Vous êtes sur la page 1sur 16

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................................

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN...........................................................................................................

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................
1.3 Manfaat Penulisan........................................................................................................................
BAB II : PEMBAHASAN...............................................................................................................

A. Pengertian Spektrofotometer Serapan Atom ..................................................................... .......


B. Proses terjadinya Emisi dan Absorbsi......................................................................................
C. Lebar Garis Spektra Serapan Atom.............................................................................................
D. Pelebaran Dopler (Dopler Broadening) dan Pelebaran Tekanan (Pressure Broadening)...
E. Prisip Kerja Spektofotometer Serapan Atom...............................................................................
F. Pengukuran Spektrofotometri Serapan Atom..............................................................................
G. Instrumentasi Spektrofotometri Serapan Ato.……………………………………………....
H. Analisis Kuantitatif.………………………….............................................................................
I. Gangguan - ganguan pada Spektrofotometri Serapan Atom……………………..……........

BAB II : PENUTUP ..................................................................................................................

1. Kesimpulan…………………………………………………………………………….…
2. Saran ......................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini berdampak pada makin
meningkatnya pengetahuan serta kemampuan manusia. Betapa tidak setiap manusia lebih
dituntut dam diarahkan kearah lmu pengetahuan di segala bidang. Tidak ketinggalan pula ilmu
kimia yang identik dengan ilmu mikropun tidak luput dari sorotan perkembangan iptek.
Belakangan ini telah lahir ilmu pengetahuan dan teknologi yang mempermudah dalam analisis
kimia. Salah satu dari bentuk kemajuan ini adalah alat yang disebut dengan Spektrometri
Serapan Atom (SSA).
Para ahli kimia sudah lama menggunakan warna sebagai suatu pembantu dalam
mengidentifikasi zat kimia. Dimana, serapan atom telah dikenal bertahun-tahun yang lalu.
Dewasa ini penggunaan istilah spektrofotometri menyiratkan pengukuran jauhnya penyerapan
energi cahaya oleh suatu sistem kimia itu sebagai fungsi dari panjang gelombang tertentu.
Perpanjangan spektrofotometri serapan atom ke unsur-unsur lain semula merupakan akibat
perkembangan spektroskopi pancaran nyala. Bila disinari dengan benar, kadang-kadang dapat
terlihat tetes-tetes sampel yang belum menguap dari puncak nyala dan gas-gas itu terencerkan
oleh udara yang menyerobot masuk sebagai akibatnya tekanan rendah yang diciptakan oleh
kecepatan tinggi. Lagi pula sistem optik itu tidak memeriksa seluruh nyala, melainkan hanya
mengurusi suatu daerah dengan jarak tertentu di atas titik puncak pembakar.
Selain dengan metode serapan atom unsur-unsur dengan energi eksitasi rendah dapat juga
dianalisis dengan fotometri nyala, tetapi untuk unsur-unsur dengan energy eksitasi tinggi hanya
dapat dilakukan dengan spektrometri serapan atom. Untuk analisis dengan garis spectrum
resonansi antara 400-800 nm, fotometri nyala sangat berguna, sedangkan antara 200-300 nm,
metode SSA lebih baik dari fotometri nyala. Untuk analisis kualitatif, metode fotometri nyala
lebih disukai dari SSA, karena SSA memerlukan lampu katoda spesifik (hallow cathode).
Kemonokromatisan dalam AAS merupakan syarat utama. Suatu perubahan temperature nyala
akan mengganggu proses eksitasi sehingga analisis dari fotometri nyala berfilter. Dapat
dikatakan bahwa metode fotometri nyala dan AAS merupakan komplementer satu sama lainnya.
Peristiwa Serapan Atom pertama kali di amati oleh Fraunhoper, ketika mengamati garis-
garis hitam pada spektrum matahari. Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) pertama kali
digunakan pada tahun 1955 oleh Walsh. Sesudah itu, tidak kurang dari 65 unsur diteliti dan dapat
di analisis dengan cara tersebut. Spektrofotometri Srapan Atom (SSA) digunakan untuk analisis
kuantitatif unsur-unsur logam dalam jumlah sekelumit (trace) dan sangat kelumit (ultratrace).
Cara analisis ini memberikan kadar total unsur logam dalam suatu sampel dan tidak tergantung
pada bentuk molekul dari logam dalam sampel tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian Spektrofotometri Serapan Atom
2. Bagaimana Proses terjadinya Emisi dan Absorbsi
3. Apa itu Lebar Garis Spektra Serapan Atom
4. Bagaimana terjadinya Pelebaran Dopler (Dopler Broadening) dan Pelebaran Tekanan
(Pressure Broadening)
5. Apa saja Prinsip Kerja Spektofotometer Serapan Atom
6. Bagaimana Pengukuran Spektrofotometri Serapan Atom
7. Apa saja Instrumentasi Spektrofotometri Serapan Atom
8. Bagaimana cara melakukan Analisis Kuantitatif
9. Apa saj Gangguan - ganguan pada Spektrofotometri Serapan Atom
1.3 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini selain memenuhi tugas dari
Dosen Mata Kuliah, juga bertujuan untuk memberi masukan ilmu pengetahuan bagi semua
khalayak pada umumnya dan khususnya bagi penulis pribadi sehingga kedepannya dapat lebih
mengetahui bagaimana metode maupun prinsip kerja dari Spektrometri Serapan Atom (SSA).
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Spektrometri Serapan Atom (SSA)


