Vous êtes sur la page 1sur 11

ISSN 0854-3984 (Print) Caraka Tani: Journal of Sustainable Agriculture. 2017.

32(2), 84-94

ANALISIS PENDAPATAN PEDAGANG TANAMAN HIAS


PADA DAERAH SENTRA DAN NON-SENTRA
DI KECAMATAN TAWANGMANGU

Niken Ambarwati*, Eny Lestari dan Mei Tri Sundari


Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret
*Corresponding author: niken.ambarwati@student.uns.ac.id

Abstract
The purpose of this study is to analyze the income of ornamental plant traders living in the central area
(Nglurah) and non-centers (Kalisoro and Ngledoksari). The main method of this research is descriptive
analysis. The location of this research is intentional (purposive), by selecting Tawangmangu District as
the research location. The method of determining the respondents was done accidentally (accidental
sampling) to 30 traders of ornamental plants of the central area and 30 traders of ornamental plants of
non-central areas. Data used in this research are primary data and secondary data. The data analysis
method used is income analysis, multiple linear regression analysis, F test, and T-test. Based on
earnings analysis shows the average total cost of local traders in the central region of 8,508,364.62
IDR with income of 14,330,849.82 IDR and income of 5,822,485.20 IDR. The average number of cost
traders in non-central areas is 7,983,978.00 IDR with revenue of 14,590,483.33 IDR, and income of
6,606,505.33 IDR. The result of T-test shows that the income of ornamental plant traders in the central
area is influenced by the experience of trading (X2), venture capital (X3), and land area (X6). While
traders of ornamental plants in non-central areas are influenced by the experience of trading (X2),
venture capital (X3), and labor in the family (X5).
Keywords: Central area; Income analysis; Non-central region; Ornamental plants traders; Ornamental
plants

Cite this as: Ambarwati, N., Lestari, E., & Sundari, M. 2017. Analisis Pendapatan Pedagang Tanaman Hias pada
Daerah Sentra dan Non-Sentra di Kecamatan Tawangmangu. Caraka Tani: Journal of Sustainable Agriculture.
32(2), 84-94.

PENDAHULUAN Tawangmangu dimanfaatkan untuk berdagang


tanaman hias. Pedagang tanaman hias tersebar di
Tanaman hias yang termasuk dalam subsektor beberapa tempat di Kecamatan Tawangmangu,
hortikultura telah berperan sebagai sumber yaitu Daerah Sentra (Nglurah) dan Non Sentra
pendapatan dengan nilai tambah bagi petani. (Ngledoksari dan Kalisoro).
Tanaman hias digunakan untuk menghias bagian Adanya lokasi Sentra Tanaman Hias ini
dalam atau luar suatu bangunan. Menurut membuat peneliti tertarik untuk meneliti lebih
Ratnasari (2007), baik tanaman hias daun maupun lanjut apakah terdapat perbedaan pendapatan
bunga dapat tumbuh dengan baik bila dalam berdagang tanaman hias antara warga di
dibudidayakan di kondisi lingkungan yang tepat, daerah sentra dan non sentra. Peneliti juga ingin
seperti ketinggian tempat, kebutuhan air, dan mengetahui lebih lanjut faktor-faktor yang
cahaya. Ketinggian tempat rata-rata di kecamatan mempengaruhi pendapatan pedagang tanaman
Tawangmangu adalah 1236 mdpl (BPS, 2015). hias di daerah sentra dan non sentra.
Tawangmangu termasuk dalam kategori dataran
tinggi yang cocok bagi budidaya tanaman hias. METODE PENELITIAN
Berdasarkan Dinas Pertanian Kabupaten
Karanganyar (2014), Kecamatan Tawangmangu Penelitian ini menggunakan metode dasar
menghasilkan produksi beberapa tanaman hias deskriptif analitis. Metode ini memiliki fokus
lebih tinggi daripada kecamatan lainnya. Potensi pada pemecahan masalah aktual yang diawali
produksi tanaman hias di Kecamatan dengan pengumpulan data-data, kemudian

84 Copyright © 2017 Universitas Sebelas Maret


Caraka Tani: Journal of Sustainable Agriculture. 2017. 32(2), 84-94 85

disusun, dijelaskan dan dianalisis (Surakhmad pendapatan pedagang tanaman hias pada daerah
2004). Penentuan lokasi penelitian dilakukan sentra dan non sentra.
secara sengaja (purposive), yaitu didasarkan Perhitungan analisis pendapatan usahatani
dengan pertimbangan bahwa Kecamatan pada daerah sentra dan non-sentra tanaman hias
Tawangmangu menghasilkan produksi tanaman digunakan rumus: Pd = TR + TC. Analisis faktor-
hias lebih besar daripada Kecamatan lain di faktor diperoleh dengan menggunakan uji regresi
Kabupaten Karanganyar. linier berganda, pengujian statistik yang meliputi
Metode penentuan responden dilakukan secara koefisien determinasi (R2), uji F serta uji T, dan
kebetulan (accidental). Sampel pada penelitian ini pengujian asumsi klasik.
yaitu pedagang tanaman hias masing-masing Faktor-faktor yang diteliti termasuk dalam
daerah sentra dan non sentra sejumlah 30 orang. faktor internal yang mempengaruhi pendapatan.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober – Menurut Suratiyah (2015), faktor internal yang
November 2016. mempengaruhi pendapatan adalah variabel umur,
Data yang digunakan dalam penelitian adalah pengalaman berdagang, modal usaha, tingkat
data primer dan sekunder. Data primer diperoleh pendidikan, dan tenaga kerja dalam keluarga.
dari melalui wawancara dengan kuisioner dan Analisis yang digunakan untuk mengetahui
observasi terhadap pedagang tanaman hias, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan
data sekunder diperoleh dari BPS, seperti data pedagang tanaman hias pada daerah sentra dan
produksi tanaman hias. Analisis data yang non-sentra adalah menggunakan uji regresi yang
digunakan adalah analisis pendapatan, dan didukung dengan program SPSS 17.0. Secara
analisis faktor-faktor yang mempengaruhi matematis dapat dirumuskan dalam persamaan
berikut:

