Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
OLEH :
NI LUH SUTAMIYANTI (183222936)
B-11A
Om Swastyastu
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “Komunikasi Dengan Lansia” ini tepat pada waktunya. Adapun makalah ini
merupakan salah satu tugas dari Keperawatan Gerontik.
Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami mendapat banyak bantuan dari
berbagai pihak dan sumber. Karena itu kami sangat menghargai bantuan dari semua pihak
yang telah memberi kami bantuan dukungan juga semangat, buku-buku dan beberapa sumber
lainnya sehingga tugas ini bisa terwujud. Oleh karena itu, melalui media ini kami sampaikan
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya dan jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang kami miliki.
Maka itu kami dari pihak penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang dapat
memotivasi saya agar dapat lebih baik lagi dimasa yang akan datang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................................................2
1.4 Manfaat..........................................................................................................................2
BAB II....................................................................................................................................3
PEMBAHASAN....................................................................................................................3
2.5 Tips untuk Komunikasi yang Efektif dengan Pasien Lanjut Usia.................................7
BAB III.................................................................................................................................11
PENUTUP............................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................11
3.2 Saran.............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
membantu dalam keterbatasan kapasitas fungsional, sosial, ekonomi, perilaku emosi yang
labil pada pasien lanjut usia (William et al., 2007).
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
semua pihak, khususnya kepada mahasiswa untuk menambah pengetahuan dan
wawasan mengenai komunikasi dengan lansia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
al.,1989). Masalah usia atau dikenal dengan istilah ageism juga merupakan hal yang
lazim dijumpai pada perawatan kesehatan dan secara tidak sengaja berperan terhadap
buruknya komunikasi dengan pasien lanjut usia (Ory et al., 2003).
4
meminta anda untuk memanggil dengan nama pertamanya, dan hindarkan
menggunakan istilah yang merendahkan seperti “manisku”, “sayangku”,
‘cintaku”. Berkomunikasi yang saling bertatap mata dengan duduk di kursi dan
langsung menatap pasien. Dengan melakukan hal ini, anda menunjukkan
perhatian sejati dan aktif mendengarkan, serta membantu pasien untuk mendengar
dan memahami anda secara lebih baik. Sentuhan lembut di tangan, lengan, atau
pundak pasien akan menyampaikan rasa turut prihatin dan perhatian (Adelman et
al., 2000).
2. Memastikan bahwa Pasien Didengar dan Dipahami
Mempertahankan langkah yang tidak tergesa-gesa dan mendengarkan adalah
kunci komunikasi efektif antara pasien lanjut usia dan dokter (Adelman et al.,
2000 ; Ory et al., 2003). Membiarkan pasien lanjut usia untuk berbicara beberapa
menit tentang masalahnya tanpa interupsi akan memberikan lebih banyak
informasi daripada riwayat pendukung yang terstruktur cepat. Merasa sedang
diburu-buru akan menyebabkan mereka merasa bahwa mereka sedang Tidak
didengarkan atau dipahami (Adelman et al., 2000). Penelitian menunjukkan
bahwa pasien lanjut usia dan dokter sering tidak sepaham tentang tujuan dan
masalah medis yang dihadapi. Komunikasi yang buruk dapat mengganggu
pertukaran informasi serta menurunkan kepuasan pasien (Greene et al., 1989).
Pada umumnya, anda harus berbicara pelan, jelas, dan keras tanpa berteriak,
menggunakan bahasa dan kalimat yang singkat dan sederhana. Karena pasien
lanjut usia umumnya lebih sedikit bertanya dan menunggu untuk ditanya sesuai
kewenangan dokter, khususnya penting untuk sering merangkum dan memancing
pertanyaan (Adelman et al., 2000;Robinson et al., 2006).
Strategi Umum Tambahan untuk Memperbaiki Komunikasi dengan Pasien Lanjut
Usia :
a. Menggabungkan data pendahuluan sebelum perjanjian untuk bertemu, karena
pasien
b. pasien lanjut usia khas memiliki berbagai masalah kesehatan yang kompleks.
c. Meminta pasien menceritakan keluhannya hanya sekali (yaitu tidak bercerita dulu
kepada
d. perawat atau asisten kemudian baru kepada anda) untuk meminimalkan frustasi
dan kelelahan pasien.
e. Menghindarkan jargon medis.
f. Menyederhanakan dan menuliskan instruksi.
g. Menggunakan diagram, model, dan gambar.
5
h. Menjadwalkan pasien lanjut usia terlebih dahulu, karena mereka umumnya lebih
siap dari segi waktu dan secara klinis cenderung kurang sibuk.
6
3. Bicaralah dengan pelan, jelas, tanpa berteriak, menggunakan nada yang kalem
dan ekspresi yang menyenangkan.
4. Gunakan sentuhan lembut dengan sentuhan ringan di tangan, lengan, atau
bahu.