Sejarah singkat tentang serapan atom pertama kali diamati oleh Frounhofer, yang
pada saat itu menelaah garis-garis hitam pada spectrum matahari. Sedangkan yang
memanfaatkan prinsip serapan atom pada bidang analisis adalah seorang Australia
bernama Alan Walsh di tahun 1995. Sebelumnya ahli kimia banyak tergantung pada cara-
cara spektrofotometrik atau metode spektrografik. Beberapa cara ini dianggap sulit dan
memakan banyak waktu, kemudian kedua metode tersebut segera diagantikan dengan
Spektrometri Serapan Atom (SSA).
Spektrometri Serapan Atom (SSA) adalah suatu alat yang digunakan pada metode
analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan metalloid yang pengukurannya
berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang gelombang tertentu oleh atom logam
dalam keadaan bebas.Spektrofotometri Serapan Atom merupakan metode pengukuran
analitik yang mendasarkan pada proses spektroskopi eksitasi dan emisi. Metode ini
sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah atau dengan kata lain digunakan
untuk analisis kuantitatif unsur-unsur logam dalam jumlah sekelumit (trace) dan sangat
kelumit (ultratrace). Prinsip metode ini didasarkan pada prinsip absorbsi cahaya oleh
atom yakni sinar yang diserap biasanya sinar tampak atau ultraviolet.

B. Proses terjadinya Emisi dan Absorbsi


Emisi dan absorbsi merupakan bagian dari cara analisis spektrofotometri yang
berkaitan dengan interaksi antara materi dengan energi. Proses terjadinya Emisi atom
adalah interaksi atom dengan energi yang menyebabkan eksitasi atom yang tidak
berlangsung lama dan akan kembali ke tingkat semula dengan melepaskan sebagian atau
seluruh energi eksitasinya dalam bentuk radiasi atau dengan kata lain merupakan proses
di mana atom yang tereksitasi kehilangan energi yang disebabkan oleh radiasi cahaya.
Misalnya, garam-garam logam akan memberikan warna di dalam nyala ketika energi dari
nyala tersebut mengeksitasi atom yang kemudian memancarkan spektrum yang spesifik.
Sedangkan Absorbsi atom adalah proses yang terjadi karena seberkas sinar
dengan panjang gelombang tertentu melewati media pengabsorbsi yang terdiri dari atom
atau secara singkat merupakan proses di mana atom dalam keadaan energi rendah
menyerap radiasi dan kemudian tereksitasi. Energi yang diabsorpsi oleh atom disebabkan
oleh adanya interaksi antara satu elektron dalam atom dan vektor listrik dari radiasi
elektromagnetik. Ketika menyerap radiasi, elektron mengalami transisi dari suatu
keadaan energi tertentu ke keadaan energi lainnya. Misalnya dari orbital 2s ke orbital 2p.
Pada kondisi ini, atom-atom di katakan berada dalam keadaan tereksitasi (pada tingkat
energi tinggi) dan dapat kembali pada keadaan dasar (energi terendah) dengan
melepaskan foton pada energi yang sama. Atom dapat mengadsorpsi atau melepas energi
sebagai foton hanya jika energi foton (hν) tepat sama dengan perbedaan energi antara
keadaan tereksitasi (E) dan keadaan dasar (G) seperti gambar di bawah ini:

