Vous êtes sur la page 1sur 20

MAKALAH

KONSEP PENYAKIT DAN ASUHAN KEPERAWATAN

GIGANTISME

TUGAS MATA KULIAH SISTEM ENDOKRIN

Disusun oleh :
Kelas 4B
1. DAIMAN (2015020)
2. GITA MEGA KARTIKA (201502053)
3. HENNY MUSTIKA SANTI (201502054)
4. LUSY WINDA MENTARI (201502059)
5. VERANIKA AYU D. (201502074)

PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
TAHUN AKADEMIK 2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini. Sholawat serta
salam tercurah kepada nabi besar Muhammad SAW.

Penulisan makalah ini dapat terwujud berkat bantuan, bimbingan serta


dorongan dari berbagai pihak, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada
kepada Bapak Muncul Wiyana, selaku dosen pembimbing tugas ini. Ucapan
terima kasih juga penulis sampaikan kepada kedua orang tua, keluarga, dan
teman-teman yang yang tidak mungkin disebutkan satu persatu atas doa dan
motivasinya. Semoga amal baiknya mendapat imbalan yang setimpal dari Allah
SWT.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini tentunya tidak terlepas


dari segala kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat
membangun selalu diharapkan demi kebaikan dan kesempurnaan makalah ini.
Meskipun demikian, penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
penulis maupun pembaca.

Madiun, 27 April 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................................................ i
Daftar Isi ................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 1
1.3 Tujuan Makalah .......................................................................................... 1
1.4 Manfaat ....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi ........................................................................................................ 3
2.2 Etiologi ........................................................................................................ 3
2.3 Patofisiologi ................................................................................................. 4
2.4 Tanda Gejala ................................................................................................ 5
2.5 Pemeriksaan Diagnostik .............................................................................. 6
2.6 Komplikasi ................................................................................................... 7
2.7 Penatalaksanaan...........................................................................................8
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian .................................................................................................... 10
3.2 Diagnosa Keperawatan ................................................................................ 13
3.3 Intervensi Keperawatan ............................................................................... 14
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ................................................................................................. 16
4.2 Saran ........................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Gigantisme adalah kelainan yang disebabkan oleh karena sekresi


hormone pertumbuhan (Hp) atau Growth Hormone (GH) yang berlebihan.
Gigantisme terjadi ketika produksi hormone berlebihan. GH terjadi sebelum
proses penutupan epifisis. Efek anabolic GH dimungkinkan karena adanya
mediator Insulin Like Growth Faktor 1 (IFG1) yaitu suatu peptisida yang
dihasilkan oleh jaringan hati sebagai respon terhadap rangsangan GH.
Kemajuan dalam endokrinologi memungkinkan kita dapat menilai
hasil pengobatan operatif secara lebih baik dengan melakukan analisis klinis
dan laboratorium. Saat ini respon yang paling baik untuk menilai hasil
pengobatan adalah memperhatikan gejala klinis dan mengukur kadar
hormone terbaik dengan segala akibatnya.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.2.1 Bagaimana definisi gigantisme?

1.2.2 Bagaimana etiologi gigantisme?

1.2.3 Bagaimana patofisiologi?

1.2.4 Apa saja tanda dan gejala gigantisme?

1.2.5 Bagaimana pemeriksaan diagnostik terhadap gigantisme?

1.2.6 Apa saja komplikasi pada penderita gigantisme?

1.2.7 Bagaimana penatalaksanaan pada pendeita gigantisme?

1.3 TUJUAN

1.3.1 Memahami definisi gigantisme.

1.3.2 Mengetahui etiologi gigantisme.

1.3.3 Mengetahui patofisiologi.

1
1.3.4 Mengetahui tanda gejala dari gigantisme.

1.3.5 Memahami pemeriksaan diagnostik terhadap gigantisme.

1.3.6 Mengetahui komplikasi pada penderita gigantisme.

1.3.7 Mengetahui penatalaksanaan pada penderita gigantisme.

1.4 MANFAAT

Adapun manfaat yang dapat kita peroleh dari penulisan ini makalah
Sistem Endokrin adalah sebagai berikut:

1. Sebagai salah satu tugas Sistem Endokrin pada Semester 4 di


STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.

