Vous êtes sur la page 1sur 11

ANGGARAN BERBASIS KINERJA

A. Kondisi Lingkungan yang Mempengaruhi Pencapaian Kinerja

Kinerja suatu organisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor baik yang bersumber pada

internal maupun eksternal. Strategi organisasi dalam mencapai target mengedepankan aspek

pelayanan, pengerahan SDM, organisasi, keuangan dan promosi. Kebijakan manajemen yang

diambil dalam pencapaian kinerja adalah pengembangkan partisipasi aktif dari semua unsur

puekesmas dalam pelayanan, pembagian tugas sesuai dengan profesi, kompetensi dan

keterampilan yang dimiliki.

1. Faktor Internal

a. Organisasi

Puskesmas X merupakan lembaga teknis daerah, secara kelembagaan sebagai Unit

Pelayanan Teknis (UPTD), berada langsung dibawah Dinas Kesehatan berdasarkan

Perwako Puskesmas menurut Permenkes 75 tahun 2014, Puskesmas memiliki fungsi

sebagai Pelayanan Kesehatan Perorangan dan Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Tingkat Pertama.

b. Sumber Daya Manusia

Faktor sumber daya manusia di Puskesmas sangat dominan. Dokter dan tenaga medis

lainnya berperan utama dalam pelayanan, sehingga dalam mencapai kinerja yang telah

ditentukan mengedepankan kecepatan pelayanan. Dalam Pelayanan Puskesmas dari

sisi prosedur kerja membutuhkan penambahan tenaga selain tenaga kesehatan.

c. Sarana Prasarana

Keterbatasan sarana dan prasarana yang ada sangat menentukan kinerja puskesmas.

Untuk mengembangkan layanan baru telah diupayakan menyediakan sarapa prasarana

pendukung layanan, sehingga pada saat operasional sudah tidak terkendala sarana.

d. Perangkat Lunak

Dalam pencapaian kinerja seharusnya puskesmas dilengkapi dengan perangkat lunak

berupa prosedur-prosedur standar, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis, surat

keputusan, dan perangkat lunak sistem informasi manajemen dan keuangan, sehingga

apa yang dilaksanakan dapat dipertanggungjawabkan. Adanya perangkat lunak,

disamping memudahkan pelaksanaan kerja juga dapar sebagai acuan dalam bertindak

dan penentu arah strategi dan kebijakan.


e. Dana

Operasional puskesmas memerlukan dana yang besar untuk memenuhi kebutuhan

pembiayaan pembelian obat, bahan medis habis pakai, jasa pelayanan, bahan makan

pasien, operasional kendaraan, pemeliharaan, gaji karyawan dan lain-lainnya. Selama

ini puskesmas terbentur pada aturan pengelolaan keuangan berdasarkan peraturan

daerah yang berlaku yang menetapkan besaran tarif tanpa memperhitungkan biaya riil

yang berlaku dalam perolehan bahan habis pakai, obat-obatan, jasa, sarana prasarana,

sehingga seringkali puskesmas menghadapi kendala dalam menyediakan layanan

kesehatan sesuai standar pelayanan minimal yang berlaku.

2. Faktor Eksternal

a. Undang-undang dan Peraturan

a) Permendagri

Pemerintah daerah sangat ketat dengan program dan kegiatan yang sudah ada di

Permendagri. Dengan demikian banyak program dan kegiatan upaya kesehatan

perorangan yang tidak bisa masuk dalam penganggaran. Hal ini menyulitkan

dalam penganggaran belanja untuk jasa pelayanan sehingga puskesmas kesulitan

dalam menyusun penganggaran jasa pelayanan. Puskesmas selama ini belum

punya pos anggaran sendiri sehingga masih terikat dengan RKA/DPA Dinas

Kesehatan sesuai dengan Permendagri 13 tahun 2006. Operasional Puskesmas

setiap hari harus terpenuhi dengan Pola Pengelolaan daerah yang diatur oleh UU

keuangan daerah maka setiap awal tahun puskesmas selalu terkendala dalam

pembiayaan operasional karena terlambatnya pengesahan APBD dan sistem

pencairan APBD.

b) Peraturan Pemerintah dan Peraturan Daerah

Belum adanya peraturan pemerintah maupun peraturan daerah yang mengatur

masalah anggaran puskesmas yang belum bertindak sebagai KPA, serta rekuitmen

pegawai, membawa dampak yang besar bagi kinerja puskesmas, karena puskesmas

menjadi kekurangan tenaga dan dana untuk melaksanakan operasional pelayanan

puskesmas.

