Vous êtes sur la page 1sur 7

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/327392654

LATIHAN ROM LENGAN MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN


PASCA-STROKE (Range of Motion Exercise of Arms Increases the Mucle
Strength for Post Stroke Patients)

Article · April 2010

CITATIONS READS

0 655

4 authors, including:

Jurnal Ners
Airlangga University
406 PUBLICATIONS   24 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Jurnal Ners Vol. 3 No. 1 April 2008 View project

Jurnal Ners Vol. 11 No. 1 April 2016 View project

All content following this page was uploaded by Jurnal Ners on 03 September 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


LATIHAN ROM LENGAN MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT
PADA PASIEN PASCA-STROKE
(Range of Motion Exercise of Arms Increases the Mucle Strength
for Post Stroke Patients)

Judi Nurbaeni*, I Ketut Sudiana**, Harmayetty**


*RSUD Dr. Soedono Madiun Jl. Dr Sutomo 59 Madiun
Telp./Fax (0351) 464325. E–mail: nurbaenijudi@yahoo.co.id
**Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya

ABSTRACT
Introduction: Someone attached by stroke can’t do their activity fluently because stroke can cause
the weakness of motor and sensor function. This condition cause physical defect and give effect in
social and economic too, because someone who suffered stroke usually still in productive age. The
objective of this study was to examine the effect of arm range of motion in the muscle strength of post
stroke patient. Method: Pre experimental pre–post test design was used in this study. Population of
this study was post stroke patient in Wijayakusuma ward dr. Soedono Hospital and total samples were
11 respondents. Independent variable was arm range of motion exercise, dependent variable was
strength of arm muscle. Data were collected by observation with manual muscle testing of Lovelt,
Naniel and Worthinghom and then analyzed using wilcoxon signed rank test with significant level of
α ≤ 0.05. Result: The result showed that 11 respondents had increased their strength of muscle (p =
0.04). Discussion: It can be concluded that the strength of muscle increased after get arm range of
motion exercise. When range of motion had been done Ca+ will be activated by cell so that happen
integrity of muscle protein. If Ca+ and troponin had been activated, actin and myosin would have
been defensed, so that can moved the skeletal and followed by muscle contraction, expand, outgrow
and had a tonus. This condition can showed the strength of muscle.

Keywords: arm range of motion, stroke, strength of arm muscle

PENDAHULUAN kematian, dan semata-mata disebabkan oleh


gangguan aliran darah otak non traumatik
Kebutuhan aktivitas (pergerakan) adalah
(Arief, 2000).
salah satu tanda kesehatan yaitu adanya
Adanya bekuan atau lesi pada pembuluh
kemampuan seseorang melakukan aktivitas
darah otak akan menimbulkan obstruksi aliran
seperti berdiri, berjalan, dan bekerja. Salah satu
darah sehingga sel-sel saraf otak mengalami
faktor yang memengaruhi aktivitas pergerakan
iskemia. Sel-sel saraf yang mengalami iskemia
adalah karena kondisi di mana seseorang tidak
dalam beberapa menit akan mengalami
mampu melakukan pergerakan secara mandiri
kerusakan yang irriversibel dan akhirnya akan
oleh adanya gangguan fungsi motorik. Stroke
mengalami disfungsi. Lokasi dan besarnya
adalah penyakit neurologis terbanyak yang
disfungsi sel saraf otak akan menentukan
dapat mengakibatkan masalah kesehatan
jenis defisit neurologis yang terjadi. Defisit
yang serius dan berdampak pada kecacatan,
neurologis dapat berupa disfungsi motorik dan
kematian dan ekonomi keluarga, akibat dari
atau defisit sensorik. Disfungsi motorik yang
adanya disfungsi motorik dan sensorik. Stroke
paling umum adalah hemiplegi yaitu terjadinya
merupakan sindrom klinis yang awal timbulnya
paralysis atau kelemahan fungsi motorik pada
mendadak, progresif, berupa defisit neurologis
salah satu sisi. Kelemahan fungsi motorik ini
fokal dan atau global yang berlangsung 24
dapat disebabkan karena pecahnya pembuluh
jam atau lebih atau langsung menimbulkan

