Vous êtes sur la page 1sur 12

KATA PENGANTAR

Dengan Mengucapakan Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas khendak
nya saya telah dapat menyelesaikan makalah ini. meskipun banyak sekali kekurangan dan kesalahan
didalamnya, namun saya berharap bisa memberikan sedikit penegtahuan tentang hal yang saya tulis
ini.
Makalah ini memuat tentang Iman kepada Para Rasul Allah, dimana didalamnya di terangkan
bagaimana seharusnya kita mengimani keberadaan Rasul-Rasul Allah, baik yang di sebutkan maupun
yang tidak di sebutkan. Maka dengan hal ini, semoga kita semua akan menjadi lebih mengetahui dan
lebih memperkuat iman kita terhadap keberadaan Rasul-Rasul Allah.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Saya menyadari bahwa dalam penuliasan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena
itu Saya, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga makalah ini dapat
bernmanfaat bagi pembaca.

Penulis
A. Iman Kepada Rasul Allah SWT
Iman kepada Rasul-Rasul Allah Swt. merupakan rukun yang keempat dalam rukun iman.
Sebelum kita mempelajari tentang pengertian Iman kepada Rasul-rasul Allah Swt., ada baiknya kita
mengingat kembali tentang pengertian Rasul dan Nabi. Rasul adalah Manusia pilihan Allah Swt. yang
diangkat sebagai utusan untuk menyampaikan firman-firman-Nya kepada umat manusia untuk
dijadikan pedoman hidup. Sedangkan Nabi adalah Manusia pilihan yang diberi wahyu oleh Allah Swt.
untuk dirinya sendiri tapi tidak mempunyai kewajiban untuk menyampaikan pada umatnya.

Iman kepada Rasul-Rasul Allah Swt. berarti mengimani bahwa ada di antara laki-laki dari
kalangan umat manusia yang dipilih oleh Allah Swt. sebagai perantara antara diri-Nya dengan para
makhluk-Nya. Akan tetapi mereka semua tetap seperti manusia biasa yang sama sekali tidak
mempunyai sifat-sifat dan hak-hak ketuhanan, karena itu, menyembah para nabi dan rasul dilarang
dan merupakan kebatilan yang nyata. Wajib mengimani bahwa semua wahyu Allah yang diturunkan
kepada nabi dan rasul itu adalah benar dan bersumber dari Allah Ta’ala. Juga wajib mengakui bahwa
setiap nabi dan rasul yang kita ketahui namanya dan yang tidak kita ketahui namanya.

Iman kepada Rasul-Rasul Allah Swt. berarti meyakini bahwa rasul itu benar-benar utusan dari
Allah Swt. yang ditugaskan untuk membimbing umatnya ke jalan yang benar agar selamat di dunia
dan akhirat.

Imam Ahmad meriwayatkan hadis dari Abi Zar r.a. bahwa Rasulullah saw. saat ditanya
tentang jumlah para nabi, beliau menjawab, “Jumlah para nabi itu adalah 124.000 nabi, sedangkan
jumlah rasul 315" Sementara At-Turmuzy meriwayatkan hadis dari Abi Zar r.a. juga menjelaskan
bahwa Rasulullah saw. menjawab, “Jumlah para nabi itu adalah 124.000 nabi, sedangkan jumlah
rasul 312.”Jumlah nabi yang mendapat gelar ulul azmi ada lima, yaitu: Nabi Nuh as., Ibrahim as.,
Musa as., Isa as., dan Muhammad saw.

Mengimani rasul-rasul Allah Swt. adalah kewajiban hakiki bagi setiap muslim karena
merupakan bagian dari rukun iman yang tidak dapat ditinggalkan. Sebagai perwujudan iman tersebut,
kita sebagai muslim yang taat wajib menerima ajaran yang dibawa rasul- rasul Allah Swt. tersebut.
Perintah beriman kepada rasul Allah terdapat dalam surah an-Nisa/4: 136

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
(Muhammad) dan kepada Kitab (al-Qur’an) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang
diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab- Nya,
rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sungguh, orang itu telah tersesat sangat jauh. (Q.S. An-
Nisa/4: 136)
Mengapa kita harus beriman kepada Al Quran dan Rasul-rasul Allah swt ?

