Vous êtes sur la page 1sur 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia,tampa
mempersoalkan penyebabnya,dimana kandungan seorang perempuan hamil dengan spontan
gugur. Jadi perlu dibedakan antara “ abortus yang disengaja” dan “abortus spontan”.
Di seluruh duniah pelaksanaan gugur kandungan masih banyak di kerjakan oleh dukun
(75 %-80%)sehingga komlikasinya sangat membahayakan jiwa sampai kematian yang di
sebabkan oleh pendarahan dan infeksi.pelaksanaan gugur kandungan oleh dukun tampa
jaminan sterilitas dan pengetahuan anatomi alat kelamin wanita sehingga dapat menimbulkan
bahaya,kematian karna gugur kandungan oleh dukun di perkirakan terjadi antara 200.000-
350.000 setiap tahunnya di seluruh dunia.
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan abortus?
b. Bagaimana pravelensi/insidensi?
c. Bagaimana etiologi abortus?
d. Bagaimana tanda dan gejala?
e. Bagaimana patway?
f. Bagaimana patofisiologi abortus?
g. Bagaimana Pemeriksaan penunjang abortus?
h. Bagaimana penatalaksanaan abortus?
i. Bagaimana konsep asuhan keperawatan abortus?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
a. untuk mengetahui konsep abortus
b. untuk mengetahui pravelensi/insidensi
c. untuk mengetahui etiologi abortus
d. untuk mengetahui tanda dan gejala klinik
e. untuk mengetahui patway abortus
f. untuk mengetahui patofisiologi abortus
g. untuk mengetahui pemeriksaan penunjang abortus
h. untuk mengetahui penatalaksanaan abortus
i. untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan abortus
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Abortus
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Istilah abortus dipakai untuk
menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.
Abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup
swendiri diluar uterus. Belum sanggup diartikan apabila afetus itu terletaknya antara 400 –
1000 gram, atau kehamilan kurang dari 28 minggu (Eastman).
Abortus pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum usia kehamilann 28 minggu., yaitu fetus
belum viable by law (jeffcoat)
Abortus adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu ke 16, dimana proses plasentase
belum selesai (holmer)
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup didunia luar , tanpa
mempersoalkan penyebab. Bayi baru hidup didunia luar bila berat badannya telah mencapai >
500 gram atau umur kehamilan > 20 minggu.
Berdasarkan variasi berbagai batasan yang ada tentang usia / berat lahir janin viable
(yang mampu hidup di luar kandungan), akhirnya ditentukan suatu batasan abortus sebagai
pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 g atau usia kehamilan 20 minggu.
(terakhir, WHO/FIGO 1998 : 22 minggu)
Keguguran adalah dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu hidup di luar
kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gr atau umul hamil kurang dari 28 minggu
(Manuaba, 1998:214).
B. Prevalensi/insidensi
Frekuensi Abortus sukar ditentukan karena Abortus buatan banyak tidak dilaporkan,
kecuali apabila terjadi komplikasi. Abortus spontan kadang-kadang hanya disertai gejala dan
tanda ringan, sehingga pertolongan medik tidak diperlukan dan kejadian ini dianggap sebagai
terlambat haid. Diperkirakan frekuensi Abortus spontan berkisar 10-15%. Frekuensi ini dapat
mencapai angka 50% bila diperhitungkan wanita yang hamil sangat dini, terlambat haid
beberapa hari, sehingga seorang wanita tidak mengetahui kehamilannya. Di Indonesia,
diperkirakan ada 5 juta kehamilan per-tahun, dengan demikian setiap tahun 500.000-750.000
abortus spontan.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) diperkirakan 4,2 juta Abortus dilakukan
setiap tahun di Asia Tenggara, dengan perincian :
1. 1,3 juta dilakukan di Vietnam dan Singapura
2. antara 750.000 sampai 1,5 juta di Indonesia
3. antara 155.000 sampai 750.000 di Filipina
4. antara 300.000 sampai 900.000 di Thailand
Di perkotaan Abortus dilakukan 24-57% oleh dokter,16-28% oleh bidan/ perawat, 19-
25% oleh dukun dan 18-24% dilakukan sendiri. Sedangkan di pedesaan Abortus dilakukan 13-
26% oleh dokter, 18-26% oleh bidan/perawat, 31-47% oleh dukun dan 17-22% dilakukan
sendiri.
Cara Abortus yang dilakukan oleh dokter dan bidan/perawat adalah berturut-turut: kuret isap
(91%), dilatasi dan kuretase (30%) sertas prostaglandin / suntikan (4%). Abortus yang
dilakukan sendiri atau dukun memakai obat/hormon (8%), jamu/obat tradisional (33%), alat
lain (17%) dan pemijatan (79%).
Data dan lapangan menunjukkan bahwa ternyata sekitar 70-80% wanita yang meminta
tindakan aborsi legal ternyata dalam status menikah, karena
tidak menginginkan kehamilannya. Sisanya antara lain dan kalangan remaja puteri, yang
walaupun lebih sedikit namun menunjukkan kecenderungan meningkat, terutama di kota besar
atau di daerah tertentu seperti di Sulawesi Utara dan Bali. Bila ditinjau lebih lanjut, penyebab
kehamilan yang tidak diinginkan antara lain meliputi kegagalan KB, alasan ekonomi,
kehamilan di luar nikah atau kehamilan akibat perkosaan dan insest.
Abortus terkomplikasi berkontribusi terhadap kematian ibu sekitar 15%. Data
tersebut seringkali tersembunyi di balik data kematian ibu akibat perdarahan atau sepsis. Data
lapangan menunjukkan bahwa sekitar 60-70% kematian ibu disebabkan oleh perdarahan, dan
sekitar 35-40% seluruh kematian ibu disebabkan oleh perdarahan postpartum.
C. Etiologi
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu :
1. Kelaianan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus pada kehamilan
sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah
a. Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X
b. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna
c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau atau alkohol.
2. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun
3. Faktor maternal, seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis
4. Factor eksternal,seperti radiasi dan obat-obatan
5. Factor janin
6. Kelainan traktus genetalia seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester
kedua) retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.
D. Tanda dan Gejala
1. Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.
2. Pada pemeriksaan fisik : Keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan
darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau
meningkat.
3. Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi
4. Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat
kontraksi uterus
5. Pemeriksaan ginekologi :
a. Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam ada / tidak jaringan hasil konsepsi, tercium/tidak
bau busuk dari vulva
b. Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup,
ada/tidak jaringan keluar dari ostium, ada/tidak cairan atau jaringan berbau busuk dario
ostium.
c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam
kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio
dogoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum Douglasi, tidak menonjol dan tidak
nyeri.
E. Pathway

