Vous êtes sur la page 1sur 23

BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Sebab-sebab keganasan tumor masih belum jelas, tetapi virus, faktor lingkungan,
faktor hormonal dan faktor genetik semuanya berkaitan dengan resiko terjadinya tumor.
Permulaan terjadinya tumor dimulai dengan adanya zat yang bersifat intiation yang
merangasang permulaan terjadinya perubahan sel. Diperlukan perangsangan yang lama dan
berkesinambungan untuk memicu timbulnya penyakit tumor.
Menurut Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas) tahun 2001, penyakit saluran napas
merupakan penyakit penyebab kematian terbanyak kedua di Indonesia setelah penyakit
gangguan pembuluh darah. Penyakit tumor paru ini merupakan salah satu penyakit utama
yang menyebabkan pasien memerlukan perawatan, baik di rumah sakit maupun di rumah.
Namun demikian, tumor paru dapat dimulai pada segala usia, mempengaruhi pria dan wanita
tanpa kecuali, dan bisa terjadi pada setiap orang pada segala etnis. Dari insiden ini maka kami
mengambil asma sebagai topik yang patut untuk diunggah.

II. RUMUSAN MASALAH


1. Apa definisi dari Tumor Paru ?
2. Apa Etiologi dari Tumor Paru ?
3. Apa patofisiologi dari Tumor Paru ?
4. Apa manifestasi klinis dari Tumor Paru ?
5. Apa saja komplikasi dari Tumor Paru ?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang dari Tumor Paru ?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari Tumor Paru ??
III. TUJUAN
1. Mengetahui definisi dari Tumor Paru.
2. Mengetahui Etiologi dari Tumor Paru.
3. Mengetahui patofisiologi dari Tumor Paru.
4. Mengetahui manifestasi klinis dari Tumor Paru.
5. Mengetahui komplikasi dari Tumor Paru.
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang Tumor Paru.
7. Mengetahui penatalaksaan dari tumor paru.
BAB II
TINJAUAN TEORI

I. DEFINISI
Tumor adalah neoplasma pada jaringan yaitu pertumbuhan jaringan baru yang abnormal.
Paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut dan letaknya didalam rongga dada. Jenis
tumor paru dibagi untuk tujuan pengobatan, meliputi SCLC ( Small Cell Lung Cancer )
dan NSLC ( Non Small Cell Lung Cancer / Karsinoma Skuamosa, adenokarsinoma,
karsinoma sel besar ).
Karsinoma bronkogenik adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas.
Kanker paru adalah tumor berbahaya yang tumbuh diparu, sebagian besar kanker paru
berasal dari sel-sel didalam paru tapi dapat juga berasal dari bagian tubuh lain yang
terkena kanker.

II. ETIOLOGI

Secara umum faktor-faktor yang dianggap sebagai penyebab tumor adalah :


a. Penyebab kimiawi.
Di pembersih cerobong asap. Zat yang mengandung karbon dianggap sebagai
penyebabnya.
b. Faktor genetik (biomolekuler)
Golongan darah A lebih tinggi 20 % berisiko menderita kanker/tumor pada lambung
dari pada golongan darah O.
Selain itu perubahan genetik termasuk perubahan atau mutasi dalam gen normal dan
pengaruh protein bisa menekan atau meningkatkan perkembangan tumor.
c. Faktor fisik
Secara fisik, tumor berkaitan dengan trauma/pukulan berulang-ulang baik trauma fisik
maupun penyinaran. Penyinaran bisa berupa sinar ultraviolet yang berasal ari sinar
matahari maupun sinar lain seperti sinar X (rontgen) dan radiasi bom atom.
d. Faktor nutrisi
Salah satu contoh utama adalah dianggapnya aflaktosin yang dihasilkan oleh jamur
pada kacang dan padi-padian sebagai pencetus timbulnya tumor.
e. Penyebab bioorganisme
Misalnya virus. Pernah dianggap sebagai kunci penyebab tumor dengan ditemukannya
hubungan virus dengan penyakit tumor pada binatang percobaan. Namun ternyata
konsep itu tidak berkembang lanjut pada manusia.
f. Faktor hormon
Pengaruh hormon dianggap cukup besar, namun mekanisme dan kepastian peranannya
belum jelas. Pengaruh hormone dalam pertumbuhan tumor bisa dilihat pada organ yang
banyak dipengaruhi oleh hormone tersebut.