15
Jurnal Ners Vol. 5 No. 1 April 2010: 15–20

darah otak dan timbul lesi pada bagian fungsi dengan wabah kegemukan akibat pola makan
motorik otak sehingga terjadi defisit neurologis kaya lemak atau kolesterol yang melanda
pada sisi yang berlawanan (Mahar, 1994). seluruh dunia tidak terkecuali di Indonesia. Di
Adanya hemiplegi ini menyebabkan Indonesia stroke merupakan penyakit nomer
penderita stroke setelah fase penyembuhan tiga yang mematikan setelah penyakit jantung
akan timbul kecacatan dan kelemahan beberapa dan kanker, diperkirakan ada 500.000 penduduk
fungsi motorik yang bervariasi. Kelemahan yang terkena stroke. Jumlah penderita stroke di
fungsi motorik yang dapat terjadi antara lain: Indonesia kian meningkat dari tahun ke tahun,
kelemahan menggerakkan kaki, kelemahan sekitar 28,5% penderita meninggal dunia
menggerakkan tangan, ketidakmampuan bicara (David, 2002). Hasil Rekam Medis di RSU
dan ketidakmampuan fungsi-fungsi motorik Dr. Soedono Madiun selama kurun waktu
lainnya. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya 2 tahun terakhir angka kejadian penyakit
penurunan fungsi individu secara ekonomi dan stroke dapat digambarkan sebagai mana
sosial, karena stroke banyak terjadi pada usia berikut ini Tahun 2007 telah dirawat sejumlah
produktif (Muttaqin, 2008). total 122 dan penderita meninggal sejumlah
Pertolongan dan pengobatan pasien stroke 29 orang, dengan gambaran penderita menurut
ditujukan untuk meningkatkan aliran darah usia adalah 8 orang (usia 25–44 tahun),
otak, mencegah kematian dan meminimalkan 74 orang (usia 45–64 tahun). Tahun 2008 dirawat
kecacatan yang ditimbulkan (Mahar, 1994). penderita stroke sejumlah total 140 orang
Rehabilitasi dan latihan Range of Motion meninggal 27 orang. Sedangkan gambaran
(ROM) merupakan salah satu terapi lanjutan jumlah penderita menurut umur 4 orang (usia
pada pasien stroke setelah fase akut telah lewat 25–44 tahun) 87 orang (usia 45–64 tahun). Dari
dan memasuki fase penyembuhan. Mobilisasi data di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
dini dalam bentuk latihan Range of Motion kurun waktu 2 tahun terakhir jumlah penderita
sebagai bagian dari rehabilitasi mempunyai stroke meningkat tajam dengan angka kematian
peranan yang besar untuk mengembalikan ± 20% total penderita. Menurut gambaran usia
kemampuan penderita untuk kembali bergerak, stroke 75% terjadi di usia produktif, di mana
memenuhi kebutuhan sehari-harinya, sampai seseorang masih dalam saat untuk aktif bekerja
kembali bekerja. Mobilisasi adalah merupakan dan banyak aktivitas. Sedangkan gambaran
suatu aspek yang terpenting pada fungsi penderita menurut jenis kelamin dalam kurun
fisiologis karena hal itu esensial untuk waktu 2 tahun terakhir adalah pada tahun
mempertahankan kemandirian seseorang 2007 perbandingan penderita L:P=74:48,
(Carpenito, 2000). sedangkan tahun 2008 perbandingan L:P=
American Heart Association 95:45.
menyebutkan bahwa setiap tahun terjadi Stroke sebagai salah satu penyakit
750.000 kasus stroke baru di Amerika. Dari gangguan pembuluh darah otak dapat
data tersebut menunjukkan bahwa setiap mengakibatkan cacat fisik yang disebut
45 menit ada satu orang Amerika yang terkena hemiplegi (kelumpuhan separo), 80–85%
serangan stroke. Terdapat kira-kira 2 juta orang penderita stroke adalah stroke tipe iskemik
bertahan hidup dari stroke yang mempunyai yang terjadi akibat obstruksi atau bekuan disatu
kecacatan, dari angka ini 40% memerlukan atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum.
bantuan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari Sel-sel saraf yang mengalami iskemi, 80%
(Smeltzer dan Bare, 2002). Menurut Yayasan (CBF 10 ml/100 gr jaringan otak/menit) akan
Stroke Indonesia terdapat kecenderungan mengalami kerusakan irreversibel dalam
meningkatnya jumlah penyandang stroke di beberapa menit. Otak tidak bisa menyimpan
Indonesia dalam dasawarsa terakhir, bahkan darah atau oksigen dan membutuhkan pasokan
menurut survey tahun 2004, stroke merupakan konstan untuk berfungsi secara normal. Otak
pembunuh nomor satu di rumah sakit pemerintah membutuhkan arteri yang membawa darah dan
di seluruh penjuru Indonesia. Peningkatan oksigen. Ketika arteri diblokir sel-sel otak tidak
jumlah penderita stroke di Indonesia identik berfungsi dan mati dengan cepat. Itu sebabnya

