Vous êtes sur la page 1sur 9

PORTOFOLIO ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Untuk memenuhi sebagian persyaratan


Dalam Menempuh Mata Kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat Yang Membahas
Penyakit Asma yang dibimbing oleh Wiji Sri Lestari, S.K.M.,MM

OLEH
TEGUH HIDAYAT
NIM AKF 17196

AKADEMI FARMASI PUTRA INDONESIA MALANG


TAHUN 2018
BAB I

ASMA

1.1 Penyebab (Agent)

Asma merupakan penyakit keturunan (genetik). Seseorang berpeluang


besar terkena asma jika salah satu atau kedua orang tuanya juga menderita asma.
Meski begitu, penyebab dasar penyakit ini masih belum sepenuhnya dipahami.

1.2 Penjamu (Host)

Pada tahap ini belum ada tanda-tanda sakit sampai sejauh daya tahan
tubuh penjamu masih kuat. Interaksi yang terjadi antara penjamu atau host dengan
bibit penyakit seperti anak-anak sekolah dasar yang suka bermain pasir atau tanah.
Anak-anak SD tersebut sebenarnya mereka sudah terpapar debu akibat mereka
main tanah, main dipinggir jalan, dan lain sebagainya. Sebagai pemicu munculnya
penyakit asma, namun mereka belum menyadari bahwa debu merupakan faktor
pencetus munculnya asma.

1.3 Lingkungan (Environtment)

Berbagai faktor lingkungan yang dihubungkan dengan timbulnya asma


dan eksaserbasi asma yaitu: alergen, polusi udara, dan senyawa kimiawi
lingkungan lainnya. Merokok selama masa kehamilan dan setelah melahirkan
dihubungkan dengan risiko yang lebih besar untuk gejala mirip asma. kualitas
udara buruk, dari polusi kendaraan atau kadar ozon yang tinggi, selalu
dihubungkan dengan timbulnya asma dan peningkatan keparahannnya. Pajanan
terhadap uap senyawa organik dalam ruangan dapat memicu asma;
pajanan formaldehida, misalnya, menunjukkan hubungan yang positif. Selain
itu, ftalat pada PVC juga dihubungkan dengan asma pada anak-anak dan
dewasa sebagai sumber pajanan terhadap konsentrasi endotoksin tinggi. Asma
dihubungkan dengan pajanan terhadap alergen dalam ruangan. Alergen dalam
ruangan yang umum di antaranya adalah: tungau debu, kecoa, ketombe hewan,
dan jamur. Berbagai upaya untuk mengurangi tungau debu ternyata tidak
efektif. Infeksi virus tertentu pada saluran napas dapat meningkatkan risiko
timbulnya asma apabila terjadi saat masih anak-anak seperti misalnya: respiratory
syncytial virus dan rinovirus. Akan tetapi beberapa jenis infeksi lain dapat
menurunkan risiko.

1.4 Pathofisiologi

Asma merupakan kondisi yang diakibatkan inflamasi kronis pada saluran


napas yang kemudian dapat meningkatkan kontraksi otot polos.di sekeliling
saluran napas. Hal ini, bersama dengan faktor lain menyebabkan penyempitan
saluran napas sehingga menimbulkan gejala klasik berupa mengi. Penyempitan
saluran napas biasanya dapat pulih dengan atau tanpa pemberian
terapi.Adakalanya saluran napas itu sendiri yang berubah. Biasanya terjadinya
perubahan di saluran napas, termasuk meningkatnya eosinofil dan
penebalan lamina retikularis. Dalam jangka waktu lama, otot polos saluran napas
bisa bertambah ukurannya bersamaan dengan bertambahnya jumlah kelenjar
lendir. Jenis sel lain yang terlibat yaitu: Limfosit T, makrofag, dan neutrofil.
Kemungkinan ada juga keterkaitan komponen lain sistem imunyaitu: antara
lain sitokin, kemokin, histamin, and leukotrien.
BAB II
KEGIATAN YANG DAPAT DILAKUKAN PADA TAHAPAN
PENCEGAHAN