a. Fungsi Produksi Daerah Sentra


Y = ∝ +𝛽1 𝑋1 + 𝛽2 𝑋2 + 𝛽3 𝑋3 + 𝛽4 𝑋4 +𝛽5 𝑋5 + 𝛽6 𝑋6 + 𝑒
b. Fungsi Produksi Daerah Non-sentra
Y = ∝ +𝛽1 𝑋1 + 𝛽2 𝑋2 + 𝛽3 𝑋3 + 𝛽4 𝑋4 +𝛽5 𝑋5 + 𝛽6 𝑋6 + 𝑒

Keterangan:
Y = pendapatan pedagang tanaman hias > F tabel, maka secara bersama-sama variabel
∝ = nilai konstanta bebas berpengaruh nyata terhadap variabel
𝛽1 − 𝛽6 = koefisien regresi terikat, sebaliknya jika F hitung ≤ F tabel maka
𝑋1 = variabel umur pedagang (tahun) secara bersama-sama variabel bebas tidak
𝑋2 = variabel pengalaman berdagang berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.
tanaman hias (tahun) Pengujian pengaruh masing-masing variabel
𝑋3 = variabel modal usaha (Rp) bebas terhadap variabel terikat digunakan uji t
𝑋4 = variabel tingkat pendidikan (tahun) dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05). Hasil
𝑋5 = variabel tenaga kerja dalam keluarga t signifikansi α < 0,05 maka secara parsial variabel
(orang) bebas berpengaruh nyata terhadap variabel
𝑋6 = variabel luas lahan (m2) terikat, sebaliknya jika t signifikansi α ≥ 0,05
𝑒 = error maka secara parsial variabel bebas tidak
berpengaruh nyata terhadap variabel terikat
Pengukuran seberapa jauh kemampuan model (Arianti et al., 2010).
dalam menjelaskan variasi variabel bebas diukur Pengujian asumsi klasik dengan menggunakan
dengan koefisien determinasi (R2). Nilai R2 uji sebagai berikut:
berkisar antara nol sampai satu, dimana nilai R2 1) Uji Multikolinearitas
yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel Uji multikolieneritas dilakukan untuk
bebas dalam menjelaskan variabel terikat amat mengetahui apakah ada hubungan antar
terbatas. Pengaruh keseluruhan variabel bebas variabel bebas. Uji multikolieneritas dapat
terhadap variabel terikat dapat diketahui dengan dilakukan dengan melihat nilai TOL
melakukan uji F, dan dalam penelitian ini tingkat (Tolerance) dan Variance Inflation Faktor
kepercayaan 95% (α = 0,05). Hasil nilai F hitung (VIF) dari masing-masing variabel bebas
terhadap variabel terikatnya. Apabila VIF dan