16
ROM Lengan terhadap Kekuatan Otot (Judi Nurbaeni)

sebuah stroke iskemik mengarah ke beberapa BAHAN DAN METODE


komplikasi seperti gangguan fisik misalnya
Desain yang digunakan pada penelitian
kehilangan fungsi motorik berupa hemiplegia,
ini adalah pra eksperimental (one group pre–post
dan hemiparese. Kehilangan fungsi komunikasi
test design) yaitu responden penelitian hanya
berupa disartria, afasia, apraksia. Gangguan
satu kelompok yang dilakukan pengukuran
persepsi visual, gangguan visual spasial,
terlebih dahulu sebelum mendapat perlakuan,
kehilangan fungsi sensori, dan masih banyak
yaitu latihan ROM lengan kemudian setelah
lagi (Harun, 1998).
menerima perlakuan dilakukan pengukuran
Pasien yang mengalami keterbatasan
kembali untuk mengetahui akibat dari perlakuan
fisik akibat hemiplegi atau hemiparese, tidak
tersebut.
mampu memenuhi kebutuhan aktivitas perlu
Populasi dalam penelitian ini adalah
diberi latihan rentang gerak sesuai kondisi
pasien paska stroke yang dirawat di Irna
guna memperbaiki kemampuan otot untuk
Wijayakusuma Rumah Sakit Umum dr.
berkontraksi ataupun relaksasi. Latihan
Soedono Madiun dengan jumlah sampel
rentang gerak atau ROM yang selama ini
sebesar 11 responden, yang diperoleh dengan
telah diberikan sebetulnya melatih otot
teknik pengambilan sampel yaitu purposive
dan sendi untuk beraktivitas yang mana
sampling atau pengambilan sampel sesuai
karena serangan stroke fungsinya menjadi
dengan kriteria inklusi yang telah ditentukan
turun. Dengan memberikan latihan yang
oleh peneliti. Kriteria inklusi yang digunakan
ditingkatkan diharapkan bisa mendapat hasil
yaitu Stroke hemiplegi iskemik serangan
yang lebih baik. Proses kontraksi otot terjadi
pertama yang dirawat di Irna Wijayakusuma,
akibat dari interaksi antara actin dan myosin,
Usia 40–65 tahun, Telah melewati masa kritis
sehingga otot mampu berkontraksi. Otot
dan masuk fase penyembuhan (hari ke-7 paska
bekerja dengan cara berkontraksi sehingga
serangan).
otot akan memendek, mengeras dan bagian
Variabel bebas (independent) dalam
tengahnya menggelembung (membesar).
penelitian ini adalah latihan ROM lengan
Karena memendek maka tulang yang dilekati
yang diberikan sebanyak 2 kali/hari yang
oleh otot tersebut akan tertarik atau terangkat.
pelaksanaannya disesuaikan standar operasional
Keadaan ini dikenal dengan kekuatan otot.
prosedur dari latihan ROM lengan, sedangkan
Strength otot lengan atau kekuatan otot lengan
variabel tergantung dalam penelitian ini
merupakan sumber dasar dalam melakukan
adalah kekuatan otot lengan yaitu keadaan di
semua kegiatan aktivitas kehidupan pasien
mana terdapat tonus otot, Kemampuan untuk
(Lily, 2003).
menahan gravitasi dan ada kemampuan untuk
Kekuatan otot pada penderita stroke
menerima tahanan. Instrumen yang digunakan
dapat segera dilatih melalui latihan ROM
untuk mengukur kekuatan otot adalah dengan
setelah pasca serangan stroke berlalu. Latihan
menggunakan Manual Muscle Testing menurut
dapat dilakukan baik secara aktif maupun
Lovelt, Naniel dan Worthinghom dengan
secara pasif dan aktif. Dampak latihan ROM
pemberian skor sebagai berikut Derajat
yang tidak segera dilakukan pada pasien
0: paralise total, Derajat 1: kontraksi otot
stroke sedini mungkin adalah terjadinya
hanya diketahui dari palpasi, Derajat 2: otot
atrofi sel-sel otot, penurunan kemampuan
hanya mampu menggerakkan persendian
kontraksi otot, kekakuan sendi, nyeri saat
tidak dapat melawan gravitasi, Derajat 3:
pergerakan dan secara keseluruhan akan
otot mampu menggerakkan sendi, mampu
berakibat ketidakmampuan untuk bergerak atau
menahan gravitasi, tetapi tidak bisa menerima
beraktivitas. Kondisi ini akan memperparah
tahanan, Derajat 4: kemampuan otot seperti
keadaan pasien dan menimbulkan kecacatan.
derajat 3 tetapi mampu menahan beban ringan,