III. PATOFISIOLOGI
Sebab-sebab keganasan tumor masih belum jelas, tetapi virus, faktor lingkungan, faktor
hormonal dan faktor genetik semuanya berkaitan dengan resiko terjadinya tumor.
Permulaan terjadinya tumor dimulai dengan adanya zat yang bersifat intiation yang
merangasang permulaan terjadinya perubahan sel. Diperlukan perangsangan yang lama
dan berkesinambungan untuk memicu timbulnya penyakit tumor.
Initiati agen biasanya bisa berupa unsur kimia, fisik atau biologis yang berkemampuan
bereaksi langsung dan merubah struktur dasar dari komponen genetik ( DNA ). Keadaan
selanjutnya diakibatkan keterpaparan yang lama ditandai dengan berkembangnya
neoplasma dengan terbentuknya tumor, hal ini berlangsung lama mingguan sampai
tahunan.

IV. MANIFESTASI KLINIS


Tumor pada system bronkopulmonari dapat mengenai lapisan saluran pernapasan,
parenkim paru pleura, atau dinding dada. Penyakit terjadi secara lambat ( biasanya
selama beberapa decade ) dan seringkali asimtomatik sampai lanjut dalam
perkembangannya. Tanda dan gejala tergantung pada letak dan ukuran tumor, tingkat
obstruksi, dan keluasan metastase ke tempat regional atau tempat yang jauh.
Gejala kanker paru yang paling sering adalah batuk, kemungkinan akibat iritasi yang
disebab kan oleh massa tumor. Individu sering mengabaikan gejala ini dan
menghubungkan dengan merokok. Batuk mulai sebagai batuk kering, tanpa membentuk
sputum, tetapi berkembang sebagai titik dimana dibentuk sputum yang kental, purulen
dalam berespon terhadap infeksi sekunder.
Pada beberapa pasien, demam kambuhan terjadi sabagai gejala dini dalam berespons
terhadap infeksi yang menetap pada area pneumonitis kearah distal tumor. Pada
kenyataannya, kanker paru harus dicurigai pada individu yang mengalami infeksi saluran
pernapasan atas berulang yang tidak sembuh-sembuh. Nyeri adalah manifestasi akhir dan
sering ditemukan dengan metastasis ke tulang.
Jika tumor menyebar ke struktur yang berdekatan dan ke nodus limfe regional, pasien
dapat menunjukan nyeri dada dan sesak, serak ( menyerang saraf lariengal )disfagia,
edema kapala dan leher, dan gejala-gejala efusi pleura atau pericardial. Tempat metastase
yang paling umum adalah nodus limfe, tulang, otak, paru kontralateral, dan kelenjar
adrenal. Gejala umum seperti kelemahan, anoreksia, penurunan berat badan, dan anemia
tampak pada akhir penyakit.

V. KOMPLIKASI
- Hematorak
- Pneumotorak
- Empiema
- Endokarditis
- Abses paru
- Atelektasis
Adapun komplikasi lainnya pada tumor paru :
 Reseksi Bedah dapat mengakibatkan gagal napas
 Terapi radiasi dapat mengakibatkan penurunan fungsi jantung paru
 Kemoterapi kombinasi radiasi dapat menyebabkan pneumonitis
 Kemoterapi menyebabkan toksisitas paru dan leukemi

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


( Barbara, Engram, hal.7, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah )
a. Foto dada menunjukkan sisi lesi
b. Analisis sputum untuk sitologi menyatakan tipe sel kanker
c. Skan tomografi komputer dan tomogram paru menunjukkan lokasi tumor dan ukuran
tumor
d. Bronkoskopi dapat dilakukan untuk memperoleh sample untuk biopsi dan
mengumpulkan hapusanbronkial tumor yang terjadi dicabang bronkus
e. Aspirasi dengan janin dan biopsi jaringan paru dapat dilakukan jika pemeriksaan
radiologimenunjukan lesi di paru-paru perifer
f. Radionuklide scan terhadap organ-organ lain menentukan luasnya netastase ( otak,
hepar,tulang,limpa )
g. Mediastinoskopi menentukan apakah tumor telah metastase telah metastase ke limfe
mediastinum