Copyright © 2017 Universitas Sebelas Maret


86 Caraka Tani: Journal of Sustainable Agriculture. 2017. 32(2), 84-94

TOL < 10, maka model dinyatakan bebas dari seperti penjual makanan, minuman, penjaga tiket
gejala multikolinearitas (Suliyanto, 2011). masuk, petugas kebersihan, dan lain-lain.
2) Uji Heteroskedastisitas Sementara pedagang tanaman hias pada daerah
Menurut Suliyanto (2011), suatu model non sentra yaitu Dukuh Kalisoro dan Ngledoksari
regresi dikatakan terjadi heteroskedastisitas berjualan di rumah, lokasi wisata, dan di luar
jika di dalam model tersebut terdapat varian Kecamatan Tawangmangu. Pedagang daerah non
variabel yang tidak sama (konstan). Uji sentra tidak berjualan di daerah sentra karena
heteroskedastisitas dapat dilakukan mereka tidak tinggal di Dukuh Nglurah. Pedagang
menggunakan uji Park Gleyser dengan cara tanaman hias pada daerah non sentra sebagian
mengorelasikan nilai absolute residualnya besar berjualan di luar Kecamatan Tawangmangu
dengan masing-masing variabel bebas. Jika karena dinilai dapat menghasilkan pendapatan
hasil nilai probabilitasnya memiliki nilai yang lebih baik.
signifikansi > nilai alpha –nya (0,05), maka Jenis tanaman yang dijual responden secara
model tidak mengalami heteroskedastisitas. umum dapat dikelompokkan menjadi tanaman
3) Uji Autokorelasi hias bunga dan tanaman hias daun. Termasuk
Uji autokorelasi bertujuan untuk dalam tanaman hias bunga yang dijual adalah:
mengetahui apakah terdapat korelasi yang Mawar, Anggrek, Krisan, Dahlia, Melati Jepang,
sempurna antara anggota-anggota observasi. Anthurium Bunga, Lavender, Euphorbia,
Pendeteksiannya dengan menggunakan Cempaka Merah, dan lain-lain. Jenis tanaman hias
Durbin Watson Test. Menurut Gujarati (2006), daun yang dijual adalah: Aglaonema, Puring,
kriteria pengujian sebagai berikut: Cemara, Jemani, Pucuk Merah, Brokoli Hias,
a) dU > DW < 4-dU berarti tidak terjadi Palem, dan sebagainya. Beragamnya jenis
autokorelasi. tanaman yang dijual oleh pedagang tanaman hias
b) dL > DW < dU atau 4-dU < DW < 4-dL didasarkan karena konsumen mereka adalah
berarti tidak dapat disimpulkan konsumen akhir, yaitu konsumen yang membeli
(inconclusive). tanaman hias untuk dimiliki sendiri atau tidak
c) DW < dL atau DW > 4-dL artinya terjadi untuk dijual lagi. Bervariasinya tanaman yang
autokorelasi. dijual juga berlaku pada pedagang tanaman hias
keliling yang menggendong tanaman hias.
HASIL DAN PEMBAHASAN Responden pedagang keliling menuturkan,
jumlah tanaman yang mereka beli dari pengepul
Gambaran Usaha Tanaman Hias masing-masing tanaman sedikit, tapi dengan
Lokasi usaha pedagang daerah sentra banyak ragam/variasi tanaman.
seharusnya yang utama berada di Dukuh Nglurah, Tanaman hias yang dijual oleh responden
akan tetapi penamaan lokasi yang ada di gapura pedagang tanaman hias berasal dari petani
masuk lokasi tersebut tidak berfungsi tanaman hias, dan adapula sebagian responden
sebagaimana mestinya. Hal ini dikarenakan di yang membudidayakan tanaman hias dengan
Dukuh Nglurah, tidak disediakan tempat kios pembibitan atau melakukan stek dan pemotongan
khusus pedagang untuk berjualan. Sebagian besar tunas-tunas dari tanaman sebelumnya sehingga
pedagang tanaman hias daerah sentra merupakan mereka mempunyai untung yang lebih besar.
penduduk yang tinggal dan menetap disana. Pedagang tanaman hias yang berjualan keliling
Seharusnya penamaan agrowisata sentra atau dipikul biasanya membeli tanaman dari
tanaman hias tidak sebatas nama, melainkan agar pengepul daerah setempat ataupun melakukan
dapat berfungsi layaknya agrowisata. Menurut budiaya sendiri.
Hamzah et al. (2011), agrowisata yang berjalan Kegiatan penjualan tanaman hias terjadi di
dengan baik akan memberikan dampak kepada lokasi pedagang keliling maupun yang memiliki
kehidupan sosial warga yaitu menjadi lebih kios. Artinya. konsumen datang langsung ke
terberdayakan, dan lapangan pekerjaan lokasi penjualan tanaman hias. Konsumen juga
bertambah. Dampak perekonomian dapat dapat memesan dalam jumlah banyak dan
dirasakan warga tidak hanya yang menjual responden yang mengantarkan tanaman hiasnya
tanaman hias, melainkan warga lain yang turut bila dipesan dalam jumlah besar untuk keperluan
berpartisipasi bekerja dalam lingkup agrowisata menghias taman.

Copyright © 2017 Universitas Sebelas Maret


Caraka Tani: Journal of Sustainable Agriculture. 2017. 32(2), 84-94 87

Pedagang tanaman hias yang berlokasi di Sehingga saluran pemasaran dapat dilihat pada
tempat wisata harus dapat menarik minat Gambar 1.
konsumen. Salah satu caranya adalah dengan
pelayanan dan kemampuan atau keterampilan
pedagang tanaman hias dalam menjelaskan Petani
tentang tanaman hias yang dijual ke konsumen.
Selain itu, cara yang dilakukan adalah menata
tanaman hias dengan warna dan corak yang Pedagang Perantara/Pengumpul
menarik sehingga konsumen dapat datang ke kios
ataupun pedagang keliling untuk membeli
tanaman tersebut.
Salah satu hal yang berpengaruh terhadap Pedagang Sentra dan Non Sentra
di Kecamatan Tawangmangu
keberhasilan pemasaran suatu produk pertanian
adalah keberadaan saluran pemasaran, yang
didefinisikan sebagai serangkaian organisasi yang
saling tergantung dan terlibat dalam proses Konsumen Akhir
pemasaran untuk menjadikan produk atau jasa
siap digunakan atau dikonsumsi (Kotler, 2000).
Adanya saluran pemasaran inilah kegiatan bisnis Gambar 1. Saluran Pemasaran Tanaman Hias di
dapat berlangsung mulai di tingkat petani sebagai Kecamatan Tawangmangu
produsen tanaman sampai ke konsumen akhir.

Total Biaya Usaha Tanaman Hias


Tabel 1. Rata-rata Total Biaya Usaha Tanaman Hias pada Daerah Sentra dan Non Sentra di Kecamatan
Tawangmangu
Daerah Sentra Daerah Non Sentra
Keterangan
(Rp/Bulan) (Rp/Bulan)
1. Biaya Tetap
a. Sewa 22.666,67 36.994,43
b. Pajak 2.875,00 720,00
c. Retribusi 9.400,00 20.216,67
d. Penyusutan 33.067,95 22.748,21
Jumlah 65.124,62 79.959,31
2. Biaya Variabel
a. Pembelian Tanaman Hias 6.603.283,25 5.897.550,00
b. Pupuk 74.308,33 62.450,00
c. Pestisida 9.083,17 9.060,56
d. Media Tanam 52.035,00 38.150,00
e. Wadah Tanaman 82.821,92 67.221,47
f. TK dalam keluarga 935.666,67 1.005.000,00
g. TK luar keluarga 181.667,00 110.833,33
h. Transportasi 501.500,00 713.200,00
Jumlah 8.440.365,00 7.903.465,36
Total Biaya 8.505.489,62 7.983.424,67
Sumber: data primer diolah, 2016

Berdasarkan data dalam Tabel 1, rata-rata dapat dilihat dari biaya sewa yang lebih besar dari
biaya tetap yang dibayarkan responden daerah biaya pajak.
sentra sebanyak Rp65.124,62/bulan, sedangkan Biaya sewa pada responden daerah sentra
responden daerah non sentra membayar sejumlah ialah Rp22.666,67/bulan sedangkan pada daerah
Rp79.959,31/bulan. Sebagian besar responden non sentra sebesar Rp36.94,43/bulan. Biaya pajak
menyewa kios atau lahan untuk berjualan. Hal ini pada responden daerah sentra adalah