Pertanyaan yang mungkin masih ada di benak kita semua adalah mengapa kita harus juga
mengimani rasul Allah ?, bukankah jika kita mengimani rasul Allah secara tidak langsung kita juga
berarti mengimani kitab2 allah dan sebaliknya, mengapa tidak salah satu saja yang harus diimani ?
dan mengapa juga kita harus mengimani manusia yang sama seperti kita (Nabi Muhammad Saw), dari
fisik, akal, dan sebagainya sama seperti manusia biasa ? Semua pertanyaan tersebut tentulah saling
berkaitan antara satu dengan yang lainnya yang juga menjadi pertanyaan bagi banyak orang yang
masih ragu ataupun mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Dalam ranah mengapa kita harus mengimani Alquran dan Rasul, kita dapat mengambil hakikat
untuk apa alquran diturunkan ke dunia dan mengapa harus melalui manusia yang jelas–jelas sama
seperti kita, tidak melalui makhluk lain, misalnya malaikat atau jin yang baik. Kitab – kitab Allah
yang turun berangsur–angsur yang merupakan risalah dari Allah swt. melalui rasulnya pastilah akan
mencapai yang sempurna (yang sesempurnanya) yaitu alquran al karim, lalu untuk apa alquran itu
diturunkan ke bumi kalau hanya untuk menentukan mana yang benar dan mana yang salah dan
kemudian untuk apa pula diimani. Memang benar, kalau hanya untuk mengetahui mana yang benar
dan mana yang salah buat apa alquran di turunkan ke dunia ini, sedangkan memakai hati nurani pun
kita sudah cukup untuk mengetahui mana yang buruk dan mana yang salah. Sedangkan menurut saya
beriman kepada kitab suci adalah kasih sayang Allah kepada kita (makhluk Allah yang paling
sempurna) agar tidak tersesat dan memiliki pedoman dalam hidupnya. Tetapi apakah manusia dapat
menjamin bahwa hidup mereka akan baik dan benar ataupun sukses apabila hanya di bimbing oleh
akal dan hati nurani dan apakah manusia dapat menjamin bahwa hidupnya tidak akan pernah lupa dan
lengah?. Itulah sebabnya kitab suci berulang–ulang mengatakan bahwa kitab suci befungsi sebagai li
dzikri (pengingat). Karena manusia tidak akan luput dari yang namanya lupa dan lengah. Namun
argumen ini menyimpan titik lemah kalau hanya sebatas pengingat, setelah manusia lupa melakukan
kesalahan mereka pasti akan di tegur oleh nalar dan nuraninya untuk tidak melakukan hal yang seperti
itu lagi. Jadi buat apa kitab suci kalau hanya sebatas pengingat saja bagi mereka.
Untuk menyampaikan risalah dan syariat–syariat yang termuat dalam kitab–kitab suci dan
sekaligus sebagai suri tauladan, Allah pun memilih seorang rasul di antara para makhluk-Nya untuk
disampaikan kepada manusia yang ada di bumi. Disini timbul pertanyaan yang membuat telinga kita
gerah juga yaitu mengapa rasul juga harus kita imani sedangkan ia hanyalah sebagai penyambung dari
risalah Allah kepada manusia yang lainnya, lagi pula nabi juga hanyalah manusia biasa seperti hal nya
kita dari segi rupa, jiwa dan akal. Untuk menjawab pertanyaan tersebut bisa di analogikan seperti ini.
Setelah manusia menerima adanya Allah yang maha esa mereka membutuhkan informasi yang pasti
untuk bisa berhubungan dengannya. Karena kasih sayangnya lah Alalh menurunkan kitab suci. Tak
hanya sampai disini, kasih sayang Allah pun berlanjut dengan memilih manusia tertentu untuk
menyampaikan risalah-Nya sekaligus untuk menterjemahkan semua risalah-Nya tersebut di dunia.
Seandainya para nabi tidak sama dengan kita (manusia biasa seperti kita) tidak mungkin kita dapat