VII. PENATALAKSANAAN
 MEDIS
a. Pembedahan
Tindakan bedah memegang peranan utama dalam penanggulangan kasus tumor.
Dalam melakukan tindakan bedah ada beberapa prinsip dasar yang perlu
diperhatikan :
1). Eksisi tidak hanya terbatas pada bagian utama tumor tapi eksisi juga harus
dilakukan terhadap jaringan normal sekitar jaringan tumor. Cara ini akan
memberikan hasil operasi yang lebih baik.
2). Ternyata operasi pertama memberikan harapan sukses yang lebih tinggi.
Operasi selanjutnya akan memberikan hasil yang lebih rendah.
3). Metastase ke kelenjar getah bening umumnya terjadi pada setiap tumor
sehingga pengangkatan kelenjar dianjurkan pada tindakan bedah.
4) Dalam melakukan tindakan bedah sebaiknya dilakukan
pendekataninterdisipliner sehingga dapat dijabarkan kemungkinan tindakan pre
dan post bedah harus dilakukan.
5) Satu hal yang mutlak dilakukan sebelum bedah adalah menentukan stadium
tumor dan melihat pola pertumbuhan (growth pattern) tumor tersebut.
b. Obat-obatan
1). Immunoterapi
Misalnya interleukin 1 dan alpha interferon.
2). Kemoterapi
Kemoterapi telah menunjukkan kemampuannya dalam mengobati beberapa
jenis tumor.
3). Radioterapi
Masalah dalam radioterapi adalah membunuh sel kanker dan sel jaringan
normal. Sedangkan tujuan radioterapi adalah meninggikan kemampuan untuk
membunuh sel tumor dengan kerusakan serendah mungkin pada sel normal.
Untuk mencapai target ini, dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Meninggikan radiosensitifitas dan oksigenasi. Sel akan sensitive jika mempunyai
oksigen. Satu sel yang hipoksia akan kurang sensitive terhadap ionisasi/radiasi.
b. Mengarahkan radiasi lebih terfokus pada jaringan tumor saja, misalnya dengan melakukan
penyinaran yang mobile.
c. Membagi-bagi dosis secara series sehingga jaringan tidak mendapat beban radiasi yang
berat yang dapat turut merusak jaringan normal.

 KEPERAWATAN
1. Jika tumor jinak maka lakukan eksisi bedah
2. Jika tumor ganas
· Small cell: kemoterapi
· Non small cell
a. Stadium 1-111a beda dilanjutkan radio terapi kemoterapi
b. Stadium 111b-1V radioterapi dilanjutkan kemoterapi
3. bantu pasien untuk mencari posisi yang paling sedikit nyerinya
4. dalam tindakan psikologis kurangi ansietas dengan memberikan informasi yang
sering. Sederhana, jelas tentang apa yang sedang dilakukan untuk mengatasi kondisi
dan apa makna respons terhadap pengobatan.
5. Untuk menjaga keseimbangan : perhatikan keadaan cairan tubuh.
6. Atur diet yang sesuai
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA TUMOR PARU

1. PENGKAJIAN
A. Pengumpulan Data.
1. Keadaan umum: lemah, sesak yang disertai dengan nyeri dada.
2. Kebutuhan dasar:
- Pola makan : nafsu makan berkurang karena adanya sekret dan terjadi kesulitan
menelan (disfagia), penurunan berat badan.
- Pola minum : frekuensi minum meningkat (rasa haus)
- Pola tidur : susah tidur karena adanya batuk dan nyeri dada.
- Aktivitas : keletihan, kelemahan.
3. Pemeriksaan fisik
1. Sistem pernafasan
• Sesak nafas, nyeri dada
• Batuk produktif tak efektik
• Suara nafas: mengi pada inspirasi
• Serak, paralysis pita suara.
2. Sistem kardiovaskuler
• tachycardia, disritmia
• menunjukkan efusi (gesekan pericardial)
3. Sistem gastrointestinal
• Anoreksia, disfagia, penurunan intake makanan, berat badan menurun.
4. Sistem urinarius
• Peningkatan frekuensi/jumlah urine.
5. Sistem neurologis
• Perasaan takut/takut hasil pembedahan
• Kegelisahan
B. Pengelompokan Data
1. Data Subjektif
Perasaan lemah, Sesak nafas, nyeri dada, Batuk tak efektif, Serak, haus, Anoreksia,
disfalgia, berat badan menurun, Peningkatan frekuensi/jumlah urine, Takut
2. Data Objektif
Batuk produktif, Tachycardia/disritmia, Menunjukkan efusi, Sianosis, pucat, Edema,
Demam, Gelisah.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Tidak efektif bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi bronkial sekunder
karena invasi tumor.
2.Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan saraf oleh tumor paru
3.Ketakutan / ansietas berhubungan dengan ancaman / perubahan status kesehatan.