Perdarahan
Nekrosis

Hasil konsepsi terlepas dari uterus

Uterus berkontraksi

Hasil konsepsi keluar

Hasil konsepsi keluar sempurna Merasa Kehilangan Hasil konsepsi tidak


sempurna

Ansietas

Perdarahan

Stress
Kurangnya volume cairan

Gangguan pola tidur Nyeri Akut


F. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan desidual basalis, diikuti nekrosis jaringan sekitar
yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus, kemudian
uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu villi koriaris belum menembus desidual secara
dalam. Jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya pada kehamilan 8-14 minggu,
penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan
banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu, Janin dikeluarkan lebih dulu
daripada plasenta. Hasil konsepsi keluar dari berbagai bentuk, seperti kantong kosong amion
atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya, janin masih hidup mola kruenta, fetus
kompresus, maserasi atau papireseus.
Pada abortus imminens peristiwa terjadi perdarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi
serviks. Diagnosa abortus imminem ditentukan pada wanita hamil terjadi perubahan melalui
ostium uteri eksternum, disertai mules sedikit atau tidak sama sekali, uterus membesar
sebesar tuanya kehamilan, serviks belum membuka dan tes kehamilan positif. Pada beberapa
wanita hamil dapat terjadi perdarahan sedikit pada saat haid yang semestinya datang jika
tidak terjadi pembuahan. Hal ini disebabkan oleh penembusan villi korialis ke dalam
desidual, pada saat implantasi ovum. Perdarahan implantasi biasanya sedikit, warnanya
merah dan cepat berhenti mules-mules.

