Vous êtes sur la page 1sur 25

Pengertian partai politik disebutkan secara khusus dalam UU RI No 2 Tahun 2008 tentang Partai

Politik, partai politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga
negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk
memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa, dan negara serta
memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945.

Pertanggungjawaban keuangan yang transparan oleh partai politik merupakan bentuk kepatuhan
terhadap undang-undang partai politik dan undang-undang pemilu. Partai politik harus mampu dan
melaksanakan pertanggungjawaban terhadar seluruh sumber daya keuangan yang digunakan
kepada para konstituennya. Bentuk pertanggungjawaban pengelola keuangan partai politik serta
pemilu adalah penyampaian Laporan Dana Kampanye (semua peserta pemilu),serta Laporan
Keuangan (khusus untuk partai politik), yang harus diaudit oleh Kantor Akuntan Publik, ke KPU
serta terbuka untuk diakses publik.

Akuntabilitas yang tinggi dapat menciptakan good political party governance sehingga dapat
meminimalisasi kecurangan penyalahgunaan dana dan mengantisipasi munculnya konflik.
Penerapan kewajiban tata administrasi keuangan dan system pelaporan dana kampanye secara
transparan, akuntabel, dan independen akan sangat menunjang perwujudan pelaksanaan pemilu
yang bersih dalam rangka membengun demokrasi yang berkredibilitas dan dapat menciptakan
kepercayaan publik kepada pemerintah dan pertanggungjawaban peserta pemilu kepada publik.
Realitas yang ada masih menunjukkan lemahnya kesadaran dan kepatuhan partai politik untuk
membuat laporan pertanggungjawaban atas penggunaan dananya. Faktanya pada nopember 2010,
masih ada 11 parpol kontestan pemilu 2009 yang belum menyerahkan laporan
pertanggungjawaban dana kampanyenya kepada KPU. Hal ini tentunya dapat menghambat
pembangunan demokrasi yang berkredibilitas. Di sisi lain, standar akuntansi yang ada, yaitu PSAK
45, merupakan standar akuntansi keuangan yang dibuat IAI untuk organisasi nirlaba yang juga
digunakan untuk partai politik. PSAK 45 ini tidak cukup mengakomodir karakteristik partai politik
yang berbeda dengan organisasi nirlaba.

Oleh karena itu, perlu standar akuntansi keuangan khusus yang mengatur pelaporan keuangan
partai politik. Dengan demikian laporan keuangan partai politik dapat lebih mudah dipahami,
memiliki relevansi, dapat diandalkan, dan memiliki daya banding yang tinggi. Laporan yang baik
dapat digunakan semaksimal mungkin oleh para pengurus partai, anggota partai, pemerintah,
donator, kreditur, dan publik dalam membantu menilai, memonitor, dan mengevaluasi kinerja
partai, serta merencanakan gerak langkah partai selanjutnya. Secara khusus, tujuan utama
pembuatan laporan adalah menginformasikan posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi
keuangan partai politik.

Fungsi Partai Politik

Dalam Negara demokrasi,Partai politik menyelenggarakan beberapa fungsi:

1. Partai Politik Sebagai Komunikasi Politik: Menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi
masyarakat serta mengaturnya sedemikian rupa sehingga kesimpangsiuran pendapat dalam
masyarakat masyakat menjadi berkurang.
2. Partai Politik sebagai Sarana Sosialisasi politik: Diartikan sebagai proses sikap dan orientasi
seorang terhadap fenomena politik dalam mengikuti kecenderungan masyarakatnya.
3. Partai Politik Sebagai Sarana Rekrutmen Politik: Untuk mencari dan mengajak orang yang
terbakar untuk turut aktif dalam kegiatan politik, Rekruitmen anggota partai merupakan
uapaya regenerasi kepemimpinan.
4. Partai Politik Sebagai Sarana Pengatur Konflik: Persaingan dan perbedaan dalam masyarakat
merupakan hal yang wajar. Jika sampai terjadi konflik partai politik berusaha untuk
mengatasinya.

Akuntansi Partai Politik

Untuk mengatur pelaporan keuangan partai politik. Dengan adanya standar pelaporan diharapkan
laporan keuangan organisasi partai politik dapat lebih mudah dipahami, memiliki relevensi, dapat
diandalkan, dan memiliki daya banding yang tinggi.

Dalam rangka pesta demokasi di negara ini, tanda tanya besar perlu tidaknya suatu
pertanggungjawaban keuangan dialamatkan ke Parpol maupun peserta pemilu. Idealnya mereka
harus transparan karena sebagai suatu entitas yang menggunakan dana public yang besar tanggung
jawab keuangan merupakan hal yang tidak dapat ditawar-tawar lagi.

Mereka harus mempertangungjawabkan sumber daya keuangan yang digunakan kepada para
konstituennya dan juga sebagai bentuk kepatuhan kepada Undang-undang. Bentuk
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan para peserta pemilu, adalah dengan menyampaikan
Laporan Dana kampanye (semua peserta pemilu) serta Laporan Keuangan (khusus untuk Parpol),
yang harus diaudit oleh akuntan Publik dan disampaikan ke KPU serta terbuka untuk diakses
publik.

Penyusunan Pelaporan Keuangan Dalam Partai Politik

Keuangan Partai Politik bersumber dari iuran anggota, sumbangan yang sah menurut hukum, dan
bantuan dari anggaran negara. Sumbangan yang sah menurut hukum dapat berupa uang, barang,
fasilitas, peralatan, dan/atau jasa. Bantuan dari anggaran negara (yang diatur dalam peraturan
pemerintah) diberikan secara proporsional kepada Partai Politik yang mendapat kursi di lembaga
perwakilan rakyat. Sumbangan dari anggota dan bukan anggota yang sah menurut hukum paling
banyak senilai Rp200.000.000 (dua ratus juta rupiah) dalam waktu 1 (satu) tahun. Dan sumbangan
dari perusahaan dan/atau badan usaha yang sah menurut hukum paling banyak senilai
Rp800.000.000 (delapan ratus juta rupiah) dalam waktu 1 (satu) tahun.

Laporan keuangan yang dibuat oleh Partai Politik adalah laporan keuangan tahunan dan laporan
dana kampanye. Penyusunan Laporan Keuangan Tahunan Partai Politik mengacu pada PSAK
(Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) No. 45 tentang akuntansi untuk organisasi nirlaba, yang
dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dan terdiri atas laporan berikut ini:

Laporan Posisi Keuangan.


Laporan Aktivitas.
Laporan Perubahan dalam Aktiva Neto/Ekuitas.
Laporan Arus Kas.
Catatan atas Laporan Keuangan.

Selain mengacu pada PSAK No. 45, penyusunan laporan keuangan Partai Politik juga terikat pada
ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam perundang-undangan RI mengenai
Partai Politik dan Pemilu, seperti UU No. 31 tahun 2002 tentang Partai Politik dan UU No. 12
tahun 2003 tentang Pemilu. Ketentuan teknis tentang pedoman penyusunan laporan keuangan
untuk Partai Politik terdapat dalam SK KPU No. 676 tahun 2003 tentang Tata Administrasi
Keuangan dan Sistem Akuntansi Keuangan Partai Politik, serta Pelaporan Dana Kampanye Peserta
Pemilihan Umum.

Daftar Kode Akun Partai Politik

Kode Akun Dana Rutin

1. Penerimaan Dana Rutin

Kode Akun Keterangan Penjelasan

41.01.01 ABB – Iuran Anggota Dewan

41.01.02 ABB – iuran & infak anggota

41.02.01 ABB – Sumbangan perorangan

41.02.02 ABB – Sumbangan Badan

41.02.03 ABB – Bantuan pemerintah

41.02.04 ABB – Bantuan dari DPP/DPW

41.09.19 ABB – Penghasilan lainnya

41.10.01 ABB – Penghasilan nonkas

48.01.00 ABP – Sumbangan kegiatan social

2. Pengeluaran Dana Rutin

a. Beban manajemen dan umum

Kode Akun Pos Penjelasan

51.01.00 Beban pegawai Mencatat gaji, honor, tunjangan, lembur, bantuan kesehatan & biaya
diklat, serta biaya personal lainnya
51.02.00 Beban kesekretariatan dan rumah tangga Mencatat beban konsumsi, ATK, RTK & bahan
cetakan, ekspedisi benda pos, pengurusan dokumen, beban telepon, listrik, langganan internet, dll

51.03.00 Beban publikasi & kehumasan Beban konferensi pers, atribut, media promosi cetak dan
elektronik, beban dokumentasi, langganan majalah dan koran dan penerbitan.