3. INTERVENSI
( Doenges, Marilyn, dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan. Ed. 3. Jakarta : EGC )
1. Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi.
Intervensi :
1.Auskultasi dada untuk karakter bunyi napas atau adanya sekreat.
Rasional : Pernapasan bising, ronki dan menunjukkan tertahannya sekreat / obstruksi
jalan napas
2.Observasi jumlah dan karakter sputum / aspirasi sekret. Selidiki jalan perubahan
sesuai indikasi
Rasional : Peningkatan jumlah sekret tidak berwarna ( atau berck darah 1 berair
awalnya normal
dan harus menurun sesuai kemajuan penyembuhan
3.Dorong masukan cairan per oral ( sedikitnya 2500 ml / hari ) dalam toleransi jantung.
Rasional : Hidrasi adekuat untuk mempertahankan sekreat hilang / peningkatan
keluaran
4.Kaji nyeri / ketidak nyamanan dan obati dengan dosis rutin dan lakukan latihan
pernapasan
Rasional : Mendorong pasien untu bergerak, batuk lebih efektif dan napas lebih
dalam untuk mencegah kegagalan napas. ( pernapasan ).
5.Berikan atau bantu dengan IPPB, spirometriinsentif, meniup botol, drainase postural /
perkusi sesuai indikasi.
Rasional : Memperbaiki ekspansi paru / vemntilasi dan mudahkan pembuangan
sekret.
Catatan : Drainase postuural dapat dikotraisdikasikan pada beberapa pasien dan pada
setiap kejadian harus dilakukan untuk mencegah gangguan pernapasan dan
ketidaknyamanan insisi.
6.Gunakan oksigen, humidifikasi / nebuliser. Berikan cairan tambahan melalui IV
sesuai indikasi
Rasional : Memberikan hidrasi maksimal membantu penghilangan / pengenceran
sekret untuk meningkatkan pengeluaran

2. Gangguan rasa nyamani nyeri berhubungan dengan penekaran saraf oleh tumorparu
Intervensi :
1.Tanyakan pasien tentang nyeri. Tentukan karakteristik nyeri ( P,Q,R,S,T ) misal :
terus-menerus,
sakit menusuk, terbakar. Buat skala nyeri 0-10 rentang intensitasnya.
Rasional : Membantu dalam mengevaluasi gejala nyeri karena kanker yang dapat
melibatkan visera, saraf atau jaringan tulang. Penggunaan skala rentang membantu
pasien dalam mengkaji tingkat nyeri dan memberikan alat unutk evaluasi keefektifan
analgetik, meningkatkan kontrol nyeri
2.Kaji pertanyaan verbal dan non verbal nyeri pasien
Rasional : Ketidak sesuaian antara petunjuk verbal atau non verbal dapat
memberikan petunjuk derajat nyeri, kebutuhan / keefektifan intervensi
3.Berikan tindakan kenyamanan. Misal : sering ubah posisi, pijat punggung, sokongan
bantal, dorong penggunaan teknik relaksasi, misal : visualisasi, bimbingan imajinasi
danaktivitas hiburan yang tepat.
Rasional : Meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatian. Menghilangkan
ketidak nyamanan dan meningkatkan efek terapeutik analgesik
4.Bantu aktivitas perawatan diri, pernapasan / latihan tangan dan ambulasi
Rasional : Mencegah kelemahan yang tidak perlu dan regangan insisi Mendorong
dan membantu fisik mungkin diperlukan untuk beberapa waktu sebelum pasien
merasa percaya diri untuk melakukan aktivitas ini karena nyeri atau takut nyeri
5.Berikan analgetik rutin sesuai indikasi, khususnya 45-60 menit sebelum tindakan
napas dalam / latihan batuk. Bantu sengan PAC atau analgesik melalui kateter
epidural.
Rasional : Mempertahankan kadar obat lebih konstan menghindari “ puncak ”
periode nyeri, alat dalam menyembuhkan otot dan memperbaiki fungsi pernapasan
dan kenyamann / koping emosi

3. Ketakutan / ansietas berhubungan dengan ancaman / perubahan status kesehatan


Intervensi :
1.Evaluasi tingkat pemahaman pasien / orang terdekat tentang diagnosa
Rasional : Pasien atau orang terdekat mendengar atau mengasimilasi informasi
baru yang meliputi perubahan ada gambaran diri dan pola hidup
2.Akui rasa takut / masalah pasien dan dorong mengekspresikan perasaan
Rasional : Dukungan memampukan pasien membuka / menerima kenyataan
kanker dan pengobatan
3.Berikan kesempatan untuk bertanya dan jawab dengan jujur. Yakinkan bahwa
pasien dan pemberi perawatan mempunyai pemahaman yang sama.
Rasional : Membuat kepercayaan dan menurunkan kesalahan persepsi atau salh
interprestasi terhadap informasi
4.Terima penyangkalan pasien tapi jangan dikuatkan
Rasional : Bila penyangkalan ektrim atau ansietas mempengaruhi kemajuan
penyembuhan, menghadapi isu pasien perlu dijelaskan dan membuka cara
penyelesaian