mencontoh cara berhubungan dengan Allah Swt. secara benar dan tidak mungkin pula kita dapat
mengambil teladan darinya. Andai saja para rasul hanya menyampaikan risalah Allah sedangkan
mereka tidak menerapkan dalam kehidupan sehari hari ”kita bisa teriak dan tidak mempercayainya”.
Karena sesungguh nya segala tindak tanduk dari para rasul adalah cerminan dari kitab suci tersebut
khususnya nabi besar Muhammad Saw, semua aktifitas dan kehidupan sosial yang beliau terapkan di
dalam masyarakat adalah Al-Quran itu sendiri. Kata–kata beliau menyatu dengan perbuatannya.
Sebagaimana kita ketahui para sahabat menerima kerasulan Muhammad Saw. secara mutlak, ini
bukan karena mereka bodoh menerima begitu saja kerasulan Muhammad, justru mereka sangat lah
cerdas. Pertama mereka beriman karena apa yang dibawa oleh muhammad yakni Al Quran, adalah
sesuatu yang agung. Para sahabat sadar benar bahwa Al Quran tak mungkin ciptaan muhammad
dengan segala keindahan makna dan pelafassannya, kerena muhammad tidak bisa membaca dan
menulis. ”Muhammad telah di pilih Allah” demikian keyakinan para sahabat kalau boleh dibahaskan.
Justru orang–orang bodohlah yang tidak mengakui kerasulan muhammad. Selain itu, para sahabat
beriman karena keluhuran budi pekerti Muhammad. Sebelumnya Muhammad dijuluki oleh para
sahabatnya sebagai orang yang dapat di percaya atau jujur (al amin) dan mereka tidak menyangsikan
kejujuran dan kesalehan nabi Muhammad.
Jadi beriman kepada kitab suci Alquran dan Rasul Allah adalah mutlak adanya, walaupun
merupakan satu kesatuan yang tidak bisa di pisahkan. Kita mengimani kitab suci lebih karena kasih
sayang Allah kepada kita agar kita tak tersesat dalam dunia ini yang akan membimbing kita kepada
kenikmatan-Nya dan juga agar kita bisa senantiasa bisa berhubungan dengan Allah secara benar
sesuai syariat–sayariat-Nya yang merupakan kepasrahan kita kepada-Nya, yang menciptakan segala
sesuatu yang ada di alam semesta ini. Dan kita mengimani Rasul rasul Allah khususnya nadi besar
kita Muhammad tidaklah bukan karena beliau merupakan perantara risalah Allah untuk disampaikan
ke pada dunia dengan segala kesantunan budi pekerti nya dan kesalehannya kepada manusia dan
keimanan nya kepada Allah, karena kita butuh contoh dan tauladan untuk menjalankan segala
perintah dan larangan yang ada dalam alquran. Dengan kita mencontoh segala perkataan dan
perbuatan nabi secara tidak langsung kita mengimani nya. Singkatnya beriman kepada kitab suci
berada dalam tataran teoritis atau kejiwaan maka beriman kepada para rasul sampai pada tataran
praktis.
B. Nama-Nama Rasul Allah SWT dan Sifatnya
Nama-nama nabi dan rasul yang disebut di dalam Al-Qur'an ada 25 orang. Dalam surah al-
An'am ada 18 orang, sedangkan di dalam surah Sad ada 7 orang. Berikut adalah nama-nama nabi dan
rasul yang disebutkan dalam Al-Qur'an.
1. Nabi Adam a.s
2. Nabi Idris a.s
3. Nabi Nuh a.s
4. Nabi Hud a.s
5. Nabi Saleh a.s
6. Nabi Ibrahim a.s
7. Nabi Lut a.s
8. Nabi Ismail a.s
9. Nabi Ishaq a.s
10. Nabi Ya'kub a.s
11. Nabi Yusuf a.s
12. Nabi Ayyub a.s
13. Nabi Syu'aib a.s
14. Nabi Musa a.s
15. Nabi Harun a.s
16. Nabi Zulkifli a.s
17. Nabi Dawud a.s
18. Nabi Sulaiman a.s
19. Nabi Ilyas a.s
20. Nabi Alyasa' a.s
21. Nabi Yunus a.s
22. Nabi Zakaria a.s
23. Nabi Yahya a.s
24. Nabi Isa a.s
25. Nabi Muhammad saw