Gambar 1. Diagram absorpsi dan emisi atom

C. Lebar Garis Spektra Serapan Atom


Garis spektrum serapan atom yang timbul karena serapan sinar yang
menyebabkan eksitasi dari dasar ke salah satu tingkat energi yang lebih tinggi disebut
garis resonansi (Resonance Line).Ada perbedaan antara puncak serapan sinar oleh
molekul senyawa dengan puncak serapan oleh atom sehingga penyerapan sinar oleh
senyawa menghasilkan pita-pita panjang gelombang yang lebar karena didalam suatu
molekul, disamping tingkat-tingkat energi elektron terdapat juga tingkat-tingkat energi
vibrasi dan rotasi yang disuperposisikan di tiap-tiap energi elektron tersebut.
D. Dopler (Dopler Broadening) dan Pelebaran Tekanan (Pressure Broadening)
Pelebaran dopler disebabkan oleh atom-atom yang menyerap sinar bergerak
dengan cepat terhadap sumber sinar (lampu katoda berongga) atau bisa dikatakan atom-
atom yang bergerak ke arah sumber sinar menyebabkan panjang gelombang yang masuk
secara efektif akan diperkecil sehingga panjang gelombang yang lebih besar daripada
panjang gelombang puncak serapan yang diserap. Efek ini akan semakin besar pada
temperatur tinggi karena pergerakan atom akan semakin meningkat yang menyebabkan
terjadinya pelebaran pita absorpsi.
Sedangkan pada Pelebaran tekanan disebabkan oleh atom - atom yang saling
bertabrakan yang menyebabkan terjadinya perubahan – perubahan dalam tingkat energi
azas dari atom – atom yang bersangkutan. Dalam semua hal, semakin tinggi temperatur,
maka tumbukan akan semakin sering terjadi sehingga terjadi pelebaran pita yang disebut
dengan pelebaran tekanan (Pressure Broadening).Kedua hal inilah yang menyebabkan
terjadinya pelebebaran garis puncak serapan.

E. Prisip Kerja Spektofotometer Serapan Atom


Prinsip kerja spektrofotometer serapan atom adalah dimana sampel yang
berbentuk liquid diubah menjadi bentuk aerosol atau nebulae lalu bersama campuran gas
bahan bakar masuk ke dalam nyala, disini unsur yang dianalisa tadi menjadi atom – atom
dalam keadaan dasar (ground state).
Lalu sinar yang berasal dari lampu katoda dengan panjang gelombang yang
sesuai dengan unsur yang di uji akan dilewatkan kepada atom dalam nyala api sehingga
elektron pada kulit terluar dari atom naik ke tingkat energi yang lebih tinggi atau
tereksitasi. Penyerapan yang terjadi berbanding lurus dengan banyaknya atom ground
state yang berada dalam nyala.
Sinar yang tidak diserap oleh atom akan diteruskan dan dipancarkan pada
detektor kemudian diubah menjadi sinyal yang terukur. Sinar yang diserap disebut
Absorbansi dan sinar yang diteruskan disebut Emisi. Berikut ini adalah gambar
prinsip kerja dari Spektrofotometri Serapan Atom.
Gambar 2. Prinsip Kerja Spektrofotometri Serpan Atom