17
Jurnal Ners Vol. 5 No. 1 April 2010: 15–20

Derajat 5: kekuatan otot normal. Data yang kehilangan secara progresif Lean Body
didapat kemudian ditabulasi dan dianalisis Mass (LBM) atau jaringan aktif tubuh yang
menggunakan wilcoxon signed rank test dimulai pada usia 40 tahun, disertai dengan
dengan tingkat kemaknaan α ≤ 0,05. menurunnya metabolisme basal sebesar 2%
setiap tahunnya. Penurunan kekuatan otot
mengakibatkan orang sering merasa letih dan
HASIL
merasa lemah, daya tahan tubuh menurun
Kekuatan otot responden pasien paska karena terjadi atrofi, perubahan metabolisme
stroke berkisar antara 2–3–4 sebelum dilakukan lemak ditandai dengan naiknya kadar kolesterol
latihan ROM. Skala 4 sebesar 18,18%, skala total dan trigliserida.
3 adalah 36,36% dan skala 2 adalah sebesar Menurut Hartanto (2009) Insiden stroke
45,45%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa akan meningkat secara eksponensial menjadi
sebelum diberikan perlakuan ROM lengan dua hingga tiga kali lipat setiap decade di atas
responden terbanyak berada pada skala usia 50 tahun. Terdapat data yang menyebutkan
kekuatan otot 2. 1 dari 3 orang yang berusia 60 tahun akan
menderita stroke. Data pada penelitian ini
menunjukkan bahwa angka kejadian stroke
Tabel 1. Data kekuatan otot pre dan post
tertinggi berada diusia di bawah 60 tahun,
diberikan ROM lengan
hal ini diduga karena pada usia pertengahan
Pre Post seseorang berada pada tahap aktivitas yang
pemberian pemberian Selisih tinggi dan ditunjang pula oleh tingkat stres yang
ROM ROM perubahan
yang tinggi sehingga memicu kejadian penyakit
lengan lengan
Mean 2,73 4,45 1,727 stroke. Sedangkan kejadian stroke menurut
SD 786 522 jenis kelamin pada penelitian ini ditemukan
Wilcoxon sign rank test bahwa 72,7% terjadi pada laki-laki, dan 27,3%
p = 0,04 hal ini disebabkan Jenis kelamin juga diartikan
Keterangan: sebagai energi psikis yang bekerja, bergerak,
Mean = rerata SD = Standar Deviasi bersifat dinamis selaras dengan motif perilaku
p = signifikansi individu. Seperti pendapat Hartanto (2009) Pria
lebih berisiko terkena stroke serangan pada pria
Rerata kekuatan otot dari 11 responden umumnya terjadi pada usia lebih muda. Pada
menunjukkan adanya perubahan rerata sebelum laki-laki pemicu kejadian stroke diduga dari
diberikan perlakuan dan setelah diberikan faktor kebiasaan merokok, minum-minuman
perlakuan, yaitu menunjukkan adanya beralkohol, obesitas, dan dari faktor psikis yang
penambahan rerata kekuatan otot. Setelah mana laki-laki rentan untuk terjadinya stres
dilakukan uji statistik dengan menggunakan karena tuntutan pekerjaan ataupun tuntutan
wilcoxon sign rank test dengan tingkat kebutuhan yang mana laki-laki adalah sebagai
kemaknaan α ≤ 0,05 didapatkan hasil p = pencari kebutuhan finansial untuk keluarga.
0,04. Hasil ini menunjukkan bahwa adanya Perempuan meskipun juga tidak luput dari
pengaruh yang signifikan pemberian ROM faktor pencetus stroke namun perempuan masih
lengan terhadap peningkatan kekuatan otot dapat diuntungkan bilamana masih dalam tahap
pada pasien pasca-stroke. produktif karena adanya estrogen, yang mana
dapat mencegah kejadian stroke. Perubahan
hormonal pada tubuh perempuan ini berakibat
PEMBAHASAN munculnya gejala-gejala seperti nyeri sendi dan
Menua merupakan suatu proses sakit pada punggung, pengeringan pada vagina
menghilangnya secara perlahan-lahan (sehingga sakit saat melakukan hubungan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki, seksual), sulit menahan kencing, gangguan
mengganti diri dan mempertahankan struktur mood dan emosi tinggi sehingga menimbulkan
dan fungsi normalnya. Menua ditandai dengan stres, selain itu penurunan kadar estrogen juga