5. Pertahankan langkah yang tidak tergesa-gesa, membiarkan pasien selama
beberapa menit untuk mengekspresikan masalahnya jika mampu
6. Memastikan bahwa agenda pasienlah yang anda hadapi
7. Meminta pasien lanjut usia untuk mengulang kembali setiap instruksi yang
penting
8. Memberikan instruksi tertulis paling tidak dengan huruf berukuran 14.
9. Ingatlah pentingnya masalah psikososial ketika merawat pasien lanjut usia.
a. Gangguan Kognitif Pasien
b. Jangan mengabaikan pasien.
c. Bertanyalah dengan pertanyaan sederhana yang hanya memerlukan
jawaban “ya” atau “tidak” dan bahasa tubuh sederhana.
10 Ketika melakukan pemeriksaan, berikan instruksi satu persatu.
a. Pertemuan dengan Keterlibatan Pihak Ketiga.
b. Persiapkan lingkungan ruang pemeriksaan dengan 3 kursi dalam bentuk
segitiga.
c. Pada mulanya berikan pertanyaan kepada pasien, kemudian mintalah
masukan dari pendamping pasien.
11 Mintalah pasien dan pendamping pasien untuk mengulang kembali setiap
instruksi yang penting.
7
memancarkannya ke headphones yang dipakai oleh pasien) diketahui sangat
memudahkan komunikasi dengan pasien yang mengalami gangguan pendengaran (Fook
& Morgan, 2000).
Ketika berkomunikasi dengan pasien dengan gangguan penglihatan, lingkungan klinik
dapat diperbaiki dengan memperbanyak pencahayaan, menggunakan warna-warna
kontras untuk membuat objek lebih jelas (mis. kerangka pintu, kursi yang berada dilantai
klinik), dan menggunakan huruf yang besar serta berwarna kontras untuk setiap tanda.
Setiap bahan dengan tulisan harus dicetak paling tidak dengan huruf berukuran 14 diatas
kertas berwarna. Direkomendasikan untuk menggunakan dua sumber cahaya,
pencahayaan untuk latar belakang dan lampu tertutup (Roter, 2000).
Ketika membahas rencana pengobatan, ingatlah masalah keamanan potensial yaitu
gangguan penglihatan. Sebagai contoh, pasien lanjut usia kadang-kadang akan
meletakkan obatnya dalam satu wadah dan tergantung pada satu warna untuk
mengenalinya. Ini dapat menjadi masalah keamanan, karena banyak obat yang berwarna
putih, biru muda, hijau muda, yang akan terlihat berwarna abu-abu oleh mata yang telah
menua. Warna merah, oranye, dan kuning paling baik dilihat dan dapat digabungkan
kedalam perawatan. Pada contoh lain, pasien yang mengalami kesulitan memastikan dosis
insulin dapat diinstruksikan untuk ditempatkan pada warna merah diatas meja, yang akan
mempermudahnya untuk melihat jarum dan vial. Kertas kontak berwarna merah dapat
dibalutkan pada pegangan untuk berjalan, tongkat atau tabung oksigen untuk membantu
pasien lanjut usia untuk mengambilnya (Adelman et al., 2000).
8
the hill in the morning (Dakilah bukit dipagi hari)” (Fook & Morgan, 2000 ;
Ross et al., 2007).
Gangguan visual yang berhubungan dengan usia meliputi reduksi diameter
pupil; lensa mata menguning, yang mempersulit untuk membedakan warna
dengan panjang gelombang pendek seperti lavender, biru, dan hijau; dan
menurunkan elastisitas ciliary muscles, yang mengakibatkan penurunan
akomodasi ketika bahan cetakan dipegang diberbagai jarak. Kebanyakan pasien
lanjut usia mengalami penyakit mata yang menurunkan ketajaman penglihatan
(mis. katarak, degenerasi macular, glaucoma, komplikasi ocular pada diabetes).
Lebih dari 15% orang tua berusia lebih dari 70 tahun melaporkan penglihatannya
yang buruk, dan 22% lagi melaporkan penglihatannya hanya cukup untuk jarak
tertentu (Crews & Campbell, 2004). Bagi mereka yang berusia diatas 80 tahun,
30% melaporkan penglihatannya yang terganggu (Chia et al., 2006).
B. Pasien dengan Demensia
Amerika Serikat pada tahun 2008 diprediksi memiliki lebih kurang 5,2 juta
penduduk berusia lanjut yang diantaranya menderita beberapa bentuk demensia,
dan jumlahnya diprediksi akan meningkat dua kali lipat pada 30 tahun yang akan
datang (Hingle & Sherry, 2009). Sebagai akibatnya, dokter dapat berharap untuk
menemui lebih banyak pasien demensia dan pasien tersebut datang berkunjung ke
dokter ditemani oleh anggota keluarga atau perawat nonformal lain (Vieder et
al.,2002). (istilah caregiver digunakan dari point ini untuk merujuk pada setiap
orang yang menemani kunjungan yang merupakan informal caregiver). Penilaian
dan pengobatan pasien lanjut usia dengan demensia juga akan sangat membantu
bila melibatkan caregiver (Roter, 2000).