Copyright © 2017 Universitas Sebelas Maret


88 Caraka Tani: Journal of Sustainable Agriculture. 2017. 32(2), 84-94

Rp2.875,00/bulan dan responden daerah non pada tanamannya. Pemberian pestisida dilakukan
sentra sebesar Rp720,00/bulan. dengan intensitas satu hingga dua bulan sekali.
Biaya retribusi pada responden daerah sentra Media tanam yang digunakan oleh responden
sebanyak Rp9.400,00/bulan, sedangkan ada tanah, sekam, hingga sabut kelapa. Tanah
responden non sentra sebanyak tidak dimasukkan dalam biaya perawatan karena
Rp20.216,67/bulan. Perbedaan jumlah biaya ketersediaannya tidak membutuhkan biaya seperti
sewa/pajak dan biaya retribusi antara responden sekam dan sabut kelapa. Sekam dan sabut kelapa
daerah sentra dan non sentra dikarenakan digunakan sebagai tambahan atau media utama
perbedaan lokasi jualan. Responden yang pada jenis tanaman tertentu.
berdagang di luar Kecamatan Tawangmangu Tanaman hias yang dijual memerlukan wadah
dapat mengeluarkan biaya lebih mahal daripada agar mudah dibawa oleh konsumen. Umumnya
responden yang berjualan di Kecamatan tanaman hias dikemas dalam wadah polybag
Tawangmangu. karena harganya yang murah, ringan, serta mudah
Biaya penyusutan dikenakan pada peralatan bila ingin mengganti ke dalam pot atau ditanam di
yang digunakan responden dalam usahanya. tanah. Biaya untuk membeli polybag pada
Biaya penyusutan responden pedagang tanaman responden daerah sentra adalah
hias tersebut kecil dikarenakan umur ekonomis Rp67.521,91/bulan dan pada daerah non sentra
yang lama, serta ada alat yang tidak dimiliki oleh Rp58.022/bulan. Biaya untuk pembelian pot pada
semua responden sehingga ketika dicari nilai rata- pedagang daerah sentra sejumlah Rp12.800,01
ratanya akan kecil. Rata-rata biaya penyusutan dan non sentra sejumlah Rp9.199,47. Biaya
yang ditanggung oleh responden daerah sentra keseluruhan yang dikeluarkan pedagang tanaman
adalah Rp33.057,95, sedangkan untuk daerah non hias untuk wadah tanaman sejumlah Rp82.821,92
sentra adalah Rp22.748,21. pada daerah sentra dan Rp67.221,47 pada daerah
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa non sentra.
jumlah rata-rata biaya variabel pada responden Meskipun biaya pembelian tanaman hias pada
daerah sentra lebih besar daripada responden responden daerah sentra lebih banyak dari daerah
daerah non sentra. Biaya pembelian tanaman hias non sentra, tetapi jumlah biaya tenaga kerja lebih
pada responden daerah sentra sebesar besar di daerah non sentra. Hal ini terjadi karena
Rp6.603.283,25 per bulan. Sementara responden ada responden yang berdagang dengan jenis
daerah non sentra sebesar Rp5.897.550,00 per tanaman berharga tinggi dan membutuhkan
bulan. Responden dalam membeli tanaman hias perawatan khusus. Perawatan khusus tersebut
ada yang dilakukan secara tunai maupun hutang. membuat responden daerah non sentra
Beberapa responden yang bertindak sebagai mengeluarkan biaya tenaga kerja lebih banyak
pengepul menuturkan bahwa pedagang keliling yaitu sebesar Rp1.005.000,00 pada tenaga kerja
ada yang membeli dengan berhutang, dan akan dalam keluarga dan Rp110.833,33 pada tenaga
dibayar bila tanaman hias telah laku terjual. Hal kerja luar keluarga. Sementara responden daerah
ini serupa dengan kasus Bagchi et al. (2013) di sentra mengeluarkan biaya tenaga kerja sebesar
Bangladesh, kasus pembelian dan penjualan Rp181.667,00 untuk tenaga kerja luar keluarga
tanaman hias sekitar 60% dilakukan secara kredit dan Rp935.666,67 untuk tenaga kerja dalam
dan 40% secara tunai. keluarga.
Rata-rata biaya perawatan tanaman hias yang Biaya transportasi merupakan biaya yang
dilakukan responden daerah sentra dan non sentra. dikeluarkan oleh responden pedagang tanaman
Salah satu macam biaya perawatan tanaman hias hias untuk keperluan jasa transportasi membeli
ialah biaya pupuk. Biaya pupuk yang dikeluarkan tanaman hias. Pembelian tanaman hias dilakukan
oleh responden daerah sentra sejumlah responden di beberapa tempat seperti Malang,
Rp73.891,67, sedangkan daerah non sentra Bogor, serta Bandung. Responden daerah sentra
sejumlah Rp62.450. mengeluarkan biaya transportasi sebesar
Perawatan tanaman hias selain pupuk, juga Rp501.500,00 per bulan, sementara di daerah non
perlu pemberian pestisida. Biaya Pestisida dalam sentra sebesar Rp713.200,00.
Tabel 1 sejumlah Rp9.083,17 pada responden Rata-rata total biaya usaha tanaman hias pada
tanaman hias daerah sentra, dan Rp9.060,56 pada daerah sentra sejumlah Rp8.505.489,63/bulan,
daerah non sentra. Biaya pestisida relatif sedikit sedangkan pada daerah non sentra sejumlah
karena responden jarang memberikan pestisida Rp7.983.424,67/bulan. Rata-rata biaya usaha