2. Sebagai bahan literatur untuk semua pihak untuk menambah


wawasan penulis dan pembaca, terutama mengenai konsep penyakit
dan asuhan keperawatan Gigantisme.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Gigantisme dan akromegali adalah kondisi seseorang yang kelebihan


pertumbuhan, dengan tinggi dan besar yang diatas normal. Gigantisme
disebabkan oleh kelebihan jumlah hoemon berlebihan. Tidak terdapat definisi
tinggi yang merujukan orang sebagai "raksasa." tinggi dewasa.
Gigantisme dan akromegali adalah kondisi seseorang yang kelebihan
pertumbuhan, dengan tinggi dan besar diatas normal yang disebabkan oleh
sekresi Growth Hormone (GH) berlebihan dan terjadi sebelum dewasa atau
sebelum proses penutupan epifisis. (Corwin, 2007)

2.2 ETIOLOGI

Penyebab dari gigantisme dan akromegali dibagi menjadi:

1. GA (Gigantisme-Akromegali) Primer = GA Hipofisik (sebab: adenoma


hipofisi)

2. GA (Gigantisme-Akromegali) Sekunder = GA Hipotalamik (karena


hipersekresi GRH dari hipotalamus)

3. GA (Gigantisme-Akromegali) Tersier = meskipun sangat jarang <1 %,GA


tipe ini dapat disebabkan oleh karena tumor-tumor etopik(tumor paru,
pankreas, dan lain-lain yang mengsekresi hormon yang mirip dengan GHRH.

4. GA (Gigantisme-Akromegali) Variasi

Tumor hipofisi dapat dibagi dalam 3 golongan:

1. Tumor Kromofob (80 %) merupakan adenoma hipofisi yang paling sering.


Adenoma ini dapat sangat besar sehingga menekan chiasma opticus,
hipotalamus dan saraf yang memelihara otot ekstra okular.

3
2. Tumor Asidofil (15 %) tumbuh lambat dan biasanya berkapsul.

3. Tumor Basofil (5 %). Biasanya kecil ukurannya dan tidak sampai


menyebabkan gejala lokal.

2.3 PATOFISIOLOGI

Gigantisme disebabkan oleh sekresi GH (Growth Hormone) yang


berlebihan. Keadaan ini dapat diakibatkan tumor hipofisis yang mensekresi GH
atau karena kelainan hipotalamus yang mengarah pada pelepasan GH secara
berlebihan. Penyebab kelebihan produksi hormon pertumbuhan juga berasal dari
tumor pada sel-sel somatrotop yang menghasilkan hormon pertumbuhan.
Jika adenoma penghasil GH terjadi sebelum lempeng epifisis menutup,
seperti pada anak prapubertas, kadar GH yang berlebihan akan menyebabkan
gigantisme. Hal ini ditandai dengan peningkatan umum ukuran tubuh serta
lengan dan tungkai yang memanjang berlebihan. Penderita gigantisme biasanya
berperawakan tinggi lebih dari 2 meter dengan proporsi tubuh yang normal, hal
ini terjadi karena jaringan lunak seperti otot tetap tumbuh. Gigantisme juga
dapat mengalami hiperhidrosis yaitu keadaan dimana terjadinya
hipermetabolisme yang menyebabkan keringat berlebih. Penderita dapat pula
mengalami gangguan penglihatan apabila tumor pada kelenjar hipofisis menekan
chiasma opticum yang merupakan jalur saraf mata. Pembesaran jaringan saraf
yang tertekan juga mengakibatkan terjadinya sensasi kesemutan dan kelemahan
pada lengan dan kaki.
Hormon pertumbuhan mempengaruhi metabolisme beberapa zat penting
tubuh, sehingga penderita gigantisme sering mengalami endocrinopathies
misalnya hipogonadisme, hiperprolaktinema, diabetes/hiperglikemi.
Hiperglikemi terjadi karena produksi hormone pertumbuhan yang sangat banyak
menyebabkan hormone pertumbuhan tersebut menurunkan pemakaian glukosa
di seluruh tubuh sehingga banyak glukosa yang beredar di pembuluh darah. Dan
sel-sel beta pulau Langerhans pancreas menjadi terlalu aktif akibat hiperglikemi
dan akhirnya sel-sel tersebut berdegenerasi. Akibatnya, kira-kira 10 persen
pasien Gigantisme menderita Diabetes Melitus.

