan selalu
bergerak teratur.Cairan yang sedikit ini merupakan pelumas antara kedua pleura, sehingga pleura tersebut
mudah bergeser satu sama lain. Di ketahui bahwa cairan di produksi oleh pleura parietalis dan selanjutnya
di absorbsi tersebut dapat terjadi karena adanya tekanan hidrostatik pada pleura parietalis dan tekanan
osmotic koloid pada pleura viceralis. Cairan kebanyakan diabsorbsi oleh system limfatik dan hanya
sebagian kecil diabsorbsi oleh system kapiler pulmonal. Hal yang memudahkan penyerapan cairan yang
pada pleura viscelaris adalah terdapatnya banyak mikrovili disekitar sel – sel mesofelial. Jumlah cairan
dalam rongga pleura tetap. Karena adanya keseimbangan antara produksi dan absorbsi. Keadaan ini bisa
terjadi karena adanya tekanan hidrostatik sebesar 9 cm H2o dan tekanan osmotic koloid sebesar 10 cm
H2o. Keseimbangan tersebut dapat terganggu oleh beberapa hal, salah satunya adalah infeksi tuberkulosa
paru .
Terjadi infeksi tuberkulosa paru , yang pertama basil Mikobakterium tuberkulosa masuk melalui
saluran nafas menuju alveoli,terjadilah infeksi primer. Dari infeksi primer ini akan timbul peradangan
saluran getah bening menuju hilus (Limfangitis local) dan juga diikuti dengan pembesaran kelenjar getah
bening hilus (limphadinitis regional). Peradangan pada saluran getah bening akan mempengaruhi
permebilitas membran. Permebilitas membran akan meningkat yang akhirnya dapat menimbulkan
akumulasi cairan dalam rongga pleura. Kebanyakan terjadinya effusi pleura akibat dari tuberkulosa paru
melalui focus subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening. Sebab lain dapat juga dari robeknya
pengkejuan kearah saluran getah bening yang menuju rongga pleura, iga atau columna vetebralis.
Adapun bentuk cairan efusi akibat tuberkolusa paru adalah merupakan eksudat, yaitu berisi protein
yang terdapat pada cairan pleura tersebut karena kegagalan aliran protein getah bening. Cairan ini biasanya
serous, kadang – kadang bisa juga hemarogik. Dalam setiap ml cairan pleura bias mengandung leukosit
antara 500 – 2000. Mula – mula yang dominan adalah sel – sel polimorfonuklear, tapi kemudian sel
limfosit, Cairan efusi sangat sedikit mengandung kuman tubukolusa. Timbulnya cairan effusi bukanlah
karena adanya bakteri tubukolosis, tapi karena akibat adanya effusi pleura dapat menimbulkan beberapa
perubahan fisik antara lain : Irama pernapasan tidak teratur, frekuensi pernapasan meningkat , pergerakan
dada asimetris, dada yanbg lebih cembung, fremitus raba melemah, perkusi redup. Selain hal – hal diatas
ada perubahan lain yang ditimbulkan oleh efusi pleura yang diakibatkan infeksi tuberkolosa paru yaitu
peningkatan suhu, batuk dan berat badan menurun.
Radang paru
INFEKSI
Non-infeksi
Pathway :
Ketidakefektifan pola nafas
Penekanan pada abdomen
dispneu
Ekspansi paru ↓
Penumpukan cairan pada rongga pleura
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
anoreksia
TRANSUDAT
Energi berkurang
Gangguan metabolisme O2
Insufisiensi oksigenasi
Intoleransi aktivitas
Gangguan rasa nyaman
Suplai O2 ↓
drainase
Resiko infeksi
Nyeri : terhadap tindakan drainase
Resiko tinggi terhadap tindakan drainase dada
EKSUDAT
EFUSI PLEURA
mual muntah
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Merangsang hipotalamus
Respon tubuh terhadap inflamasi
febris
Hypertermi
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah cairan cukup
banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak napas.
2. Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil dan nyeri dada pleuritis
(pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak keringat, batuk.
3. Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan cairan pleural
yang signifikan.
4. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan akan
berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan, fremitus melemah
(raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan
membentuk garis melengkung (garis Ellis Damoiseu).
5. Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian atas garis Ellis
Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak karena cairan mendorong mediastinum
kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati vesikuler melemah dengan ronki.
6. Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.
F. KOMPLIKASI
1. Fibrotoraks
Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang baik akan
terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan pleura viseralis. Keadaan ini disebut dengan
fibrotoraks. Jika fibrotoraks meluas dapat menimbulkan hambatan mekanis yang berat pada
jaringan-jaringan yang berada dibawahnya. Pembedahan pengupasan(dekortikasi) perlu
dilakukan untuk memisahkan membrane-membran pleura tersebut.