Copyright © 2017 Universitas Sebelas Maret


Caraka Tani: Journal of Sustainable Agriculture. 2017. 32(2), 84-94 89

tersebut terdiri dari biaya tetap dan variabel. Biaya Penerimaan Usaha Tanaman Hias
tetap pada daerah sentra sebesar Penerimaan pedagang tanaman hias diperoleh
Rp65.124,62/bulan dan biaya variabel sebesar dari hasil penjualan tanaman hias dikalikan
Rp8.505.489,63/bulan. Rata-rata biaya tetap pada dengan harga jual tanaman. Harga jual tanaman
daerah non sentra sebesar Rp79.959,31/bulan yang berbeda-beda setiap pedagang membuat
dengan biaya variabel sebesar penerimaannya pun berbeda. Rata-rata
Rp7.983.424,67/bulan. penerimaan usaha tanaman hias dapat dilhat
dalam Tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata Penerimaan Usaha Tanaman Hias Pada Daerah Sentra dan Non Sentra
Daerah Sentra Daerah Non Senra
No. Keterangan
Jumlah Jumlah
1. Nilai Fisik Tanaman Hias (pohon) 1.098,80 1.143,43
2. Rata-rata Harga jual per tanaman (Rp) 12.859,04 12.760,24
Total Penerimaan (Rp/Bulan) 14.129.516,49 14.590.483,33

Berdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa jumlah Pendapatan Usaha Tanaman Hias


penjualan tanaman hias pada responden daerah Pendapatan merupakan selisih antara
non sentra lebih banyak daripada responden penerimaan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan
daerah sentra. Responden daerah non sentra dalam menjalankan usaha tanaman hias. Jumlah
menjual tanaman hias sebanyak 1.143,33 pohon pendapatan ditentukan oleh nilai penerimaan dan
dengan penerimaan sebesar Rp14.590.483,33 per biaya yang dikeluarkan. Perhitungan pendapatan
bulan. Sementara responden daerah sentra pedagang tanaman hias dapat dilihat dalam Tabel
menjual tanaman hias sebanyak Rp1.098,80 3.
dengan penerimaan sebesar Rp14.129.516,49 per
bulan.

Tabel 3. Rata-rata Pendapatan Responden Pedagang Tanaman Hias pada Daerah Sentra dan Non Sentra
di Kecamatan Tawangmangu
Daerah Sentra Daerah Non Sentra
Keterangan
(Rp/Bulan) (Rp/Bulan)
Penerimaan Tanaman Hias 10.221.475,00 14.590.483,33
1. Biaya Tetap
a. Sewa 22.666,67 36.994,43
b. Pajak 2.875,00 720,00
c. Retribusi 9.400,00 20.216,67
d. Penyusutan 33.067,95 22.748,21
Jumlah 65.124,62 79.959,31
2. Biaya Variabel
a. Pembelian Tanaman Hias 6.603.283,25 5.897.550,00
b. Pupuk 74.308,33 62.450,00
c. Pestisida 9.083,17 9.060,56
d. Media Tanam 52.035,00 38.150,00
e. Wadah Tanaman 82.821,92 67.221,47
f. TK dalam keluarga 935.666,67 1.005.000,00
g. TK luar keluarga 181.667,00 110.833,33
h. Transportasi 501.500,00 713.200,00
Jumlah 8.440.365,00 7.903.465,36
Total Biaya 8.505.489,62 7.983.424,67
Pendapatan 5.825.360,20 6.607.058,67
Sumber: data primer diolah, 2016

Copyright © 2017 Universitas Sebelas Maret


90 Caraka Tani: Journal of Sustainable Agriculture. 2017. 32(2), 84-94

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui rata-rata perbedaan harga jual tanaman pada masing-
pendapatan pedagang tanaman hias pada daerah masing pedagang, serta keefektifan pedagang
sentra dan non sentra. Rata-rata pendapatan yang dalam mengelola usahanya.
diperoleh pedagang tanaman hias pada daerah Rata-rata pendapatan pedagang tanaman hias
sentra berjumlah Rp5.624.026,86/bulan, daerah non sentra dapat lebih besar karena jumlah
sedangkan pada daerah non sentra memperoleh penerimaan yang besar serta pengeluaran biaya
Rp6.607.058,67/bulan. Perbedaan pendapatan yang lebih kecil dari pedagang daerah sentra.
yang diperoleh tersebut dapat terjadi karena

Analisis Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Tanaman Hias pada Daerah
Sentra dan Non Sentra
Tabel 4. Hasil Analisis Faktor Pendapatan Pedagang Tanaman Hias Pada Daerah Sentra
Variabel Koefisien Sig VIF
Konstanta 4843392,363 0,254
Umur (X1) 140913,441ns 0,058 6,202
Pengalaman Berdagang (X2) -206607,217* 0,010 6,985
Modal (X3) 1,097* 0,001 1,433
ns
Tingkat Pendidikan (X4) -431899,545 0,233 1,650
Tenaga Kerja Dalam Keluarga (X5) -11206,045ns 0,907 1,404
Luas Lahan (X6) 2763,884* 0,008 1,119
R2 square = 0,784
Adjusted R-square = 0,728
Durbin Watson = 1,437
Fhitung = 13,911 > F tabel = 2,375
Sumber: data primer diolah, 2016

Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai koefisien secara individu variabel umur tidak
determinan (R2) sebesar 78,4% mempunyai arti berpengaruh nyata terhadap pendapatan
bahwa 78,4% keragaman pendapatan usaha pedagang tanaman hias daerah sentra. Umur
tanaman hias dapat diterangkan oleh umur berkaitan dengan semangat, stamina serta
pedagang (X1), pengalaman berdagang (X2), kecakapan responden dalam mengelola bisnis
modal usaha (X3), tingkat pendidikan (X4), tenaga tanaman hias. Responden yang berada pada
kerja dalam keluarga (X5), dan luas lahan (X6). usia senja (>60 tahun) dapat berbisnis dengan
Sementara 21,6% sisanya dijelaskan oleh variabel baik, yang didukung dengan semangat dan
lain yang tidak dimasukkan dalam model stamina yang besar. Hal tersebut juga berlaku
penelitian ini, seperti biaya input, curahan waktu pada responden di usia produktif.
kerja, dan lain-lain. Model yang dihasilkan dari 2. Pengalaman Berdagang (X2)
analisis ini adalah sebagai berikut: Variabel pengalaman berdagang dengan uji
t sebesar 0,010 < 0,05 , artinya pengalaman
Y = 4843392,363 + 140913,441𝑋1 + berdagang berpengaruh nyata. Nilai koefisien
(−206607,217𝑋2 ) + 1,097 + sebesar (-206607,217), artinya apabila
(−431899,545𝑋4 ) + (−11206,045𝑋5 ) + pengalaman berdagang bertambah 1 tahun,
2763,884𝑋6 + 𝑒 maka pendapatan pedagang tanaman hias pada
daerah sentra akan turun sejumlah
Hasil Fhitung sebesar 13,911 > F tabel = 2,375. Rp206.607,217. Pengalaman pedagang yang
Artinya, variabel bebas dalam penelitian ini semakin lama dan sudah merasa nyaman
secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap dengan kondisi usahanya, menyebabkan
pendapatan pedagang tanaman hias (Y). Hasil uji mereka enggan untuk mengadopsi inovasi
t dapat dijelaskan sebagai berikut: yang dapat meningkatkan pendapatan. Adapun
1. Umur (X1) pedagang tanaman hias yang jumlahnya
Variabel umur dengan uji t memiliki nilai semakin bertambah, menyebabkan persaingan
signifikansi sebesar 0,058 > 0,05. Artinya, yang lebih ketat. Apabila pedagang dengan

Copyright © 2017 Universitas Sebelas Maret


Caraka Tani: Journal of Sustainable Agriculture. 2017. 32(2), 84-94 91

pengalaman berdagang lebih lama enggan berpengaruh nyata terhadap pendapatan


untuk mengadopsi inovasi serta belum dapat pedagang tanaman hias pada daerah sentra.
menyesuaikan dengan kondisi pasar terkini, Tingkat pendidikan dalam penelitian ini
maka akan sulit bersaing sehingga merupakan tingkat dalam pendidikan formal.
menyebabkan pendapatannya akan menurun. Pada daerah sentra terdapat kelompok tani
3. Modal Usaha (X3) tanaman hias yang memberikan pendidikan
Hasil uji t sebesar 0,001 < 0,05 artinya non formal seperti penyuluhan serta pelatihan
modal berpengaruh nyata terhadap pendapatan mengenai tanaman hias secara rutin.
pedagang tanaman hias. Modal usaha yang Responden daerah sentra meskipun tingkat
dimaksud adalah modal usaha berupa uang pendidikan formalnya rendah tetapi mendapat
yang digunakan untuk membeli tanaman hias. penyuluhan serta pelatihan di kelompok tani
Semakin besar modal usaha, maka pedagang sehingga pengetahuannya bertambah.
tanaman hias dapat membeli lebih banyak 5. Jumlah Tenaga Kerja dalam Keluarga
variasi dan jumlah tanamannya. Hasil uji t sebesar 0,907 > 0,05. Artinya,
Pembelian tanaman hias dalam jumlah tenaga kerja dalam keluarga tidak berpengaruh
besar akan lebih murah harganya daripada nyata terhadap pendapatan responden daerah
yang jumlahnya sedikit, selain itu akan sentra. Variabel jumlah tenaga kerja dalam
menghemat biaya transportasi pembelian keluarga tidak berpengaruh terhadap
tanaman. Bertambahnya jenis dan variasi pendapatan dikarenakan faktor tenaga kerja
tanaman dapat membuat lebih banyak tidak diukur dari jumlah saja tapi kualitas dari
konsumen yang tertarik untuk memilih dan tenaga kerja juga perlu diperhatikan.
membeli tanaman hias. Menurut Schumacher 6. Luas Lahan
dan Marsh (2003) pedagang yang ingin Hasil uji t sebesar 0,008 < 0,05. Artinya,
meningkatkan efisiensi biaya mereka dapat luas lahan berpengaruh nyata terhadap
mempertimbangkan memperluas operasi pendapatan pedagang tanaman hias. Hal ini
mereka saat ini dengan menambah modal dikarenakan jika pedagang memiliki
usaha untuk mengambil keuntungan dari skala lahan/lokasi usaha yang lebih luas maka akan
ekonomi tersebut. Perputaran modal yang baik dapat menampung lebih banyak koleksi
dan lancar dalam suatu usaha juga akan tanaman hias. Koleksi tanaman hias yang
meningkatkan pendapatan lengkap akan menarik minat pengunjung untuk
4. Tingkat Pendidikan membeli tanaman hias di tempat tersebut,
Hasil uji t sebesar 0,233 > 0,05. Artinya, sehingga dapat menambah pendapatan
secara individu variabel umur tidak pedagang.