51.04.00 Beban sewa dan pemeliharaan Beban sewa kantor, kendaraan, pemeliharaan gedung,
inventaris, dll

51.05.00 Beban transportasi dan asuransi Beban BBM, tol, parkir, uang transport, asuransi gedung
dan kendaraan dinas, dll

51.07.00 Beban subsidi Beban subsidi dan struktur di atasnya seperti subsidi dari DPP, DPW, dan
DPD

51.09.00 Beban umum lainnya Beban administrasi bank dan beban umum serta administrasi
lainnya

b. Beban kegiatan dan program

Kode Akun Pos Penjelasan

52.01.03 Beban kegiatan DPW, DPD, DPC Mencatat kegiatan yang dilakukan oleh DPW,
DPD,DPC seperti acara rapat koordinasi/kerja, DPW/DPD, milad, tarhib ramadhan, dll

52.01.04 Beban kegiatan deputi bidang dan biro Mencatat kegiatan yang dilakukan oleh deputi
bidang atau biro di DPW/DPD/DPC, seperti acara kaderisasi, rakor kewanitaan,dll

52.01.06 Beban pendirian dan verifikasi Mencatat beban administrasi, pendirian, bahan, transport,
dan acara deklarasi, serta beban verifikasi, depkenham, dan KPU

52.01.07 Beban musyawarah wilayah/daerah Mencatat beban acara musyawarah, wilayah, daerah

52.01.19 Beban kegiatan lainnya Mencatat beban kegiatan lainnya yang termasuk dalam kelompok
di atas

c. Pengeluaran lain-lain

Kode Akun Pos Penjelasan

52.01.91 Penyetoran iuran anggota ke DPW Mencatat penyetoran bagian, iuran/infak anggota
yang menjadi bagian/hak DPW

52.01.92 Penyetoran iuran anggota ke DPP Mencatat penyetoran bagian iuran/infak anggota yang
menjadi bagian/hak DPP
52.01.18 Transfer ke dana kampanye Mencatat transfer dana rutin yang diberikan/digunakan untuk
dana kampanye

d. Penerimaan dan pengeluaran unsur neraca

Kode Akun Pos Penjelasan

11.10.00 Uang muka kerja dan piutang Mencatat penerimaan dan pengeluaran untuk uang muka
kerja dan piutang

11.40.00 Beban dibayar di muka Mencatat pengeluaran biaya di bayar di muka, dan
pembebanan/amortisasinya menjadi biaya seperti sewa kantor yang dibayar sekaligus 3 tahun

12.11.00 Investasi, inventaris tanah dan bangunan Mencatat pengeluaran untuk invetasi,
pembelian inventaris tanah dan bangunan serta mencatat pelepasan/ penjualan/penghapusan, dan
mencatat perbaikan yang dikapitalisir (yang menambah umur aktiva)

12.80.00 Aktiva lain-lain Mencatat pembelian atau perolehan serta penghapusan atau pelepasan
atau pengeluaran aktiva lain-lain seperti atribut, dll

21.01.00 Utang jangka pendek Mencatat penerimaan dan pengeluaran utang/kewajiban yang akan
diselesaikan/jatuh tempo dalam waktu 1 tahun

22.01.00 Utang jangka panjang Mencatat penerimaan dan pengeluaran utang/kewajiban yang akan
diselesaikan/jatuh tempo lebih dari 1 tahun

Akuntabilitas Dana Kampanye

Kampanye partai politik untuk promosi dan pembentukan opini publik sudah pasti memerlukan
dana yang besar. Karena itu, segala sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan dana yang besar
pasti akan menimbulkan kerawanan. Mulai dari rawan kolusi, korupsi, konflik. Akuntabilitas yang
tinggi dapat meminimalisir kecurigaan penyalahgunaan dana dan mengantisipasi munculnya
konflik. Kebutuhan untuk menciptakan good political party governance dirasakan sangat
mendesak, terutama bagi para partai politik peserta pemilu. Penerapan kewajiban tata administrasi
keuangan dan sistem pelaporan dana kampanye secara transparan, akuntabel, dan independen akan
sangat menunjang perwujudan pelaksanaan pemilu yang bersih dalma rangka membangun
kepercayaan publik kepada pemerintah dan pertanggungjawaban peserta pemilu kepada publik.
Pelaporan dana kampanye Parpol

Tipe pelaporan dana kampanye partai politik:

1. Tentukan metode pencatatan yang digunakan (sistem pencatatn tunggal atau sistem pencatatan
berpasangan, basis kas atau akrual)

2. Pisahkan pencatatan pemasukan dan pengeluaran antara keuangan rutin parpol dengan
pendanaan kampanye
3. Semua transaksi yang dilakukan harus memiliki bukti tertulis seperti surat perjanjian/kontrak
tertulis, kwitansi, faktur

4. Semua kegiatan yang berkaitan dengan kampanye harus dilengkapi dengan dokumentasi
kegiatan seperti foto kegiatan atau rekaman video.

Metode pencatatan berpasangan (Double entry) basis kas

1. Tentukan kode akun dana kampanye

Berikut adalah contoh kode akun dana kampanye suatu parpol ABC.

Penerimaan dana kampanye

AB.01.01 Transfer dari danavrutin dan subsidi

AB.01.02 sumbangan perorangan-DK

AB.01.03 Sumbangan perusahaan/badan-DK

AB.01.04 Bantuan pemerintah-DK

AB.09.19 Penghasilan lainnya-DK

CD.01.01 Penerimaan pinjaman pihak ketiga-DK

Pengeluaran dana kampanye

GH.01.01 Beban gaji, honor, tunjangan-DK

GH.01.02 Beban perjalanan-DK

GH.01.03 Beban iklan media cetak dan elektronik-DK

GH.01.04 Beban atribut kampanye-DK

GH.01.05 Beban perlengkapan dan peralatan-DK

GH.01.06 Beban komunikasi

GH.01.07 Beban pengamanan-DK

GH.01.08 Beban subsidi-DK

GH.01.09 Beban operasional lainnya


EF.01.16 Pengadaan aktiva-DK

GH.01.19 Beban kerugian dan lainnya

CD.01.01 Pengembalian pinjaman pihak ketiga-DK

2. Format buku penerimaan dan pengeluaran kas/bank dana kampanye

 Dewan Pimpinan Partai ABC


 Provinsi
 Kab/Kota/kec bulan/tahun
 Tgl Nomor Bukti Uraian Kode Akun Debet Kredit Saldo
 Sub jumlah

3. Format daftar sumbangan dana kampanye yang melebihi Rp 5.000.000

 Dewan Pimpinan Partai ABC


 Provinsi
 Kab/Kota/kec bulan/tahun
 No. Nama Peyumbang dan Identitas Alamat dan Nomor Telepon Klasifikasi Jumlah (Rp)
Bentuk Sumbangan Ket

4. Format rekapitulasi penerimaan dan pengeluaran kas dana kampanye

a. Penerimaan dana kampanye

ABT- Transfer dari dana rutin dan subsidi 43.01.01 Rp

ABT- Sumbangan perorangan 43.01.02 Rp

ABT- sumbangan perusahaan/badan 43.01.03 Rp

ABT- Bantuan pemerintah 43.01.04 Rp

ABT- Penghasilan lainnya 43.09.19 Rp

ABT- Penerimaan pinjaman pihak ketiga 21.01.01 Rp

b. Pengeluaran dana kampanye

ABT- Beban gaji dan honor 54.01.01 Rp

ABT- Beban perjalanan 54.01.02 Rp

ABT- Beban media cetak dan elektronik 54.01.03 Rp


ABT- Beban atribut kampanye 54.01.04 Rp

ABT- Beban perlengkapan dan peralatan 54.01.05 Rp

ABT- Beban Komunikasi 54.01.06 Rp

ABT- Beban pengamanan 54.01.07 Rp

ABT- Beban subsidi 54.01.08 Rp

ABT- Beban operasional lainnya 54.01.09 Rp

ABT- pengadaan aktiva-DK 54.01.16 Rp

ABT- Beban dan kerugian lainnya 54.01.19 Rp

ABT-Pengembalian pinjaman pihak ketiga 21.01.01 Rp

Dalam pasal 79 UU No. 12 tahun 2003 tentang Pemilu disebutkan bahwa seluruh laporan dana
kampanye peserta Pemilu, baik penerimaan maupun pengeluaran, wajib diserahkan ke akuntan
publik terdaftar selambat-lambatnya 60 hari sesudah hari pemungutan suara. Sementara itu,
akuntan publik wajib menyelesaikan audit selambat-lambatnya 30 hari kemudian dan hasilnya
dilaporkan ke KPU selambatnya tujuh hari sesudah diaudit.

