Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
A. Definisi
B. Etiologi
Grade gagal jantung menurut New York Heart Association, terbagi dalam
4 kelainan fungsional :
C. Patofisiologi
d. Respon terhadap serum sodium dan regulasi ADH dan reabsorbsi terhadap
cairan
D. Pathways
Disfungsi miocard beban sistol kebutuhan metabolisme
Beban jantung
Kongestif jaringan akibat tekanan arteri dan vena meningkat akibat penurunan
curah jantung. Manifestasi kongesti berbeda tergantung pada kegagalan
ventrikel mana yang terjadi.
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel kiri tak
mampu memompa darah yang dating dari paru. Manifestasi klinis yang terjadi
yaitu :
Batuk
Mudah lelah, Terjadi karena curah jantung yang kurang yang menghambat
jaringan dan sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan
sisa hasil katabolisme. Juga terjadi
Anoreksia dan mual, terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena dalam
rongga abdomen
Nokturia
Kelemahan
F. Pemeriksaan Diagnostik
G. Penatalaksanaan
Oksigenasi
Terapi Farmakologis :
-. Glikosida jantung
- Terapi diuretic, diberikan untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui
ginjal. Penggunaan harus hati-hati karena efek samping hiponatremia dan
hipokalemia
H. Proses keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian Primer
Airway :
Breathing :
Circulation :
Pengkajian Sekunder
Aktifitas/istirahat
Keletihan, insomnia, nyeri dada dengan aktifitas, gelisah, dispnea
saat istirahat atau aktifitas, perubahan status mental, tanda vital
berubah saat beraktifitas.
Eliminasi
Makanana/cairan
Neurosensori
Nyeri/kenyamanan
Nyeri dada akut- kronik, nyeri abdomen, sakit pada otot, gelisah
Tujuan :
Kriteria :
Rencana Tindakan :
Tujuan :
Kriteria hasil :
Tidak sesak nafas, RR normal (16-24 X/menit) , tidak ada secret, suara
nafas normal
Intervensi :
Tujuan :
Kriteria :
Mempertahankan keseimbangan cairan seperti dibuktikan oleh tekanan
darah dalam batas normal, tidak ada distensi vena perifer/vena dan
oedema dependen, paru bersih dan BB ideal (BB ideal = TB – 100
10%)
Intervensi :
Tujuan :
Intervensi :
- Auskultasi bunyi nafas dan catat bila ada bunyi nafas tambahan
- Tinggikan kepala dan Bantu untuk mencapai posisi yang senyaman
mungkin.
Tujuan :
Kriteria :
Intervensi :
- Batasi aktifitas pada dasar nyeri dan berikan aktifitas sensori yang
tidak berat
Kriteria :
Intervensi :
- Atur posisi pasien
3. Implemenatsi
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik Tahap ini adalah tahap keempat dalam proses keperawatan, oleh
karena itu pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun ditujukan
pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan.
Dalam pelaksanaan tindakan ada tiga tahapan yang harus dilalui yaitu
persiapan, perencanaan dan pendokumentasian.
a. Fase persiapan meliputi :
1) Review antisipasi tindakan keperawatan
2) Menganalisa pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3) Mengetahui konflikasi yang mungkin timbul
4) Persiapan alat ( resources )
5) Persiapan lingkungan yang kondusif
6) Mengidentifikasi aspek hukum dan etik
b. Fase intervensi terdiri dari :
1) Independen : tindakan yang dilakukan oleh perawat tanpa
petunjuk atau perintah dokter atau tim kesehatan lainnya.
2) Interdependen : tindakan keperawatan yang memerlukan
kerjasama dengan kesehatan lainnya ( dokter, gizi laboratorium )
3) Dependen berhubungan dengan tindakan medis atau
menandakan tindakan medis dilakukan.
c. Fase dokumentasi
Menurut suaut catatan lengkap dan akurat dari tindakan yang telah
dilaksanakan yang terdiri dari tiga tipe yaitu :
1) Computer assisted oriented record ( SOR )
2) Problem oriented record ( POR )
3) Computer assisted record ( CAR )
Dalam pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan pada klien Benigna
Prostatic Hypertrophy perawat dapat berperan sebagai pelaksana keperawatan,
memberi support, mendidik, advokasi, konselor, dan pencatatan atau
penghimpun data. ( Nursalam, 2008 )
4. Evaluasi
Pada tahap terakhir proses keperawatan yaitu evaluasi yang merupakan
tindakan intelektual unutk proses keperawatan yang merupakan tindakan untuk
melengkapi proses keperawatan yang menandakan sejauh mana diagnosa
keperawatan rencana tindakan dan pelaksanaan sudah berhasil dilaksanakan.
Evaluasi adalah salah satu yang direncanakan dan perbadingan yang sistematis
pada status kesehatan klien sedangkan mengatakan evaluasi adalah tindakan
intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh
diganosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil
dicapai.
Tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan umpan balik rencana
keperawatan, nilai serta asuhan keperawatan mallaui hasil perbandingan melalui
standar yang telah ditentukan sebelumnya.
Proses evaluasi dibagi menjadi dua yaitu mengukur pencapaian tujuan dan
membandingkan data yang terkumpul dengan tujuan pencapaian tujuan.
Komponen-komponen evaluasi dibagi 5 komponen, yaitu menentukan
kriteria standar pertanyaan evaluais, mengumpulkan data terbaru, menganalisa
dan membandingkan data, terhadap kriteria dan standar merangkum hasil dan
membuat kesimpulan.
Evaluasi terdiri dari dua jenis yaitu : evaluasi formatif dan evaluasi
sumatif. Evaluasi formatif disebut juga dengan evaluasi proses, evaluasi jangka
pendek atau evaluasi berjalan, dimana evaluasi dilakukan secepatnya setelah
tindakan keperawatan dilakukan sampai tujuan tercapai. Sedangkan evaluasi
sumatif disebut evaluasi hasil, evaluasi akhir, evaluasi jangka panjang. Evaluasi
ini dilakukan pada akhir tindakan keperawatan paripurna dilakukan dan menjadi
suatu metode dalam memonitor kualitas dan efesiensi tindakan yang diberikan.
Bentuk evaluasi ini lazimnya menggunakan format ”SOAP”.
DAFTAR PUSTAKA