Vous êtes sur la page 1sur 4

Muridku Yang Heboh

Oleh: Aisiah Umi Farida


SMP Negeri I Sukorejo Kabupaten Pasuruan
Email: aisiahumifaridha@gmail.com

Seperti biasa, hampir setiap hari saya berangkat ke sekolah dengan buru-buru
diantar oleh suamiku. Saya mengajar IPA disalah satu sekolah menengah pertama negeri
di Pasuruan. Setiap hari pula saya harus menyiapkan metode yang bisa membuat anak
didikku tertarik dengan pelajaran yang akan saya sampaikan. Bagaikan momok dalam
pikiran mereka, bahwa belajar IPA itu sulit. Tidak mudah memang, saya harus bergulat
dengan bertumpuk-tumpuk kertas, menyiapkan eksperimen, serta menjadi guru yang
dapat mencairkan suasana yang bisa dibilang membosankan menjadi lebih
menyenangkan. Tak jarang, saya menghabiskan waktu saya untuk mereka, anak didikku.
Karena, mengajar sudah menyatu dalam jiwaku. Banyak hal tak terduga yang bisa saya
pelajari bersama mereka.
Pagi ini, pukul 07.00 , saya akan mengajar di kelas 8H tentang materi sistem
pencernaan. Saya telah menyiapkan kelas di Lab. IPA untuk melaksanakan uji makanan.
Saya membagi mereka menjadi delapan kelompok. Masing-masing kelompok akan
menguji hal yang berbeda. Mulai dari uji protein, uji lemak, glukosa, dan amilum. Semula,
semua berjalan sesuia dengan apa yang saya rencanakan. Beberapa kelompok terlihat
tengah selesai lebih dulu. Sembari menunggu yang lain, saya meminta mereka menguji
ulang atau mempelajari lagi apa yang mungkin belum mereka pahami.
Nauval, salah satu murid saya yang lain dari pada yang lain. Dia tidak begitu pintar
tapi aktif, berparas manis, dengan tubuh atletis. Namanya juga eksperimen, pasti ada satu
dua hal tidak dapat diprediksi yang membuat tertawa, marah atau malah dibiarkan saja.
Lain dengan ini, jika saya membiarkannya, habislah sekolah ini.
“Bu, saya sudah selesai. Boleh saya menguji coba yang lain.” Kata Nauval.
“Ya, silahkan. Asal jangan menggangu teman yang belum selesai.” Kataku.
Dia mencampurkan larutan yang satu dengan yang lain. Hingga timbullah percikan api.
Bukan dipadamkan, malah merambat ke taplak meja batik di sampingnya.
“Tidaaaaaaaaaak, apa itu.” teriakku . “cepat matikan apinya.!
Byuuuuuur. Satu timba air tersiramkan ke atas taplak itu, tak lupa juga mengguyur badan
Nauval. Pelakunya adalah muridku satunya, Pinky.
“Pinky, apa-apaan kamu. Basah semua badanku.” Suara Nauval terdengar kesal.
“Makanya, kamu jangan main-main. Kalau sekolah kita terbakar bagaimana?. Ku kira tadi
apinya merambat ke badanmu, makanya ku siram sekalian.” Jawab Pinky dengan
santainya.
Sebagai guru, aku pun menengahi dan berusaha menenangkan susana. Memberi nasehat
kepada mereka agar tidak ceroboh dan sembarangan dalam mencampur adukkan larutan
kimia
Satu evaluasi untuk diriku hari ini, jangan biarkan anak terlalu asyik main sendiri.
Terkadang sebuah kecelakaan terjadi bukan sepenuhnya salah mereka, tapi kelalaian dari
guru itu sendiri. Apalagi saat kelas eksperimen.
Cukup melelahkan, saya keluar dari halaman sekolah dan menunggu suamiku
menjempuku. Seperti biasa, dia adalah ojek setiaku. Begitulah, setiap hari dia mengantar
dan menjemputku.
Sesampainya di rumah, seperti ibu rumah tangga yang lain. Saya memasak dan
menemani belajarkedua anakku. Setelah selesai, aku mulai menyusun strategi untuk
mengajar esok hari.
Pagi itu, saya akan meneruskan materi kemarin, saya menggunakan metode
jigsaw. Dimana, masing-masing siswa yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam
proses pembelajaran, satu kelompok terdapat kelompoh asal dan kelompok ahli .
Sebelumnya, saya telah menjelaskan kepada murid-muridku. Satu hal yang lucu lagi, ada
satu muridku yang dia ternyata belum paham. Huda namanya. Saya membiarkan hingga
jam pelajaran hampir habis.
“Huda, apa yang sudah kamu dapatkan dari pelajaran hari ini.” Tanyaku padanya.
“Muter-muter bu, pusing kepalaku. Ini belajar IPA, apa naik komedi putar. Saya bingung.”
Jawabnya.
“Saya juga bu!. Saya keluar kelas saja. Biar tidak pusing.” Sahut Sadam, dan langsung pergi
meninggalkan ruangan. Hal ini adalah pengalaman yang sangat berharga yang ke-2 bagi
saya sebagai guru,bahwa sebelum menerapkan salah satu metode belajar. Yakinlah bahwa
anak didik telah paham betul akan hal itu.
Di hari selanjutnya, saya tidak menyiapkan metode khusus. Saya hanya