Ketentuan tersebut dimaksudkan agar terwujud akuntabilitas mengenai Pengelolaan Dana


Kampanye Pemilu sehingga dapat menepis tuduhan akan adanya praktik-praktik politik uang
(money politics). Tapi pada kenyataannya, berdasarkan data dan catatan di KPU hingga batas
waktu yang ditetapkan 12 Juli 2004, baru tujuh Partai Politik yang menyerahkan hasil audit dana
kampanye Pemilu legistalif. Ini artinya masih ada tujuh belas Partai Politik yang belum
menyerahkan audit dana kampanyenya ke KPU. Akibatnya, Komisi Pemilihan Umum
memperpanjang batas waktu penyerahan hasil audit dana kampanye Partai Politik hingga tanggal
27 Juli 2004. Untuk itu KPU mengirimkan surat peringatan lagi kepada Partai Politik yang belum
menyerahkan laporan.

Partai Politik enggan untuk menyerahkan laporan dana kampanye terutama Partai Politik yang
tidak memperoleh kursi legislatif. Di samping itu, keengganan Partai Politik melaporkan audit
dana kampanye adalah karena tidak adanya sanksi bagi legislatif. Meskipun tidak ada sanksi
hukum, sebenarnya Partai Politik yang tidak menyerahkan bisa dikenai sanksi moral yang akan
menurunkan kredibilitas Partai Politik kepada publik. KPU juga akan memberikan rekomendasi
kepada pemerintah, Partai Politik mana saja yang tidak memenuhi ketentuan UU Pemilu dan UU
Partai Politik.
Audit Atas Laporan Keuangan Partai

Aturan yang mengatur Audit Partai Politik

Peraturan mengenai partai politik telah diatur dengan Undang-Undang Nomor 2 tahun 2011,
sebagai pengganti dari Undang-Undang Nomor 2 tahun 2008 tentang Partai Politik. Keuangan
partai politik bersumber dari iuran anggota, sumbangan, maupun bantuan keuangan dari
APBN/APBD. Dalam pasal 34A ayat 1 menyebutkan bahwa partai politik wajib menyampaikan
laporan pertanggungjawaban penerimaan dan pengeluaran yang bersumber dari dana bantuan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) secara berkala 1 (satu) tahun sekali untuk
diaudit paling lambat 1 (satu) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Tujuan audit oleh BPK
tersebut adalah untuk menilai kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan terkait dengan
bantuan pemerintah dan efektivitas dan operasi penggunaan dana bantuan pemerintah. Audit
dilaksanakan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN).

Dalam pasal 38 UU No 2 th 2011 dijelaskan bahwa hasil pemeriksaan laporan


pertanggungjawaban penerimaan dan pengeluaran keuangan partai politik terbuka untuk diketahui
masyarakat. Hal ini mengindikasikan bahwa seharusnya masyarakat dapat mengetahui dan
mengakses atas pelaporan keuangan partai. Namun kenyataannya masih sangat sulit untuk
menerapkan transaparansi atas keuangan partai politik. Pasal 39 dari undang-undang ini
menyatakan bahwa:

1. Pengelolaan keuangan Partai Politik dilakukan secara transparan dan akuntabel


2. Pengelolaan keuangan Partai Politik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diaudit oleh akuntan
publik setiap 1 (satu) tahun dan diumumkan secara periodic
3. Partai Politik wajib membuat laporan keuangan untuk keperluan audit dana yang meliputi:

o laporan realisasi anggaran Partai Politik


o laporan neraca; dan
o laporan arus kas.

Dalam Undang-Undang No. 31 Tahun 2002 tentang partai politik, pasal 9 sebagai dasar hukum
penyelenggaraan akuntansi bagi partai politik yang menjelaskan bahwa:

 Partai politik diwajibkan untuk membuat pembukuan, memelihara daftar penyumbang dan
jumlah sumbangan yang diterima, serta terbuka untuk diketahui oleh masyarakat dan
pemerintah.
 Partai politik diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan dan laporan dana
kampanye pemilihan umum kepada Komisi Pemilihan Umum.
 Partai politik diwajibkan membuat laporan keuangan secara berkala 1 (satu) tahun sekali
dan memiliki rekening khusus dana kampanye pemilihan umum serta menyerahkan laporan
keuangan yang diaudit oleh akuntan publik kepada Komisi pemilihan Umum paling lambat
6 (enam) bulan setelah hari pemungutan suara.
Keputusan KPU No. 30/2004 Mengatur Audit Keuangan dan Dana Kampanye Partai dan Calon
Presiden-Wapres :

Calon presiden dan calon wakil presiden bisa ditanya mengenai asal-usul dana kampanye mereka
apabila ditemukan ada penyumbang anonim atau penyumbang yang tidak masuk daftar
penyumbang. presiden dan wakil presiden bisa ditanya tentang identitas sebenarnya dari
penyumbang itu serta alasan tidak dimasukkannya nama donatur. Hal itu merupakan salah satu
butir dalam Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) No. 30 Tahun 2004 Tentang Panduan
Audit Laporan Keuangan Partai Politik dan Audit Laporan Dana Kampanye Peserta Pemilihan
Umum yang diterbitkan oleh KPU 21 April lalu.

Secara keseluruhan isi keputusan ini mencakup Juklak untuk audit laporan dana kampanye Parpol
dan calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dan audit laporan dand kampanye pasangan
calon presiden dan wakil presiden. Semua ketentuan mengenai hal-hal ini diatur dalam Pasal 2, 3,
dan 4 keputusan ini, yang kemudian dirinci di dalam lampirannya. Rincian di dalam lampiran itu
mencakup 3 pokok bahasan besar, yaitu penerapan prosedur yang disepakati atas laporan dana
kampanye Pemilu; prosedur pemeriksaan atas dana kampanye calon anggota DPD; penerapan
prosedur yang disepakati atas laporan dana kampanye pasangan calon presiden dan wakil presiden.
Ketiga pokok bahasan itu masing-masing dirinci dengan jelas dan detail mengenai bagaimana
prosedur pemeriksaan atas saldo awal, sumbangan nonkas dari partai dan para calon, dan
seterusnya. Pendek kata, ketentuan mengenai mekanisme audit di keputusan ini sudah jelas dan
rinci.

Audit yang dimaksud dalam keputusan KPU ini adalah audit umum untuk menyatakan pendapat
(opini) akuntan atas kewajaran penyajian laporan keuangan tahunan partai politik. Sedangkan
audit atas laporan dana kampanye peserta Pemilu adalah audit sesuai prosedur yang disepakati
(agreed upon procedures). Sedangkan laporan keuangan parpol adalah laporan yang mencakup
periode 1 Januari hingga 31 Desember. Selambat-lambatnya 3 bulan setelah akhir tahun buku yang
bersangkutan, parpol menyerahkan laporan keuangan tahunan kepada kantor akuntan publik.

Persiapan menghadapai proses Audit

Dalam setiap proses audit yang dilaksanakan baik oleh KAP maupun oleh BPK maka beberapa
hal yang perlu disiapkan adalah:

o Kelengkapan laporan keuangan

Laporan keuangan atau laporan lainnya harus sudah tersedia dan disiapkan sendiri oleh partai
politik. KAP tidak bertugas untuk menyiapkan laporan keuangan atau jenis laporan lainnya,
karena laporan keuangan adalah tanggung jawab partai politik. Tanggung jawab KAP atau
BPK adalah melakukan audit berdasarkan standar auditnya masing-masing. Kelemahan utama
partai politik adalah laporan keuangan belumsiap pada saat diaudit akibat dari pengendalian
internal yang tidak baik.
o Tersedianya tenaga pendamping

Perlu tenaga pendamping bagi audit oleh KAP atau BPK. Tenaga pendamping tersebut
bertugas membantu proses pemeriksaan dan sebagai jembatan komunikasi antara partai
dengan auditor. Tenaga pendamping dapat merupakan personel yang berbeda dari staf
akuntansi.

o Tersedianya ruangan/tempat bagi staf auditor

Karena auditor memerlukan pemeriksaan dokumen maka sebaiknya partai menyediakan suatu
ruangan khusus bagi auditor sehingga dokumen tidak dibawa keluar kantor partai.

o Tersedianya surat penugasan dari KAP atau BPK

Dalam setiap penugasan staf auditor harus di lengkapi dengan surat tugas dari kantor masing-
masing KAP atau BPK untuk memasti kan bahwa personel yang ditugaskan adalah benar.
Penugasan dipimpin oleh partner akuntan publik dari KAP atau pejabat tertentu dari BPK.
Partner akuntan publik dari KAP merupakan personel yang memegang ijin Akuntan Publik
dari Pemerintah. Memberikan penjelasan/ keterangan yang relevan dalam setiap pertanyaan
yang diajukan auditor.

o Memfasilitasi kebutuhan konfirmasi kepada pihak ketiga sesuai kebutuhan dari auditor.
o Menyediakan dokumen-dokumen yang relevan dengan partai politik dan dokumen keuangan
seperti catatan akuntansi, bukti transaksi, kontrak-kontrak, dokumen ketenagakerjaan,
rekening Koran, akta pendirian partai dan pengesahan oleh pemerintah serta dokumen relevan
lainnya.
o Memastikan keamanan dan kerahasiaan dokumen pada saat proses audit yaitu dengan
meminta KAP atau BPK menandatangani formulir kesepakatan kerahasiaan. Meskipun kode
etik KAP dan BPK rnengatur mengenai kerahasiaan namun lebih baik jika partai membuat
kesepakatan ini.