G. Pemeriksaan Penunjang

a. Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2 – 3 minggu setelah abortus
b. Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
c. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion
Penanganan Medis
1. Abortus iminens
a. istrahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsangan mekanik berkurang.
b. Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien tidak panas dan tiap
empat jam bila pasien panas.
c. Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negative, mungkin janin sudah mati.
Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
d. Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3 x 30 mg. berikan preparat hematinik
misalnya sulfas ferosus 600 – 1.000 mg.
e. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
f. Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptic untuk mencegah
infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.
2. Abortus insipiens
a. bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa pertolongan
selama 36 jam dengan diberikan morfin.
b. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan, tangani
dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam abortus, disusul dengan
kerokan memakai kuret tajam. Suntikkan ergometrin 0,5 mg intramuscular.
c. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infokus oksitosin 0,5 mg intramuscular 5
% 500 ml dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai kontraksi uterus sampai abortus
komplit.
d. Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta
secara manual.

3. Abortus inkomplit
a. bila disertai syok karena perdarahan, berikan infuse cairan NaCl fisiologis atau ringer
laktat dan selekas mungkin ditransfusi darah.
b. Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikkan ergometrin
0,2 mg intramuscular.
c. Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta
secara manual.
d. Berikan antibiotic untuk mencegah infeksi.
4. Abortus komplit
a. bila kondisi pasien baik, berikan ergometrin 3 x 1 tablet selama 3 sampai 5 hari.
b. Bila pasein anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau transfuse darah.
c. Berikan antibiotic untuk mencegah infeksi.
d. Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin dan mineral.
5. Missed abortion
a. bila kadar fibrinogen normal, segera keluarkan jaringan konsepsi dengan cunam ovum
lalu dengan kuret taam.
b. Bila kadar fibrinogen rendah, berikan fibrinogen kering arau segar sesaat sebelum
atau ketika mengeluarkan konsepsi.
c. Pada kehamlan kurang dari 12 minggu, lakukan pembukaan serviks dengan gagang
laminaria selama 12 jam lalu dilakuka dilatasi serviks dengan dilatator hegar.
Kemudian hasil kosepsi diambil dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam.
d. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, berikan dietilstilbestrol 3x5 mg lalu infuse
oksitosin 10 IU dalam deksrose 5% sebanyak 500 ml mulai 20 tetes/menit dan
naikkan dosis sampai ada kontaksi uterus. Oksitosin dapat diberikan sampai 100 IU
dalam 8 jam. Bila tidak berhasil, ulang infuse oksitosin setelah pasien istirahat satu
hari.
e. Bila tinggi fundus uteri sampai 2 jari dibawah pusat, keluarkan hasil konsepsi dengan
menyuntik larutan garam 20% dalam kavum uteri melalui dinding perut.
6. Abortus septic
Abortus septic harus dirujuk ke rumah sakit.
Penanggulangan infeksi
a. Obat pilihan pertama: penisilin prokain 800.000 IU intramuscular iap 12 jam ditambah
kloamfenikol 1 g peroral selanjutnya 500 mg peroral tiap 6 jam.
b. Obat pilihan kedua: ampisilin 1 g peroral selanjutnya 500 g tiap 4 jam ditambah
metrodinazol 500 mg taip 6 jam.
c. Obat pilihan lainnya: ampisilin dan kloroamfenikol, penisilin dan gentamisin.
 Tingkatkan asupan cairan
 Bila perdarahan banyak, lakukan transfuse darah.
 Dalam 24 jam sampai 28 jam setelah perlindungan antibiotic atau lebih cepat lagi
bla terjadi perdarahan, sisa konsepsi harus dikeluarkan dari uterus.