4
2.4 TANDA DAN GEJALA

a) Akibat pada tulang (Skelet)


 Gigantisme
 Frontal Bossing
 Kiposis, Ostopenia
 Artropi
 Pertumbuhan tulang ekstremitas berlebihan
b) Akibat pada jaringan lunak
 Pelebaran dan penebalan hidung, lidah, bibir, dan telinga
 Pembesaran tangan dan kaki
 Kulit tebal, basah, dan berminyak
 Lipatan kulit kasar, skin tag
 Acanthosis nigricans
 Hipertrikosis
 Suara parau
c) Akibat pada proses metabolisme
 Gangguan toleransi glukosa/diabetes melitus
 Hiperfosfatemia
 Hiperlipidemia
 Hiperkalsemia
Kelebihan hormon pertumbuhan (GH) sering terjadi pada usia antara
decade kedua dan keempat, karena GH pada decade dua (usia 5 tahun)
merupakan stadium awal perjalanan penyakit secara lambat. Sedangkan
pada decade keempat terjadi secara terus-menerus setelah stadium awal
yang melewati decade tiga sehingga tampak gejala GH: Frontal Bossing,
Pembesaran tangan dan kaki, dll.

Pada pasien gigantisme terjadi pertumbuhan linier yang cepat, wajah


kasar, pembesaran kaki dan tangan. Pada anak muda, pertumbuhan cepat
kepala dapat mendahului pertumbuhan linier dan memiliki masalah penglihatan
dan prilaku. Pada kebanyakan kasus yang terekam, pertumbuhan abnormal
menjadi nyata pada masa pubertas. Jangkung dapat tumbuh sampai ketinggian
8 kaki atau lebih (Behrman, Kliegman & Arvin, 2000).

Adapun menurut Kowalak (2011) manifestasi klinis pasien dengan


gigantisme adalah:

5
1. Rasa sakit pada punggung, artralgia, dan artritis akibat pertumbuhan
tulang yang cepat.
2. Tinggi badan yang berlebihan akibat pertumbuhan berlebihan sebelum
lempeng epifisis menutup.
3. Sakit kepala, muntah, serangan kejang, gangguan penglihatan, dan
papiledema (edema pada tempat nervus optikus memasuki rongga bola
mata) yang semua terjadi karena tumor yang menekan saraf dan jaringan
pada struktur di sekitar.
4. Defisiensi pada sistem hormon yang lain (jika tumor yang memproduksi
GH menghancurkan sel-sel penghasil hormon yang lain).
5. Intoleransi glukosa dan diabetes melitus akibat kerja GH yang
merupakan antagonis insulin.

2.5 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Menurut Behrman, Kliegman & Arvin (2000) pemeriksaan penunjang


yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosa gigantisme adalah:
1. Laboratorium
 Kadar GH meningkat dan kadang-kadang mencapai 400 ng/mL.
Pola sekresi episodik dan arus nokturna dapat terpelihara pada
beberapa penderita. Biasanya tidak ada supresi kadar GH oleh
hiperglikemia uji toleransi glukosa. Mugkin tidak ada respons,
respons normal atau respons paradoks terhadap berbagai
rangsangan lain. Misalnya L-dopa dapat secara paradoks
menurunkan kadar GH. Pemberian hormon pelepas tirotropin
mengakibatkan peningkatan kadar GH 3 x lipat pada anak raksasa
berusia 5 tahun.
 Pengukuran kadar IGF-1 berkisar 2,6-21,7 U/mL (kadar normal:
0,3-1,4 U/mL).
 Adanya hiperprolaktinemia yang mencolok sebagai akibat dari
adenoma plurihormonal yang mensekresikan GH dan prolaktin.
 Kadar glukosa darah dapat meningkat.

2. Radiologi
 Rontgen tengkorak kepala memperlihatkan pelebaran sella tursica
dan sinus paranasalis, penebalan kalvarium dan pembesaran
mandibula.

6
 Rontgen ekstremitas menampakkan ikatan falangs dan
bertambahnya penebalan bantalan tumit adalah biasa. Maturasi
tulang normal.
 CT-scan dan MRI dapat menunjukkan pembesaran atau hiperplasi
jaringan hipofisis dan adanya tumor atau adenoma.

2.6 KOMPLIKASI

1. Diabetes mellitus

GH juga mempengauhi metabolisme karbohidrat. Pada keadaan


berlebihan, akan meningkatkan penggunaan karbohidrat dan mengganggu
pengambilan glukosa ke dalam sel. Resistensi terhadap insulin karena GH
tampak berhubungan dengan kegagalan postreseptor pada kerja insulin.
Kejadian ini mengakibatkan intoleransi glukosa dan hiperinsulinisme
sekunder. Intoleransi glukosa dan hiperinsulinisme terjadi masing-masing
pada 50% dan 70% kasus.