Audit atas Laporan Keuangan Tahunan

Audit atas laporan keuangan tahunan partai politik dilakukan oleh auditor independen yaitu Kantor
Akuntan Publik (KAP). Dalam hal ini partai politik melakukan seleksi dan penetapan KAP sesuai
dengan prosedur internal Partai. Dalam menentukan KAP, partai politik harus memperhatikan
validitas KAP mengingat banyak terjadi praktik pemalsuan terhadap KAP. Karena itu sebelum
menunjuk KAP, partai dapat melakukan konsultasi kepada asosiasi profesi akuntan publik yaitu
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) mengenai tata cara dan validitas KAP. Dalam setiap
audit, KAP harus melakukan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan lAPI. Dalam
setiap audit KAP dengan partai politik harus dilengkapi dengan perikatan/kontrak yang mengatur
tentang audit tersebut. KAP akan menyediakan proposal perikatan sekaligus dapat digunakan
sebagai perikatan/kontrak.

Dalam melaksanakan audit KAP akan menjalankan serangkaian prosedur yang diperlukan seperti
melakukan wawancara, inspeksi dokumen dan catatan, pengujian fisik, dan konfirmasi kepada
pihak ketiga serta surat representasi dari partai politik. Pekerjaan KAP dituangkan dalam kertas
pemeriksaan dimana kertas kerja tersebut akan disimpan KAP. Produk dari audit oleh KAP adalah
laporan auditor independen yang memuat pendapat auditor atas laporan keuangan yang disajikan
oleh partai politik. Partai politik dapat meminta KAP untuk melakukan jenis audit lain yang
relevan yang diperlukan oleh partai politik terkait dengan pelaporan keuangan.

Audit atas laporan pertanggungjawaban dana bantuan keuangan partai politik dari
pemerintah
Audit atas laporan pertanggungjawaban bantuan keuangan pemerintah dilakukan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) sehubungan dengan bantuan yang diterima merupakan lingkup
keuangan Negara. Tujuan audit tersebut adalah untuk menilai kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan terkait dengan bantuan pemerintah dan efektivitas dan operasi penggunaan
dana bantuan. Audit oleh BPK dilaksanakan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
(SPKN) yaitu suatu standar pemeriksaan yang diterbitkan oleh BPK yang harus dijalankan dan
ditaati oleh setiap pemeriksa keuangan Negara. Karena itu termasuk audit laporan ini, BPK harus
menjalankan audit berdasarkan SPKN.

Dua hal utama yang selalu menjadi temuan BPK atas audit laporan pertanggungjawaban dana
bantuan partai politik adalah penggunaan dana bantuan yang tidak sesuai ketentuan dan tidak
adanya bukti-bukti transaksi yang lengkap dan sah. Beberapa contoh temuan BPK atas penggunaan
dana bantuan partai politik yang tidak sesuai ketentuan adalah sebagai berikut:

 Pembayaran honorarium (berdasarkan peraturan terbaru yaitu Permendagri no. 24 tahun


2009 sudah tidak ada lagi alokasi biaya untuk honorarium/gajistaf)
 Pembebanan biaya kunjungan musibah anggota partai politik yang sakit pada biaya
perjalanan dinas
 Pembebanan biaya sewa gedung pada biaya pemeliharaan
 Pembebanan biaya sewa hotel dalam rangka musyawarah cabang luar biasa pada biaya
administrasi umum
 Pembebanan biaya angsuran kendaraan bermotor

Audit Dana Kampanye Partai Politik

a. Program Audit Dana Kampanye Partai Politik

Sebagaimana diatur dalam Pasal 9 huruf (j) UU No. 31 tahun 2002, setiap Partai Politik wajib
memiliki rekening khusus dana kampanye, yang secara khusus menampung dana kampanye
Pemilu yang dipisahkan dari rekening untuk keperluan lain. Menurut SK KPU No. 676 tahun 2003,
setiap Partai Politik peserta pemilu wajib melaporkan rekening khsus, seperti nomor rekening
khusus dana kampanye Pemilu, nama, serta alamat bank. Kemudian laporan besarnya saldo awal
serta sumber penerimaan saldo awal tersebut yang berasal dari partai, sumbangan perorangan, dan
swasta dan masih banyak lagi. Untuk donasi, wajib disebutkan bentuknya, identitas donatur,
maupun penerimanya.

Dalam pasal 78 ayat (4) UU No. 12 tahun 2003 dijelaskan bahwa jumlah sumbangan lebih dari Rp
5 juta wajib dilaporkan kepada KPU, termasuk identitas lengkap pemberi sumbangan juga pada
penjabaran pasal 9 UU No.31 tahun 2002, bahwa semua Partai Politik wajib menyampaikan
laporan keuangan tahun anggaran per 31 Desember 2003 kepada Kantor Akuntan Publik paling
lambat 31 Maret 2003. Setelah itu, akuntan publik memiliki waktu dua bulan untuk mengaudit
laporan partai dan menyerahkan ke KPU paling lambat awal Juli 2004.

b. Prosedur Audit

Prosedur audit adalah sebagai berikut:

1. Penerapan Prosedur atas pembukaan Rekening khusus Dana Kampanye.

 Dapatkan laporan pembukuan rekening khusus dana kampanye yang disampaikan peserta
pemilu kepada KPU.
 Minta reprentasi tertulis apakah laporan tersebut sudah disampaikan sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan oleh KPU.
 Minta reprensentasi tertulis apakah laporan pembukaan rekening khusus dana kampanye
telah dijelaskan sumber perolehan saldo awal serta rincian penerimaan dan pengeluaran
dana kampanye yang dikeluarkan sebelum pembukaan rekening khusus dana kampanye.

2. Penerapan Prosedur atas saldo awal penerimaan Kas.

 Saldo awal ini merupakan juamlah penerimaan kas dana kampanye yang masuk kedalam
pembukuan pasangan calon presiden dan wakil presiden sebelum ditetapkan sebagai
peserta pemilu. Jumlah saldo awal ini diperoleh dengan menjumlahkan seluruh kas dana
kampanye yang berada disisi debet setiap kali penjurnalan terhadap transaksi kas
dilakukan.
 Dapatkan bukti setoran awal dari sisa penerimaan dana yang disetorkan kerekening khusus
dana kampanye.
 Bandingkan bukti setoran dan rekening koran dengan saldo awal yang dilaporkan ke KPU.
 Cek akurasi bukti-bukti untuk mengetahui asal sumber dana tersebut sesuai dengan SK
KPU No.676 th 2003 pasal 10 ayat 1 tentang pembukaan rekening khusus Dana Kampanye.
 Hitung kembali penerimaan dan pengeluaran saldo awal yang berasal dari sisa penerimaan
dan pengeluaran dana kampanye yang diperoleh sebelum periode pembukuan rekening
khusus dana kampanye.

3. Penerapan Prosedur atas Sumbang dari dana pasangan Calon Presiden dan Wakil presiden.

 Bandingkan sumbangan dari pasangan calon presiden dan wakil calon presiden yang
tercantum dlam catata dengan bukti sebanyak 30 sampel secara acak.
 Bandingkan jumlah sumbangan pasangan calon presiden dan wakil calon presiden menurut
daftar sumbangan dengan penerimaan menurut rekening koran dana kampanye.
 Lakukan konfirmasi secara tertulis dari pasangan calon presiden dan wakil calon presiden
mengenai besarnya sumbangan dana kampanye.

4. Penerapan Prosedur atas penerimaan sumbangan partai politik dan Gabungan Partai politik.
 Bandingkan sumbangan dari partai politik yang tercantum dalam catatan dengan bukti
penerimaan dana.
 Bandingan Jumlah sumbangan menurut daftar sumbangan partai politik dengan
penerimaan menurut rekening khusus dana kampanye.
 Minta reprensentasi tertulis dari partai politik mengenai besarnya sumbangan untuk dana
kampanye.