I. Penatalaksanaan aborsi
Proses Abortus dapat dibagi atas 4 tahap :
1. Abortus Iminens
Penatalaksanaan
a. Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang mekanik
berkurang.
b. Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien tidak panas dan tiap
empat jam bila pasien panas
c. Tes kehamilan dapat dilakuka. Bila hasil negatif mungkin janin sudah mati.
Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
d. Berikan obat penenang, biasanya fenobarbiotal 3 x 30 mg, Berikan preparat
hematinik misalnya sulfas ferosus 600 – 1.000 mg
e. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C
f. Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk mencegah
infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.
2. Abortus Insipiens
Penatalaksanaan :
a. Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa
pertolongan selama 36 jam dengan diberikan morfin
b. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan, tangani
dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam abortus, disusul
dengan kerokan memakai kuret tajam. Suntikkan ergometrin 0,5 mg intramuskular.
c. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU dalam
deksrtose 5% 500 ml dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai kontraksi uterus
sampai terjadi abortus komplit.
3. Abortus Inkomplit
Penatalaksanaan :
a. Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl fisiologis atau
ringer laktat dan selekas mungkin ditransfusi darah
b. Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikkan ergometrin
0,2 mg intramuskular
c. Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran
plasenta secara manual.
d. Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi
4. Abortus Komplit
Penatalaksanaan :
a. Bila kondisi pasien baik, berikan ergometrin 3 x 1 tablet selama 3 – 5 hari
b. Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau transfusi darah
c. Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi
d. Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin dan mineral.

5. Abortus Abortion
Penatalaksaan :
a. Bila kadar fibrinogen normal, segera keluarkan jaringan konsepsi dengan cunam
ovum lalu dengan kuret tajam
b. Bila kadar finrinogen rendah, berikan fibrinogen kering atau segar sesaat sebelum
atau ketika mengeluarkan konsepsi
c. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, lakukan pembukaan serviks dengan
gagang laminaria selama 12 jam lalu dilakukan dilatasi serviks dengan dalatator
Hegar kemudian hasil konsepsi diambil dengan cunam ovum lalu dengan kuret
tajam.
d. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan dietilstilbestrol 3 x 5 mg lalu infus
oksitosin 10 IU dalam dektrose 5% sebanyak 500 ml mulai 20 tetes per menit dan
naikkan dosis sampai ada kontraksi uterus. Oksitosin dapat diberikan sampai 100
IU dalam 8 jam. Bila tidak berhasil, ulang infus oksitosin setelah pasien istirahat
satu hari.
e. Bila fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil konsepsi dengan
menyuntik larutan garam 20% dalam kavum uteri melalui dinding perut.
6. Abortus Septik
a. Penanggulangan infeksi :
o Obat pilihn pertama : penisilin prokain 800.000 IU intramuskular tiap 12 jam
ditambah kloramfenikol 1 gr peroral selanjutnya 500 mg peroral tiap 6 jam
o Obat pilihan kedua : ampisilin 1 g peroral selanjutnya 500 g tiap 4 jam ditambah
metronidazol 5000 mg tiap 6 jam
o Obat pilihan lainnya : ampisilin dan kloramfenikol, penisilin, dan metronidazol,
ampisilin dan gentamisin, penisilin dan gentamisin.
b. Tingkatkan asupan cairan
c. Bila perdarahan banyak , lakukan transfusi darah
d. Dalam 24 jam sampai 48 jam setelah perlindungan antibiotik atau lebih cepat lagi
bila terjadi perdarahan, sisa konsepsi harus dikeluarkan dari uterus.
Pada pasien yang menolak dirujuk beri pengobatan sama dengan yang diberikan pada
pasien yang hendak dirujuk, selama 10 hari :
Di rumah sakit :
a. Rawat pasien di ruangan khusus untuk kasus infeksi
b. Berikan antibiotik intravena, penisilin 10-20 juta IU dan streptomisin 2 g
c. Infus cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat disesuaikan kebutuhan cairan
d. Pantau ketat keadaan umum, tekanan darah , denyut nadi dan suhu badan
e. Oksigenasi bila diperlukan, kecepatan 6 – 8 liter per menit
f. Pasang kateter Folley untuk memantau produksi urin
g. Pemeriksaan laboratorium : darah lengkap, hematokrit, golongan darah serta reaksi
silang, analisi gas darah, kultur darah, dan tes resistensi.
h. Apabila kondisi pasien sudah membaik dan stabil, segera lakukan pengangkatan
sumber infeksi
i. Abortus septik dapat mengalami komplikasi menjadi syok septik yang tanda-
tandanya ialah panas tinggi atau hipotermi, bradikardi, ikterus, kesadaran menurun,
tekanan darah menurun dan sesak nafas
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Fisik
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisanya
sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien.
Adapun hal hal yang perlu di kaji adalah :
a. Biodata:
mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ;
Nama :
Umur :
Agama :
Pekerjaan :
Status :
Alamat :
b. Keluhan utama:
kaji adanya menstruasi tidak lancer dan adanya pendarahan pervagina berulang
c. Riwayat kesehatan:
Riwayat kesehatan sekarang yaitu :

keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian
seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari
usia kehamilan.

d. Riwayat kesehatan masa lalu


keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian
seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari
usia kehamilan.

e. Riwayat penyakit yang pernah dialami:


Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM , jantung ,
hipertensi , masalah ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan penyakit-penyakit
lainnya.
f. Riwayat kesehatan keluarga:
Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat
diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam
keluarga.
g. Riwayat kesehatan reproduksi:
Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah,
bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta
keluahan yang menyertainya

h. Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas:


Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat
ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
i. Riwayat pemakaian obat:
Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis
obat lainnya.
j. Pola aktivitas sehari-hari:
Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK),
istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.

B. Pemeriksaan fisik, (Johnson & Taylor, 2005 : 39) meliputi :


a. pemeriksaan umum
a. Keadaan umum tampak lemah
b. kesadaran menurun,
c. Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi
d. tanda-tanda vital :
e. tekanan darah normal atau menurun,
f. denyut nadi normal atau cepat dan kecil,
g. suhu badan normal atau meningkat.

b. Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi:
mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase,
pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan
postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya
2. Palpasi :
 Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan
tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
 Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi
janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
 Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang
abnormal
 Pemeriksaan abdomen
 Abdomen lunak,uterus dapat teraba dan nyeri tekan yang hebat pada
abdomen,menunjukan iritasi peritoneum karena infeksi atau pendarahan intra
abdomen.
3. Auskultasi:
Mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi
jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.

c. Pemeriksaan laboratorium:
Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap smear.
Keluarga berencana :Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju,
apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.

C. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas b.d merasa kehilangan
2. Nyeri Akut b.d uterus berkontraksi
3. Kekurangan volume cairan b.d perdarahan
4. Gangguan istirahat tidur b.d stress
D. INTERVENSI
1. Ansietas b.d merasa kehilangan
Kriteria Hasil:
 Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
 Mengidentivikasi, mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk mengontrol
cemas
Intervensi :
1. Observasi TTV
2. Identifikasi tingkat kecemasan
3. Bantu pasien situasi yang menimbulkan kecemasan
4. Gunakan pendekatan yang menenangkan
5. jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedure
6. colaborasikan dengan dokter untuk pemberian obat anti kecemas