2. Hipertensi dan Hipertrofi jantung

Sebagian besar kerusakan akibat hipersekresi GH yang kronis disebabkan


oleh stimulasi IGF-1 yang berlebihan. Pengaruh daya tumbuh dari IGF-1
menyebabkan proliferasi yang khas pada jaringan lunak dan meningkatkan
ukuran besarnya orrgan lain hingga menimbulkan manifestasi klinis hipertrofi
jantung. Hipertrofi jantung terjadi sekitar 15% kasus dan hipertensi yang
tidak diketahui penyebabnya terjadi sekitar 25% kasus.

3. Artralgia dan artritis

Pertumbuhan tulang dan kartilago berlebihan menyebabkan artralgia dan


pada kasus yang sudah berlangsung lama menyebabkan artritis degeneratif
pada tulang vertebra, panggul dan lutut. Bila terjadi hipersekresi GH selama
beberapa tahun, terjadilah komplikasi-komplikasi lanjut, mencakup
deformitas kosmetis yang progesif dan artritus degeneratif yang menimbulkan
cacat (yang sering menimbulkan terapi pembedahan).

7
4. Kesulitan Psikososial

Tinggi secara ekstrim berhenti menjadi keuntungan dan dapat dianggap


sebagai beban, sehingga baik secara fisik maupun psikologis, cacat. Hal ini
mendorong pengobatan farmakologis remaja yang tinggi dengan steroid seks
untuk mempercepat fusi epifise, sebuah praktik yang telah ada sejak tahun
1950. Gadis tinggi sering melaporkan kesulitan sosial akibat ukuran mereka,
karena tinggi patologis akibat kelebihan GH jelas jauh melampaui tinggi
normal/sehat. Meskipun tidak ada informasi mendalam mengenai profil
psikologis pasien dengan gigantisme, serangkaian kasus menunjukkan
tingginya insiden depresi berat, penarikan sosial dan rendah diri (Eugster &
Pescovitz, 1999).

2.7 PENATALAKSANAAN

Bila hipersekresi GH diakibatkan oleh adanya tumor maka dilakukan


pengangkatan tumor atau dengan terapi radiasi.Pengobatan medis dengan
menggunakan octreotid, suatu analog somatostatin juga tersedia.Suntikan
octreotid bisa membantu menghalangi pembentukan hormone pertumbuhan.
Octreotid dapat menurunkan sekresi kadar GH dan IGF-1, mengecilkan ukuran
tumor dan memperbaiki gambaran klinis. Obat lainnya yang juga membantu
adalah bromokriptin (Price, 2005)
- Terapi radiasi
- Bromokripitin, suatu antagonis dopamine efektif untuk menurunkan
kadar GH.
- Pengobatan kelebihan GH biasanya adalah aksisi tumor penghasil GH
secara bedah.
Dikenal 2 macam terapi, yaitu:

1. Terapi pembedahan

Tindakan pembedahan adalah cara pengobatan utama. Dikenal dua


macam pembedahan tergantung dari besarnya tumor yaitu : bedah makro
dengan melakukan pembedahan pada batok kepala (TC atau trans
kranial) dan bedah mikro (TESH atau trans ethmoid sphenoid
hypophysectomy). Cara terakhir ini (TESH) dilakukan dengan cara
pembedahan melalui sudut antara celah infra orbita dan jembatan hidung
antara kedua mata, untuk mencapai tumor hipofisis. Hasil yang didapat
cukup memuaskan dengan keberhasilan mencapai kadar HP yang

8
diinginkan tercapai pada 70 – 90% kasus. Keberhasilan tersebut juga
sangat ditentukan oleh besarnya tumor.

Efek samping operasi dapat terjadi pada 6 – 20% kasus, namun


pada umumnya dapat diatasi. Komplikasi pasca operasi dapat berupa
kebocoran cairan serebro spinal (CSF leak), fistula oro nasal, epistaksis,
sinusitis dan infeksi pada luka operasi.

Keberhasilan terapi ditandai dengan menurunnya kadar GH di bawah 5


µg/l. Dengan kriteria ini keberhasilan terapi dicapai pada 50 – 60%
kasus, yang terdiri dari 80% kasus mikroadenoma, dan 20 %
makroadenoma.