5. Penerapan Prosedur atas penerimaan sumbangan Perorangan.

 Bandingkan nama dan alamat penyumbang yang tercantum dalam daftar penyumbangan
dengan bukti identitas penyumbang tersebut dalam cacatan sebanyak 30 sampel secara
acak.
 Jumlahkan besar sumbangan per nama penyumbang perorangan untuk menilai apakah
secara akumulasi jumlah tidak melampaui ketentuan dalam peraturan perundangan yang
berlaku (maksimum Rp 100.000.000 per penyumbang berupa kas dan non kos)
 Jika ada penyumbang anonim ,tanyakan apakah sudah masuk ke daftar sumbangan tidak
beridentitas.
 Lakukan observasi apakah jumlah sumabangan dari penyumbang tersebut di atas
melampaui ketentuan jumlah menurut peraturan perundang-undangan.
 Lakukan konfirmasi kepada penyumbang perorangan secara tertulis tentang jumlah
sumbangan sebanyak 30 sampel secara acak.
 Tanyakan apakah terdapat sumbangan yang mengikat partai.

6. Penerapan Prosedur atas penerimaan sumbangan Perusahaan/badan usaha.

 Bandingkan nama dan alamat perusahaan yang tercantum dalam daftar sumbangan dengan
bukti identitas penyumbang tersebut dalam cacatan sebanyak 30 sampel secara acak.
 Jumlahkan besar sumbangan per perusahaan penyumbangan untuk menilai apakah secara
akumulasi jumlahnya tidak terlampaui ketentuan dalam peraturan perundangan yang
berlaku (maksimum Rp.750.000.000 per perusahaan,berupa kas dan non kas)
 Jika ada penyumbang anonim tanyakan apakah sudah masuk kedaftar sumbangan tidak
beridentitas.
 Lakukan observasi apakah jumlah sumbangan dari penyumbang tersebut di atas melampaui
ketentuan jumlah menurut peraturan perundangan.
 Lakukan konfirmasi kepada penyumbang perusahaan secara tertulis tentang jumlah
sumbangan sebanyak 30 sampel secara acak.
 Tanyakan apakah pasangan calon presiden dan wakil persiden menerima sumbangan dana
kampanye dari perusahaan/badan usaha asing.
 Dapatkan reprensentasi tertulis dari team kampanye pasangan calon presiden dan wakil
persiden.

7. Penerapan Prosedur atas Penghasilan lain-lain.

 Dapatkan rincian penghasilan lain-lain misalnya dari penjualan atribut pasangan calon
presiden dan wakil persiden penjualan aktiva tetap dan penghasilan selain dari sumbangan.
 Cek akurasi perhitungan penghasilan lain-lain.
 Bandingkan dengan bukti-bukti transaksi.

8. Penerapan prosedur atas penerimaan Nonkas Saldo awal.

 Saldo awal ini merupakan jumlah penerimaan nonkas dana kampanye yang masuk ke
dalam pembukuan Penerapan prosedur atas penerimaan Nonkas sebelum ditetapkan
sebagai peserta pemilu,baik yang berasal sumbangan pasangan calon presiden dan wakil
persiden,sumbangan perorangan,sumbangan badan usaha maupun yg lainnya.Jumlah saldo
awal ini diperoleh dengan menjumlahkan seluruh nonkas dana kampanye yang berada
disisi debet setiap kali perjurnalan terhadap transaksi nonkas tersebut dilakukan.
 Cek akurasi bukti-bukti untuk mengetahui asal sumber penerimaan nonkas tersebut.
 Hitung kembali penerimaan dan pengeluaran saldo awal non kas berasal dari penerimaan
dan pengeluaran dana kampanye yang diperoleh seblum periode kampanye.

9. Penerapan prosedur atas penerimaan Nonkas dari pasangan calon presiden dan wakil presiden.

 Bandingkan sumbangan dari pasangan calon presiden dan wakil persiden yang tercantum
dalam catatan dengan bukti penerimaan nonkas (kartu penyumbang) sebanyak 30 sampel
secara acak.
 Lakukan konfirmasi secara tertulis dari pasangan calon presiden dan wakil persiden
mengenai besarnya sumbangan nonkas untuk kampanye.
 Hitung kembali apakah nilai dari sumbangan nonkas tersebut telah dicatat sesuai dengan
penilaian yang ditetapkan oleh KPU,yaitu : Nilai Jual Obyek pajak untuk tanah dan
bangunan,Nilai taksiran perusahaan asuransi untuk kendaraan bermotor,Bukti pembelian
faktur kwintansi yang masih menggambarkan harga pasar wajar saat diterimanya
sumbangan,Tarif sewa fasilitas yang berlaku pada saat diterimanya sumbangan Harga yang
ditetapkan oleh penaksir ahli yang independen.

10. Penerapan Prosedur atas penerimaan sumbangan partai politik dan Gabungan partai politik.

 Bandingkan sumbangan dari partai politik yang tercantum dalam catatan dengan bukti
penerimaan nonkas.
 Lakukan konfirmasi secara tertulis dari partai politik mengenai besarnya sumbangan
nonkas untuk kampanye.
 Hitung kembali apakah nilai dari sumbangan nonkas tersebut telah dicatat sesuai dengan
penilaian yang ditetapkan oleh KPU: Nilai Jual Obyek pajak untuk tanah dan
bangunan,Nilai taksiran perusahaan asuransi untuk kendaraan bermotor,Bukti pembelian
faktur kwintansi yang masih menggambarkan harga pasar wajar saat diterimanya
sumbangan,Tarif sewa fasilitas yang berlaku pada saat diterimanya sumbangan Harga yang
ditetapkan oleh penaksir ahli yang independen.

11. Penerapan Prosedur atas penerimaan sumbangan non kas dari perorangan.

 Bandingkan nama dan alamat penyumbang yang tercatum dalam daftar penyumbang
dengan bukti identitas penyumbang tersebut dalam catatan data penerimaan nonkas
sebanyak 30 sampel secara acak.
 Jumlahkan besar sumbangan per perusahaan penyumbangan untuk menilai apakah secara
akumulasi jumlahnya tidak terlampaui ketentuan dalam peraturan perundangan yang
berlaku(max. Rp 100.000.000 per penyumbang berupa kas dan non kas.
 Lakukan observasi apakah jumlah sumabangan dari penyumbang tersebut di atas
melampaui ketentuan jumlah menurut peraturan perundang-undangan.
 Dapatkan reprensentasi tertulis dari team kampanye pasangan calon presiden dan wakil
persiden.
 Hitung kembali apakah nilai dari sumbangan nonkas tersebut telah dicatat sesuai dengan
penilaian yang ditetapkan oleh KPU: Nilai Jual Obyek pajak untuk tanah dan
bangunan,Nilai taksiran perusahaan asuransi untuk kendaraan bermotor,Bukti pembelian
faktur kwintansi yang masih menggambarkan harga pasar wajar saat diterimanya
sumbangan,Tarif sewa fasilitas yang berlaku pada saat diterimanya sumbangan Harga yang
ditetapkan oleh penaksir ahli yang independen.

12. Penerapan Prosedur atas sumbangan non kas dari perusahaan/badan usaha.

 Bandingkan nama dan alamat penyumbang yang tercatum dalam daftar penyumbang
dengan bukti identitas penyumbang tersebut dalam catatan data penerimaan nonkas
sebanyak 30 sampel secara acak.
 Jumlahkan besar sumbangan per perusahaan penyumbangan untuk menilai apakah secara
akumulasi jumlahnya tidak terlampaui ketentuan dalam peraturan perundangan yang
berlaku (maksimum Rp.750.000.000 per perusahaan,berupa kas dan non kas)
 Jika ada penyumbang anonim ,tanyakan apakah sudah masuk ke daftar sumbangan tidak
beridentitas.
 Lakukan observasi apakah jumlah sumbangan dari penyumbang tersebut di atas melampaui
ketentuan jumlah menurut peraturan perundangan.
 Lakukan konfirmasi kepada penyumbang perusahaan secara tertulis tentang jumlah
sumbangan sebanyak 30 sampel secara acak.
 Hitung kembali apakah nilai dari sumbangan nonkas tersebut telah dicatat sesuai dengan
penilaian yang ditetapkan oleh KPU: Nilai Jual Obyek pajak untuk tanah dan
bangunan,Nilai taksiran perusahaan asuransi untuk kendaraan bermotor,Bukti pembelian
faktur kwintansi yang masih menggambarkan harga pasar wajar saat diterimanya
sumbangan,Tarif sewa fasilitas yang berlaku pada saat diterimanya sumbangan Harga yang
ditetapkan oleh penaksir ahli yang independen.
 Tanyakan apakah pasangan calon presiden dan wakil persiden menerima sumbangan dana
kampanye dari perusahaan/badan usaha asing.
 Dapatkan reprensentasi tertulis dari team kampanye pasangan calon presiden dan wakil
persiden.