2. Nyeri Akur b.d uterus berkontraksi


Kriteria Hasil :
 Klien mampu mengontrol nyeri
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan menejemen nyeri.
Intervensi :
1. Kaji skala nyeri
2. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
3. Ajarkan teknik relaksasi
4. Berikan analgentik untuk mengurangi nyeri
5. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil.
3. Kekurangan volume cairan b.d perdarahan
Kriteria Hasil :
 Mempertahankan urine output
 Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
 TTV dalam batas normal
Intervensi :

1. Observasi TTV
2. Batasi masukan cairan
3. Catat secara akurat intake dan output
4. Kolaborasikan dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk

4. Gangguan istirahat tidur b.d stress

Kriteria Hasil :
 Jumlah jam tidur dalam batas normal
 Perasaan segar sesudah tidur atau istirahat.
Intervensi
1. Kaji kebutuhan tidur setiap hari perjam
2. Ciptakan lingkungan yang nyaman
3. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
4. Kolaborasikan dengan pemberian obat tidur.

E. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan dilakukan berdasarkan rencana yang
telah disusun dengan mengarahkan ke pencapaian tujuan dan semua tindakan dapat dilaksanakan
sesuai dengan perencanaan.
F. Evaluasi
Evaluasi adalah merupakan pengukuran dari keberhasilan rencana keperawatan dalam
memenuhi kebutuhan klien.tahap evaluasi merupakan kunci keberhasilan dalam menggunakan proses
keperawatan.
Berdasarkan perencanaan di atas maka hasil evaluasi yang diharapkan meliputi :
1. kecemasan ibu berkurang
2. Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah maupun
kualitas.
3. Klien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi
4. Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami
5. Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berjuta-juta wanita setiap tahunnya mengalami kehamilan yang tidak diinginkan.
Beberapa kehamilan berakhir dengan kelahiran tetapi beberapa diantaranya diakhiri dengan
abortus. Dan kejadian abortus sangat banyak ditemukan yang merupakan salah satu dari
perdarahan dalam masa kehamilan.
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau
sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk
hidup di luar kandungan.
Abortus ada 2 macam, baik itu spontan maupun buatan. Dan masing-masing dari abortus
ini terbagi lagi. Sehingga ada banyak bentuk-bentuk abortus yang kita temui.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi abortus dalam kehamilan baik itu dari faktor ibu,
bapak, janin dan faktor-faktor lain yang menjadi penyebab terjadinya abortus atau kehamilan
yang tidak dapat dipertahankan.
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah:
a. Kepada mahasiswa dapat lebih meningkatkan pengetahuannya mengenai hal-hal yang
patologi dalam kehamilan khususnya abortus dalam kehamilan.
b. Kepada instansi kesehatan maupun pemerintah dapat meningkatkan program kesehatan
masyarakat, seperti penyuluhan dan upaya deteksi dini terhadap kehamilan-kehamilan yang
beresiko.
Kepada masyarakat luas dapat membantu dan mematuhi program kesehatan yang telah
dicanangkan pemerintah maupun instansi kesehatan sehingga mau bekerjasama dalam upaya
peningkatan tingakat kesehatan masyarakat, terutama menyangkut kehamilan yang beresiko
ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Monsjoer,arif.2001.kapita selekta kedokteran edisi ketiga jilid 1.jakarta:media aesculapius.
2. Prawirohardjo,sarwono.2008.ilmu kebidanan edisi keempat.jakarta:PT.bina pustaka
3. Prawirohardjo,sarwono.2007.ilmu kebidanan edisi ketiga.jakarta:PT.bina pustaka
4. Wiknjosastro,hanifa.2005.ilmu kandungan edisi 2.jakarta.yayasan bina pustaka.
5. Mitayani.2009.Asuhan Keperawatan Maternitas.Jakarta:Salemba Medika
6. Wiknjosastro,hanifa dkk.2006.pelayan kesehatan maternal dan neonatal.jakarta:yayasan bina
pustaka sarwono prawirohardjo.
7. Hidayat, Asri M.keb, dkk.2009.Asuhan Patologi Kebidanan.Jogyakarta:Nuha Medika

Vous aimerez peut-être aussi