2. Terapi radiasi

Indikasi radiasi adalah sebagai terapi pilihan secara tunggal, kalau


tindakan operasi tidak memungkinkan, dan menyertai tindakan
pembedahan kalau masih terdapat gejala akut setelah terapi pembedahan
dilaksanakan.
Radiasi memberikan manfaat pengecilan tumor, menurunkan kadar
GH , tetapi dapat pula mempengaruhi fungsi hipofisis. Penurunan kadar
GH umumnya mempunyai korelasi dengan lamanya radiasi dilaksanakan.
Eastment dkk menyebutkan bahwa, terjadi penurunan GH 50% dari
kadar sebelum disinar (base line level), setelah penyinaran dalam kurun
waktu 2 tahun, dan 75% setelah 5 tahun penyinaran.
Peneliti lainnya menyebutkan bahwa, kadar HP mampu diturunkan
dibawah 5 µg/l setelah pengobatan berjalan 5 tahun, pada 50% kasus.
Kalau pengobatan dilanjutkan s/d 10 tahun maka, 70% kasus mampu
mencapai kadar tersebut.

9
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN

KELUHAN UTAMA
Klien mengeluh pertumbuhan tulang abnormal pada gigantisme, pertumbuhan
longitudinal dan sangat cepat.Pada akromegali umumnya memeperlihatkan pembesaran
tangan dan kaki.

2. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Sejak kapan keluhan dirasakan. Pada gigantisme klien biasanya mengatakan
pertumbuhan tulang yang berlebihan sehingga tinggi badan abnormal, untuk anak-anak
pertumbuhannya dua kali tinggi badan normal pada usia tersebut. Didapatkan masa
pubertas yang tertunda dan alat kelamin tidak dapat tumbuh sempurna. Pada akromegali
klien mengatakan tulang mengalami kelainan bentuk, bukan memanjang, gambaran
tulang wajah kasar, tangan dan kakinya membengkak.

3. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Pada gigantisme dan akromegali biasanya riwayat penyakit dahulu klien
mungkin pernah menderita tumor hipofisis jinak.

4. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Gigantisme dan akromegali tidak diturunkan dari riwayat keluarga yang memilki
penyakit akromegali dan gigantisme.

10
3.2 PEMERIKSAAN FISIK
1. BREATH (B1)
Biasanya pada pasien akromegali dan gigantisme tidak terjadi perubahan pola
nafas. Bunyi nafas normal. Gangguan nafas biasanya terjadi akibat adanya proses
pembesaran tumor hipofisis.
2. BLOOD (B2)
Pada gigantisme biasanya tidak terjadi perubahan dalam kerja jantung.Pada
akromegali jantung biasanya membesar dan fungsinya sangat terganggu sehingga terjadi
gagal jantung.
3. BRAIN (B3)
Pada tumor hipofisis yang mengakibatkan akromegali biasanya terjadi nyeri
kepala bitemporal, gangguan penglihatan disertai hemi-anopsia bitemporal akibat
penyebaran supraselar tumor dan penekanan kiasma optikum.
4. BLADDER (B4)
Pada gigantisme terjadi pertumbuhan alat kelamin yang tidak sempurna.Pola
BAK biasanya normal. Pada akromegali terdapat penurunan libido, impotensi,
oligomenorea, infertilitas, nyeri senggama pada wanita, batu ginjal.
5. BOWEL (B5)
Biasanya pola BAB normal, terjadi deformitas mandibula disertai timbulnnya
prognatisme (rahang ang menjorok ke depan) dan gigi geligi tidak dapat menggigit
sehingga meyulitkan dalam mengunyah makanan. Pembesaran mandibula menyebabkan
gigi-gigi renggang, lidah juga membesar sehingga penderita sulit berbicara. (Price,
2005)
6. BONE (B6)
Pada gigantisme pertumbuhan longitudinal, pembesaran pada kaki dan tangan
perubahan bentuk yang terjadi membesar.Deformitas tulang belakang karena
pertumbuhan tulang yang berlebihan, mengakibatkan timbulnya nyeri punggung dan
perubahan fisiologik tulang belakang.Terdapat nyeri sendi pada bahu tulang dan lutut.
(Price, 2005)