13. Penerapan Prosedur atas penerimaan Nonkas dari penghasilan lain-lain.

 Dapatkan rincian penghasilan lain-lain misalkan Dari Hibah.


 Cek akurasi perhitungan penghasilan lain-lain.
 Bandingkan dengan bukti transaksi.
14. Penerapan prosedur atas pengeluaran kas saldo awal.

 Saldo awal ini merupakan jumlah pengeluran kas dana kampanye pasangan calon presiden
dan calon wakil persiden sebelum ditetapkan sebagai peserta pemilu.Pengeluaran kas dana
kampanye pasangan calon presiden dan calon wakil presiden ditunjukan oleh buku
pembantu “kas dan setara kas bank dana kampanye”
 Lakukan perbandingan antara kelengkapan bukti pengeluaran kas setara keterjadian
transaksi pengeluaran kas sebanyak 30 sampel secara acak.
 Lakukan observasi apakah tidak ada pengeluaran yang berkaitan dengan transaksi yang
dilarang oleh peraturan perundangan yang berlaku.

15. Penerapan Prosedur atas pengeluran kas operasi.

 Bandingkan pengeluaran dengan bukti-bukti pengeluaran sebanyak 30 sampel transaksi


per hari kampanye.
 Lakukan observasi apakah tidak ada pengeluaran yang berkaitan dengan transaksi yang
dilarang oleh peraturan perundangan yang berlaku.
 Hitung kembali apakah pembelian dilakukan dengan harga pasar wajar, jika terdapat
diskon pembelian yang melebihi batas kewajaran,perlakuan diskon tersebut sebagai
penerimaan sumbangan yang batasanya sesuai dengan ketentuan.
 Lakukan observasi atas pembayaran honorarium tim kampanye kampanye pasangan calon
presiden dan calon wakil presiden dalam memenuhi kewajiban pajak penghasilan atas
honorarium.
 Lakukan observasi apakah pengeluaran kas sesuai dengan tujua kegiatan dan bandingkan
dengan anggaran / rencana (jika ada)
 Lakukan konfirmasi ke bank tentang saldo kas dibank yang ada pada akhir periode yang
diperiksa.

16. Penerapan Prosedur atas pengeluaran Kas-Modal (aktiva tetap)

 Bandingkan pengeluaran untuk aktiva tetap dengan bukti-bukti pengeluaran kas.


 Hitung kembali apakah pembelian dilakukan dengan harga pasar wajar,jika terdapat diskon
pembelian yang melebihi batas kewajaran,perlakuan diskon tersebut sebagai penerimaan
sumbangan yang batasanya sesuai dengan ketentuan.
 Lakukan inspeksi fisik atas aktiva tetap tersebut .
 Lakukan observasi mengenai bukti kepemilikan aktiva tetap tersebut.

17. Penerapan Prosedur atas pengeluaran kas lain-lain

 Dapatkan rincian pengeluaran kas selain untuk pengeluaran operasional dan pengeluaran
modal.
 Cek akurasi perhitungan pengeluran lain-lain.
 Bandingkan dengan bukti-bukti transaksi.

18. Penerapan prosedur atas pengeluaran nonkas – saldo awal.


 Saldo awal merupakan jumlah non kas dana kampanye pasangan calon presiden dan calon
wakil presiden sebelum ditetapkan menjadi peserta pemilu berupa pengeluaran
operasi,pengeluran modal,maupun pengeluaran lainya yang berasal dari penerimaan non
kas.
 Lakukan perbandingan antara kelengkapan bukti pengeluaran non kas serta keterjadian
transaksi pengeluaran non kas sebanyak 30 sampel secara acak.

19. Penerapan Prosedur atas saldo dana kampanye.

 Dapatkan berita acara penyerahan saldo dana kampanye kas dan non kas diakhir periode
kampanye kepada pasangan calon presiden dan calon wakil presiden.
 Lakukan rekonsiliasi saldo kas dan setara kas untuk memastikan kesesuaian antara saldo
menurut catatan pasangan calon presiden dan calon wakil presiden.
 Lakukan konfirmasi ke Bank tentang saldo direkening khusus dana kampanye pada akhir
periode yang diperiksa.
 Lakukan inpeksi terhadap aktiva tetap dan nonkas lainya, serta cocokan dengan catatan
yang diselenggarakan oleh pasangan calon presiden dan calon wakil presiden.

Tinjauan Terhadap Psak 45 dan Kebutuhan Standar Akuntansi Untuk Partai Politik
Dengan adanya standar pelaporan diharapkan laporan keuangan organisasi Partai Politik dapat
lebih mudah dipahami, memiliki relevensi, dapat diandalkan, dan memiliki daya banding yang
tinggi. Pertanyaan utamanya adalah: Apakah PSAK 45 dapat dipakai sebagai standar pelaporan
keuangan partai politik? Untuk menjawabnya, harus dibedakan dahulu apa itu PSAK 45 dan
kemudian dikonfrontasikan dengan karakter Partai Politik. PSAK adalah Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan No. 45 yang dikeluarkan oleh IAI untuk organisasi nirlaba. Dalam audit yang
dikoordinir oleh IAI untuk dana kampanye pada tahun 1999 dan laporan keuangan, maka PSAK
45 ini yang sekiranya sesuai untuk digunakan.

Ada tiga pendapat dalam hal ini untuk pemakaian PSAK, yaitu:

1. Pendapat pertama mengatakan PSAK 45 masih bisa dipakai sebagai standar akuntansi
keuangan Partai Politik, karena karakter Partai Politik mirip dengan karakter organisasi
nirlaba. Yang perlu dibuat adalah pedoman pembuatan laporan keungan/pedoman audit
keuangan Partai Politik untuk melengkapi PSAK 45 tersebut.
2. Pendapat kedua menyatakan bahwa tidak perlu membuat standar akuntansi keuangan
khusus Partai Politik tetapi memodifikasi PSAK 45 sehingga memenuhi kebutuhan
transparansi dana akuntabilitas keuangan Partai Politik. Modifikasi lalu dilengkapi dengan
pedoman pembuatan dan pencatatan laporan keuangan.
3. Pendapat ketiga menyatakan perlu dibuat suatu standar laporan keuangan khusus untuk
Partai Politik. Karena karakter Partai Politik tidak sama dengan karakter organsiasi nirlaba.

Beberapa karakteristik khusus Partai Politik tersebut antara lain:

1. Jika pada organisasi nirlaba pada umumnya terdapat kejelasan jenis barang dan/atau jasa
yang dihasilkannya, maka tujuan utama Partai Politik adalah dalam rangka meraih
kekuasaan politik
2. Perjuangan utama Partai Politik dilakukan melalui Pemilihan Umum
3. Kepentingan publik yang lebih besar
4. Dan adanya kegiatan besar lima tahunan yaitu kegiatan kampanye.
5. Di samping itu, beberapa peraturan yang secara khusus mengatur Partai Politik sehingga
menyebabkan kekhususan pada keuangan Partai Politik.

Undang-undang ini berbeda dengan undang-undang yang mengatur Partai Politik. Karena faktor
kekuasaan yang dimiliki Partai Politik, maka aturan- aturan keuangan Partai Politik harus lebih
ketat untuk mencegah korupsi politik dan dominasi kelompok-kelompok kepentingan. Dari hasil
penelitian ini, kami cenderung pada posisi mendukung pendapat ketiga, yaitu bahwa Partai Politik
memerlukan suatu Standar Akuntansi Khusus Partai Politik. Perbedaan karakteristik ini
mengakibatkan perbedaan transaksi keuangan, bentuk laporan keuangan dan pengukuran-
pengukuran tertentu terhadap pos-pos dalam laporan keuangan. Ada pun alasan-alasannya
dijelaskan di bawah ini.

Perbedaan Karakter Antara Organisasi Nirlaba dan Partai Politik

Organisasi Nirlaba Partai Politik

UU Yayasan UU Partai Politik dan UU Pemilu

Tidak ada batasan penyumbang Ada batasan penyumbang

Tidak ada batasan maksimum jumlah penyumbang Ada batasan maksimum jumlah sumbangan.

Tidak ada kewajiban melaporkan Daftar penyumbang (terutama individu). Daftar penyumbang
wajib dilaporkan.

Hasil kegiatan berupa jasa pelayanan untuk kepentingan umum. Hasil kegiatan berupa Kekuasaan
politik.