menyiapkan diri untuk menjelaskan materi di depan kelas. Untuk menyikapi hal kemarin,
aku memberikan sedikit gambaran kepada mereka. “Anak-anak, kalian sudah belajar
tentang daur hidup bukan. Kalian pasti juga sudah tahu tentang metamorfosis pada ulat
hingga mereka bisa menjadi kupu yang cantik. Sama dengan kalian, kalian belajar itu
berproses, jika kalian bisa menahan pahitnya belajar, maka kalian akan merasakan
manisnya ilmu kelak. Begitu juga sebaliknya. Sama halnya dengan kupu-kupu. Bersabar
selama menjadi kepompong. Kalian mengerti.”
“Mengerti bu.” Jawab mereka antusias.
“Begitu halnya, sama dengan ketika kita belajar pertumbuhan dan perkembangan. Semua
itu berproses. Sepeti kalian sekarang ini. Belajarlah dari seekor semut. Mereka selalu gigih
dan tidak pernah mundur untuk mewujudkan cita-citanya.” Maju terus pantang mundur”
kata.Saddam menyahut kata-kata saya. Karena setiap guru mempunyai cara mereka
sendiri dalam menyikapi murid-muridnya. Sama halnya dengan saya, sepertinya metode
ceramah masih cocok untuk ku. Setidaknya untuk saat ini, karena berbeda murid berberda
pula cara perlakuannya. Karena, sejatinya mengajar adalah bagaimana cara kita
menyelami hati mereka.
Hari itu, saya akan mengajar kelas 9H. Kelas ini cukup menantang bagiku. Dengan
berbagi macam karakter murid yang tentu saja, sangat luar biasa. Daya pikir kritis mereka
itu loh yang membuat saya salut. Saya pikir, ketika saya di umur mereka, tak pernah
terlintas itu dalam pikiran saya. Salah satu murid di kelas itu adalah Dika. Kala itu, materi
pembelajaran membahas tentang Sistem Ekskresi.Saat itu siswa membuat pertanyaan.
“Bu, kenapa alkohol itu dilarang? Padahal, saya pernah membaca sebuah artikel
penelitian, jika kita mengkonsumsi alkohol itu akan melindungi kita dari penyakit
alzheimer, baik untuk jantung dan ginjal, kaya kan vitamin B, serta dapat meningkatkan
kinerja otak. Apalagi ketika flu dan masuk angin, seperti orang barat. Mereka
mengkonsumsinya agar badan tetap hangat.” Tanya Dika panjang lebar.
“Dika, kamu tidak tahu kah. Kalau dalam agama islam, alkohol itu haram. Meski banyak
penelitian menyebutkan manfaat dari alkohol. Tetap saja itu haram. Lagi pula, jika
dikonsumsi terus menerus itu akan merusak kesehatan.” Tangkas Adel.
“Iya, pendapat Dika benar. Adel juga tepat. Ada yang ingin berpendapat lagi?”
“Aku tahu, tapi kan ada kadar dan takaran berapa banyak yang boleh diminum. Lah ini,
sedikit saja sudah haram. Bagaimana kita tahu?” Tambah Dika tidak mau kalah.
“Dika, kamu orang yang tahu agama bukan.” kata Wiku.Kali ini, Wiku yang angkat bicara.
Salah satu murid kebanggaanku. Dia pintar, namun berbeda. Dia lebih luas dalam melihat
suatu hal dari berbagai sudut pandang. Bukan hanya satu sisi, dia akan menyelesaikan
dengan melihat ke akar permasalahan.
“Tentu saja, kamu meledekku.” Tanya Dika dengan senyum bangga. Bagaimana tidak.
“Aku kan ikut ekstra biologi dan ekstra agama, jelas aku tahu.”
“Kalau kamu tahu, kenapa masih di debatkan. Tentu suatu hal memiliki dua sisi. Begitu
pun dengan alkohol. Agama sudah menerangkan kalau itu haram. Boleh digunakan,
dengan alasan rukhsoh(keringanan), karena urusan medis misalnya. Bukan untuk
konsumsi sehari-hari.” Jelas Wiku.
“Kamu mau, solatmu tidak diterima selama 40 hari karena alkohol satu tetes yang masuk
ke dalam tubuhmu.” Tambah Adel.
“Lah, apa hubungannya coba?” Dika mulai bingung.
“Ketika belajar sistem ekskresi, berapa lama makanan yang masuk dalam tubuh akan
dikeluarkan.” Tanya Wiku,
tergantung apa yang kita konsumsi serta seberapa cepat organ pencernaan kita bekerja
,tetapi jika alkohol ada dalam tubuh sampai .40 hari. masih ada dalam tubuh, Jawab Dika
“Itu kamu tahu. Ketika kamu minum alkohol, urin kamu akan mengandung alkohol, begitu
sampai 40 hari. Begitulah kenapa solatmu tidak akan diterima.” Jelas Wiku yang membuat
Dika mangguk-mangguk saja.
“Bagus sekali, jawaban kalian semua luar biasa. Ibu salut dengan kalian.” Tambahku
bangga dengan apa yang telah mereka diskusikan.
Kubiarkan anak didik mengekspresikan apa yang ada dalam pikiran mereka, Ku tahu
masing-masing banyak kelebihannya dan juga ada kekurangannya..Dan juga kunikmati ini
semua dengan santai dan berbagai banyak hal dengan mereka.

Vous aimerez peut-être aussi