11
B. Pengkajian keperawatan secara khusus

1. Riwayat penyakit.
2. Kaji usia, jenis kelamin dan riwayat penyakit yang sama dalam keluarga.
3. Keluhan utama, melipuse :
1. Perubahan ukuran dan bentuk tubuh serta organ-organ tubuh
seperti jari-jari, tangan, dll.
2. Dispaneuria dan pada pria disertai dengan impotensia.
3. Nyerikepala.
4. Gangguan penglihatan.
5. Libido seksualmenurun, dll.
4. Pemeriksaan fisik dan masalah klinik yang sering di jumpai, meliputi :
1. Amati bentukwajah.
2. Kepala, tangan/ lengan dan kaki bertambah besar, dagu menjorok
ke depan.
3. Adanyakesulitanmengunyah.
4. Adanya perubahan pada persendian dimana klien mengeluh nyeri
dan sulit bergerak.
5. Peningkatanrespirasikulit.
6. Suaramembesarkarenahipertropilaring
7. Pada palpasi abdomen, ditemukan hepatomegali.
8. Disfagiaakibatlidahmembesar.
9. Kelemahan
10. Perubahannutisi
11. Ketidakseimbangan cairandanelektrolit
12. Perubahan kardiovaskular

C. Data Subjektif
1. Kelemahandanpolatidur
2. Pola makan ( fekuensi dan asupan makanan)

12
3. Higiene khusus dan kebutuhan untuk bercukur
4. Riwayat kardiovaskular
5. Polaintake dan out[ut cairan
6. Rasa tidak nyaman
7. Penggunaan obat – obatan
8. Riwayat reproduksi
9. Penggunaan medikasi
10. Kelainan endokrin dan pengelolaannya.

D. Data Objektif
1. Tinggidanberatbadan
2. Proporsitubuh
3. Jumlah dan distribusi masa obat
4. Distribusilemak
5. Pigmentasikulit
6. Distribusirambut

E. Pemeriksaan diagnostik
1. Pemeriksaanfungsi target organ
2. Pemeriksaan ACTH, TSH, FSH dan LH serta hormone nontropik
3. Tes provokasi dengan menggunakan stimulan atau supresan hormone dan dengan
melakukan efeknya terhadap kadar hormone sarum.
4. Foto rongen kepala dan tulang kerang tubuh dengan CT scan

3.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan persepsi sensori (penglihatan) b.d gangguan transmisi impuls sebagai
akibat penekanan tumor pada nervus optikus
2. Nyeri b.d adanya adenoma kelenjar hipofisis

13
3. Gangguan citra tubuh b.d perubahan penampilan tubuh

3.5 INTERVENSI KEPERAWATAN


1. gangguan persepsi sensori (penglihatan) b.d gangguan transmisi impuls sebagai
akibat penekanan tumor pada nervus optikus.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x24 jam diharapkan


Gangguan persepsi sensori teratasi

Kriteria Hasil:

- Dengan penglihatan yang terbatas klien mampu melihat lingkungan


semaksimal mungkin.
- Mengenal perubahan stimulus yang positif dan negatif.
- Mengidentifikasi kebiasaan lingkungan.
Intervensi Rasional
Orientasikan pasien terhadap Memperkenalkan pada pasien tentang
lingkungan aktivitas. lingkungan dan aktivitas sehingga dapat
meninggalkan stimulus penglihatan.
Bedakan kemampuan lapang pandang Menentukan kemampuan lapang
tiap mata. pandang tiap mata.
Observasi tanda disorientasi dengan Mengurangi ketakutan pasien dan
tetap berada di sisi pasien. meningkatkan stimulus.
Dorong klien untuk melakukan Meningkatkan impuls sensori dan
aktivitas sederhana seperti menonton mempertahankan perasaan normal tanpa
TV, mendengarkan radio, dll. meningkatkan stress.

2. Nyeri b.d adanya adenoma kelenjar hipofisis.


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6 jam diharapkan nyeri
berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil:
- Pasien akan memberitahukan nyeri terkontrol atau hilang.
- Pasien dapat melakukan tindakan atau metode untuk mengurangi dan
mengatasi nyeri.
Intervensi Rasional
Kaji karakteristik nyeri. Untuk mengetahui berapa berat nyeri
yang dialami pasien.
Observasi adanya tanda-tanda nyeri Merupakan indikator/derajat nyeri yang
non verbal, seperti; ekspresi wajah, tidak langsung dialami pasien.
gelisah, menangis, menarik diri.