5.Catat komentar atau perilaku yang menunjukkan menerima dan atau menggunakan
strategi efektif menerima situasi
Rasional : Takut atau ansietas menurun, pasien mulai menerima / secara positif
dengan kenyataan. Indiokator kesiapan pasien untuk menerima tanggung jawab
untuk berpartisipasi dalam penyembuhan dan untuk berpartisipasi dalam
penyembuhan dan untuk mulai hidup lagi.
BAB IV
TINJAUAN KASUS

KASUS
Tn. Zen mengatakan belum mengerti proses penyakitnya, menanyakan penyebab sakitnya.
sebelum MRS napsu makan menurun, mengatakan baju dam celana yang dipakai longgar.
nyeri pada dada kanan atas, merambat ke skapula, terasa seperti tertekan dan terbakar,
mengatakan angka 5 pada skala nyeri 5, mengatakan nyeri muncul tidak tentu. Pendidikan
SD, belum pernah mendengar penyakit tumor paru, tidak bisa menjawab saat ditanyakan
mengenai proses dan penyebab penyakit serta pengobatan yang akan dijalani. Pemeriksaan
fisik didapatkan Nampak lemah, konjungitva anemis, BB 40 Kg, menghabiskan ¾ porsi yang
disiapkan, kurus. Nampak lemah dan berusaha menahan sakit, x-ray dada tumor pancoast,
tidak mau tidur, hanya duduk saja.

A. PENGKAJIAN
1. Biodata
A. Identitas pasien
1. Nama : Tn. Moch. Zen (Laki – laki /65 tahun)
2. Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
3. Agama : Islam
4. Status perkawinan : kawin
5. Pendidikan/pekerjaan : SD/petani.
6. Bahasa yang digunakan : Jawa dan Indonesia
7. Alamat : Kali Sampurno Rt 1 Rw 1 Sidoarjo
8. Kiriman dari : datang sendiri
B. Penanggung jawab pasien
Penanggung jawab pasien adalah pasien sendiri dan anak – anaknya.
2. Riwayat Penyakit
A. Alasan dirawat :
Nyeri dada yang dirasakan sejak 1 bulan yang lalu, nyeri terasa terutama pada kanan
atas dan tembus ke skapula dan napsu makan menurun.
B. Keluhan utama :
Pasien mengatakan ia merasa nyeri pada dada kanan atas. Menurut pasien penyebab
nyeri tidak diketahui, dimana faktor yang memperberat adalah lingkungan yang
dingin terutama di malam hari. Usaha yang dilakukan adalah duduk tenang,
mernarik napas dalam. Nyeri dirasakan seperti tertekan dan rasa terbakar. Lokasinya
pada dada kanan atas dan menyebar ke skapula (belikat), serta lengan kanan. Skala
keparahan yaitu angka 5 pada skala 5. Timbulnya nyeri tidak tentu, kadang-kadang
dan lamanya kira – kira 5-10 menit.
3. Riwayat kesehatan
A. Riwayat kesehatan sebelum sakit ini :
Pasien tidak pernah menderita penyakit apapun. Pasien merupakan penggemar
dalam hal merokok, sehari bisa 2-3 bungkus. Hal ini dijalani selama 30 tahun. Pasien
tidak pernah dirawat di rumah sakit dan sekarang ini merupakan hal yang bagi
pasien. Tidak ada alergi makanan ataupun obat.
B. Riwayat kesehatan sekarang :
Pasien mengatakan bahwa sejak 1 dada kanan atas terasa sakit sekali. Kadang-
kadang batuk Berusaha minum jamu tetapi tidak membantu. Membeli obat (pasien
lupa nama) kurangi nyeri tetapi bersifat sementara saja. Karena nyeri tidak
bisa ditahan lagi akhirnya oleh keluarga dianjurkan untuk dibawa ke IRD dan oleh
dokter dianjurkan untuk opname.
C. Riwayat kesehatan keluarga :
Kakek, nenek, saudara kandung pasien tidak ada yang sakit.