Tabel 5. Hasil Analisis Faktor Pendapatan Pedagang Tanaman Hias pada Daerah Non sentra
Variabel Koefisien Sig VIF
Konstanta -6749005,033 0,240
Umur (X1) -317835,985ns 0,055 6,202
Pengalaman Berdagang (X2) 471283,104* 0,007 6,985
Modal (X3) 1,165* 0,016 1,433
Tingkat Pendidikan (X4) 863237,453ns 0,080 1,650
Tenaga Kerja Dalam Keluarga (X5) 384223,442* 0,008 1,404
Luas Lahan (X5) 2234,588ns 0,228 1,119
R2 square = 0,689
Adjusted R-square = 0,608
Durbin Watson = 2,052
F-statistic = 8,510 > F tabel = 2,375
Sumber: data primer diolah, 2010

Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai koefisien (variabel terikat Y) dapat diterangkan oleh
determinan (R2) sebesar 68,9%, berarti bahwa variabel-variabel bebas dalam penelitian ini.
68,9% keragaman pendapatan usaha tanaman hias Sementara 31,1% sisanya dijelaskan oleh variabel

Copyright © 2017 Universitas Sebelas Maret


92 Caraka Tani: Journal of Sustainable Agriculture. 2017. 32(2), 84-94

lain yang tidak diteliti dalam model penelitian ini, yang dimaksud adalah modal usaha berupa
seperti biaya input, tingkat kesuburan, curahan uang yang digunakan untuk membeli tanaman
waktu kerja, jenis tanaman, dan lain-lain. Model hias.
yang dihasilkan dari analisis regresi ini adalah Pembelian tanaman hias dalam jumlah
sebagai berikut: besar akan lebih murah harganya daripada
yang jumlahnya sedikit, selain itu akan
Y = −6749005,033 + (−317835,985𝑋1 ) + menghemat biaya transportasi pembelian
471283,104𝑋2 + 1,165𝑋3 + tanaman. Bertambahnya jenis dan variasi
863237,453𝑋4 + 384223,442𝑋5 + tanaman dapat membuat lebih banyak
2234,588𝑋6 + 𝑒. konsumen yang tertarik untuk memilih dan
membeli tanaman hias. Menurut Schumacher
Hasil Fhitung sebesar 8,510 > Ftabel = 2,375. dan Marsh (2003) pedagang yang ingin
Artinya, umur pedagang (X1), pengalaman meningkatkan efisiensi biaya dapat
berdagang (X2), modal usaha (X3), tingkat mempertimbangkan perluasan operasi mereka
pendidikan (X4), tenaga kerja dalam keluarga dengan menambah modal usaha untuk
(X5), dan luas lahan (X6) secara bersama-sama mengambil keuntungan. Perputaran modal
berpengaruh nyata terhadap pendapatan (Y). yang baik dan lancar dalam suatu usaha juga
Hasil uji t dalam penelitian ini adalah sebagai akan meningkatkan pendapatan.
berikut: 4. Tingkat Pendidikan (X4)
1. Umur (X1) Hasil uji t memiliki nilai signifikansi
Variabel umur dengan uji t memiliki nilai sebesar 0,08 > 0,05. Artinya, tingkat
signifikansi sebesar 0,055 > 0,05. Artinya, pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap
secara individu variabel umur tidak pendapatan responden daerah non sentra.
berpengaruh nyata terhadap pendapatan Tingkat pendidikan dalam penelitian ini
responden daerah non sentra. Umur berkaitan merupakan tingkat dalam pendidikan formal.
dengan semangat, stamina serta kecakapan Responden daerah non sentra mendapat
responden dalam mengelola bisnis tanaman tambahan pengetahuan di luar pendidikan
hias. Responden yang berada pada usia senja formal dengan mengikuti pameran serta
(>60 tahun) dapat berbisnis dengan baik, yang pelatihan bisnis tanaman hias. Pengetahuan
didukung dengan semangat dan stamina yang yang bertambah akan membuat responden
besar. Hal tersebut juga berlaku pada dengan tingkat pendidikan rendah dapat
responden di usia produktif. mengelola usahanya dengan baik sehingga
2. Pengalaman Berdagang (X2) pendapatannya dapat bertambah dan bersaing
Variabel pengalaman berdagang dengan uji dengan responden yang tingkat pendidikannya
t memiliki nilai signifikansi sebesar 0,007 > tinggi.
0,05. Artinya, secara individu variabel 5. Jumlah Tenaga Kerja Keluarga (X5)
pengalaman berdagang berpengaruh positif Hasil uji t memiliki nilai signifikansi
dan signifikan, sehingga dapat menambah sebesar 0,006 < 0,05. Artinya, TKDK
pendapatan pedagang tanaman hias. Pedagang berpengaruh nyata terhadap pendapatan
yang menjalankan usaha sudah lama lebih pedagang tanaman hias pada daerah non
memahami kondisi tentang pasar sehingga sentra. Hal ini menunjukkan semakin banyak
berdasarkan pengalaman yang sudah mereka tenaga kerja dalam keluarga, maka pendapatan
dapatkan mereka mampu menerapkan strategi- responden akan semakin besar. Tenaga kerja
strategi pemasaran yang nantinya berdampak dalam keluarga yang jumlahnya banyak dapat
pada meningkatnya penjualan. Semakin lama membantu kegiatan penjualan atau perawatan
usaha perdagangan dilakukan maka berpotensi tanaman hias lebih baik sehingga
mempunyai pelanggan tetap sehingga pendapatannya akan bertambah.
berpengaruh terhadap pendapatan pedagang. 6. Luas Lahan (X6)
3. Modal Usaha (X3) Hasil uji t memiliki nilai signifikansi
Hasil uji t memiliki nilai signifikansi sebesar 0,230 < 0,05. Artinya, luas lahan tidak
sebesar 0,016 < 0,05. Artinya, modal usaha berpengaruh nyata terhadap pendapatan
berpengaruh nyata terhadap pendapatan pedagang responden daerah non sentra. Luas
responden daerah non sentra. Modal usaha lahan tidak berpengaruh nyata karena terdapat