Akuntabilitas berupa kegiatan sesuai dengan tujuan organisasi dan manajemen yang baik
Akuntabilitas berupa Bersih dari politik uang,kepatuhan pada hukum dan posisi politik sesuai
dengan janji kepada rakyat

Kinerjanya dinilai dari rasio biaya terhadap kualitas jasa dan/ produk sosial yang dihasilkan.
Kinerjanya dinilai dari rasio biaya dan jumlah suara yang didapatkannya dalam Pemilu.
Kecuali untu kormas, pada umumnya organisasi nirlaba bukan merupakan organisasi publik
sehingga kebutuhan publik untuk menilai kinerjanya lebih kecil dibanding Partai Politik
Merupakan organisasi publik sehingga kebutuhan publik untuk menilai kinerja Partai Politik lebih
besar dibanding organisasi nirlaba lainnya.

Dari tabel diatas jelaslah bahwa karakter organisasi nirlaba tidak sama dengan karakter Partai
Politik, sehingga dengan demikian Standar Laporan Keuangannya pun tidak bisa sama. Laporan
PSAK 45 menyajikan laporan kepada pengurus organisasi, donatur, kelompok dampingan dan
publik mengenai kinerja organisasi yang berkenaan dengan jumlah dana yang dia terima dan jenis
kegiatan yang dilakukannya. Akuntabilitas di sini lebih banyak diarahkan kepada apakah
organisasi tersebut telah menjalanka nmanajemen organisasi yang baik, dalam hal ini keuangan,
dan melakukan kegiatan sesuai dengan tujuan dari organisasi tersebut. Tujuan yang lain adalah
apakah kegiatan yang dilakukan memberikan dampak yang seimbang dengan dana yang
dikeluarkan.
Sedangkan akuntabilitas dari Partai Politik diukur dari kepatuhannya pada undang-undang dan
peraturan yang mengaturnya, serta apakah ada konflik kepentingan di dalam manajemen dan
keuangan Partai Politik yang bersangkutan. Kegiatan Partai Politik berhubungan dengan menarik
minat Warga Negara sebanyak-banyaknya untuk memilih dia (dalam kampanye) atau melakukan
pendidikan politik bagi Warga Negara anggotanya serta lobby dan akitivitas politik lainnya (di
luar kampanye). Sehingga kegiatan yang dia laporkan adalah bagaimana partai politik tersebut
telah menjalankan amanat rakyat yang memilih dia. Laporan keuangan kemudian memberikan
informasi kepada publik bagaimana Partai Politik itu dijalankan, dan apakah ada dominasi
kelompok tertentu pada partai tersebut yang diakibatkan oleh dominasi keuangan kelompok
tersebut di dalam partai atau tidak. Partai Politik harus menunjukkan kepada publik bahwa dia
bebas dari politik uang, korupsi, kolusi dan nepotisme.

Oleh karena itu maka aturan-aturan Partai Politik membatasi jumlah sumbangan dan sumber
sumbangan dan mewajibkan melaporkan seluruh penyumbang kepada publik. Hal-hal seperti ini
tidak diatur dalam undang-undang yang mengatur organisasi nirlaba (misalnya UU Yayasan).
Selain informasi mengenai kemungkinan konflik kepentingan dan politik uang, laporan keuangan
Partai Politik juga menunjukkan apakah partai tersebut merupakan partai yang patuh dan hormat
pada aturan-aturan hukum yang mengaturnya. Kepatuhan ini penting, karena bagaimana mungkin
sebuah Partai Politik dapat menjalankan kekuasaan Negara apabila dia sendiri tidak mematuhi dan
menjalankan undang-undang yang mengaturnya. Sehingga kepatuhan ini merupakan sebuah
laporan tersendiri yang harus dikemukakan oleh auditor dalam laporan keuangan Partai Politik.
Mengenai konflik kepentingan dan kepatuhan ini, tidak diatur dalam PSAK 45.
Oleh karena itu, PSAK 45 tidak bisa dipakai sebagai Standar Akuntansi Keuangan Partai Politik.
Perlu ada Standar Akuntansi Keuangan Khusus Partai Politik. Sudah tentu pihak yang berwenang
membuat Standar Akuntansi Keuangan adalah Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Namun demikian,
mandat pembuatan standar ini haruslah diberikan oleh UU Partai Politik.

Oleh karena itu, kami mengusulkan IAI untuk membuat PSAK khusus untuk Partai Politik dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a) Merupakan organisasi nirlaba yaitu organisasi yang tidak mencari keuntungan finansial.
b) Entitas demokrasi yang memperjuangkan kepentingannya melalui Pemilihan Umum.
c) Sumber daya utama entitas berasal dari iuran anggota, dan para penyumbang yang tidak
mengharapkan pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah
sumber daya yang diberikan.
d) Entitas yang tidak dapat mendirikan badan usaha dan/atau memiliki saham suatu badan
usaha.
e) Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam arti kepemilikan
dalam Partai Politik tidak dapat dijual, dialihkan, atau ditebus kembali, atau kepemilikan
tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian sumber daya entitas pada saat likuidasi
atau pembubaran entitas.
f) Terikat dengan peraturan dan perundang-undangan khusus yang mempunyai implikasi
terhadap perlakuan akuntansinya.
g) Hidup dari sumbangan masyarakat luas, oleh karena itu laporan keuangannya harus memuat
dengan jelas daftar penyumbang lengkap dengan identitas.
h) Entitas yang harus bebas dari konflik kepentingan politik uang dan patuh pada aturan-aturan
yang mengaturnya.
i) Kinerjanya dilihat dari jumlah suara yang didapatkannya dalam Pemilihan Umum.
j) Struktur pengorganisasian Partai Politik tersebar di berbagai tingkat daerah (perlunya entitas
pelaporan dan pelaporan konsolidasi).
k) Partai Politik merupakan organisasi publik sehingga akuntabilitas publik sangat besar.

Sumber Dana Partai Politik

PP No. 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan kepada Parpol. Juga dijelaskan Permendagri No.
24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan
dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Parpol.

Perhitungan harusnya sesuai dengan Permendagri . Untuk nilai bantuan persuara, digunakan
perhitungan, jumlah anggota DPR dikali bantuan keuangan, kemudian dibagi jumlah perolehan
suara pemilu. Lalu untuk jumlah bantuan keuangan, dihitung dengan mengalikan antara jumlah
perolehan suara parpol danan nilai bantuan persuara.
Secara rinci perbandingan mengenai aturan-aturan keuangan partai politik dapat dilihat di bawah
ini:

a) Iuran Anggota

Hampir semua negara menekankan bahwa sumber utama keuangan partai adalah iuran
anggota. TI menyebutkan nama ini sebagai “Uang Jujur”, karena anggota menyumbang
bukan untuk mendapatkan imbalan keuntungan atau fasilitas, tetapi karena ingin agar
idealismenya dan aspirasinya dibawakan oleh partai tempat dia menjadi anggota.

b) Sumbangan Perusahaan

Negara-negara mempunyai posisi yang berbeda-beda tentang sumbangan dari perusahaan


ini. Negara yang melarang sumbangan dari perusahaan adalah Amerika Serikat dan Filipina,
sedangkan Inggris dan Jerman tidak jelas. Thailand hanya melarang sumbangan dari
perusahaan negara. Yang mengizinkan sumbangan dari perusahaan terjadi di banyak Negara
seperti Argentina, Portugal, Ceko kecuali dari bank dan asuransi, Italia. Sumbangan
perusahaan ini ada yang dibatasi, tetapi ada pula yang tidak dibatasi. Yang membatasi
misalnya Portugal dan Ceko. Yang tidak membatasi adalah Argentina, Afrika Selatan, Italia,
Inggris, Jerman, dan Thailand.

c) Subsidi Dana Publik

Hampir semua negara memberikan subsidi kepada partai politik. Misalnya Jerman, Amerika
Serikat, Portugal, Ceko, Inggris, Afrika Selatan, dan Filipina. Di Thailand, pengesahan
undang-undang mengenai subsidi dari pemerintah baru berlaku tahun 1997 setelah
sebelumnya usulan undang-undang selalu ditolak.

d) Fasilitas Publik

Sebagian besar negara yang dipelajari melarang penggunaan fasilitas publik atau negara
dalam kegiatan partai politik. Negara-negara yang jelas-jelas melarang antara lain Amerika
Serikat, Inggris, Jerman, Portugal, Filipina, Kanada dan Afrika Selatan. Sedangkan negara
yang tidak mengatur secara jelas adalah Argentina, Italia dan Thailand.