2.1 Health Promotion


Dalam tingkat ini dilakukan pendidikan kesehatan, misalnya dalam
peningkatan gizi, kebiasaan hidup, perbaikan sanitasi lingkungan seperti
penyediaan air rumah tangga yang baik, perbaikan cara pembuangan sampah,
kotoran, air limbah, hygiene perorangan, rekreasi, sex education, persiapan
memasuki kehidupan pra nikah dan persiapan menopause. Usaha ini merupakan
pelayanan terhadap pemeliharaan kesehatan pada umumnya.
Contoh pada penyakit asma:
 Penyediaan makanan & minuman yang sehat serta bergizi baik dalam
kualitas maupun kuantitas.
 Perbaikan kebersihan sanitasi lingkungan, terutama mencegah
terjadinya pencemaran udara yang dapat mengganggu sistem
pernapasan dan dapat menyebabkan terjadi asma.
 Pendidikan kesehatan secara dini kepada masyarakat mengenai
penyakit asma.
 Usaha kesehatan jiwa agar tercapai perkembangan kepribadian yang
baik.

2.2 Specific protection


Program imunisasi sebagai bentuk pelayanan perlindungan khusus,
pendidikan kesehatan sangat diperlukan terutama di Negara-negara berkembang.
Hal ini karena kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi sebagai
perlindungan terhadap penyakit pada dirinya maupun anak-anaknya masih rendah.
Selain itu pendidikan kesehatan diperlukan sebagai pencegahan terjadinya
kecelakaan baik ditempat-tempat umum maupun tempat kerja.
Contoh pada penyakit asma:
 Melakukan pengecekan / kontrol secara rutin mengenai perkembangan
penyakit asma yang diderita.
 Melakukan check up untuk mengetahui apakah terkena penyakit asma
atau tidak.
 Hindari memelihara hewan yang berbulu lebat agar tidak alergi.
 Hindari rokok dan alkohol.
 Gunakan pendingin udara (AC).

2.3 Early diagnosys and prompt treatment


Diagnosis dini dan pengobatan yang cepat serta terapi yang signifikan
terhadap asma dapat mengurangi beban sosial ekonomi dan meningkatkan
kualitas hidup pasien.
Dalam pendiagnosisan penyakit asma yang perlu diperhatikan adanya
tidaknya gejala penyempitan atau sumbatan aliran udara atau respon yang
berlebihan pada aliran udara. Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas
reversibel, cara yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat
responmpengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan
sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol. Peningkatan FEV atau
FVC sebanyak 20% menunjukkan diagnosis asma. Seringkali penderita tudaj
merasakan keluhan namun pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.
Cara lain dapat dilakukan dengan menghindari asap rokok, membeli obat
pereda asma dan melakukan check up setiap bulannya.

2.4 Limitation of disability


Dilakukan waktu pejamu sakit untuk mencegah cacat lebih lanjut, fisik,
sosial maupun mental. Pembatasan kecacatan dan berusaha untuk menghilangkan
gangguan kemampuan bekerja yang di sebakan suatu penyakit bila sudah terjadi
kecacatan maka di cegah agar kecacatan tersebut tidak bertambah berat (dibatasi),
dan fungsi dari alat tubuh ini dipertahanjan semaksimal mungkin. Contohnya
tahap ini menyiapkan obat-obatan yang diperlukan agar penyakit tidak semakin
parah. Dalam hal penyakit asma pembatasan kecacatan dapat dilakukan dengan
melakukan olahraga secara teratur dan mengkonsumsi makanan bergizi dan sehat,
terapi asma, dan latihan pernapasan. Cara lain dapat digunakan dengan
menggunakan masker agar terhidar dari paparan debu.

2.5 Rehabilitation
Merupakan usaha untuk mengembalikan bekas penderitan ke dalam
masyarakat, sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang
berguna untuk dirinya sendiri dan masyarakat semaksimal-maksimalnya sesuai
dengan kemampuan.
Tujuan rehabilitasi adalah :
 Penderita dapat merawat dirinya sendiri.
 Agar penderita dapat melakukan kegiatannya seperti sebelum
penyakit menyerang.
 Menyadarkan masyarakat agar menerima kembali sipenderita.
Rehabilitasi dapat dilakukan dengan rehabilitasi medik, dengan prosedur sebagai
berikut :
 Pengenceran lendir dalam pengobatan asma
 Pengaliran lendir dengan gaya gravitasi
 Penghangatan dengan alat diathermi atau short wave diathermy,
yaitu untuk memberikan efek penghangatan jaringan didalam dan
relaksasi otot-otot pernapasan sehingga dapat melancarkan aliran
darah dan saluran pernapasan.
 Latihan pernapasan, latihan ini agar membuat penderita asma dapat
melatih pernapasannya, sehingga saat terjadi serangan dampaknya
bisa diminimalisasikan dengan latihan pernapasan.
Rehabilitasi lain dapat dilakukan dengan cara menerapkan pola hidup bersih dan
sehat sera istirahat yang cukup, mengontrol pola makan, mengatur emosional
BAB III
UPAYA KESEHATAN YANG TERKAIT DENGAN PENANGANAN
PENYAKIT