18
ROM Lengan terhadap Kekuatan Otot (Judi Nurbaeni)

mengakibatkan kecenderungan peningkatan dan miosin bergeser satu sama lain. Hal ini
tekanan darah, pertambahan berat badan dan memendekan otot (menyebabkan kontraksi).
peningkatan kadar kolesterol. Pada jangka Selama kontraksi otot panjang filamen aktin
panjang keluhan akibat menurunnya kadar dan miosin tidak berubah, tetapi pita I dan zona
estrogen ini dapat menyebabkan osteoporosis, H memendek. Setiap kontraksi otot melibatkan
penyakit jantung koroner, stroke. beberapa siklus berulang pergeseran filamen.
Kekuatan merupakan sumber dasar Setiap kontraksi menimbulkan tegangan pada
dalam melakukan pemenuhan kebutuhan otot untuk bekerja.
aktivitas. Hasil penelitian ini menunjukkan Hasil penelitian yang dilakukan, kekuatan
bahwa kekuatan otot terbanyak pada penderita otot penderita paska stroke yang mengalami
paska stroke sebelum dilakukan ROM adalah hemiparese setelah dilakukan latihan ROM
skala 2 yang dapat diartikan otot lengan hanya mengalami peningkatan kekuatan otot, yaitu
mampu menggerakkan sendi namun tidak dapat terbesar terjadi peningkatan menjadi skala
melawan gravitasi. 4. Seperti diketahui skala 4 untuk kekuatan
Mahar (1994) mengatakan pada otot adalah mampu menahan gravitasi dan
penderita stroke yang mengalami hemiparese mampu menahan tahanan kurang maksimal.
akan mengalami transport aktif Ca+ terhambat Sedangkan skala 5 adalah kekuatan otot
sehingga Ca+ dalam retikulum sarkoplasma normal, atau otot mampu mempertahankan
meningkat. Kalsium dipompa dari retikulum posisi dengan melawan gravitasi dan tahanan
dan berdifusi kelepuh-lepuh kemudian kalsium maximal. Dengan dilakukan ROM kekuatan
disimpan di retikulum, apabila konsentrasi otot meningkat hal ini disebabkan pada saat
kalsium diluar sarkoplasma meningkat maka dilakukan ROM untuk memobilisasi sendi
interaksi antara aktin myosin akan berhenti maka kegiatan ini akan merangsang sel untuk
dan otot melemah. Sehingga terjadi penurunan mengaktifkan Ca+ sehingga terjadi integritas
kekuatan otot, otot menjadi lemah tidak mampu protein otot. Jika Ca+ dan troponin diaktifkan
menggerakkan sendi, pada kadaan lebih lanjut maka aktin dan myosin dipertahankan agar
dapat terjadi kontraktur. otot dapat berfungsi, menggerakkan skeletal.
Mahar (1994) mengatakan bahwa Gerakan skeletal akan diikuti oleh kontraksi
otot merupakan jaringan yang kegiataanya otot, sehingga otot mengembang, membesar
dapat digalakkan, dan kegiatannya adalah dan timbul tonus. Akhirnya dapat muncul
berkontraksi yaitu memendekkan dirinya. kekuatan otot dan imobilisasi dapat dihilangkan,
Karya otot dimanfaatkan untuk memindahkan kontraktur sendi dapat dicegah.
bagian-bagian skelet yang berarti bahwa suatu Latihan adalah aktivitas fisik untuk
gerakan terjadi. Sewaktu serat otot rangka membuat kondisi tubuh meningkatkan
berada dalam keadaan beristirahat kepala kesehatan dan mempertahankan kesehatan
myosin dihambat untuk berikatan dengan jasmani (Potter dan Perry, 2002). ROM adalah
filamen aktin. Tanpa mengikat aktin, ATP latihan gerakan sendi yang memungkinkan
miosin tidak dapat diuraikan dan otot idak terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, di
berkontraksi. Kepala myosin dihambat untuk mana klien menggerakan masing-masing
berikatan dengan molekul aktin karena adanya persendiannya sesuai gerakan normal baik
dua protein lain yang membentuk filamen tipis secara aktif ataupun pasif. Pasien yang
yaitu troponin dan tropomiosin. mengalami keterbatasan mobilisasi seperti
Kontraksi suatu otot terjadi apabila pada pasien stroke dan keterbatasan anggota
jembatan silang miosin berikatan dengan gerak atas khususnya sangat efektif untuk
tempat-tempat spesifik di protein aktin. Apabila mendapatkan latihan ROM untuk mencegah
hal ini terjadi, maka sebuah molekul ATP yang keterbatasan lebih lanjut seperti kontraktur.
terdapat di kepala miosin terurai oleh miosin Hal ini disebabkan karena dengan adanya
ATPase (enzim) dan terjadi pembebesan latihan gerak sendi yang berupa gerakan yang
energi. Energi digunakan untuk mengayunkan melibatkan aktivitas sekelompok otot maka
jembatan–silang, sehingga filamen aktin akan timbul tonus otot yaitu suatu keadaan