Rasul adalah utusan Allah SWT yang bertugas menyampaikan petunjuk-petunjukNya kepada
umat manusia untuk memperbaiki kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, mereka memiliki sifat
wajib dan mustahil.
Sifat wajib adalah sifat yang pasti dimiliki para rasul, sedangkan sifat mustahil rasul adalah sifat yang
tidak ada pada diri rasul.
1. Sifat wajib rasul ada empat, yaitu sidik, amanah, tablig, dan fatanah.
a. Sidik berarti benar. Rasul itu benar, baik perbuatannya maupun perkataannya.
Hal itu dijelaskan dalam Al-Qur'an surah Maryam ayat 41 sebagai berikut.
Artinya :
Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Kitab (Al-Qur'an), sesungguhnya dia seorang
yang sangat mencintai kebenaran dan seorang nabi. (Q.S. Maryam: 41)
b. Amanah berarti dapat dipercaya. Rasul mempunyai sifat jujur lahir batin, dapat dipercaya, dan
selalu menepati janji dalam segala hal. Hal itu dijelaskan dalam Al-Qur'an surah Al-A'raf ayat 68
sebagai berikut.
Artinya :
Aku menyampaikan kepadamu amanat Tuhanku dan pemberi nasihat yang terpercaya kepada kamu.
(Q.S. Al-A'raf: 68)
c. Tablig berarti menyampaikan. Rasul menyampaikan semua perintah Allah SWT tidak ada satu ayat
pun yang disembunyikannya, sebagaimana firman Allah SWT berikut ini.
Artinya :
Dan kewajiban kami hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas. (Q.S. Yasin: 17)
d. Fatanah berarti cerdik pandai. Rasul bersifat cerdik dan bijaksana dalam segala hal. Ia dapat
menegakkan yang benar dan menyalahkan yang batil.
2. Sifat mustahil ada empat, yaitu kazib, khianat, kitman, dan baladah.
a. Kazib berarti dusta, lawan dari sifat sidik
b. Khianat berarti tidak dapat dipercaya, lawan dari sifat amanah
c. Kitman berarti menyembunyikan, lawan dari sifat tablig
d. Baladah berarti bodoh, lawan dari sifat fatanah
Rasul juga memiliki sifat-sifat manusiawi, seperti makan, minum, tidur, mati, sakit,
dan menikah. Sifat-sifat itu tidak mengurangi martabat kerasulannya.
Rasul merupakan suri teladan yang baik bagi umatnya, baik dalam urusan duniawi
maupun ukhrawi. Hal itu dijelaskan oleh Allah swt. dalam Al-Qur'an Surah al-Ahzab ayat 21
sebagai berikut.
Artinya :
Sungguh telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang
yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah. (Q.S. al-Ahzab: 21)
C. Tugas-Tugas Rasul Allah SWT
Tugas pokok para rasul Allah ialah menyampaikan wahyu yang mereka terima dari Allah
swt. kepada umatnya. Tugas ini sungguh sangat berat, tidak jarang mereka mendapatkan
tantangan, penghinaan, bahkan siksaan dari umat manusia. Karena begitu berat tugas mereka,
maka Allah swt. memberikan keistimewaan yang luar biasa yaitu berupa mukjizat.
Mukjizat ialah suatu keadaan atau kejadian luar biasa yang dimiliki para nabi atau rasul
atas izin Allah swt. untuk membuktikan kebenaran kenabian dan kerasulannya, dan sebagai
senjata untuk menghadapi musuh-musuh yang menentang atau tidak mau menerima ajaran
yang dibawakannya.
Adapun tugas rasul adalah sebagai berikut:
1. Membawa kebenaran
Para Rasul bertugas membawa kebenaran, berupa agama Allah, untuk disampaikan
kepada umatnya. Adapun umatnya diharapkan dapat mengikuti ajaran agama yang dibawa
para rasul agar mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
2. Pembawa kabar gembira
Para rasul bertugas memberikan kabar gembira bagi siapa saja di antara umatnya yang
patuh dan taat kepada perintah Allah swt. dan rasulNya (beriman dan beramal saleh) bahwa
mereka akan mendapatkan balasan surga, sebagai puncak kenikmatan yang luar biasa.
3. Pemberi peringatan
Di samping membawa kabar gembira, para rasul juga bertugas untuk membri
peringatan kepada umatnya yang membangkang,tidak mau beriman, menulak dakwahnya,
ingkar, dan menentang Allah. Mereka diberi peringatan akan adanya siksa yang sangat pedih.
Dengan peringatan itu, diharapkan mereka takut dan mau kembali kepada ajaran Allah.
Dengan memerhatikan tugas rasul itu, maka tugas kita adalah menaati setiap ajaran, perintah,
dan larangnnya.
Beriman kepada rasul mempunyai fungsi yang sangat penting bagi kita. Antara lain:
1. Mendapat rahmat
Dengan beriman kepada rasul, kita akan mendapat rahmat Allah SWT. Karena tujuan
Allah mengutus para rasul-Nya adalah untuk menyebarkan rahmat atau kasih sayang kepada
manusia dan semesta alam.
Firman Allah:
‫وما ارسلناك اال رحمة للعالمين‬.
Artinya: Dan tidak kami mengutus kamu (muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat
bagi semesta alam. (Q.S. Al-Anbiya’, 21:107)
2. Mendapat figur yang dapat dijadikan suri tauladan
Tanpa adanya rasul, kita akan mengalami kesulitan untuk mendapatkan figur yang
bisa dijadikan suri tauladan. Padahal suri tauladan itu sangat penting bagi kehidupan ini.
Karena mereka telah memberi pelajaran berharga kepada kita tentang cara beibadah,
bermasyarakat, dan sebagainya.
‫لقد كان لكم في رسول هللا اسوة حسنة لمن كان يرجوا هللا واليوم االخر وذكر هللا كثيرا‬
D. Perbedaan antara Rasul Ulul Azmi dan Rasul Lainnya
Ulu al-Azmi (Arab ‫ )أولوالعزم‬adalah sebuah gelar kenabian istimewa yang diberikan
kepada para rasul yang memiliki kedudukan khusus karena ketabahan dan kesabaran yang
luar biasa dalam menyebarkan ajaran tauhid. Dari 25 nabi yang wajib diketahui dalam agama
Islam, terdapat 5 nabi yang mendapatkan gelar Ulul Azmi, yaitu Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan
Muhammad. Gelar Ulul Azmi dijelaskan dalam Al Quran pada Surah Al-Ahqaf ayat 35 dan
Surah Asy-Syura ayat 13.

Sifat Ulul Azmi

Semua nabi yang diketahui mendapatkan gelar Ulul Azmi dalam Islam adalah nabi-nabi
yang memiliki keteguhan hati luar biasa serta kesabaran tinggi ketika menyebarkan ajaran
tauhid walaupun dengan penolakan dan berbagai usaha untuk menjatuhkannya. Mereka
senantiasa memohon kepada Allah agar tidak menurunkan azab kepada kaum yang menolak
dakwahnya, serta selalu berdoa kepada Allah agar memberikan hidayah kepada kaum
mereka. Sifat-sifatnya Ulul Azmi dan penentuan obyeknya adalah sebagai berikut:

 Memiliki seruan dakwah global dan universal untuk manusia dan jin.
 Memiliki syariat dan agama mandiri dan baru.
 Memiliki kitab samawi.

Kisah Ulul al-Azmi

 Nuh

Kepenentangnya. Atas kehendak Allah umat Nuh yang membangkang


ditenggelamkan dengan gelombang air bah dan semuanya hancur, kecuali Nuh dan
pengikutnya yang beriman.ualifikasi Nuh sebagai ulul azmi di antaranya karena
kesabarannya dalam berdakwah dan mendapat hinaan dari kaumnya. Nuh tanpa menyerah
terus menerus mendakwahi keluarga, kerabat dan masyarakat umum, untuk kembali kejalan
yang lurus. Hampir 1000 tahun usianya jumlah umat yang mengikutinya tidak lebih dari 200
orang. Bahkan istri dan anaknya yang bernama Kan’an termasuk.
 Ibrahim

Sejak masih bayi Ibrahim harus diasingkan ke dalam gua, yang disebabkan oleh
perintah Raja Namrudz untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang baru lahir. Setelah
dewasa, ia harus berhadapan dengan raja dan masyarakat penyembah berhala termasuk kedua
orang tuanya yang pembuat berhala. Bahkan ia harus menerima siksaan yang pedih, yaitu
dibakar hidup-hidup dan diusir dari kampung halamannya. Sudah hampir seratus tahun usia
dan pernikahannya dengan Sarah, ia belum dikaruniai anak hingga istrinya meminta ia
menikahi seorang budak berkulit hitam bernama Hajar untuk dijadikan istri. Akhirnya Hajar
dapat melahirkan seorang anak yang diberi nama Ismail. Allah memerintahkan Ibrahim untuk
“mengasingkan” istri dan anak yang baru lahir dan sangat dicintainya itu ke tanah gersang di
Makkah. Karena kesabaran dan kepatuhannya, perintah itu dilaksanakan. Namun, perintah
lebih berat diterima Ibrahim, yaitu harus mengorbankan Ismail yang baru beranjak remaja.
Hal ini pun ia laksanakan, meskipun akhirnya yang disembelih adalah seekor domba. Selain
itu ujian Ibrahim yang lain adalah membangun Ka'bah, membersihkan ka'bah dari
kemusyrikan, menghadapi Raja Namrudz yang zalim.

 Musa

Musa termasuk orang sabar dalam menghadapi dan mendakwahi Firaun, selain itu,
dia juga mampu untuk bersabar dalam memimpin kaumnya yang sangat pembangkang.
Ketika Musa akan menerima wahyu di Bukit Sinai, pengikutnya yang dipimpin Samiri
menyeleweng dengan menyembah berhala Anak lembu emas. Harun yang ditugasi mengganti
peran Musa, tidak sanggup untuk menghalangi niat mereka, bahkan ia diancam hendak
dibunuh. Tetapi, Musa pernah tidak dapat bersabar ketika berguru kepada Khidir.

 Isa

Banyak hal yang menunjukkan bahwa Isa memiliki kesabaran dan keteguhan dalam
menyampaikan ajaran Allah. Terutama, ketika Isa sabar menerima cobaan sebagai seorang
yang miskin, pengkhianatan seorang muridnya, Yudas Iskariot, menghadapi fitnah,
penolakan, hendak diusir dan dibunuh oleh kaum Bani Israil. Kehidupan Isa menggambarkan
kezuhudan dan ketaatan dalam beribadah.
“Isa menemui kaumnya dengan memakai pakaian dari wol. Ia keluar dalam keadaan
tidak beralas kaki sambil menangis serta wajahnya tampak pucat karena kelaparan dan
bibirnya tampak kering karena kehausan. Isa berkata, “Salam kepada kalian wahai Bani
Israil. Aku adalah seseorang yang meletakkan dunia di tempatnya sesuai dengan izin Allah,
tanpa bermaksud membanggakan diri. Apakah kalian mengetahui di mana rumahku?”
Mereka menjawab: "Di mana rumahmu wahai Ruhullah?" Isa menjawab: “Rumahku adalah
tempat ibadah, wewangianku adalah air, makananku adalah rasa lapar, pelitaku adalah bulan
di waktu malam dan salat ku di waktu musim dingin di saat matahari terletak di Timur,
bungaku adalah tanaman-tanaman bumi, pakaianku terbuat dari wol, syiarku adalah takut
kepada Tuhan Yang Maha Mulia, teman-temanku adalah orang-orang yang fakir, orang-
orang yang sakit, dan orang-orang yang miskin. Aku memasuki waktu pagi dan aku tidak
mendapati sesuatu pun di rumahku begitu juga aku memasuki waktu sore dan aku tidak
menemukan sesuatu pun di rumahku. Aku adalah seseorang yang jiwanya bersih dan tidak
tercemar. Maka siapakah yang lebih kaya daripada aku?”

 Muhammad

Sejak kecil sampai dewasa, Muhammad selalu mengalami masa-masa sulit. Pada usia
6 tahun dia sudah menjadi yatim piatu. Setelah dewasa ia harus membantu meringankan
beban paman Abu Thalib yang merawatnya sejak kecil.
Tantangan terberat yang dihadapi adalah setelah diangkatnya menjadi seorang rasul.
Penentangan bukan saja dari orang lain, tetapi juga dari Abu Lahab, pamannya sendiri.
Muhammad juga harus ikut menderita tatkala Bani Hasyim diboikot (diasingkan) di sebuah
lembah dikarenakan dakwahnya.
Tokoh-tokoh Quraisy mempelopori pemboikotan tersebut yang isinya antara lain
melarang berhubungan jual beli, pernikahan, dan hubungan sosial lainya kepada Bani
Hasyim. Pemboikotan yang berjalan sekitar 3 tahun itu dan telah menghabiskan hartanya dan
istrinya, Khadijah.
E. Fungsi Iman Kepada Rasul Allah SWT
Bahwa kita telah memiliki seseorang yang harus diteladani / agar kita dapatmengetahui
tentang :
a. Mendapat rahmat Allah
b. Tatacara bertauhid, beriman / ber’aqidah dan beribadah
c. Tatacara bermasyarakat.
d. Tuntunan menuju jalan yang benar untuk keselamatdunia akhirat
e. Mendapat figur yang dapat dijadikan suritauladan
f. Sebagai perantara mengenal Allah dengan segala sifat sempurna-Nya
g. Dapat membedakan antara yang benar (baik) dan yang salah (buruk)
h. Mengetahui adanya kehidupan sesudah kematian
Makalah Tentang Iman Kepada Rasul Allah Swt

Dikerjakan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran PAI

(Pendidikan Agama Islam)

Guru Pembimbing : Muhammad Herdian Rosmana

DiSusun Oleh:

Kelompok 1

Wina Apriyanti

Anisa Nurhasanah

Diani Fitriani

Febriyanti Mandasari

Vanessa Febrianti

Salman Alfarizi

Galang

SMK Taruna Madya Campaka Mulya

Jln.Gunung Puntang Km.28

Tahun ajaran 2018/2019

Vous aimerez peut-être aussi