b. Kondisi Ekonomi Daerah


Masyarakat memiliki kemampuan ekonomi bervariasi mulai dari miskin sampai

kelompok ekonomi menengah atas, sehingga dalam pengembangan pelayanan

puskesmas harus mampu menjawab keinginan masyarakat akan mutu pelayanan

kesehatan yang berkualitas.

c. Sosial Budaya Masyarakat

Keberhasilan pembangunan kesehatan juga sangat tergantung pada kondisi sosial dan

budaya masyarakat. Tanpa dukungan Pemerintah Daerah dan keterlibatan serta peran

aktif masyarakat tentu akan sulit untuk mencapai tujuan yang telah di programkan di

bidang kesehatan.

d. Perkembangan Teknologi Kesehatan

Dengan semakin berkembangnya teknologi kesehatan banyak alat-alat kesehatan yang

sudah cukup umur tidak diproduksi lagi, sekaligus tidak ada suku cadangannya.

Mengingat kemampuan pelayanan yang harus dilaksanakan, hal itu menyulitkan

puskesmas karena untuk membeli alat baru perlu dana yang cukup besar sedang alat

yang lama tidak dapat diperbaiki.

e. Perkembangan Teknologi Informasi

Dengan adanya teknologi informasi, akanmemudahkan manajemen dalam mengambil

keputusan, karena semua informasi dapat diterangkan dalam sistem informasi

manajemen secara terintegrasi.

f. Tingkat Inflasi dan Nilai Kurs

Tingkat inflasi mempengaruhi operasional puskesmas dalam mengadakan bahan habis

pakai untuk operasional pelayanan, walaupun tidak secara langsung berdampak pada

kinerja, namun ada kekhawatiran adanya pengurangan dana dari berbagai sumber.

Nilai kurs rupiah terhadap mata uang asing juga memacu fluktuasi harga-harga pasar

terutama alat-alat kesehatan dari luar negeri.

B. Perbandingan Asumsi Pada Waktu Menyusun Rencana Bisnis dan Anggaran

dengan Fakta Yang Terjadi

1. Aspek Makro

ASUMSI TAHUN
NO UNSUR KET
ANGGARAN 2017

1 Pertumbuhan ekonomi (%) 5,02

2 Tingkat inflasi (%) 8,36


3 Pertumbuhan penduduk (%) 3,47

4 Pendapatan perkapita (%) 33.012.500 RIAU


5 Nilai Tukar Rupiah / kurs (Rp) 13.747 BI Rate Agustus 2016

2. Aspek Mikro

ASUMSI TAHUN
NO UNSUR KET
ANGGARAN BERJALAN
Pembiayaan pelayanan publik
1 sebagai fungsi Public Service Tidak ada
Obligation (PSO)
2 Kenaikan tarif layanan Tidak ada
Pengembangan / peningkatan
3 Tidak ada
layanan
Asumsi berkaitan dengan Berdasarkan target kinerja
4
analisis rasio keuangan keuangan

C. Pencapaian Kinerja

1. Non Keuangan

a. Pelayanan

Target Realisasi Selisih


No Jenis Pelayanan Satuan
2016 2016 (%)
Indikator Pelayanan
Rawat Jalan
1 Kepuasan Pasien % 100 80 Survey
UNRI
2 Visit Rate % 100 84 1,84
3 Contact Rate (cakupan % 15 8.6
pengunjung baru rawat
jalan dalam 1 tahun)
4 Cakupan kunjungan Ibu % 95 80 5
hamil K4
5 Cakupan komplikasi % 80 60 20
kebidanan yang ditangani
6 Cakupan pertolongan % 90 70 10
persalinan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan
7 Cakupan pelayanan nifas % 90 80
8 Cakupan neonatus % 100 80
dengan komplikasi yang
ditangani
9 Cakupan kunjungan bayi % 100 86
10 Cakupan kunjungan % 90 76
Neonatus KN-2
11 Cakupan Desa UCI % 100 80
12 Cakupan deteksi tumbuh % 90 70
kembang anak balita 2x
pertahun
13 Cakupan pemberian % 100 80
makanan pendamping
ASI pada anak usai 6-24
bulan keluarga miskin
14 Cakupan balita gizi % 100 80
buruk mendapat
perawatan
15 Cakupan penjaringan % 100 88
kesehatan siswa SD dan
setingkat
16 Cakupan peserta KB % 70 76
Aktif
17 Penemuan kasus AFP % 100 80
18 Penemuan penderita % 100 70
Pneumonia Balita
dilakukan penanganan
19 Penemuan pasien baru % 70 50
TB BTA positif/CDR
20 Angka kesakitan DBD /100000 15 6,8 keg
per 100.000 penduduk
21 Penderita diare yang % 100 70
ditemukan dan dilayani
22 Cakupan pelayanan % 100
kesehatan dasar pasien
masyarakat miskin
23 Cakupan Desa % 100 0
mengalami KLB yang
dilakukan PE <24 jam
24 Cakupan Desa Siaga % 100 70
Aktif