19
Jurnal Ners Vol. 5 No. 1 April 2010: 15–20

normal dari tegangan otot yang berupa gerakan Gerakan skeletal akan diikuti oleh kontraksi
kontraksi dan relaksasi yang mana memungkin otot, sehingga otot mengembang, membesar
tubuh mencapai gerakan fungsional dan dan timbul tonus.
mencegah kelemahan otot.
Stroke sebagai salah satu penyakit Saran
pembuluh darah otak dapat menimbulkan
Latihan ROM sebanyak 2× perhari
cacat fisik yang disebut hemiparese. Kata
diterapkan pada pasien paska stroke dengan
hemiparese yang berati kelumpuhan separo.
penjadwalan yang teratur. Perawat harus lebih
Bila yang terganggu belahan otak kanan, akan
intensif untuk memberikan latihan ROM
memberikan kelemahan pada sisi kiri dan
kepada pasien paska stroke. Selain itu ruang
begitu juga sebaliknya bila yang terganggu
pelayanan keperawatan perlu memberlakukan
otak kiri yang maka sisi badan kanan yang
protap latihan kepada pasien paska stroke
lemah. Kelemahan ada yang bersifat sementara,
ringan dan berat. Ini semua tergantung dari
keadaan sel-sel otak dan luas dan tidaknya KEPUSTAKAAN
lokasi yang terkena. Ketahanan fisik yang
Carpenito, L.J., 2000. Diagnosa Keperawatan:
menurun karena bertambahnya usia dan adanya Aplikasi dalam Praktik Klinis. Jakarta:
penyakit lain yang berakibat menambah berat EGC.
strokenya. Penderita hemiplegi luas gerak Hartanto, O.S., 2009. Pencegahan Primer
sendi pada sisi yang lemah menjadi menurun Stroke Iskemik dengan Mengendalikan
dan terbatas karena semua struktur otot, otot- Faktor Risiko. Pidato Guru Besar,
otot, permukaan sendi, dan saraf mengalami Universitas Sebelas Maret.
perubahan. Ini disebabkan kurang mobilisasi Harun, 1998. Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam
atau inaktivitas. Di dalam memelihara Range Jilid I Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit
of Motion maka luas gerak sendi harus selalu FKUI.
digerakkan untuk memperoleh hasil yang Lily, I.R., 2003. Buku Kuliah Neurologi.
baik. Jakarta: Gaya Baru.
Mahar, M., 1994. Neurologi Klinis Dasar.
Jakarta: Media Aesculapius.
SIMPULAN DAN SARAN Muttaqin, Arif, 2008. Asuhan Keperawatan
Klien dengan Gangguan Sistem
Simpulan
Persarafan. Jakarta: PT Gramedia
Latihan ROM lengan terbukti dapat Pustaka Utama.
meningkatkan kekuatan otot pasien paska stroke Potter dan Perry, 2002. Buku Ajar Fundamental
melalui mekanisme perangsangan sel untuk Keperawatan Konsep, Proses, Praktek.
mengaktifkan Ca+ sehingga terjadi integritas Jakarta: EGC.
protein otot. Jika Ca+ dan troponin diaktifkan Smeltzer dan Bare, 2002. Buku Ajar
maka aktin dan myosin dipertahankan agar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
otot dapat berfungsi, menggerakkan skeletal. dan Suddarth. Edisi 8. Jakarta: EGC.

20

View publication stats

Vous aimerez peut-être aussi