3.1 Tatalaksanan Pasien Asma


Tatalaksana pasien asma adalam majemen kasus untuk meningkatkan dan
mempertahan kualitas hidup agar pasien asma dapat hidup normal tanpa hambatan
dalam melakukan aktivitas sehari-hari (asma terkontrol)
Tujuan:
 Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma
 Mencegah eksaserbasi akut
 Meningkatkan aktivitas normal termasuk exercise
 Menghidari efek samping obat
 Mencegah terjadinya keterbatasan aliran udara
 Mencegah kematian karena asma
 Khusus anak, untuk mempertahankan tumbuh kembang anak
sesuai potensi genetiknya.

Dalam penatalaksanaan asma perlu adanya hubungan yang baik antara


dokter dan pasien sebagai dasar yang kuat dan efektif, hal ini dapat tercipta
apabila adanya komunikasi yang terbuka dan selalu bersedia mendengarkan
keluhan atau pernyataan pasien, ini merupakan kunci keberhasilan pengobatan.

Ada 5 (lima) komponen yang dapat diterapkan dalam penatalaksanaan


asma, yaitu:
 KIE dan hubungan dokte-pasien
 Indentifikasi dan menurunkan pajanan terhadap faktro risiko
 Penilaian, pengobatan dan monitor asma
 Penatalaksanaan asma eksaserbasi akut, dan
 Keadaan khusus seperti ibu hamil, hipertensi, diabetes melitus. Dll

Pada prinsipnya penatalaksaan asma diklasifikasikan menjadi: 1)


Penatalaksaan asma akut/saat serangan dan 2) Penatalaksaan asma jangka panjang

3.1.1 Penatalaksaan asma akut (saat serangan)


Serangan akut adalah episodik perburukan pada asma yang harus diketahui
oleh pasien. Penatalaksaaan asma sebaiknya dilakukan oleh pasien di
rumah, dan apabila tidak ada perbaikan segera ke fasilitas pelayanan
kesehatan. Penanganan harus cepat dan disesuakan dengan derajat
serangan. Penilaian fisik dan sebaiknya pemeriksaan faal paru, untuk
selanjutnya diberikan pengobatan yang tepat dan ceopat
Pada serangan asma obat-obat yang digunakan adalah:
 Bronkodilator
 Kortikosteroid sistemik

3.1.2 Penatalaksanaan asma jangka panjang


Penatalaksanaan asma jangka panjang bertujuan untuk mengontrol asma
dan mencegah serangan. Pengobatan asma jangka panjang disesuaikan
dengan klasifikasi beratnya asma.
Prinsip pengobatan jangka panjang meliputi: 1) Edukasi; 2) Obat asma
(pengontrol dan pelega); dan menjaga kebugaran

Edukasi
Edukasi yang diberikan mencakup:
 Kapan pasien berobat/ mencari pertolongan
 Mengenali gejala serangan asma secara dini
 Mengetahui obat-obat pelega dan pengontrol serta cara dan waktu
penggunaannya
 Mengenali dan menghindari faktor pencetus
 Kontrol teratur
Obat asma
Obat asma terdiri dari obat pelega dan pengontrol. Obat pelega diberikan
pada saat serangan asma, sedangkan obat pengontrol ditujukan untuk
pencegahan seangan asma dan diberikan dalam jangka panjang dan terus
menerus. Untuk mengontrol asma digunakan anti inflamasi (kortikosteroid
inhalasi). Pada anak, kontrol lingkungan mutlak dilakukan sebelum
diberikan kortikosteroid dan dosis diturunkan apabila dua sampai tiga
bulan kondisi telah terkontrol.

Vous aimerez peut-être aussi