Ada banyak tingkatan demensia, yang memiliki berbagai kesulitan
komunikasi. Pasien pada stadium awal sering mengalami masalah untuk
menemukan kata yang ingin disampaikan, pasien banyak menggunakan kata-kata
yang tidak memiliki makna, seperti “hal ini”, “sesuatu”, dan “anda tahu”. Pada
demensia parah, pasien dapat menggunakan jargon yang tidak dapat dipahami atau
bisa hanya berdiam diri (Orange & Ryan, 2000).
Demensia memiliki efek yang merugikan pada penerimaan dan ekspresi
komunikasi pasien. Sebagian besar pasien mengalami kehilangan memori dan
mengalami kesulitan mengingat kejadian yang baru terjadi. Sebagian pasien
demensia memiliki rentang konsentrasi yang sangat singkat dan sulit untuk tetap
berada dalam satu topik tertentu (Miller, 2008).
C. Pasien yang Ditemani oleh Caregiver
9
Karakteristik utama kunjungan poliklinik geriatri adalah adanya orang ketiga,
dengan seorang anggota keluarga atau caregiver informal lainnya yang hadir
sedikitnya pada sepertiga kunjungan geriatrik (Roter, 2000).
Meskipun caregiver dapat mengasumsikan berbagai peran, termasuk pendukung,
peserta pasif, atau antagonis, pada sebagian besar kasus, caregiver menempatkan
kesehatan orang yang mereka cintai sebagai prioritasnya. Caregiver sangat
penting untuk sistem perawatan kesehatan lanjut usia. Mereka tidak hanya
membantu dengan nutrisi, aktivitas kehidupan sehari-hari, tugas rumah tangga,
pemberian obat, transportasi, dan perawatan lain untuk pasien lanjut
usia, caregivermembantu memudahkan komunikasi antara dokter dan pasien serta
mempertinggi keterlibatan pasien dalam perawatan mereka sendiri (Clayman et
al., 2005 ; Wolff & Roter, 2008). Juga merupakan hal penting untuk
memperlakukan pasien lanjut usia dalam konteks atau sudut pandang caregiver-
nya agar didapatkan hasil terbaik bagi keduanya (Griffith et al., 2004).
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesehatan yang optimal pada pasien lanjut usia atau selanjutnya penulis sebut sebagai
lansia tidak hanya bergantung kepada kebutuhan biomedis semata namun juga bergantung
kepada kondisi disekitarnya, seperti perhatian yang lebih terhadap keadaan sosialnya,
ekonominya, kulturalnya bahkan psikologisnya dari pasien tersebut. Hubungan saling
memberi dan menerima antara perawat dan pasien dalam pelayanan keperawatan disebut
sebagai komunikasi terapeutik perawat yang merupakan komunikasi profesional perawat.
Komunikasi antara perawat dan pasien lansia harus berjalan efektif terutama bagi pasien
lansia karena mempunyai pengaruh yang besar terhadap kesehatan dari pasien lansia
tersebut. Komunikasi yang baik dengan pasien adalah kunci keberhasilan untuk masalah
klinisnya. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan secara sadar,
bertujuan dan dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik mengarah
pada bentuk komunikasi interpersonal yaitu komunikasi antara orang-orang secara tatap
muka yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain sacara
langsung, baik secara verbal dan nonverbal.
3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
pembaca sangatlah kami perlukan agar dalam pembuatan makalah selanjutnya akan lebih
baik dari sekarang dan kami juga berharap pengetahuan tentang komunikasi dengan
lansia dapat terus di kembangkan dan diterapkan dalam bidang keperawatan gerontik.
11
DAFTAR PUSTAKA
Adelman, R.D., Greene, M.G., Ory, M.G. 2000. Communication between older patients and
their physicians. Clin Geriatr Med ;16:1–24
Majerovitz, S.D., Greene, M.G., Adelman, R.D., Rizzo, C. 1994. The effects of the presence
of a third person on the physician-older patient medical interview. J Am Geriatr
Soc;42:413–9
Stewart, M., Meredith, L., Brown, J.B., Galajda. J. 2000. The influence of older
patientphysician communication on health and health-related outcomes. Clin Geriatr
Med; 16(1) : 25-36
William, S.L., Haskard, K.B., Dimatteo, M.R. 2007. The therapeutic effects of the physician-
older patient relationship: effective communication with vulnerable older patients. Clin
Interv Aging 2(3) : 453-67
12