b. Pendukung Pelayanan

No Jenis Pendukung Pelayanan Satuan Target 2016 Realisasi 2016

1 Upaya Kesehatan Perorangan


Rawat Jalan
BP Umum Orang 35659 30646
BP Gigi Orang 2450 2040
KIA- Orang 1679 1709
KB Orang 1163 1062
Poli Anak Orang 6079 5276
Poli Lansia Orang 20158 5095
Klinik LKB/VCT Orang 249 3
Kegiatan Penunjang
Orang 1530 1461
(Laboratorium)
Program perbekalan Obat dan
% keg 0 0
Pemeliharaan Kesehatan (15)
Upaya Kesahatan Masyarakat
2
(UKM)
Program :
1) Program Upaya Kesehatan
% keg 16 10
Masyarakat
2) Pengawasan obat dan makanan % keg 0 0
3) Program promosi kesehatan
% keg 8 6
dan pemberdayaan masyarakat
Desa jaga 0 0
PHBS RT 0 0
4) Program pencegahan dan
Penanggulangan penyakit 3 3
menular
% keg 100 0
% keg 100 0
% keg 100 0
Administrasi Umum dan
3
Manajemen
Program :
1) Program Pelayanan
% keg 2
Administrasi Perkantoran
2) Program Peningkatan Sarana
% keg
dan Prasarana Aparatur
3) Program Peningkatan
% keg 0 0
kapasitas sumber daya aparatur
4) Peningkatan pengembangan
sistim pelaporan capaian % keg 3 2
kinerja dan keuangan
5) Program standarisasi
% keg 0 0
pelayanan kesehatan

2. Keuangan

a. Pendapatan Berdasarkan Jenis Layanan

Anggaran Realisasi Prognosa


Selisish
No Unit Pelayanan 2016 2016 2016
(%)
(Rp) (Rp) (Rp)
1 Rawat Jalan 0 19.022.500 0
Pendapatan APBN
2
(JKN, BOK)
a. JKN 1.314.792.00 768.294.000 1.314.792.000
b. BKO 214.853.168 51.931.670 214.853.168
3 Pendapatan APBD
a) Jamkesda 45.776.000 0 45.776.000
b) Subsidi operasional
500.279.772 25.874.013 500.279.772
(APBD)
4 Pendapatan lain-lain 0 0
Jumlah 2.675.095.930 865.122.183 2.675.095.930

b. Biaya Berdasarkan Jenis Layanan

Anggaran Realisasi Prognosa


Selisih
No Unit Pelayanan 2016 2016 2016
(%)
(Rp) (Rp) (Rp)
1 Rawat Jalan 0 0 0
Pendapatan APBN
2
(JKN, BOK)
c. JKN 1.218.699.790 0 1.218.699.790
d. BKO 214.853.168 51.931.670 214.853.168
3 Pendapatan APBD
c) Jamkesda 45.776.000 0 45.776.000
d) Subsidi operasional
500.279.772 25.874.013 500.279.772
(APBD)
4 Pendapatan lain-lain 0 0
Jumlah 1.979.608.730 77.805.683 1.979.608.730

c. Pencapaian Program Investasi

Anggaran 2016 Realisasi 2016 Selisih


No Jenis Investasi
(Rp) (Rp) (%)
1 Tanah - -
2 Gedung dan bangunan - -
3 Peralatan dan mesin - -
4 Kendaraan - -
Perlengkapan dan peralatan
5
kantor
6 Jalan, irigasi dan jaringan

1) Investasi Berdasarkan Sumber

2) Investasi Berdasarkan Jenis Aset

D. Catatan Atas Laporan Keuangan

a. Umum

Puskesmas X baru memulai penganggaran BLUD penuh pada tahun 2016 dimana pola

penganggaran sebelum tahun 2016 masih menginduk pada Dinas Kesehatan, dan

disamping itu Puskesmas X masih berstatus Kuasa Pengguna Anggaran dan dengan

demikian penyediaan anggaran masih berasal dari Dinas Kesehatan.