4. Pemeriksaan Fisik

A. Keadaan umum :
Nampak berusaha tenang, kesadaran baik, tampak sakit sedang : lemah. Tingkat
kesadaran compos mentis, GCS : 4 – 5 – 6. TB 159 cm dan BB 40 Kg. Ciri tubuh
kulit pucat dan sawo matang, rambut air. Tanda vital : nadi 108 X/menit, RR 24
X/menit, tekanan darah 130/80 mmHg dan suhu 367 oC.
B. Head to toe
1. Kepala
Bentuk kepala bulat, tidak ada luka atau cedera kepala dan kulit kepala tidak ada
kotoran atau bersih.
2. Rambut
Rambut lurus, warna putih sebagian, nampak bersih, tidak ada ketombe, tidak tertata
rapih (awut-awutan).
3. Mata (penglihatan).
Visus normal, tidak menggunakan alat bantu. Konjungtiva anemis. Kelopak mata
bawah nampak membengkak.
4. Hidung (penciuman).
Bentuk normal, tidak ada kelainan seperti deviasi septum, mempunyai dua lubang,
peradangan mukosa dan polip tidak ada, sedangkan fungsi penciuman normal.
5. Telinga (pendengaran).
Ketajaman pendengaran baik, bentuk normal : simetris kiri dan kanan, fungsi
pendengaran baik, tidak ada serumen dan cairan, serta alat bantu tidak ada.
6. Mulut dan gigi.
Bentuk bibir normal, bau mulut tidak holitosis. Tidak ada perdarahan dan
peradangan pada mulut. Jumlah gigi seri atas tanggal dua, ada karang/caries, tepi
lidah tidak hiperemik, tidak ada benda asing atau gigi palsu. Sedangkan fungsi
pengecapan baik, bentuk dan ukuran tonsil normal serta tidak ada peradangan pada
faring.
7. Leher
Kelenjar getah bening tidak mengalami pembesaran, leher membesar, tidak ada
kaku kuduk.
8. Thoraks (fungsi pernapasan)
Inspeksi : asimetris dimana dada kanan tertinggal, pengembangan dada kurang
optimal. Palpasi : hangat, ada vokal fremitus ekspirasi maksimal. Perkusi : ada
bunyi pekak pada dada kanan. Auskultasi : tidak ada ronchii, ataupun wheezing,
bunyi vesikuler menurun pada paru kanan.
9. Abdomen
Inspeksi : tidak ada massa abdomen, simetris, tidak ada jaringan parut, dilatasi
vena ataupun kemerahan. Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa, hati
dan limpa tidak teraba. Perkusi : normal. Auskultasi : bising usus normal (15
X/menit).
10. Reproduksi (alat kelamin)
Tidak dikaji.
11. Ekstremitas
Tidak ada luka pada tangan kiri dan kanan. Kekuatan cukup, dimana mampu
membolak – balikan tangan dan menggerakan kakinya.

12. Integumen
Secara umum kulit kelihatan bersih, tidak ada penyakit kulit. Teraba hangat di dahi
dan daerah thoraks. Kulit kering, lemak subkutis kurang.

5. Pemeriksaan penunjang

A. Laboratorium :
Tanggal 12 – 11- 2001 : WBC 9,6 X 10,e9/L, Hb 14,5 gr/dl, Hct 47,0 dan PLT 405 X
10,e9/l
B. Radiologi : Foto thorax PA : 12 – 11- 2001 : jantung tampak terdorong ke kiri dan ada
bayangan massa pada daerah parahiler sampai suprahiler kanan. Kesimpulan : tumor
paru kanan, tumor pancoast.
C. USG : Tidak ada
D. Endoskopi : tidak ada

Analisa data
Data Etiologi Masalah
Subyektif :
Pasien mengatakan belum mengerti proses Kurang terpapar Kurang
penyakitnya, menanyakan penyebab terhadap informasi pengetahuan
sakitnya.
Obyektif :
Pendidikan SD, belum pernah mendengar
penyakit tumor paru, tidak bisa menjawab
saat ditanyakan mengenai proses dan
penyebab penyakit serta pengobatan yang
akan dijalani.
Subyektif :
Mengatakan sebelum MRS napsu makan Intake inadekuat Perubahan nutrisi
menurun, mengatakan baju dam celana
yang dipakai longgar.
Obyektif :
Nampak lemah, konjungitva anemis, BB 40
Kg, menghabiskan ¾ porsi yang disiapkan,
kurus
Subyektif :
Mengatakan nyeri pada dada kanan atas, Penekanan saraf Gangguan rasa
merambat ke skapula, terasa seperti oleh tumor nyaman
tertekan dan terbakar, mengatakan angka 5
pada skala nyeri 5, mengatakan nyeri
muncul tidak tentu.
Obyektif :
Nampak lemah dan berusaha menahan
sakit, x-ray dada tumor pancoast, tidak mau
tidur, hanya duduk saja.

Diagnosa keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan saraf oleh tumor.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
inadekuat.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar terhadap informasi.