F. Pengukuran Spektrofotometri Serapan Atom


Metode analisis berdasarkan pengukuran serapan (absorban) atom mempunyai
sifat spesifik yang tinggi. Lebar rata-rata garis puncak serapan atom antara 0.002-0.005
nm sehingga diperlukan suatu monokromator yang tepat dan dapat memberikan sinar
dengan lebar pita panjang gelombang yang lebih sempit daripada 0.002-0.005 nm.
Monokromator yang dibutuhkan merupakan suatu monokromator celah yang
dapat menghasilkan lebar puncak sekitar 0.002-0.005 nm dan sumber radiasi yang
mengemisikan sinar pada pnjang gelombang yang tepat, yakni sumber sinar lampu katoda
berongga.
G. Instrumentasi Spektrofotometri Serapan Atom
1) Sumber Sinar
Sumber sinar yang lazim dipakai adalah lampu katoda berongga (Hollow
Cathode Lamp atau HCL). Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang
mengandung suatu katoda yang berbentuk silinder berongga yang terbuat dari
logam atau dilapisi dengan logam tertentu dan anoda. Tanung lampu dan jendela
(window) terbuat dari silika atau kuarsa, diisi dengan gas pengisi yang dapat
menghasilkan proses ionisasi. Gas pengisi yang biasanya digunakan ialah Ne, Ar
atau He.
Pemancaran radiasi resonansi terjadi bila kedua elektroda diberi
tegangan, arus listrik yang terjadi menimbulkan ionisasi gas -gas pengisi. Ion-ion
gas yang bermuatan positif ini menembaki atom-atom yang terdapat pada
katoda yang menyebabkan tereksitasinya atom-atom tersebut. Atom-atom yang
tereksitasi ini bersifat tidak stabil dan akan kembali ke tingkat dasar
dengan melepaskan energi eksitasinya dalam bentuk radiasi. Radiasi ini yang
dilewatkan melalui atom yang berada dalam nyala.
Lampu katoda berfungsi sebagai sumber cahaya untuk memberikan energi
sehingga unsur logam yang akan diuji, akan mudah tereksitasi. Selotip
ditambahkan agar tidak ada ruang kosong untuk keluar masuknya gas dari luar
dan keluarnya gas dari dalam, karena bila ada gas yang keluar dari dalam dapat
menyebabkan keracunan pada lingkungan sekitar.
2) Tempat Sampel
Dalam analisis menggunakan SSA, sampel yang akan dianalisis harus
diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih dalam keadaan azas. Ada
berbagai macam alat yang dapat digunakan untuk mengubah suatu sampel
menjadi uap atom-atom yaitu :
a. Dengan Nyala (Flame)
Pada teknik ini menggunakan teknik atomisasi dengan cara suatu
senyawa logam yang dipanaskan akan membentuk atom logam
pada suhu ± 1700 ºC atau lebih. Sampel yang berbentuk cairan akan
dilakukan atomisasi dengan cara memasukan cairan tersebut ke dalam
nyala campuran gas bakar. Tingginya suhu nyala yang diperlukan
untuk atomisasi setiap unsur berbeda. Beberapa unsur dapat
ditentukan dengan nyala dari campuran gas yang berbeda tetapi
penggunaan bahan bakar dan oksidan yang berbeda akan
memberikan sensitivitas yang berbeda pula.
Syarat-syarat gas yang dapat digunakan dalam atomisasi dengan
nyala :
- Campuran gas memberikan suhu nyala yang sesuai untuk
atomisasi unsure yang akan dianalisa.
- Tidak berbahaya misalnya tidak mudah menimbulkan ledakan.
- Gas cukup aman, tidak beracun dan mudah dikendalikan.
- Gas cukup murni dan bersih (UHP)
Campuran gas yang paling umum digunakan adalah
- Udara : C2H2 (suhu nyala 1900 – 2000 ºC),
- N2O : C2H2 (suhu nyala 2700 – 3000 ºC),
- Udara : propana (suhu nyala 1700 – 1900 ºC).