Dengan demikian realisasi anggarann Puskesmas X sepenuhnya berasal dari laporan

realisasi anggaran Dinas Kesehatan. Standar akuntansi yang digunakan oleh Puskesmas

X sebelum ditetapkan sebagai BLUD adalah Standar Akuntansi Pemerintah (SAP).

b. Kebijakan Akutans

Untuk melaksanakan tertib pembukuan dalam status BLUD Puskesmas X sebagaimana

diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007, BLUD

menggunakan standar akuntansi keuangan yang berbasis akrual.

1) Asumsi Dasar

Asumsi dasar akuntansi yang diterapkan pada sistem akuntansi Puskesmas X dalam

status BLUD adalah sebagai berikut :

a. Kelangsungan Usaha

Laporan keuangan disusun atas dasar asumsi Puskesmas X akan terus melakukan

usahaanya secara berkesinambungan tanpa maksud untuk menghentikan

usahanya.

b. Dasar Akuntansi Akrual

Laporan keuangan pada prinsipnya disusun atas dasar akrual, yaitu mengakui

transaksi pada saat kejadian bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau

dibayar dan dicatat dalam periode bersangkutan. Hal ini memberikan informasi

kepada pembaca laporan keuangan tidak hanya transaksi masa lalu yang

melibatkan peneriman kas dan pembayaran kas, tetapi juga kewajiban


pembayaran kas dimasa mendatang serta sumber daya yang mempresentasikan

kas yang akan diterima di masa yang akan datang.

Namun demikian untuk penyusunan Laporan Realisasi Anggaran, Puskesmas X

kepada dasar akuntansi yang digunakan oleh Pemerintah Kota yang

menggunakan dasar kas, yaitu mengakui pendapatan daerah pada saat kas

diterima dan belanja daerah diakui pada saat diterbitkan Surat Perintah

Membayar (SPM).

c. Entitas Akuntansi

Puskesmas X adalah instansi dilingkungan Pemerintah Kota yang dibentuk

dengan Peraturan Daerah Kota Nomor 52 tahun 2009 tentang Pembentukan Pusat

Kesehatan Masyarakat, dengan tugas melaksanakan sebagian tugas teknis Dinas

Kesehatan di bidang penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat.

2) Ciri Dasar Akuntansi

Sistem akuntansi keuangan Puskesmas X merupakan bagian dari sistem akuntansi

keuangan Pemerintah Kota, karena sistem keuangan Puskesmas X bukan merupakan

sistem keuangan yang dipisahkan dari keuangan pemerintah daerah. Pengelolaan

keuangan Puskesmas X menggunakan pola pengelolaan keuangan Puskesmas X

menggunakan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah, dengan

ciri yang berbeda dengan akuntansi satuan kerja lainnya dilingkungan Pemerintahan

Kota, yaitu :

a) Dalam rangka pengelolaan kas Puskesmas X, dapat langsung menggunakan

pendapatannya tanpa menyetorkan terlebih dahulu ke kas daerah. Puskesmas juga

dapat menyimpan dan mengelola rekening bank, mendapatkan sumber dana

untuk menutup defisit dan memanfaatkan surplus kas jangka pendek untuk

memperoleh dana tambahan.

b) Puskesmas X diperbolehkan memberikan piutan sehubungan dengan penyerahan

barang, jasa dan/atau transaksi lainnya yang berhubungan langsung atau tidak

langsung dengan kegiatan puskesmas.

c) Akuntansi dan Laporan Keuangan Puskesmas X diselenggarakan sesuai dengan

Standar Akuntansi Keuangan yang diterbitkan oleh IAI.


d) Pada saat konsolidasi ke dalam Laporan Keuangan Dinas Kesehatan Kota,

laporan keuangan Puskesmas X disusun menggunakan Standar Akuntansi

Pemerintah (SAP).

3) Kebijakan Akuntansi Aset

Aset diklasifikasikan menjadi Aset Lancar, Investasi Jangka Panjang, Aset Tetap,

Dana Cadangan, dan Aset Lainnya.

Aset lancar terdiri atas: kas dan bank, deposito, piutang, persediaan, belanja dibayar

dimuka.