2. Atalektasis
Atalektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang disebabkan oleh
penekanan akibat efusi pleura.
3. Fibrosis paru
Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat paru dalam
jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan jaringan sebagai kelanjutan suatu
proses penyakit paru yang menimbulkan peradangan. Pada efusi pleura, atalektasis yang
berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian jaringan paru yang terserang dengan jaringan
fibrosis.
4. Kolaps Paru
Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang diakibatkan oleh tekanan ektrinsik pada
sebagian / semua bagian paru akan mendorong udara keluar dan mengakibatkan kolaps paru.
5. Empiema
Kumpulan nanah dalam rongga antara paru-paru dan membran yang mengelilinginya
(rongga pleura). Empiema disebabkan oleh infeksi yang menyebar dari paru-paru dan
menyebabkan akumulasi nanah dalam rongga pleura. Cairan yang terinfeksi dapat mencapai satu
gelas bir atau lebih, yang menyebabkan tekanan pada paru-paru, sesak napas dan rasa sakit.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Rontgen dada
Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk mendiagnosis
efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan.
2. CT scan dada
CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa menunjukkan adanya
pneumonia, abses paru atau tumor
3. USG dada
USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang jumlahnya sedikit,
sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.
4. Torakosentesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui torakosentesis (pengambilan cairan
melalui sebuah jarum yang dimasukkan diantara sela iga ke dalam rongga dada dibawah
pengaruh pembiusan lokal).
5. Biopsi
Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka dilakukan biopsi,
dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa.
Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, penyebab dari
efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.
6. Bronkoskopi
Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan yang
terkumpul.
H. PENATALAKSANAAN
1. Posisi ½ duduk.
2. Oksigen (90 – 100%) sampai 12 liter/menit bila perlu dengan masker NRBM.
3. Jika memburuk (pasien makin sesak, takipneu, ronchi bertambah, PaO2 tidak bisa dipertahankan
≥ 60 mmHg dengan O2 konsentrasi dan aliran tinggi, retensi CO2, hipoventilasi, atau tidak
mampu mengurangi cairan edema secara adekuat), maka dilakukan intubasi endotrakeal, suction,
dan ventilator.
4. Infus emergensi. Monitor tekanan darah, monitor EKG, oksimetri bila ada.
5. Nitrogliserin sublingual atau intravena. Nitrogliserin peroral 0,4 – 0,6 mg tiap 5 – 10 menit. Jika
tekanan darah sistolik > 95 mmHg bisa diberikan Nitrogliserin intravena mulai dosis 3 – 5
ug/kgBB.
6. Jika tidak memberi hasil memuaskan maka dapat diberikan Nitroprusid IV dimulai dosis 0,1
ug/kgBB/menit bila tidak memberi respon dengan nitrat, dosis dinaikkan sampai didapatkan
perbaikan klinis atau sampai tekanan darah sistolik 85 – 90 mmHg pada pasien yang tadinya
mempunyai tekanan darah normal atau selama dapat dipertahankan perfusi yang adekuat ke
organ-organ vital.
7. Morfin sulfat 3 – 5 mg iv, dapat diulang tiap 25 menit, total dosis 15 mg (sebaiknya dihindari).
8. Diuretik Furosemid 40 – 80 mg IV bolus dapat diulangi atau dosis ditingkatkan tiap 4 jam atau
dilanjutkan drip continue sampai dicapai produksi urine 1 ml/kgBB/jam.
9. Bila perlu (tekanan darah turun / tanda hipoperfusi) : Dopamin 2 – 5 ug/kgBB/menit atau
Dobutamin 2 – 10 ug/kgBB/menit untuk menstabilkan hemodinamik. Dosis dapat ditingkatkan
sesuai respon klinis atau keduanya.
10. Trombolitik atau revaskularisasi pada pasien infark miokard.
11. Ventilator pada pasien dengan hipoksia berat, asidosis/tidak berhasil dengan oksigen.
12. Operasi pada komplikasi akut infark miokard, seperti regurgitasi, VSD dan ruptur dinding
ventrikel / corda tendinae.
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Data Pengkajian Klien
a) Aktivitas/istirahat
Gejala : Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
b) Sirkulasi
Tanda :
- Takhikardia, frekuensi tidak teratur/disritmia
- S3 atu S4/irama jantung Gallop
- PMI berpindah oleh adanya penyimpangan mediastinal
- Tanda Homman
- Hipertensi/hipotensi
c) Integritas EGO
Tanda : ketakutan, gelisah
d) Makanan/cairan
Tanda : Adanya pemasangan IV vena sentral/infus tekanan.
e) Nyeri/kenyamanan
Gejala (tergantung pada ukuran/area yang terlibat)
- Nyeri dada unilateral, meningkat karena pernapasan, batuk
- Timbul tiba-tiba gejala sementara batuk atau regangan(pneumotoraks spontan).