Banyaknya atom dalam nyala tergantung pada suhu nyala dan


suhu nyala tergantung pada perbandingan gas bahan bakar dan
oksidan.
Hal-hal yang harus diperhatikan pada atomisasi dengan nyala :
1. Standar dan sampel harus dipersiapkan dalam bentuk larutan
dan cukup stabil. Dianjurkan dalam larutan dengan
keasaman yang rendah untuk mencegah korosi.
2. Atomisasi dilakukan dengan nyala dari campuran gas
yang sesuai dengan unsur yang dianalisa.
3. Persyaratan bila menggunakan pelarut organik :
- Tidak mudah meledak bila kena panas
- Mempunyai berat jenis > 0,7 g/mL
- Mempunyai titik didih > 100 ºC
- Mempunyai titik nyala yang tinggi
- Tidak menggunakan pelarut hidrokarbon
Pada atomisasi dibagi menjadi 2 cara yaitu cara langsung dan tidak langsung,
perbedaannya pada cara langsung sampel tidak dicampur lagi dengan bahan pengoksidasi dan
bahan pembakar sedangkan pada cara tidak langsung masih perlu untuk dicampur.

b. Dengan tanpa nyala (Flameless)


Atomisasi tanpa nyala dilakukan dengan mengalirkan energi listrik
pada batang karbon (CRA – CarbonRod Atomizer) atau tabung
karbon (GTA – Graphite Tube Atomizer) yang mempunyai 2
elektroda. Sampel dimasukan kedalam CRA atau GTA. Arus
listrik dialirkan sehingga batang atau tabung menjadi panas (suhu
naik menjadi tinggi) dan unsur yang dianalisa akan teratomisasi.
Suhu dapat diatur hingga 3000ºC dengan pemanasan larutan
sampel melalui tiga tahapan yaitu :
- Tahap pengeringan (drying) untuk menguapkan pelarut
- Pengabuan (ashing), suhu furnace dinaikkan bertahap
sampai terjadi dekomposisi dan penguapan senyawa
organik yang ada dalam sampel sehingga diperoleh
garam atau oksida logam
- Pengatoman (atomization)
c. Sistem Optik Fotometer
Berfungsi untuk mengumpulkan cahaya dari sumbernya dan
melewatkannya ke contoh kemudian ke monokromator.
Terdapat 2 jenis sistem optik yang sering di gunakan yaitu :
1. Sistem optik single beam (Fotometer berkas tunggal)
2. Sistem optik double beam (Fotometer berkas ganda)
d. Monokromator
Setelah radiasi resonansi dari lampu katoda berongga melalui
populasi atom di dalam nyala, energi radiasi ini sebagian diserap
dan sebagian lagi diteruskan.Fraksi radiasi yang diteruskan
dipisahkan dari radiasi lainnya.Pemilihan atau pemisahan radiasi
tersebut dilakukan oleh monokromator.
Monokromator berfungsi mengisolasi sinar dengan panjang
gelombang tertentu dari sinar yang dihasilkan oleh lampu katoda atau
bias dikatakan berfungsi untuk memisahkan radiasi resonansi yang
telah mengalami absorpsi tersebut dari radiasi-radiasi lainnya. Radiasi
lainnya berasal dari lampu katoda berongga, gas pengisi lampu
katoda berongga atau logam pengotor dalam lampu katoda berongga.
Monokromator terdiri atas sistem optik yaitu celah, cermin dan kisi.
e. Readout
Merupakan alat penunjuk yang diartikan sebagai sistem pencatat
hasil yang telah terkalibrasi untuk pembacaan suatu transmisi atau
absorbsi. Hasil pembacaan dapat berupa angka atau kurva dari
recorder yang menggambarkan absorbansi atau intensitas emisi.