Copyright © 2017 Universitas Sebelas Maret


Caraka Tani: Journal of Sustainable Agriculture. 2017. 32(2), 84-94 93

beberapa responden pedagang tanaman hias tanaman hias pada daerah sentra dipengaruhi oleh
yang menjual variasi tanaman dengan harga faktor pengalaman berdagang, modal usaha, dan
jual tinggi ataupun langka seperti Anggrek, luas lahan. Sementara pendapatan pedagang
Cempaka Merah, Kamelia, dan sebagainya. tanaman hias pada daerah non sentra dipengaruhi
Penjualan tanaman hias dengan harga tinggi oleh faktor pengalaman berdagang, modal usaha,
meskipun luas lahannya sempit akan membuat dan jumlah tenaga kerja dalam keluarga.
pendapatannya tinggi. Hal ini dikarenakan
adanya konsumen yang memiliki daya beli Saran
tinggi sehingga dapat membeli tanaman Perlu perluasan pemasaran untuk
dengan harga mahal dan membuat pendapatan meningkatkan pendapatan, salah satu caranya
responden tinggi. dengan mempromosikan sentra tanaman hias
melalui situs pariwisata Kecamatan
Hasil Pengujian Asumsi Klasik Tawangmangu. Perlu adanya pelatihan serta
1. Uji Multikolinearitas penyuluhan mengenai bisnis tanaman hias, mulai
Tabel 4 dan 5 menunjukkan nilai VIF dari dari budidaya tanaman hias hingga pemasaran
masing-masing variabel bebas model sehingga wawasan dan pengalaman pedagang
persamaan daerah sentra dan non sentra. Nilai mengenai bisnis tanaman hias dapat bertambah
tersebut berkisar dari 1,119 sampai 6,985, yang luas.
menunjukkan tidak terjadi gejala
multikolinearitas pada model persamaan di DAFTAR PUSTAKA
daerah sentra dan non sentra. Artinya pada
model persamaan tersebut tidak terdapat Arianti, N.N., Reswita, & Fristado. 2010. Analisis
hubungan antara variabel bebasnya. Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi pada
2. Uji Heteroskedastisitas Daerah Sentra dan Non-Sentra di Kabupaten
Hasil dari uji Park Gleyser pada model Lebong. Jurnal Agribisnis. 2(2), 1-12.
persamaan daerah sentra dan non sentra Bagchi M., Raha S.K., & Shunbo, Y. 2013.
menunjukkan bahwa probabilitas atau taraf Supply Chain Management of Flower in
signifikansi masing-masing variabel bernilai Bangladesh. Metalurgia International
1,000. Hal tersebut menunjukkan korelasi Journal. 18(6), 153-159.
masing-masing variabel dengan nilai
BPS (Badan Pusat Statistik). 2015. Kecamatan
residualnya menghasilkan nilai lebih besar dari
Tawangmangu Dalam Angka 2015. Badan
α (0,05). Artinya, model persamaan daerah
Pusat Statistika Kabupaten Karanganyar.
sentra dan non sentra tidak mengalami gejala
http://karanganyarkab.bps.go.id. Diakses pada
heteroskedastisitas.
21 Desember 2015.
3. Uji Autokorelasi
Berdasarkan Tabel 4, diketahui bahwa nilai Dinas Pertanian Karanganyar. 2014. Tanaman
Durbin Watson sebesar 1,437 > 0,05. Hal ini Hias Karanganyar 2014. Jawa Tengah.
menunjukkan bahwa model persamaan daerah Gujarati, D. 2006. Dasar-Dasar Ekonometrika.
sentra yang digunakan tidak mengalami Jakarta: Erlangga.
autokorelasi. Sementara nilai Durbin Watson Kotler, P. 2000. Manajemen Pemasaran, Edisi
pada Tabel 4 sebesar 2,052 > 0,05. Hal ini Milenium. Jakarta: Prehallindo.
menunjukkan bahwa model persamaan daerah Hamzah, A., Yassin, A.N., Samah, B.A., D’Silva,
non sentra yang digunakan tidak mengalami L.J., Tiraiyaei, N., Shaffril H.A.M., & Uli, J.
autokorelasi. 2011. Socio-Economic Impact Potential of
Agro Tourism Activitie on Desa Wawasan
KESIMPULAN DAN SARAN Nelayan Community Living in Peninsular
Malaysia. African Journal of Agricultural
Kesimpulan Research. 7(32), 4581-4588. doi:
Rata-rata pendapatan yang diperoleh pedagang 10.5897/AJAR11.295.
tanaman hias pada daerah sentra berjumlah
Rp5.624.026,86/bulan, sedangkan pedagang Ratnasari. 2007. Galeri Tanaman Hias Bunga.
tanaman hias pada daerah non sentra memperoleh Jakarta: Penebar Swadaya.
Rp6.607.058,67/bulan. Pendapatan pedagang

Copyright © 2017 Universitas Sebelas Maret


94 Caraka Tani: Journal of Sustainable Agriculture. 2017. 32(2), 84-94

Schumacher, S.K., & Marsh T.L. 2003. Economic


of Scale in the Floriculture Industry. Journal
of Agricultural and Applied Economics. 35(3),
497-507.
Suliyanto. 2011. Ekonometrika Terapan.
Yogyakarta: Andi Offset.
Surakhmad, W. 2004. Pengantar Penelitian
Ilmiah dan Dasar Metode Teknik. Bandung:
Tarsito.
Suratiyah, K. 2015. Ilmu Usahatani Edisi Revisi.
Jakarta: Penebar Swadaya.

Copyright © 2017 Universitas Sebelas Maret

Vous aimerez peut-être aussi