Aset tetap adalah aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan

dibangun lebih dahulu, yang digunakan untuk penyelenggaraan dan pelayanan publik

dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi.

Dana cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan yang

memerlukan dana relatif cukup besar yang tidak dapat dibebankan dalam satu

periode akuntansi.

Asel lain-lain adalah aset yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam aset lancar,

investasi jangka panjang, aset tetap dan dana cadangan.

4) Kebijakan Akuntansi Kewajiban

Kewajiban atau hutang adalah kewajiban kepada pihak ketiga sebagai akibat

transaksi keuangan masa lalu yang harus dilunasi. Kewajiban diakui pada saat dana

pinjaman diterima dan atau pada saat kewajiban timbul.

5) Kebijakan Akuntansi Ekuitas

Ekuintas adalah jumlah kekayaan bersih yang merupakan selisih antara jumlah aset

dengan jumlah kewajiban.

Ekuintas terdiri dari ekuintas dana lancar, ekuintas dana investasi, ekuintas dana

cadangan.

6) Kebijakan Akuntansi Hibah Terikat

Hibah terikat yang diperoleh dari masyarakat / badan lain dengan tujuan untuk

pembiayaan operasional tertentu misalnya khusu menanggulangi penyakit

HIV/AIDS. Hibah tipe ini dicatat pada Neraca Dana Hibah Terikat sampai dengan

pembiayaan operasional tertentu tersebut dilaksanakan.


Hibah terikat yang diperoleh dari masyarakat/badan lain dengan tujuan perolehan

aset tetap, misalnya pendonor menyumbangkan dana tetapi khusus untuk membeli

aset tertentu, maka dicatat pada Neraca Dana Hibah Terikat.

7) Kebijakan Akuntansi Pendapatan

Pedapatan adalah peningkatan aset dan atau penurunan kewajiban yang berasal dari

berbagai kegiatan periode berjalan akuntansi tertentu.pendapatan diakui pada saat

kejadian (transaksi) bukan pada saat kas atau setara kas diterima dan dicatat dalam

periode bersangkutan sebesar jumlah pendapatan yang telah menjadi hak.

Pencatatan pendapatan harus dilaksanakan berdasarkan asas bruto, yaitu mencatat

penerimaan bruto, dan tidak diperbolehkan mencatat jumlah neto (pendapatan setelah

dikompensasi dengan pengeluaran).

Penerimaan berasal dari APBN dan APBD yang digunakan untuk memberi

pelayanan kepada masyarakat diakui sebagai Pendapatan Jasa Layanan.

8) Kebijakan Akutansi Biaya

Berdasarkan sumber dananya biaya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya yang

sumber dananya dari pendapatan operasional rumah sakit dan biaya yang sumber

dananya berasal dari alokasi dana pemerintah Kota.

Biaya terdiri dari: biaya operasional dan biaya non operasional sedangkan biaya

operasional terdiri dari biaya pelayanan dan biaya administrasi dan umum.

E. Hal-hal Lain yang Perlu Dijelaskan Terkait Dengan Pencapaian Kinerja

Target pendapatan UPT Puskesmas X tahun 2016 sebesar Rp. 2.675.095.930 terdiri dari

Pendapatan dari APBD Rp. 500.279.772, dana kapitasi JKN Rp. 1.314.792.000,

jamkesda Rp. 45.776.000, pendapatan dari APBN/BOK sebesar Rp. 241.853.168. target

tersebut sampai bulan September tahun 2016 tercapai sebesar Rp. 865.122.183 dengan

rincian Pendapatan dan Jasa layanan Rp. 19.022.500, Pendapatan dari APBD sebesar Rp.

25.874.013, dari kapitasi JKN Rp. 768.294.000 dan jamkesda Rp. 0 pendapatan dari

APBN/BOK sebesar Rp. 51.931.670 hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :

1. Lokasi Puskesmas X yang berdekatan dengan pemukiman penduduk yang badat.

2. Animo masyarakat pada wilayah kerja Puskesmas X yang cukup tinggi dalam

merespon upaya pelayanan yang diberikan oleh Puskesmas X.


3. Unit Pelayanan Kesehatan lainnya yang berada pada wilayah kerja Puskesmas X pada

umumnya berbentuk Rumah Sakit, klinik dan Balai Pengobatan yang lebih

mengutamakan pengobatan (kuratif), sehingga belum dapat menyaingi pelaksanaan

upaya promotif dan prefentif yang dilakukan Puskesmas X.

Vous aimerez peut-être aussi