INTERVENSI
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan saraf oleh tumor paru.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam , pasien
menunjukkan /demonstrasikan bebas nyeri.
Kriteria hasil :

 ekspresi wajah rileks,


 pengembangan paru optimal,
 menyatakan nyeri hilang (skala 1 atau 0)

intervensi :

1. Tanyakan pasien tentang nyeri dan tentukan karakteristiknya

R/. Evaluasi gejala nyeri karena kanker

2. Kaji pengetahuan verbal dan non verbal

R/. Ketidaksesuaian antara pernunjuk verbal-non verbal dapat memberikan petunjuk


derajat nyeri, keefektifan intervensi.Mengurangi nyeri

3. Dorong penggunaan teknik relaksasi


R/. Rasa nyaman merupakan prioritas dalam pemberian perawatan pasien demgam
tumor.
4. Beri analgesik dan evaluasi keefektifannya
R/. Kontrol rasa nyeri butuh narkotik dosis tinggi
5. Untuk meminimalkan nyeri dada pleural : anjurkan untuk menahan dada dengan
kedua tangan atau dengan bantal saat batuk, dorong pasien untuk berhenti merokok.
R/. Napas dalam dan batuk kuat meregangkan membran pleura dan menimbulkan
nyeri dada pleuritik. Nikotin dari tembakau bisa menyebabkan konstriksi bronkial
dan menuruhkan gerakan silia yang melapisi saluran pernapasan. Anti batuk menekan
pusat batuk di otak

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang inadekuat.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam perawatan status nutrisi
ditingkatkan.
Kriteria hasil :
 BB bertambah 1-2 Kg
 makan sesuai diet seimbang
 menghabiskan porsi yang disiapkan
intervensi :
1. Kaji diet harian dan kebutuhannya
R/. Bantu menentukan diet individuSesuai penngkatan nutrisi.

2. Kaji faktor psikologi

R/. Mengidentifikasi efek psikologis yang mempengaruhi menurunnya makan dan minum

3. Monitor albumin dan limfosit

R/. Indikasi adekuatnya protein untuk sistem imun

4. Anjurkan oral care sebelum makan

R/. Menghilangkan rasa sputum yang bisa mengurangi napsu makan pasien

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar terhadap informasi.


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, pertemuan pengetahun
akan meningkat.
Kriteria hasil :
 menjelaskan penyebab
 proses penyakit dan penanganannya.
Intervensi :
1. Jelaskan tentang penyebab tumor paru dihubungkan dengan riwayat hidup pasien.
R/. Meningkatkan pemahaman dan kooperasi pasien
2. Jelaskan kepada pasien proses penyakit tumor paru
R/. Meningkatkan pemahaman dan kooperasi pasien
3. Jelaskan kepada pasien tentang pengobatan tumor paru.
R/. Meningkatkan pemahaman dan kooperasi pasien
4. Evaluasi tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
R/. Evaluasi efektifnya pendidikan kesehatan
Pelaksanaan dan Evaluasi
Dx. kep Hari/tgl Implementasi Evaluasi
Selasa, 13–10 –
2014 Jam 20.30
1 15.00 1. Memberi codein 1 tablet peroral S : pasien mengatakan nyeri
2. Meganjurkan untuk menggunakan berkurang, skala 2
teknik relaksasi : tarik napas dalam O : rileks, menghabiskan ¾ prosi
19.00 dan memeluk bantal. yang disiapkan, minum tablet
1. Memberi minum codein 1 tablet vitamin
2. Menganjurkan pasien untuk A : masalah belum teratasi
melakukan posisi yang P : rencana intervensi dipertahankan
dikehendakinya untuk
kenyamanannya.

Jam 13.30
2. 10.00 1. Mengobservasi napsu makan, polaS : pasien dan keluarga mengatakan
tidur dan tingkat aktivitas dokter belum mengatakan
2. Menanyakan siapa saja yang diagnosa pasti, menanyakan apa
merawat/menemani pasie selama yang harus dilakukan.
MRS O : napsu makan menurun, kontak
3. Monitor perubahan komunikasi mata kurang, mengekspresikan
dengan orang lain perasaannya, kadang menarik diri
4. Mendengarkan dan menerima A : masalah belum teratasi
ketakutan dan kemarahan pasien P : rencana intervensi dipertahankan,
5. Memberitahukan kepada pasien kecuali tindakan nomor 2
bila diagnosis pasti sudah ditegakkan
Rabu, 14– 10 –
2014 Jam 13.30
08.00 1. Menganjurkan untuk oral hygiene S : pasien mengatakan napsu makan
1 sebelum makan seperti kumur – mulai meningkat, mengatakan
kumur dan sikat gigi bisa menghabiskan porsi yang
2. Membantu menyiapkan makanan disiapkan dari rumah sakit.
tinggi kalori dan tinggi protein O : Hb 9 g/dl, konjungtiva anemis,
kepada pasien pucat, lemak subkutis berkurang,
3. Memberi minum Roborantia 1 BB 42 Kg, nampak lemah,
tablet. A : masalah belum teratasi
4. Menganjurkan untuk duduk setelah P : rencana intervensi
makan dipertahankan
5. Menganjurkan untuk makan sedikit
tapi sering seperti roti atau biskuit
6. Menimbang berat badan pasien