e) Sumbangan Individual

Kebanyakan negara-negara demokrasi membatasi jumlah sumbangan individual, misalnya


Amerika Serikat, Inggris, Ceko, Jerman, dan Portugal. Namun ada juga yang tidak
membatasi jumlah sumbangan individual, yang termasuk dalam kategori ini misalnya
negara-negara Kanada, Argentina, Afrika Selatan, Italia dan Thailand. Selain itu ada negara
yang membatasi jumlah sumbangan tunai. Di atas jumlah tersebut, sumbangan harus
diberikan dalam bentuk cek. Yang membatasi ini misalnya Kanada dan Filipina. Selain itu,
identitas individu yang menyumbang diatur dalam undang-undang. Sebagian besar negara
mengizinkan sumbangan anonim, tetapi dalam jumlah tertentu. Negara yang mengizinkan
sumbangan anonim tetapi dengan batasan besar sumbangan ini misalnya Portugal dan
Kanada. Argentina mengizinkan sumbangan anonim tanpa batas besarnya sumbangan.
Negara-negara yang melarang sumbangan anonym adalah Ceko, Amerika Serikat, Inggris,
Kanada, Jerman, Filipina dan Thailand. Argentina dan Afrika Selatan tidak membatasi
sumbangn anonim ini.

f) Sumbangan Organisasi Buruh dan Sejenis

Banyak negara yang melarang sumbangan organisasi buruh, organisasi non-profit dan
organisasi massa lainnya untuk partai politik. Negara-negara yang melarang misalnya
Amerika Serikat, Kanada, Portugal (?), dan Filipina. Sedangkan yang tidak melarang adalah
Argentina, Italia, Inggris, Jerman, Ceko dan Afrika Selatan.

g) Sumbangan dari Pihak Asing

Hampir semua negara melarang, kecuali Ceko yang mengizinkan apabila dana berasal dari
organsiasi nirlaba asing; Afrika Selatan, dari pemerintah, swasta maupun dari organisasi
nirlaba dan Italia yang mengizinkan sumbangan dari organisasi buruh di luar negeri.

Peran KPU Dalam Keuangan Partai Politik

Sebagai imbas Reformasi 1998, kebebasan bersuara dan berpendapat menjadi suatu fenomena
yang tidak asing ditemui di Indonesia, bahkan bermunculan beraneka ragam PARPOL dan LSM
seperti PSASP (Pusat Studi Akuntansi Sektor Publik) yang berfokus pada program perbaikan
sistem manajemen administrasi publik untuk institusi publik.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) harus bisa membuat regulasi mengenai laporan keuangan
konsolidasi partai politik saat melakukan kampanye pemilihan umum. Laporan keuangan ini
bukan hanya menyangkut penerimaan dan pengeluaran dana kampanye parpol, melainkan dana
yang dikelola pengurus parpol dan calon legislatif.

Jika tidak diatur, publik tidak pernah tahu dari mana parpol maupun mendapatkan dana kampanye.
Regulasi ini sekaligus bisa mengurangi peran uang berbicara dalam Pemilu. Sistem proporsional
yang tercantum dalam UU Pemilu, pertarungan saat kampanye tidak hanya melibatkan caleg antar
parpol. Sesama caleg di dalam parpol pun juga harus bertarung untuk meraih suara maupun nomor
urut. “Dan kecenderungannya, dalam hal ini uang lah yang berbicara. Ini sudah terbukti di Pemilu
2009.regulasi mengenai pembatasan maupun laporan keuangan konsolidasi dana kampanye belum
diatur dalam UU. Akibatnya pengurus parpol dan caleg bisa seenaknya menggelontorkan dana
besar tak terbatas untuk kepentingan kampanye, baik dirinya maupun parpolnya
Terkait dengan sanksi bagi pelaku politik uang dalam kampanye pemilu ini, sebenarnya UU
Pemilu sudah menyatakan dengan tegas apabila yang dikenai hukuman bukan hanya pemberi dana
kampanye, melainkan juga penerimanya. “Namun yang dibatasi di sini dana perseorangan
nonanggota dan noncaleg serta badan usaha. Laporan keuangan parpol sesuai Undang-undang
(UU) Parpol No. 2/2008, bahwa parpol wajib membuat laporan keuangan untuk diserahkan ke
Negara.

Sebagaimana dijelaskan, setiap partai politik wajib membuat pembukuan, memelihara daftar
penyumbang dan jumlah sumbangan yang diterima, serta terbuka untuk diketahui oleh masyarakat
dan pemerintah. Disamping itu partai politik harus membuat laporan keuangan secara berkala satu
tahun sekali kepada KPU setelah diaudit oleh akuntan public. Dalam hal dana kampanye, maka
setiap partai politik harus memiliki rekening khusus dana kampanye pemilihan umum dan
menyerahkan laporan neraca keuangan hasil audit akuntan publik kepada Komisi Pemilihan
Umum paling lambat 6 (enam) bulan setelah hari pemungutan suara.

Pembentukan Partai Politik

 Partai politik didirikan dan dibentuk oleh sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) orang warga
negara Republik Indonesia yang telah berusia 21 (dua puluh satu) tahun dengan akta
notaris.
 Akta notaris tersebut harus memuat anggaran dasar dan anggaran rumah tangga disertai
kepengurusan tingkat nasional.
 Partai politik tersebut harus didaftarkan ke Departemen Kehakiman dengan syarat :
 Memiliki akta notaris pendirian partai politik yang sesuai dengan UndangUndang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan peraturan perundang-undangan
Iainnya;
 Mempunyai kepengurusan sekurang-kurangnya 50% dari jumlah provinsi, 50%
dari jumlah kabupaten/kota pada setiap provinsi yang bersangkutan, dan 25% dari
jumlah kecamatan pada setiap kabupaten/kota yang bersangkutan;

 Memiliki nama, lambang, dan tanda gambar yang tidak mempunyai persamaan
pada pokoknya atau keseluruhannya dengan nama, lambang, dan tanda gambar
partai politik lain; dan Mempunyai kantor tetap.
 Pengesahan partai politik sebagai badan hukum dilakukan oleh Menteri Kehakiman
selambat-lambatnya 30 hari setelah penerimaan pendaftaran.

 Pengesahan partai politik tersebut harus diumumkan dalam Berita Negara Republik
Indonesia.
 Dalam hal terjadi perubahan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, nama, lambang,
dan tanda gambar partai politik harus didaftarkan ke Departemen Kehakiman.

Keharusan Parpol terhadap Sistem akuntansi

 Setiap parppol peserta pemilu bertanggungjawab untuk mengembangkan suatu sistem


akuntansi yang:
 Mempunyai sistem pengkodean unit organisasi dan klasifikasi buku besar yang
seragam
 Mempunyai seperangkat buku besar dan buku pembantu yg bisa menyediakan
ikhtisar akuntansi dan identifikasi ke dokumen sumber
 Mencatat transaksi/kejadian sesuai dengan standar akuntansi yg berterima umum
 Memiliki pengendalian internal berupa organisasi, prosedur dan catatan yg
mempertimbangkan pengamanan aset dan keandalan catatan-catatan keuangan
 Menyediakan informasi yg berarti dan tepat waktu, agar pengurus dapat
menggunakannya untuk pengambilan keputusan dan pelaporan yg tepat waktu

Akuntansi parpol menggunakan basis akuntansi akrual:

 Pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian (bukan pada saat
kas atau setara kas diterima atau dibayar)
 Dicatat dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan.
 Dengan basis akrual laporan kueangannya tidak saja merekam data historis tapi
juga meberikan informasi kewajiban masa yang akan datang

Entitas tunggal

 Parpol dianggap sebagai suatu entitas tunggal (single entity)


 Tidak ada bagian dalam parpol yang menyelnggaakan akuntansi/pembukuan selain parpol
itu sendiri.
 Dengan demikian struktur organisasi parpol ditingkat bawah yang menyelenggarakan
pembukuan dan pelaporan keuangan (DPD/DPW) tidak dianggap sebagai entitas akuntansi
yg lain.
Ciri dasar akuntansi parpol

 Tidak Bertujuan untuk mengukur laba tetapi untuk mendapatkan informasi keuangan bagi
semua pihak dalam rangka transparansi dan akuntanbilitas publik
 Kepemilikan dalam parpol tidak dapat dijual, dialihkan atau ditebus kembali atau
kepemilikan tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian sumberdaya entitas pada
saat likuidasi atau pembubaran entitas
 Sebagian besar sumber daya keuangan berasal dari para penyumbang (donatur) yang tidak
mengharapkan adanya pembayar.an kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding
dengan jumlah sumber daya yang diberikan

Klasifikasi dan kode akun

Vous aimerez peut-être aussi