H. Analisis Kuantitatif Spektrofotometri Serapan Atom


Pada analisis kuantitatif Spektrofotometri Serapan Atom terdapat 3 cara untuk
melarutkan sampel, yaitu :
1. Langsung dilarutkan dengan pelarut yang sesuai.
2. Sampel dilarutkan dalam suatu asam.
3. Sampel dilarutkan dalam suatu basa atau dilebur dahulu.
Apapun metode yang dipilih untuk analisis SSA, yang penting adalah bahwa larutan
yang dihasilkan haruslah jernih, stabil dan tidak tidak mengganggu zat – zat yang akan di
analisis. Ada beberapa metode kuantifikasi hasil analisis dengan menggunakan metode
SSA, yaitu :
1. Kuantifikasi dengan kurva baku (kurva kalibrasi).
2. Kuantifikasi dengan cara perbandingan langsung.
3. Kuantifikasi dengan cara dua baku.
4. Cara standar adisi (cara penambahan baku).
I. Gangguan - ganguan pada Spektrofotometri Serapan Atom
Berikut ini adalah beberapa gangguan-gangguan pada Spektrofotometri Serapan
Atom antara lain adalah sebagai berikut :
1. Gangguan yang berasal dari matriks sampel yang dapat mempengaruhi
banyaknya sampel yang mencapai nyala.
Gangguan ini terjadi bila sampel mengandung banyak garam ayau
asam atau bila pelarut yang digunakan tidak menggunakan pelarut zat
standar atau bila suhu nyala untuk larutan sampel dan standar berbeda.
Gangguan ini dalam analisis kualitatif tidak terlalu bermasalah,
tetapi sangat mengganggu dalam analisis kuantitatif. Untuk mengatasi
gangguan ini dalam analisis kuantitatif dapat digunakan cara analisis
penambahan standar (Standar Adisi).
2. Gangguan kimia yang dapat mempengaruhi jumlah atom yang terjadi di
dalam nyala.
Gangguan kimia terjadi apabila unsur yang dianalisis mengalami
reaksi kimia dengan anion atau ketion tertentu dengan senyawa yang
refraktori sehingga tidak semua analit dapat teratomisasi. Untuk mengatasi
gangguan ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
- Penggunaan suhu nyala yang lebih tinggi
- Penambahan zat kimia lain yang dapat melepaskan kation
atau anion pengganggu dari ikatannya dengan analit.
Zat kimia lain yang ditambahkan disebut zat pembebas
(Releasing Agent) atau zat pelindung (Protective Agent).

3. Gangguan oleh absorbansi yang disebabkan bukan oleh absorbansi atom


yang dianalisis, melainkan absorbansi oleh molekul-molekul yang tidak
terdisosiasi di dalam nyala.
4. Gangguan oleh penyerapan non-atomik (non atomic absorption)
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
a. Spektrofotometri Serapan Atom merupakan metode analisis kuantitatif suatu
senyawa kimia yang didasari oleh penyerapan sinar dari atom-atom netral dan
sinar yang diserap biasanya adalah sinar tampak dan ultraviolet.
b. Proses analisis dengan SSA memiliki tinjauan umum berupa emisi dan absorbsi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Gandjar, IG dan Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar.


Yogyakarta

2. Gandjar, IG dan Rohman, A. 2012 Analisis Obat. Pustaka Pelajar. Yogyakarta


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Analisa Sediaan dengan judul
“Spektrofotometer Serapan Atom” ini dengan lancar dan tepat pada waktunya. Makalah
Spektrofotometer Serapan Atom ini disusun untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Analisa
Sediaan. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dosen Pengajar Analisa Sediaan yang telah
memberikan arahan tentang penyusunan makalah ini. Semoga apa yang telah kita lakukan hari
ini dengan ikhlas dapat memberikan manfaat di kemudian hari.

Akhirnya kami menyadari bahwa penyusunan makalah Spektrofotometer Serapan


Atom ini belum sempurna, baik dari segi fisik maupun isi yang terkandung di dalamnya. Oleh
karena itu, kami mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca
sebagai masukan untuk kesempurnaan makalah Spektrofotometer Serapan Atom ini. Kami
berharap semoga makalah Spektrofotometer Serapan Atom ini dapat bermanfaat bagi kita
semua terutama dalam dunia kebahasaan.

Kupang, 16 Juni 2017

Penulis

Vous aimerez peut-être aussi