Jam 13.30
2 10.00 1. Mengobservasi napsu makan, polaS : pasien mengatakan napsu makan
tidur dan tingkat aktivitas meningkat, mengatakan
2. Monitor perubahan komunikasi memahami keadaan penyakitnya
dengan orang lain yang membutuhkan waktu untuk
3. Mendengarkan dan menerima menegakkan diagnosis pasti.
ketakutan dan kemarahan pasien O : istirahat cukup, menerima
4. Memberitahukan kepada pasien keadaannya, lebih banyak
bila diagnosis pasti sudah ditegakkan berdiam diri
A : masalah belum teratasi
P : tindakan keperawatan
dipertahankan sampai diagnosis
ditegakkan

Jumat, 15 – 10
– 2014 Jam 13.30
1 08.00 1. Mengingatkan pasien untuk oral S : pasien mengatakan napsu makan
hygiene sebelum makan seperti mulai meningkat, mengatakan
kumur – kumur dan sikat gigi bisa menghabiskan porsi yang
2. Membantu menyiapkan makanan disiapkan dari rumah sakit, tidak
tinggi kalori dan tinggi protein merasa cepat penuh.
kepada pasien O : konjungtiva anemis, pucat, lemak
3. Memberi minum Roborantia 1 subkutis berkurang, nampak
tablet. masih lemah, jalan pelan - pelan
4. Menganjurkan untuk makan sedikit
A : masalah belum teratasi
tapi sering seperti roti atau biskuit P : rencana intervensi
dipertahankan

Jam 13.30
2 11.00 1. Mengobservasi napsu makan, polaS : pasien mengatakan napsu makan
tidur dan tingkat aktivitas meningkat, mengatakan
2. Monitor perubahan komunikasi memahami keadaan penyakitnya,
dengan orang lain mengatakan sudah mendengarkan
3. Mendengarkan dan menerima dari dokter sakit yang sedang
ketakutan dan kemarahan pasien dideritanya.
4. Memberitahukan kepada pasien O : tenang, rileks, menerima
tentang diagnosis pasti berdasarkan keadaannya, bercerita dengan
hasil biopsi PA pasien di samping tempat
tidurnya.
A : masalah teratasi
P : tindakan keperawatan dihentikan

Sabtu, 16 -10 –
2014 Jam 13.30
1 08.30 1. Menganjurkan untuk oral hygiene S : pasien mengatakan napsu makan
sebelum makan seperti kumur – mulai meningkat, mengatakan
kumur dan sikat gigi bisa menghabiskan porsi yang
2. Membantu menyiapkan makanan disiapkan dari rumah sakit.
tinggi kalori dan tinggi protein O : Hb 9 g/dl, konjungtiva anemis,
kepada pasien pucat, lemak subkutis berkurang,
3. Memberi minum Roborantia 1 BB 42 Kg
tablet. A : masalah belum teratasi
4. Menganjurkan untuk makan sedikit P : rencana intervensi
tapi sering seperti roti atau biskuit dipertahankan
5. Menimbang berat badan
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tumor paru merupakan keganasan pada jaringan paru (Price, Patofisiologi, 1995).
Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel – sel yang mengalami proliferasi dalam
paru .
Penyebab tumor paru yakni dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub
bronkus menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan
karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan
metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh
metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi
pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra. Lesi yang
letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini
menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian
distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam,
dan dingin.

B. Saran
Dengan mempelajari paper ini diharapkan mahasiswa dapat memahami dan mampu
menjelaskan mengenai asma, hal apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya asma
dan tindakan apa yang dilakukan untuk mengobati penyakit asma dan cara
pencegahannya.
DAFTAR PUSTAKA

 Doenges, Marilynn E, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC, Jakarta
 Long, Barbara C, (1996), Perawatan Medikal Bedah; Suatu Pendekatan Proses
Holistik, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran, Bandung.
Suyono, Slamet, (2001), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi 3, Balai
Penerbit FKUI, Jakarta.
 Underwood, J.C.E, (1999), Patologi Umum dan Sistematik, Edisi 2, EGC, Jakarta.
 Brunner and Suddarth.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
 Guyton and Hall.1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi 9. Jakarta : EGC
 Mansjoer, Arif.2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta : Mediaesculapius
 Price, Sylvia. 2004. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta :
EGC

Vous aimerez peut-être aussi