14
Ciptakan lingkungan yang nyaman. Rangsangan yang berlebihan dari
lingkungan akan memperberat rasa nyeri
Atur posisi pasien senyaman mungkin Posisi yang nyaman akan membantu
sesuai keinginan pasien. memberikan kesempatan pada otot untuk
relaksasi seoptimal mungkin.
Anjurkan pasien untuk melaporkan Pengenalan segera meningkatkan
nyeri dengan segera jika nyeri itu intervensi dini dan dapat mengurangi
muncul. beratnya serangan.
Ajarkan teknik distraksi dan relaksas. Teknik distraksi dan relaksasi dapat
mengurangi rasa nyeri yang dirasakan
pasien.
Kolaborasi dalam pemberian Obat-obatan analgesik dapat membantu
analgesik. mengurangi nyeri pasien.

3. Gangguan citra tubuh b.d adanya pertumbuhan organ-organ yang berlebihan.


Tujuan: pasien dapat menerima dengan adanya pertumbuhan organ-organ yang
berlebihan.
Kriteria Hasil:
- Pasien mampu berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan, tanpa
rasa malu dan rendah diri.
- Pasien yakin akan kemampuan yang akan dimiliki.
Intervensi Rasional
Dorong pasien mengungkapkan Memberikan informasi kepada pasien
mengenai masalah tentang proses tentang penyebab penyakit sehingga
penyakit. menimbulkan respon psikologis yang
positif.
Ikut sertakan pasien dalam Untuk meningkatkan perilaku yang
merencanakan perawatan dan diperlukan.
membuat jadwal aktivitas.
Bantu dengan kebutuhan perawatan Membantu memenuhi kebutuhan klien
yang diperlukan. sehingga klien merasa nyaman dan
kebutuhan perawatannya terpenuhi.

15
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Gigantisme terjadi akibat hipersekresi persisten dari GH, yang
merangsang sekresi IGF-1 oleh hati dan akhirnya menyebabkan manifestasi
klinis. Akromegali terjadi apabila peningkatan GH terjadi setelah dewasa
sedangkan pada anak-anak maupun remaja akan muncul sebagai gigantisme.
Penyebab terbanyak (95 %) dari akromegali / gigantisme adalah adenoma
hipofisis yang mensekresi GH dan jarang sekali disebabkan oleh GH / GHRH
ektopik.
Gambaran klinik ditentukan oleh tingginya GH / IGF-1 dan efek massa
tumor. Konsekuensi akromegali / gigantisme dapat meningkatkan angka
morbiditas dan motalitas, terutama oleh komplikasi cardioserobrovaskuler dan
pernafasan.
Pilihan utama pengobatan adalah operasi transsphenoid, namun akhir-
akhir ini pesat perkembangan pengobatan medis / farmakologis.Oleh karena
pengobatan radiasi masih banyak kelemahannya, penggunaannya hanya
sebagai penunjang pada kasus-kasus tertentu.

4.2 SARAN
1. Bagi pasien
Pasien mengerti tentang penyakitnya dan pasien mau kontrol rutin dan
berobat jalan sesuai advis dokter.Pasien juga diharapkan mengerti dan
mengetahui gejala pada gigantisme dan akromegali.
2. Bagi perawat
Dalam melakukan asuhan keperawatan perlu adanya pendekatan untuk
menciptakan hubungan saling percaya agar pasien itu mau
mengungkapkan masalahnya sehingga perawat dapat menjalankan asuhan
keperawatannya.

16
Daftar Pustaka

1. Nettina, Sandra M. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa Setiawan dkk.


Ed. 1. Jakarta : EGC; 2001
2. Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8.
Jakarta : EGC; 2001.
3. Tucker, Susan Martin et al. Patient care Standards : Nursing Process, diagnosis,
And Outcome. Alih bahasa Yasmin asih. Ed. 5. Jakarta : EGC; 1998
4. Price, Sylvia Anderson. Pathophysiology : Clinical Concepts Of Disease
Processes. Alih Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta : EGC; 1994
5. Reeves, Charlene J et al. Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko Setyono.
Ed. I. Jakarta : Salemba Medika; 2001
6. Doenges E, Marilyin. 1999. Rencana Asuhan keperawatan.Jakarta : EGC.
7. Rumahorbo, Hotma . 1999. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Endokrin. Jakarta : EGC
8. Suddart & Brunner. 2000. Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8. Jakarta : EGC
9. Suyono slamet. 2001. Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1. Jakarta : Balai Penerbit
FKUi

Vous aimerez peut-être aussi