- Tajam dan nyeri, menusuk yang diperberat oleh nafas dalam,kemungkinan menyebar keleher,
bahu, abdomen
Tanda :
- Berhati-hati pada area yang sakit
- Perilaku distraksi dan mengkerutkan wajah.
f) Pernapasan
Gejala :
- Kesulitan bernafas/lapar napas.
- Batuk
- Riwayat bedah dada/trauma.
- Penyakit pneumothorak sebelumnya.
Tanda :
- Takhipnea
- Peningkatan kerja napas
- Bunyi napas menurun atau tidak ada pada sisi yang sakit
- Fremitus menurun pada sisi yang sakit
- Pada palpasi gerakan dada tidak sama
- Kulit pucat sianosis, berkeringat.
g) Keamanan
Gejala :
- Adanya trauma dada. Radiasi/kemoterapi untuk keganasan
h) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala :
- Riwayat factor resiko keluarga.
- Adanya bedah intratorakal/biopsy paru.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola nafas (00032) Domain 4 Aktifitas/Istirahat, Kelas 4 Respons
Kardiovaskuler/Pulmonal.
2. Ketidakefektifan pembersihan jalan nafas (00031) Domain 11 Keamanan/perlindungan, Kelas 2
Cedera fisik.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (00002) Domain 2 Nutrisi, Kelas 1
Ingesti.
4. Nyeri akut (00132) Domain 12 kenyamanan, Kelas 1 Kenyamanan Fisik
5. Gangguan rasa nyaman (00214) Domain 12 Kenyamanan, Kelas 1 Kenyamanan Fisik
6. Resiko infeksi (00004) Domain 11 Keamanan/Perlindungan, Kelas 1 Infeksi
7. Intoleransi aktivitas (00092) Domain 4 aktifitas/istirahat, Kelas 4 respons
kardiovaskuler/pulmonal
8. Hipertermi (00007) Domain 11 Keamanan/Perlindungan, Kelas 6 Termogulasi
C. INTERVENSI
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Diagnosa Keperawatan
Mandiri
1. Lindungi pasien
terhadap kontaminasi
silang dengan tidak
menugaskan perawat
yang sama untuk
pasien lain yang
mengalami infeksi dan
memisahkan ruang
perawatan pasien
dengan pasien yang
terinfeksi
2. Bersihkan lingkungan
dengan benar setelah
dipergunakan masing-
masing pasien
Kolaborasi
1. Ikuti protokol institusi
untuk melaporkan
suspek infeksi atau
kultur positif
2. Berikan terapi
antibiotik, bila di
perlukan
Healt education
1. Jelaskan kepada
pasien dan keluarga
mengapa sakit atau
terapi meningkatkan
resiko terhadap infeksi
2. Instruksikan untuk
menjaga higiene
personal untuk
melindungi tubuh
terhadap infeksi
(misalnya, mencuci
tangan)
8 Hipertermi NOC : NIC :
Domain 4 : aktivitas/istirahat Termoregulation Mandiri :
Kelas 4 : respon 1. Gunakan pendekatan
kardiovaskuler/pumonal Tujuan : setelah dilakukan tindakan yang menenangkan
keperawatan diharapkan suhu tubuh2. Jelskan semua
Definisi : peningkatan suhu klien bisa normal kembali. prosedur dan apa yang
tubuh diatas kisaran normal Kriteria hasil : dirasakan selama
1. Suhu tubuh dalam rentan normal prosedur
Batasan karateristik : 2. Nadi dan RR dalam rentan normal 3. Dorong pasien untuk
- Peningkaan suhu tubuh diatas
3. Tidak ada perubahan warna kulit dan mengungkakan
batas normal tidak pusing perasaan ketakutan
- Kejang persepsi
- Takikardi Healt education :
Fktor yang berhubungan : 1. Ajarkan pasien untuk
- Penyakit menggunakan teknik
- Dehidrasi relaksasi
- Penurunan respirasi
- Pemakaian pakaian yang tidak
sesuai lingkungan
- Trauma
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara
permukaan viceralis dan parietalis. Proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya
merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. (Amin Huda Nurarif & Hardhi
Kusuma:2015:212)
B. Saran
Dengan disusun makala ini mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat
menelan an memahami apa yang telah tertulis dalam makalah ini sehingga sedikit banyak bisa
menambahkan pengetahuan pembaca. Disamping itu kami juga mengharapkan saran dan kritik
dari para pembaca sehingga kami bisa berorientasi lebih baik pada makala kami selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA