Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
ASUHAN KEPERAWATAN
INFEKSI POST PARTUM
Oleh Kelompok 19 :
RAHMAWANTO
SUGENG RAHARJO
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi postpartum adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia,
terjadi sesudah melahirkan, ditandai kenaikan suhu sampai 38 derajat selsius
atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan
mengecualikan 24 jam pertama.
Kasus infeksi pada post partum sering terjadi. Pada dasarnya
prognosisnya baik bila diatasi dengan pengobatan yang sesuai. Menurut
derajatnya, septikemia merupakan infeksi paling berat dengan mortalitas
tinggi, diikuti peritonitis umum dan piemia.Infeksi post partum bila tidak diatasi
dengan baik dan profesional sering mengalami morbiditas dan mortalitas yang
tinggi. Terutama bila sumber infeksi telah menjalar pada organ-organ
vital.Dengan majunya ilmu keperawatan, mahasiswa keperawatan diharapkan
mampu mengetahui asuhan keperawatan yang komprehensif yang dapat di
manifestasikan dengan memberikan perawatan post partum untuk mencegah
terjadinya infeksi dan komplikasi. Mahasiswa perawat juga diharapkan mampu
dalam memberikan penyuluhan kesehatan sehingga dapat meningkatkan
pengetahuan, pengalaman dan keterampilan untuk membantu pasien
mencapai kesehatan yang optimal.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada infeksi post partum?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui Asuhan Keperawatan dengan infeksi post
partum
2. Tujuan Khusus
- Mahasiswa mengetahui landasan teori tentang infeksi post partum
- Mahasiswa mengetahui WOC infeksi post partum
- Mahasiswa mengetahui pengkajian pada infeksi post partum
3
- Mahasiswa mampu menganalisa data pada infeksi post partum
- Mahasiswa mampu menentukan prioritas diagnose pada infeksi pada
infeksi post partum
- Mahasiswa mengetahui implementasi berdasarkan diganosa NANDA,
NIC dan NOC.
4
BAB II
A. Definisi
Seratus tahun yang lalu sekitar satu dalam 50 wanita yang melahirkan dirumah
sakit, meninggal karena infeksi yang biasanya terjadi pada masa puerperium. Hal ini
sekarang sudah jauh berkurang, pertama akibat pengertian asepsis dan antisepsis
yang lebih baik dan kedua karena diperkenalkannya kemoterapi dan antibiotika
(Chamberlain,G & Dewhurst, SJ, 1994).
5
C. Etiologi
1. Faktor Presipitasi Infeksi post partum
Penyebab dari infeksi postpartum ini melibatkan mikroorganisme anaerob dan
aerob patogen yang merupakan flora normal serviks dan jalan lahir atau mungkin juga
dari luar. Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50 % adalah streptococcus dan
anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir. Kuman-
kuman yang sering menyebabkan infeksi postpartum antara lain :
a. Streptococcus haematilicus aerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang
ditularkan dari penderita lain , alat alat yang tidak steril , tangan penolong , dan
sebagainya.
b. Staphylococcus aurelis
Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai
penyebab infeksi di rumah sakit
c. Escherichia coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rectum , menyebabkan infeksi
terbatas
d. Clostridium welchii
Kuman anaerobik yang sangat berbahaya , sering ditemukan pada
abortus kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar rumah sakit.
2. Faktor predisposisi infeksi post partum
a. Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, seperti
perdarahan, dan kurang gizi atau malnutrisi
b. Partus lama, terutama partus dengan ketuban pecah lama.
c. Tindakan bedah vaginal yang menyebabkan perlukaan jalan lahir.
d. Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan dara
e. Anemia, higiene, kelelahan
f. Partus lama/macet, korioamnionitis, persalinan traumatik, kurang baiknya
proses pencegahan infeksi, manipulasi yang berlebihan, dapat berlanjut ke
infeksi dalam masa nifas.
6
D. Klasifikasi
1. Infeksi uterus
a. Endometritis
Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari
rahim). infeksi ini dapat terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada serviks atau
infeksi tersendiri dan terdapat benda asing dalam rahim (Anonym, 2008).
Endometritis adalah infeksi yang berhubungan dengan kelahiran anak,
jarang terjadi pada wanita yang mendapatkan perawatan medis yang baik dan
telah mengalami persalinan melalui vagina yang tidak berkomplikasi. Infeksi
pasca lahir yang paling sering terjadi adalah endometritis yaitu infeksi pada
endometrium atau pelapis rahim yang menjadi peka setelah lepasnya plasenta,
lebih sering terjadi pada proses kelahiran caesar, setelah proses persalinan
yang terlalu lama atau pecahnya membran yang terlalu dini. Juga sering terjadi
bila ada plasenta yang tertinggal di dalam rahim, mungkin pula terjadi infeksi
dari luka pada leher rahim, vagina atau vulva.
Tanda dan gejalanya akan berbeda bergantung dari asal infeksi, sedikit
demam, nyeri yang samar-samar pada perut bagian bawah dan kadang-kadang
keluar dari vagina berbau tidak enak yang khas menunjukkan adanya infeksi
pada endometrium. Pada infeksi karena luka biasanya terdapat nyeri dan nyeri
tekan pada daerah luka, kadang berbau busuk, pengeluaran kental, nyeri pada
perut atau sisi tubuh, gangguan buang air kecil. Kadang-kadang tidak terdapat
tanda yang jelas kecuali suhu tunbuh yang meninggi. Maka dari itu setiap
perubahan suhu tubuh pasca lahir harus segera dilakukan pemeriksaan.
Infeksi endometrium dapat dalam bentuk akut dengan gejala klinis yaitu
nyeri abdomen bagian bawah, mengeluarkan keputihan, kadang-kadang
terdapat perdarahan dapat terjadi penyebaran seperti meometritis (infeksi otot
rahim), parametritis (infeksi sekitar rahim), salpingitis (infeksi saluran tuba),
ooforitis (infeksi indung telur), dapat terjadi sepsis (infeksi menyebar),
pembentukan pernanahan sehingga terjadi abses pada tuba atau indung telur
(Anonym, 2008).
7
persalinan dengan tindakan pada saat terjadi keguguran, saat pemasangan alat
rahim yang kurang legeartis (Anonym, 2008).
8
oleh pemanbahan jaringan ikat akibat kehamilan. Terapi dapat berupa antibiotik
spektrum luas seperti amfisilin 2gr IV per 6 jam, gentamisin 5 mg kg/BB,
metronidasol mg IV per 8 jam, profilaksi anti tetanus, efakuasi hasil konsepsi.
c. Parametritis (infeksi daerah di sekitar rahim).
Parametritis adalah radang dari jaringan longgar di dalam lig latum. Radang
ini biasanya unilatelar. Tanda dan gejala suhu tinggi dengan demam tinggi,
Nyeri unilateral tanpa gejala rangsangan peritoneum, seperti muntah.
Penyebab Parametritis yaitu :
a. Endometritis dengan 3 cara yaitu :
1. Per continuitatum : endometritis → metritis → parametitis
2. Lymphogen
3. Haematogen : phlebitis → periphlebitis → parametritis
2. Syok bakteremia
Infeksi kritis, terutama yuang disebabkan oleh bakteri yang melepaskan
endotoksin, bisa mempresipitasi syok bakteremia (septic). Ibu hamil, terutama
mereka yang menderita diabetes mellitus atau ibu yang memakai obat
imunosupresan, berada pada tingkat resiko tinggi, demikian juga mereka yang
menderita endometritis selama periode pascapartum.
Demam yang tinggi dan mengigil adalh bukti patofisiologi sepsis yang
serius. Ibu yang cemas dapat bersikap apatis. Suhu tubuh sering kali sedikit
turun menjadi subnormal. Kulit menjadi dingin dan lembab. Warna kulit menjadi
pucat dan denyut nadi menjadi cepat. Hipotensi berat dan sianosis peripheral
bisa terjadi. Begitu juga oliguria.
Temuan laboratorium menunjukkan bukti-bukti infeksi. Biakan darah
menunjukian bakteremia, biasanya konsisten dengan hasil enteric gram
negative. Pemeriksaan tambahan bisa menunjukkan hemokonsentrasi,
asidosis, dan koagulopati. Perubahan EKG menunjukkan adanya perubahan
yang mengindikasikan insufisiensi miokard. Bukti-bukti hipoksia jantung, paru-
paru, ginjal, dan neurologis bisa ditemukan.
9
Penatalaksanaan terpusat pada antimicrobial, demikian juga dukungan
oksigen untuk menghilangkan hipoksia jaringan dan dukungan sirkulasi untuk
mencegah kolaps vascular. Fungsi jantung, usaha pernafasan, dan fungsi ginjal
dipantau dengan ketat. Pengobatan yang cepat terhadap syok bakteremia
membuat prognosis menjadi baik. Dan morbiditas dan mortilitas maternal
diturunkan dengan mengendalikan distrees pernafasan, hipotensi dan DIC
(Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004).
3. Peritonitis
10
resiko. Bakteriuria asimptomatik terjadi pada sekitas 5% nsampai 15% wanita
hamil. Jika tidak diobati akan terjadi pielonefritis pada kira-kira 30% pada
wanita hamil. Kelahiran dan persalinan premature juga dapat lebih sering
terjadi.
Biakan dan tes sensitivitas urin harus dilakukan di awal kehamilan, lebih
disukai pada kunjungan pertama, specimen diambil dari urin yang diperoleh
dengan cara bersih. Jika didiagnosis ada infeksi, pengobatan dengan antibiotic
yang sesuai selama dua sampai tiga minggu, disertai peningkatan asupan air
dan obat antispasmodic traktus urinarius.
11
ialah berulang-ulang suhu meningkat dengan cepat disertai menggigil,
kemudian diikuti oleh turunnya suhu. Ini terjadi pada saat dilepaskannya
embolus dari tromboflebitis pelvika. Lambat laun timbul gejala abses pada
paru-paru, pneumonia dan pleuritis. Embolus dapat pula menyebabkan abses-
abses di beberapa tempat lain.
E. Patofisiologi
Terlampir
F. Manifestasi Klinis
Rubor (kemerahan), kalor (demam setempat) akibat vasodilatasi dan tumor
(benngkak) karena eksudasi. Ujung syaraf merasa akan terangsang oleh peradangan
sehingga terdapat rasa nyeri (dolor). Nyeri dan pembengkan akan mengakibatkan
gangguan faal, dan reaksi umum antara lain berupa sakit kepala, demam dan
peningkatan denyut jantung (Sjamsuhidajat, R. 1997).
a. Peningkatan suhu
b. Takikardie.
c. Nyeri pada pelvis
d. Demam tinggi
e. Nyeri tekan pada uterus
f. Lokhea berbau busuk/ menyengat
g. Penurunan uterus yang lambat
h. Nyeri dan bengkak pada luka episiotomy
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah : Hemoglobin dan Hematokrit 12-24 jam post partum (jika Hb < 10 g%
dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit, Trombosit.
b. Klien dengan Dower Kateter diperlukan culture urine.
12
c. Pemeriksaan Mikroskopis Urine : guna pemeriksaan mikroskopis urine adalah
untuk melihat kelainan ginjal dan salurannya (stadium, berat ringannya
penyakit)
d. Pemeriksaan protein urine : Ditemukan protein dalam urine tetapi kelainan yang
terjadi tidak menandakan adanya indikasi penyakit. Normalnya tidak boleh
sampai + 1.
e. Pemeriksaan glukosa urin : Pada keadaan normal tidak ditemukan glukosa
disalam urine. Karena molekul glukosa besar dan ginjal akan menyerap
kembali hasil filtrasi dari glumerulus (Normal : 1 -25 mg/ dL )
H. Penatalaksanaan
1. Masa Persalinan
a. Hindari pemeriksaan dalam berulang, lakukan bila ada indikasi dengan sterilitas
yang baik, apalagi bila ketuban telah pecah.
b. Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama.
c. Jagalah sterilitas kamar bersalin dan pakailah masker, alat-alat harus suci
hama.
d. Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik pervaginam maupun
perabdominal dibersihkan, dijahit sebaik-baiknya dan menjaga sterilitas.
e. Pakaian dan barang-barang atau alat-alat yang berhubungan dengan penderita
harus terjaga kesuci-hamaannya.
f. Perdarahan yang banyak harus dicegah, bila terjadi darah yang hilang harus
segera diganti dengan transfusi darah.
g. Masa Nifas
h. Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, begitu pula alat-alat
dan pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kndung kencing harus
steril.
i. Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus, tidak
bercampur dengan ibu sehat.
j. Tamu yang berkunjung harus dibatasi.
2. Masa Kehamilan
Mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi seperti anemia, malnutrisi
dan kelemahan serta mengobati penyakit-penyakit yang diderita ibu. Pemeriksaan
13
dalam jangan dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu. Begitu pula koitus pada
hamil tua hendaknya dihindari atau dikurangi dan dilakukan hati-hati karena dapat
menyebabkan pecahnya ketuban, kalau ini terjadi infeksi akan mudah masuk dalam
jalan lahir.
a. Pencegahan infeksi postpartum :
Anemia diperbaiki selama kehamilan. Berikan diet yang baik. Koitus
pada kehamilan tua sebaiknya dilarang.
Membatasi masuknya kuman di jalan lahir selama persalinan. Jaga
persalinan agar tidak berlarut-larut. Selesaikan persalinan dengan
trauma sesedikit mungkin. Cegah perdarahan banyak dan penularan
penyakit dari petugas dalam kamar bersalin. Alat-alat persalinan harus
steril dan lakukan pemeriksaan hanya bila perlu dan atas indikasi yang
tepat.
Selama nifas, rawat higiene perlukaan jalan lahir. Jangan merawat
pasien dengan tanda-tanda infeksi nifas bersama dengan wanita sehat
yang berada dalam masa nifas.
b. Penanganan umum
Antisipasi setiap kondisi (faktor predisposisi dan masalah dalam proses
persalinan) yang dapat berlanjut menjadi penyulit/komplikasi dalam
masa nifas.
Berikan pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu yang mengalami
infeksi nifas.
Lanjutkan pengamatan dan pengobatan terhadap masalah atau infeksi
yang dikenali pada saat kehamilan ataupun persalinan.
Jangan pulangkan penderita apabila masa kritis belum terlampaui.
Beri catatan atau instruksi tertulis untuk asuhan mandiri di rumah dan
gejala-gejala yang harus diwaspadai dan harus mendapat pertolongan
dengan segera.
Lakukan tindakan dan perawatan yang sesuai bagi bayi baru lahir, dari
ibu yang mengalami infeksi pada saat persalinan. Dan Berikan hidrasi
oral/IV secukupnya.
14
c. Pengobatan secara umum
Sebaiknya segera dilakukan pembiakan (kultur) dan sekret vagina, luka
operasi dan darah serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika
yang tepat dalam pengobatan.,
Berikan dalam dosis yang cukup dan adekuat.
Karena hasil pemeriksaan memerlukan waktu, maka berikan antibiotika
spektrum luas (broad spektrum) menunggu hasil laboratorium.
Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh penderita, infus atau
transfusi darah diberikan, perawatan lainnya sesuai dengan komplikasi
yang dijumpai.
d. Penanganan infeksi postpartum :
Suhu harus diukur dari mulut sedikitnya 4 kali sehari.
Berikan terapi antibiotik, Perhatikan diet. Lakukan transfusi darah bila
perlu, Hati-hati bila ada abses, jaga supaya nanah tidak masuk ke dalam
rongga perineum.
I. Komplikasi
a. Peritonitis (peradangan selaput rongga perut)
b. Tromboflebitis pelvika (bekuan darah di dalam vena panggul), dengan resiko
terjadinya emboli pulmoner.
c. Syok toksik akibat tingginya kadar racun yang dihasilkan oleh bakteri di dalam
darah. Syok toksik bisa menyebabkan kerusakan ginjal yang berat dan bahkan
kematian.
J. Prognosa
Prognosis infeksi intra partum sangat tergantung dari jenis kuman, lamanya
infeksi berlangsung, dapat/tidaknya persalinan berlangsung tanpa banyak
perlukaan jalan lahir.
15
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Data demografi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, agama, suku bangsa,
alamat.
b. Keluhan utama : adanya nyeri perubahan fungsi seksual, luka.
c. Riwayat penyakit dahulu : apakah klien dan keluarga pernah menderita
penyakit yang sama.
d. Riwayat penyakit sekarang : klien mengalami infeksi alat kelamin
e. Riwayat seksual, termasuk riwayat PMS sebelumnya, jumlah pasangan
seksual pada saat ini, frekuensi aktifitas seksual secara umum.
f. Gaya hidup, penggunaan obat intravena atau pasangan yang menggunakan
obat intravena; merokok, alcohol, gizi buruk, tingkat stress yang tinggi.
g. Pemeriksaan fisik bagian luar,
1. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Tingkat energi, self esteem, tingkat kesadaran.
b. BB, TB, LLA, Tanda Vital normal (RR konsisten, Nadi cenderung bradi cardy,
suhu 36,2-38, Respirasi 16-24)
c. Kepala : Rambut, Wajah, Mata (conjunctiva), hidung, Mulut, Fungsi
pengecapan; pendengaran, dan leher.
d. Breast : Pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan areola dan
puting susu, stimulation nepple erexi. Kepenuhan atau pembengkakan,
benjolan, nyeri, produksi laktasi/kolostrum. Perabaan pembesaran kelenjar
getah bening diketiak.
e. Abdomen : teraba lembut , tekstur Doughy (kenyal), musculus rectus
abdominal utuh (intact) atau terdapat diastasis, distensi, striae. Tinggi fundus
uterus, konsistensi (keras, lunak, boggy), lokasi, kontraksi uterus, nyeri,
perabaan distensi blas.
f. Anogenital : Lihat struktur, regangan, udema vagina, keadaan liang vagina
(licin, kendur/lemah) adakah hematom, nyeri, tegang. Perineum : Keadaan
16
luka episiotomy, echimosis, edema, kemerahan, eritema, drainage. Lochia
(warna, jumlah, bau, bekuan darah atau konsistensi , 1-3 hr rubra, 4-10 hr
serosa, > 10 hr alba), Anus : hemoroid dan trombosis pada anus.
g. Muskoloskeletal : Tanda Homan, edema, tekstur kulit, nyeri bila dipalpasi,
kekuatan otot.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan memberikan gambaran tentang masalah atau status
kesehatan klien yang nyata (actual) dan kemungkinan akan terjadi (resiko) dimana
pemecahannya dalam batas wewenang perawat. Diagnosa yang mungkin muncul
antara lain :
a. nyeri akut berhubungan dengan distensi abdomen, after pains, distensi
kandung kemih.
b. Risiko penyebaran infeksi berhubungan dengan rauma persalinan, jalan
lahir, dan infeksi nasokomial.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat, anoreksia, mual, muntah, dan pembatasan medis.
d. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan, retensi urine.
e. Aktivitas intoleran berhubungan dengan efek anesthesia, terpasang infus.
f. Kurang pengetahuan tentang cara perawatan diri dan bayi berhubungan
dengan kurang informasi.
g. Cemas berhubungan dengan kurang informasi tentang status kesehatan
bayi, peralihan sebagai orang tua.
C. Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan merupakan mata rantai penetapan kebutuhan pasien
dan pelaksanaan tindakan keperawatan. Dengan demikian rencana asuhan
keperawatan adalah petunjuk tertulis yang menggambarkan secara tepat mengenai
rencana tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan diagnosa keperawatan, rencana asuhan keperawatan pada klien post
partum menurut (Dongoes, 1994 : 417).
a. nyeri berhubungan dengan luka insisi, distensi abdomen, after pains,
distensi kandung kemih.
Tujuan :
Dalam waktu 3 hari, rasa nyeri berkurang atau hilang
17
Kriteria evaluasi :
Tanda-tanda vital normal (nadi 60-80 x/menit, respirasi 18-24
x/menit),
Tidak meringis,
Kegiatan tidak terganggu dengan rasa nyeri.
Skala nyeri
Intervensi Rasional
1. Tentukan skala nyeri dan 1. Untuk mengenal indikasi
intensitas nyeri, pantua tekanan kemajuan atau
darah, nadi dan pernafasan penyimpangan dari hasil
setiap 4 jam. yang diharapkan.
2. Anjurkan klien untuk 2. Relaksasi dan nafas dalam
menggunakan teknik relaksasi dapat mengurangi
dan nafas dalam serta teknik ketegangan otot dan
distraksi (untuk nyeri ringan dan menghambat rangsang
sedang). nyeri serta menambah
pemasukan oksigen.
Distraksi mengganggu
stimulus nyeri tetapi tidak
mengubah intensitas nyeri,
paling baik untuk periode
3. Anjurkan posisi tidur miring. pendek.
3. Mempermudah pengeluaran
4. Berikan obat analgetik sesuai gas
order 4. Analgetik bersifat
menghambat reseptor nyeri,
sehingga persepsi nyeri
berkurang/hilang
18
Tanda-tanda vital dalam batas normal (nadi 60-80 x/menit,
suhu tidak lebih dari 38 0C),
Insisi kering
Lochea tidak berbau busuk
Uterus tidak lembek
Dolor : 1 - 2
Kalor : 36’5 – 37’2 C
Rubbor : Normal
Function laesa : normal
Intervensi Rasional
1. Lakukan perawatan luka 1. Akan meminimalkan dan
dengan teknik aseptic dan anti mencegah kontaminasi dan
septic. atau masuknya
mikroorganisme.
2. Akan memudahkan
2. Observasi adanya tanda-tanda intervensi lebih dini dan
infeksi pada daerah luka : dolor, intervensi selanjutnya.
kalor, rubor dan function laesa. 3. Antibiotik bersifat
3. Berikan antibiotic sesuai order bakterisida dan adanya
dan kolaborasi untuk leukositosis merupakan
pemeriksaan leukosit. salah satu tanda infeksi.
4. Protein dan viatamin C
4. Anjurkan untuk makan dibutuhkan untuk
makanan tinggi protein, vitamin pertumbuhan jaringan dan
C dan zat besi. zat besi untuk pembentukan
hemoglobin.
19
Intervensi Rasional
1. Rawat perineum dan kateter 1. Mencegah agar tidak
secara rutin dan teratur. mendukung pertumbuhan
bakteri.
2. Tempatkan kantung kencing 2. Untuk mencegah refluk,
bila dipasang kateter lebih sehingga tidak tumbuh
rendah dari pasien. bakteri
3. Ajarkan teknik merangsang 3. Klien biasanya bisa buang
kencing setelah diangkat air kecil setelah 6-8 jam
kateter seperti siram daerah setelah pengangkatan
kandung kemih dengan air dan kateter. Posisi duduik
anjurkal klien duduk. dapatmenimbulkan rasa
penuh sehingga klien
terangsang untuk kencing.
4. Angkat kateter sesuai 4. Untuk menghindari
ketentuan biasanya 6-12 jam pertumbuhan bakteri.
post operasi
20
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Infeksi postpartum adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia, terjadi
sesudah melahirkan, ditandai kenaikan suhu sampai 38 derajat selsius atau lebih
selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan
24 jam pertama. Ini disebakan oleh kuman aerob juga kuman anaerob. Infeksi
bisa terjadi melalui tangan penderita, droplet infeksion, infeksi rumah sakit
(hospital infection), dalam rumah sakit, dan Koitus karena ketuban pecah.
Manifestasi yang muncul bergantung pada tempat-tempat infeksi, ada infeksi
yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan endometrium kemudian
bisa menyebar dari tempat-tempat tersebut melalui vena-vena, jalan limfe dan
permukaan endometrium. Bila menyebar maka manifestasi yang muncul juga
dapat memperburuk keadaan penderita.
Peristiwa terjadinya infeksi setelah persalinan yaitu dimana sewaktu
persalinan, bakteri yang mengkoloni servik dan vagina memperoleh akses ke
cairan amnion, dan post partum bakteri-bakteri ini akan menginvasi jaringan mati
di tempat histerektomi. Kemudian terjadi seluletis para metrium dengan infeksi
jaringan ikat fibroareolar retroperitonium panggul. Hal ini dapat disbabkan oleh
penyebaran limfogen ogranisme dari tempat laserasi servik atau insisi/ laserasi
uterus yang terinfeksi. Dengan ini dapat mengakibatkan berbagai masalah
keperawatan seperti hipertemi dan nyeri, dan untuk intervensi keperawatannya
merujuk pada diagnose nanda, nic dan noc. .
B. Saran
Dengan makalah ini penulis berharap, mahasiswa dapat memahami
konsep teori beserta asuhan keperawatan pada infeksi post partum, karena
infeksi post partum rentan ditemui terutama pada wanita yang mengalami
gangguan pada sistem imun, sebagai tim medis harus berusaha semaksimal
mungkin untuk mencegah terjadinya infeksi pada post partum, sehingga secara
tidak langsung dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas.
21
DAFTAR PUSTAKA
22
Presdisposisi Presipitasi
Melalui VT / Episiotomi
Pelepasan Inflamasi/Peradangan
Port the entry ke saluran
mediator nyeri
perkemihan
Saraf perifer terangsang oleh peradangan
Anoreksia
Resti infeksi
Mual & Muntah Resiko
penyebaran
infeksi
Nutrisi kurang dari
kebutuhan
23